PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Walaupun telah lebih dari seabad sejak pengamatan oleh Semmelweis, Lister,
dan lain-lain mencerahkan komunitas kedokteran mengenai mekanisme penularan
penyakit dan efektivitas asepsis bedah, namun pasien terus menderita berbagai
akibat dari infeksi nosokomial. Penyebab infeksi ini sering bersifat multifactor
dan tidak mudah diperbaiki. Sepanjang sejarah, teknologi dan terapi baru telah
memperbaiki kualitas pasien, tetapi hal-hal tersebut sering menimbulkan risiko
baru timbulnya penyulit infeksi.
5-10% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. 3% pasien meninggal
akibat infeksi nosokomial meskipun angka kematian bervariasi untuk sumber
sepsisnya. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahvva akibat infeksi
nosokomial, lama perawatan bertambah rata-rata empat hari dan biaya perawatan
meningkat. ICU yang mempunyai 2-7% dari tempat tidur rumah sakit, tetapi
angka kejadian infeksi nosokomialnya 30 - 40%.
Organisme penyebab infeksi bersumber dari exogen seperti kontaminasi imus,
alat-alat bantu pemafasan, ataupun bersumber dari flora endogen pasien sendiri
dari oropharing, saluran cerna, saluran kencing, dan permukaan kulit. Organisme
penyebab
infeksi
1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
organisme
luas akan menambah masalah. Obat ini membabat flora normal dalam saluran
gastro intestinal, pharing, dan saluran kencing dan kemudian diikuti
pertumbuhan vang berlebihan dengan ikatan yang lebih resisten.
Sumber Infeksi Nosokomial
Beberapa hal yang dapat menjadi sumber kejadian infeksi nosokomial meliputi:
1. Tindakan Invansif
Tindakan invansif adalah suatu tindakan menusukkan alat-alat kesehatan
2.3.
dari
sudut
2.4.
mikrobiologis.
d. Ketidaktahuan/ketidakmautahuan petugas terhadap tindakan aseptik.
e. Jumlah dan perilaku pengunjung.
Strategi Pencegahan Dan Penanganan Infeksi Nosokomial
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian infeksi
nosokomial adalah sebagai berikut:
4
Neomycin,
Nistatin
penyebarannya.
5. Pengelolaan Ruangan dan Lingkungan
Ruangan dan lingkungan harus dijaga kebersihan, kelembaban, penyinaran
dan ventilasinya. Juga periu dilakukan monitoring angka kuman ruangan dan
jenis mikrobia secara periodik, terutama ruang operasi, ICU, ruang bayi
beresiko.
6. Pengelolaan Sampah
Diruangan harus tersedia tempat sampah yang dibedakan antara sampah
biasa (tidak terkontaminasi) dengan sampah yang terkontaminasi, juga
sampah medis seperti ; spuit, Jarum, dan benda tajam lamnya harus
pasti
seperti
dirinya.
Menerapkan tehnik operasi yang benar.
Bekerja sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik, Mengikuti
operasi.
b. Penggunaan antibiotik profilaksis antibiotik profilaktik
diberikan
dengan indikasi yang tepat, baik single dose maupun yang kontinyu.
4) Infeksi karena alat-alat introvaskuler
Alat intravaskuler sudah umum di rumah sakil, khususnya di ICU,
dimana pasien sering menggunakan beberapa alat sekaligus. Alat-alat ini
memungkinkan masuknya mikro organisme ke dalam sirkulasi dan
meningkatkan
kemungkinan
terjadi
baktcriemia
dan
septicemia.
a. Tindakan Umum :
Cuci tangan secara adekuat.
Disinteksi kulit dengan benar.
Insersi dilakukan dengan prinsip aseptik.
Insersi dan pengelolaannya dilakukan oleh tim intravena.
Fiksasi yang kuat untuk mencegah perubahan posisi.
Selang-selang harus tertutup rapat.
Dilakukan dressing secara steril ditempat tusukan.
Monitor tempat tusukan setiap hari.
b. Tindakan Khusus:
Kateter vena perifer : kateter diputar-putar setiap 48 - 72 jam.
Kateter vena sentral dan kateter arteri pulmonal
- Preparasi tempat tusukan secara adekuat.
- Insersi dengan prinsip aseptik.
- Monitor tempat tusukan.
Kateter arteri:
- Ganti selang setelah 96 jam.
