Anda di halaman 1dari 7

DESCRIPTION

lojhlkjlj

TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang Overdosis obat adalah hal yang sangat serius dan mengancam
nyawa. Apabila overdosis obat terjadi maka akan bisa menyebabkan kerusakan setiap sistem tubuh
manusia, tergantung jenis obat dan dosis obat yang dikosumsi.Overdosis merupakan keadaan
dimana seseorang mengalami gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran
akibat obat yang melebihi dosis yang bisa diterima oleh tubuh.Overdosis merupakan keracunan
pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap
umur angka kejadiannya juga mengalami peningkatan pada tahun 2011, diperkirakan kasus
overdosis obat di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 35 juta orang diantaranya adalah overdosis
NAPZA, dan 80% tinggal di negara berkembang menurut The International Narcotics Control Board
(INCB).Laporan BNN 2012 memperkirakan bahwa rata-rata pengguna NAPZA yang terdata di
indonesia 20% nya mengalami overdosis yang mengakibatkan kematian dan 10% nya bisa ditangani
oleh tim medis. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara
berkembang, dikarenakan negara berkembang merupakan negara yang masih kurang akan
pengetahuan tentang dampak dari NAPZA. kita ambil salah satu contohnya adalah di Indonesia, di
negara ini merupakan salah satu penghasil narkotika terbesar di dunia dan sebagai target peredaran
narkotika jaringan internasional. Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga Indonesia yang masih
banyak yang belum mengetahui tentang dampak NAPZA itu sendiri, terutama kalangan remaja atau
pelajar. Sedangkan 15 jutanya merupakan kasus overdosis penggunaan obat medis yang di izinkan,
dimana penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, kurang pahamnya pasien tentang
tujuan pengobatan yang di berikan, tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang di tetapkan sehubungan dengan prognosisnya.Penyebab pasti yang sering terjadi
pada overdosis obat adalah usia, lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering
terjadi kesalahan dosis karena lansia minum lagi. Merk dagang, banyaknya merek dagang untuk obat
yang sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia
dan unex. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi
penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer. Mengkonsumsi lebih dari
satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan dengan alcohol atau obat
tidur seperti valium, megadom/ BK, dll. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas
kemampuannya, misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi
apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi
OD.Pada kasus overdosis obat jika tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi
seperti dehidrasi, koma. henti jantung dan paling fatal.Oleh karena itu, peran perawat sangat penting
untuk penanganan kegawatdaruratan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga perawat harus tahu
konsep kegawatdaruratan, konsep overdosis obat atau NAPZA, dan penanganan pada pasien
overdosis, untuk itu kelompok mengangkat masalah kegawatdaruratan overdosis obat sebagai
makalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konsep asuhan keperawatan
kegawatdaruratan overdosis obat.B. Tujuan
1. Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan overdosis
obat2. Tujuan KhususMahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep dasar kegawatdaruratan
b. Memahami konsep overdosis
c. Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada permasalahan
yang dikarenakan oleh obat yaitu overdosis obatC. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode deskriptif yang diperoleh dari beberapa
literatur, seperti teks book dan juga internet yang kami susun dalam bentuk makalah.D. Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
tujuan, metode, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar kegawatdaruratan dan konsep dasar
permasalahan obat : Overdosis
BAB III : Asuhan keperawatan pada klien overdosisBAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan
dan saranDaftar PustakaBAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat
1. Definisi keperawatan gawat daruratKeperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan.Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan keahlian dalam
pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat.2.
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah :a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.b. Merujuk pasien gawat
darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai.c.
