DEFINISI
1
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit,
batuk, flu dan sebagainya (ENA, 2001; Iyer, 2004)
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
TATA LAKSANA
A. Triase
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya
untuk memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah
masal/ bencana :
1. Gawat darurat – merah Kelompok pasien yang tiba-tiba
berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Gawat tidak darurat – putih Kelompok pasien berada dalam
keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut.
3. Tidak gawat, darurat – kuning Kelompok pasien akibat
musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam nyawa
dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau, Kelompok pasien yang tidak
luka dan tidak memerlukan intervensi medic.
5. Meninggal – hitam
B. Penanganan Pasien
Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik
kemudian dilanjutkan dengan Secondary Survey.
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian
dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang
mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara
lain (Fulde, 2009) :
1) Airway maintenance dengan cervical spine protection
2) Breathing dan oxygenation
3) Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4) Disability-pemeriksaan neurologis singkat
5) Exposure dengan kontrol lingkungan
4
sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan
tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan
peran tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya
menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka
(American College of Surgeons, 1997).
1. General Impressions
Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
2. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan
bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi
selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala,
leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner,
2000). Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien
antara lain:
a) Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara
atau bernafas dengan bebas?
b) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
Sianosis
5
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
c) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal
Mask Airway
Lakukan intubasi
3. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
6
5) Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
6) Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan
yang benar), jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
7) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
4. Pengkajian Circulation
7
5. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Penatalaksaan
A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
1. Petugas Penangguang Jawab
- Perawat IGD
- Petugas Administrasi
2. Perangkat Kerja
- Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
8
- Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien atau
keluarga dibagian administrasi
- Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan security
untuk mencari identitas pasien
- Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian administrasi akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas
- Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga atau penanggung
jawab melakukan pendaftaran dibagian administrasi.
9
- Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap dengan
disaksikan oleh perawat
- Setalah diisi dimasukan ke dalam status medik pasien.
10
F. Tata Laksana Visum Et Repertum
1. Petugas Penangguang Jawab
- Petugas Rekam Medik
- Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja Visum Et Repertum
- Formulir Visum et Repertum IGD
3. Tata Laksana Visum St Repertum
- Petugas IGD menerima surat perintah Visum Et Repertum dari pihak
kepolisian
- Surat perintah Visum Et Repertum diserahkan kebagian rekam medic
- Petugas rekam medik menyerahkan status medis kepada dokter jaga
yang bertugas menangani pasien terkait
- Setelah Visum Et Repertum diselesaikan oleh rekam medik maka
lembar yang asli diberikan kepihak kepolisian.
11
- Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD RSU
Wijayakusuma Kebumen.
- Isi informasi mencangkup :
a. Keadaan umum (keadaan tanda-tanda vital)
b. Peralatan yang diperlukan di IGD (suction, monitoring, defibrillator)
c. Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive
d. Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD dan menyiapkan
hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari
petugas ambulan.
12
d) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang
dituju.
13
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Assasemen IGD
14
DAFTAR PUSTAKA
15