- Gunakan tehnik aseptik untuk memasang dome dan selangselang.
- Hindari stopcock yang tidak perlu.
2.5.
pasien
kritis
selama
pemindahan
seperti
harus
tetap
perjalanan. Semua peralatan tersebut liarus siap pakai dan diperiksa secara
teratur
Peralatan secara umum yang diperlukan antara lain tempat tidur atau
brancard yang aman selama perjalanan, kotak medis dengan berat di bawah 40
kg. Peralatan undik proteksi petugas seperti sarung tangan, masker, dan
sebagainya.
Apabila menggunakan peralatan elektronikaa harus dilengkapi dengan
baterai cadangan untuk 2 kali perhitungan. Alat komunikasi jarak jauh.
Peralatan selngkapnya dapat dilihat pada lampiran.
d. Prosedur
Tim transport harus terbebas dari tugas lain. Petugas penerima selalu siap
sebelum pemindahan dimulai. Waktu kedatangan diketahui dengan jelas.
Sebelum berangkat alal-alat siap, perbaikan pasien dapat dilakukan misalnya,
pemberian sedatif, mengganti cairan infus, transfusi yang habis, memasukan
obat-obat motorik telah masuk ke dalam infus, dan sebagainya. Pemberian
transport tidak boleh mengabaikan pengobatan dan perawatan dasar pasien.
e. Lintasan
Tempat tidur atau brancard, peralatan dan petugas dapat melewati seluruh
rute perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rute misalnya pintu
atau lift gunakan brancard. (Kelemahan brancard tidak cukup membawa alat
yang dibutuhkan). Hindari trauma pada pasien atau petugas selama
memindahkan pasien
Lift harus digunakan selain pengunjung atau wartawan sebelum
memindahkan pasien sehingga tidak menghambat perjalanan. Gerakan dan
gelaran yang kasar harus diminimalkan. Status pasien diperiksa setiap interval
tertentu. Segala pembalian keadaan pasien atau kondisi kritis yang mungkin
terjadi dicatat.
Pemindahan pasien dapat menggunakan tempat tidur dengan catatan
tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat
melewati seluruh rute.
2. Kategori Transportasi Pasien
a. Transportasi intra mural (pemindahan dalam satu lingkup RS).
11
1) Perencana
Koordinasi dan komunikasi yang baik antar tim evaluasi, dm ambulans
dan petugas pada kedua tujuan akhir adalah sangat penting. Komunikasi yang
kurang akan membatasi penyebaran informasi yang jelas dan memungkinkan
petugas spesialis kurang dapat mempertimbangkan dengan tepat akan adanya
situasi yang kritis. Saluran telepon dan faksimile mengenai resusitasi alau
pelaksanaan pasien krids sebelum dm evaluasi tiba.
2) Sumber Daya Manusia
Semua anggota dm harus mempunyai kemainpuan dan pengalaman dalam
diagnostik dan resusitasi. Petugas yang biasa terkena mabuk perjalanan
sebaiknya menghindari misi itu. Mabuk perjalanan bagi pasien juga perlu
diperhitungkan, karena dapat menyebabkan aspirasi. Medikasi yang paling
efektif
untuk
mabuk
perjalanan
adalah
Hydrobromide
Hyosine
dapat
menambah
dari
pasien. Tercabutnya
persendian
dan
terjamin keamanannya.
terputusnya
ahran
infus.
Infus
dengan
tekanan
dapat
12
4) Passage
Transportasi udara digunakan untuk lintas kota atau medan yang berat,
darat biasa digunakan untuk daerah perkotaan, atau daerah yang
memungkinkan. Pesawat udara menjadi pilihan untuk sebagian besar sistim
medik darural, baik helikopter ataupun pesawat. Masalah utama penggunaan
transport udara adalah
ketinggian
yang
menyebabkan berkurangnya
13
kecelakaan
sewaktu
menyelam.
Pasien dengan nyeri dikompresi atau emboh gas arterial tidak dapat
ditolelir walau kedalamannya rendah (100-200 m), karena gelembung
yang meluas akan mengakibatkan eksaserbasi gejala klinis. Untuk
perjalanan udara,
sebagian
besar
pasien
14
pemindahan pasien harus ditata dengan baik, sehingga dapat terhindar dari
bahaya baru atau resiko lain.
BAB 3
PENUTUP
15
3.1. Kesimpulan
16