Penanggulangan korban bencana
Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tahu penyebab kematian yaitu :
a. Mati dalam waktu singkat (4-6menit)
1) Kegagalan sistem otak
2) Kegagalan sistem pernafasan 3) Kegagalan sistem kardiovaskuler b. Mati dalam waktu lebih lama
(perlahan-lahan)
1) Kegagalan sistem hati
2) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)3) Kegagalan sistem pancreas (endokrin)3. Prinsip-prinsip
keperawatan gawat daruratTriage diambil dari bahasa Perancis trier artinya mengelompokkan atau
memilih. Konsep triage unit gawat darurat adalah berdasarkan pengelompokkan atau
pengklasifikasian klien ke dalam tingkatan prioritas tergantung pada keparahan penyakit atau
injuri.a. Gawat Darurat (Emergent Triage)
Klien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. Kategori
yang termasuk didalamnya yaitu kondisi yang timbul berhadapan dengan keadaan yang dapat
segera mengancam kehidupan atau berisiko kecacatan.Misalnya klien dengan nyeri dada substernal,
nafas pendek, dan diaphoresis ditriage segera ke ruang treatment dan klien injuri trauma kritis atau
seseorang dengan perdarahan aktif.b. Gawat Tidak Darurat (Urgent Triage)Klien berada dalam
keadaan gawat tetapi memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.Kategori yang
mengindikasikan bahwa klien harus dilakukan tindakan segera, tetapi keadaan yang mengancam
kehidupan tidak muncul saat itu.Misalnya klien dengan serangan paru pneumonia (sepanjang gagal
nafas tidak muncul segera), nyeri abdomen, kolik ginjal, laserasi kompleks tanpa adanya perdarahan
mayor, dislokasi, riwayat kejang sebelum tiba dan suhu lebih dari 370.c. Darurat Tidak Gawat
(Nonurgent Triage)Klien akibat musibah yang dating tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal. Secara umum dapat bertoleransi menunggu
beberapa jam untuk pelayanan kesehatan tanpa suatu risiko signifikan terhadap kemunduran klinis.
Misalnya simple fractures, simple lacerations, atau injuri jaringan lunak, gejala demam atau viral dan
skin rashes.4. Primary survey, secondary survey, dan intervensi resusitasi
a. Primary survey dan intervensi resusitasi
Primary survey mengatur pendekatan ke klien sehingga ancaman kehidupan segera dapat secara
cepat diidentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Primary survey berdasarkkan standar ABC
mnemonic dengan D dan E ditambahkan untuk klien trauma :airway/spinal servical (A: jalan napas)
brething (B: pernapasan ) circulation (C: sirkulasi) disability (D: ketidakmampuan), dan eksposure
(E: paparan). Usaha resusitasi terjadi secara simultan dengan setip elemen dari primary survey ini
(Cummins, 2003, dalam ignataficius, 2006)1) A: airway (jalan napas) / spinal servical
Prioritas intervensi tertinggi dalam primary survey adalah mempertahankan kepatenan jaln npas.
Dalam hitungan menit tanpa adekuatnya suplai oksigen dapat menyebabkan trauma serebral yang
akan berkembang menjadi kematian otak (anoxic brain death). Airway harus bersih dari berbagai
secret atau debris dengan kateter suction atau secara manual jika diperlukan. Spinal servikal harus
diproteksi pad klien trauma dengan kemungkinan truma spinal secara manual alignment leher pada
posisi netral, posisi in-line dan menggunakan maneuver jaw thrust ketika mempertahankan jalan
napas.2) B: BreathingSetelah jalan nafas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya dalam
primary survey.Pengkajian ini untuk mengetahui apakah usaha ventilasi efektif atau tidak hanya
pada saat klien bernafas.Fokusnya adalah pada auskultasi bunyi nafas dan evaluasi ekspansi dada,
usaha respirasi, dan adanya bukti trauma dinding dada atau abnormalitas fisik.Pada klien upnea dan
kurangnya usaha ventilasi untuk mendukung sampai intubasi endotrakeal dilakukan dan ventilasi
mekanik digunakan.Jika resusitasi jantung paru (RJP) diperlukan, ventilasi mekanik harus
dihentikan.Intervensi penyelamatan kehidupan (life-saving) lainnya pada fase ini adalah dekompresi
dada.
3) C: circulationIntervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang effektif melalui resusitasi
kardiopulmoner, control perdarahan, akses intravena dengan penatalaksanaan cairan dan darah jika
diperlukan, dan obat-obatan.Perdarahan eksternal sangat baik dikontrol dengan tekanan langsung
yang lembut pada sisi perdarahan dengan balutan yang kering dan tebal.Perdarahan internal lebih
menjadi ancaman tersembunyi yang harus dicurigai pada klien trauma atau mereka yang dalam
status syok.
4) D: disabilityPengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat status neurologis. Metode
mudah untuk mengevealuasi tingkat kesadaran adalah dengan AVPU :
A :Alert (waspada)
V :Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P :Responsive to pain (berespon terhadap nyeri)
U :Unresponsive (tidak ada respon)
Pengkajian lain tentang tingkat kesadaran yang mengukur secara objektif dan diterima luas adalah
Glaslow Coma Scale (GCS) yang menilai respon mata, respon verbal dan respon motorik.Skor
terendah adalah 3 yang mengindikasikan tidak responsifnya klien secara total, GCS normal adalah
15.Abnormalitas metabolik, hipoksia, trauma neurologis, dan intoksikasi dapat menggangu tingkat
kesadaran.5) E: exposureSeluruh pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian menyeluruh.
Pada situasi resusitasi, pakaian harus digunting untuk mencapai akses cepat ke bagian tubuh.6) F :
folley catheter
Pemasangan kateter dilakukan untuk mempermudah eliminasi/berkemih pada pasien dengan
penurunan kesadaran atau dengan kondisi tertentu, selain itu pemasangan kateter juga dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah pengeluaran cairan.
7) G : gastric tube
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh,
salah satunya denga prosedur kumbah lamung.
8) H : heart monitor
Pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah harus selalu dilakukan untuk
mencegah agar tidak terjadi kegawatdaruratan lebih lanjut yang biasanya cenderung mengakibatkan
komplikasi pada sistem kardiovaskuler.b. Secondary survey dan intervensi resusitasi
Setelah tim resusitasi unit gawat darurat telah melakukan penyelamatan jiwa segera, aktivitas lain
dimana perawat gawat darurat dapat mengantisipasi termasuk insersi gastric tube untuk
dekompresi saluran pencernaan untuk mencegah muntah dan aspirasi. Tim resusitasi juga
melakukan suatu pengkajian head to toe yang lebih komprehensif, yang dikenal dengan secondary
survey untuk mengidentifikasi trauma lain atau isu medis yang memerlukan penatalaksanaan atau
dapat memperngaruhi perawatan.B. Konsep Dasar Overdosis
1. Pengertian
Overdosis merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak disengaja maupun
disengaja dengan maksud bunuh diri.Overdosis merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
gejala terjadinya keracunan yang mengakibatkan ketidaksadaran akibat obat yang melebihi dosis
yang bisa diterima oleh tubuh.Overdosis obat sering disangkutkan dengan erjadinya heroin
digunakan bersama alcohol. (Wikipedia, 14 april 2013 02:05 ).Overdosis/intoksikasi adalah kondisi
fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat yg dosisnya melebihi batas toleransi tubuh.2.
Etiologi a. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :
1) Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis
karena lansia minum lagi
2) Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung,
misalnya furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex.
3) Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau sekresi obat melalui ginjal
akan meracuni darah.
4) Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi penyakit
(habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.
5) Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau hamper bersamaan
dengan alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/ BK, dll.
6) Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika seseorang memakai
narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama
seperti biasanya kemungkinan besar terjadi OD.
7) Kualitas barang dikonsumsi berbeda.b. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :
1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan
sehubungan dengan prognosisnya
3) Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
4) Mahalnya harga obat
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin bertanggung jawab atas pembelian
atau pemberian obat itu kepada pasien
6) Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang biasanya tidak bereaksi, mengganti
cara pemberian obat, atau memakai obat dengan merek dagang lain.Keracunan obat dapat terjadi,
baik pada penggunaan untuk maksud terapi maupun pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada
penggunaan obat untuk maksud terapi dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis) baik
yang tidak disengaja maupun disengaja dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat yang
tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan secara bersama-
sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi.Hal yang dapat menimbulkan reaksi dan
mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada penggunaan obat secara IV, penggunaan obat
golongan depresan, penisilin dan turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida
golongan diuretik dan insulin.3. Manefestasi klinis overdosis umuma. Penurunan kesadaran
b. Frekuensi pernapasan kurang dari 12kali/menit
c. Pupil miosis
d. Adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang
e. suhu tubuh menurun.
f. kuku, bibir menjadi kebiru- biruan.g. Adanya suara- suara mengorok atau mendengkur yang
berasal dari tenggorokkan yang menandakan bawha seorang itu mengalami kesulitan dalam
melakukan pernafasan yang benar. 4. Jenis-jenisBeberapa jenis intoksikasi/overdosis yang sering
ditemui pada kasus penggunaan NAPZA diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Intoksikasi opioidab. Intoksikasi sedatif hipnotik (Benzodiazepin)c. Intoksikasi Amfetamind.
Intoksikasi Alkohole. Intoksikasi KokainSalah satu jenis overdosis yang akan dibahas lebih spesifik
disini adalah overdosis yang diakibatkan oleh amfetamin.a. Over Dosis Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintesis yang disebut sistem saraf pusat (SSP)
stimulant. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintesis dan kini terkenal
diwilayah asia tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk
putih Kristal kecil.Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10-15
jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4-8kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini
disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mmengaktivasi reserve power yang ada didalam
tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan
signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa itu lagi.Cara yang paling umum dalam menggunakan
amfetamin adalah dihirup melalui tabung.Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik,
efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri.
Perasaan ini bias bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk
menghindari turun dari obat.Obat-obat yang termasuk kedalam amfetamin : Amfetamin,
Metamfetamin, Metilendioksimetamfetamin (ektasi).1) Metilendioksimetamfetamin (ektasi).
Shabu-shabu / metilendioksimetamfetamin/ ekstasi atau 3,4-metilen-dioksimetamfetamin karena
efek neurotoksisitas dan potensial disalahgunakan, diinggris telah dimasukkan dalam golongan A
dari misuse of drug Act pada tahun 1971 dan diamerika serikat dilarang sejak tahun 1985. Dinggris,
atau kapsul ekstasi digunakan pada pesta dengan gerakan dansa yang cepat dan lama, sehingga efek
farmakologinya bercampur dengan penggunaan tenaga yang berlebihan dan dehidrasi berat.Gejala
klinis :
Tandadangejalaintoksikasi/overdosisamfetaminbiasanyaditunjukkan dengan adanya dua atau lebih
gejala-gejala seperti : takikardi atau bradikardi, dilatasipupil,peningkatanataupenurunan tekanan
darah, banyak keringat atau kedinginan, mual atau muntah, penurunan BB, agitasi atau retardasi
psikomotor, kelelahan otot, depresi sistem pernapasan, nyeri dada atau aritmia jantung,
kebingungan,kejang-kejang, diskinesia, distonia atau koma. Pada penyalahgunaan yang ringan,
gejala yang timbul, antara lain agitasi, takikardi, hipertensi, dilatasi pupil yang kelihatan jelas,
trimus, dan berkeringat.Pada kasus yang berat dapat terjadi hipertermia, koagulasi intravaskuler
yang menyebar, rhabdomiolisis, dan gagal ginjal akut.Kematian mungkin terjadi dan jika sembuh
dapat terjadi kerusakan hati dengan mekanisme yang belum diketahui.BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWAT DARURATAN DENGAN KLIEN OVERDOSISA. Pengkajian
1. Primary survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi
mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti
halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan yang dilakukan seputar
pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan kepada remaja
langsung dan keluarga.B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam
bernapas
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan cek tekanan darah
pasien.B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.B4 : Bladder, kaji
apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang dikarenakan overdosis karna keasaman obat
tersebut.B5 : Bowel, kaji intake dan output pasiena. Airway supportPada klien dengan overdosis
yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah
merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini
lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea
sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg
dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik
finger sweep (sapuan jari).
Gbr. 3.1 cross finger
Gbr. 3.2 finger sweep
Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :1) Head tilt / chin liftTeknik ini dapat digunakan jika
penderita tidak mengalami cedera kepala, leher dan tulang belakang
Gbr. 3.3 headtilt/chinlift2) Jaw trust
Gbr. 3.4 jaw trustb. Breathing supportSetelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau tidak.
Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit,
jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka,
jika klien tidak bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup. c. Circulation
supportCirculation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar yang
diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi
spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan
hidup lanjut (advance life support).
d. DisabilityPemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran dan GCS, dan
ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.e. Exposure Lakukan pengkajian head to toe.f. Folley kateter
Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk melakukan perhitungan balance
cairan.g. Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah lambung yang bertujuan untuk
membersihkan lambung serta menghilangkan racun dari dalam lambung. Prosedur kumbah
lambung :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Membawa alat dekat pasien
3) Atur posisi pasien dalam sikap fowler bila sadar
4) Pasang sampiran
5) Pasang pengalas : satu dibawah dagu klien yg dipentingkan dbagian punggung dan satu
diletakkan pada sisi dimana ember diletakkan
6) Letakkan ember diatas kain pel d bawah TT
7) Perawat cuci tangan dan masang sarung tangan
8) Ambil selang sende langsung dan keluarkan air dari dalam selang 9) Selang diukur dari
epigastrika mulut ditambah dari mulut kebawah telinga ( 40-45 cm) kemudian diberikan tanda10)
Memasang selang yang telah diklem perlahan-lahan kedalam lambung melalui mulut 11) Pastikan
apakah selang lambung benar-benar telah masuk kedalam lambung dengan cara memasukkan
pangkalnya kedalam air dan klem dibuka. Jika tidak ada gelembung udara yang keluar maka selang
sudah masuk kedalam lambung. Sebaiknya jika ada udara yang keluar berarti sonde dimasukkan
keparu-paru 12) Atur posisi pasien, berbaring tanpa bantal dengan kepala lebih rendah 13)
Kosongkan isi lambung dengan cara merendahkan dan mengarahkan sonde kedalam ember.14) Jepit
selang dan pasang corong pada pangkal selang lambut / spuit besar (100 cc), tinggi corong/spuit +
30 cm diatas lambung, kemudian menuangkan cairan perlahan-lahan + 500 cc kedalam corong yang
sedikit dimiringkan sambil klem dibuka.15) Sebelum cairan terakhir dalam corong/spuit habis,
cairan yang masuk tadi keluarkan kembali dengan cara merendahkan corong dan tuangkan kedalam
ember (jangan terlalu rendah agar selaput lender lambung tidak hisap masuk kedalam selang
lambung 16) Lakukan berulang-ulang sampai cairan yang keluar kelihatan jernih kemudian pangkal
selang lambung.17) Keluar kan selang lambung perlahan-lahan dengan cara menarik sonde
berlahan-lahan, kemudian selang + corong di masukkan dalam kom.18) Beri air untuk kumur
kepada klien, kemudian mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue 19) Angkat pengalas dan
rapikan klien20) Bersih kan alat-alat dan perawat cuci tangan h. Heart monitorLakukan pemantauan
peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah dan kerusakan sistem
kardiovaskuler.Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat
pasien :
A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan keluarga
atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien )M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )P : Past
medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi) E : Even ( kejadian overdosisnya obat,
dekskripsi gejala, keluhan utama, dan mekanisme overdosis) 2. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatmen). Fase ini
meliputi : fase penerimaan awal (intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik
dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3 minggu untuk melakukan
pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan
adalah melakukan tindakan keperawatan head to toe.B. Diagnosa keperawatan1. Bersihan jalan
napas tidak efektif b.d intoksikasi2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat3.
Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi psikotropika yang berlebihan
secara terus menerus)5. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolikC. Intervensi
keperawatan
Diagnosa 1 Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektifKriteria : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan kemudahan bernapas,
pergerakan sumbatan keluar dari jalan napasIntervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah
kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea
3. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter
jumlah dan bau
5. Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika perluDiagnosa 2Tujuan : Pasien
menunjukkan pola pernapasan efektif
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien menunjukkan status
pernapasan : status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernapas Intervensi :
1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pantau pola pernapasan
3. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya suara
napas tambahan
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasanDiagnosa 3Tujuan : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecul ekstremitas
untuk mempertahankan fungsi jaringan.
Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam suhu, hidrasi, warna kulit, nadi perifer,
tekanan darah, dan pengisisan kapiler baik dan lancar dan dalam batas normal Intervensi:
1. Kaji terhadap sirkulasi perifer pasien (nadi perifer, edema, warna, suhu dan pengisisan ulang
kapiler pada ekstremitas)
R/ memantau sirkulasi perifer
2. Manajemen sensasi perifer R/ mencegah atau meminimalkan ketidaknyamanan pasien
3. Ajarkan pasien / keluarga tentang : menghindari suhu ekstrempada ekstremitas
R/ jika ada tanda dan gejalanya dapat langsung dilaporkan ke ruang perawat
4. Kolaborasi : berikan obat antitrombosit atau antikoagulanR/ untuk mencegah pembekuan darah
karena infusiensi arteri dan venaDiagnosa 4 Tujuan : pengembalian volume cairan klien
Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi adekuat dan status nutrisi
adekuat maupun keseimbangan cairan pasien dalam batas normal Intervensi :
1. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output)
R/ mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit.2.
Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output)
R/ meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum
yang tidak diharapkan.
3. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus
R/ agar dapat mencatat intake pasien
4. Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas normal dan berikan terapi IV
sesuai program.Diagnosa 5
Tujuan :Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif .Kriteria : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien bebas dari sianosis dan tanda tanda syok.Intervensi :1.
Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasanR/ mendeteksi derajat trauma2. Angkat kepala
tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowler)R/ memudahkan ekspansi paru3. Anjurkan pasien
melakukan latihan napas dalam
R/ mencegah atau menurunkan atelektasis4. Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing)
R : mempertahankan breathing pasien

Anda mungkin juga menyukai