Anda di halaman 1dari 44

PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

KATA PENGENTAR

Dari waktu ke waktu keberadaan institusi rumah sakit semakin di tuntut untuk
memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. Kebutuhan
ini sejalan dengan dua hal penting, yaitu semakin ketatnya kompetisi sector rumah sakit
seiring dengan peningkatan kesadaran dan tuntutan client / customer terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit.

Salah satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan ICU. Saat ini
pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca bedah tetapi
meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi /
gagal organ. Kelompok ini dapat berasal dari unit gawat darurat, kamar operasi, ruang
perawatan, ataupun kiriman dari rumah sakit lain . Biaya pengobatan pasien yang dirawat
di ICU jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ruang perawatan biasa. Kesemuanya
ini mengharuskan penerapan manajemen yang efektif dan efisien.

Pasien yang dirawat di ICU mempunyai resiko infeksi nosokomial yang lebih berat,
karena tidak jarang mendapat terapi nutrisi parenteral dan antibiotic yang lama, disfungsi
atau insufisiensi sistem kekebalan, respon stress metabolic meningkat, atau dipasangkan
alat-alat invasive ( seperti kateter vena sentral, katetr urine, NGT, dan ventilator ).
Akibatnya angka morbiditas dan mortalitas meningkat, dan untuk mengendalikannya
diperlikan biaya yang sangat tinggi.

Untuk menekan infeksi dan pengendalian infeksi nosokomial di ICU serendah


mungkin, maka diperlukan suatu panduan sebagai strategi yang komprehensif. Panduan
ini memberikan kemaslahatan bila petugas ICU konsisten melakukan pedoman ini,
semoga panduan ini dapat berguna dan dipergunakan oleh unit terkait dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Pada kesempatan baik ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat
dan pihak-pihak lain yang membantu hingga terwujudnya panduan ini. Saran dan kritik
kami harapkan untuk lebih menyempurnakan panduan ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tim Penyusun
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

DAFTAR ISI

Surat Keputusan Direksi RS Islam Jakarta Pondok Kopi

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang………………………………………………………………………1
2. Permasalahaan……………………………………………………………………...1

Bab II Ketentuan Umum

1. Pengertian…………………………………………………………………………...3
2. Batasan ……………………………………………………………………………...3
3. Patogenisis…………………………………………………………………………..4
4. Sumber Infeksi………………………………………………………………………6
5. Univesal Precoaution……………………………………………………………….8
6. Surveillens…………………………………………………………………………23
7. Upaya Pengendalian……………………………………………………………..25
8. Ruang Lingkup…………………………………………………………………….25

Bab III Penatalaksanaan

1. Ruang lingkup pelayanan ICU……………………………………………………….33


2. Lingkungan ICU………………………………………………………………………..34
3. Petugas dan Pasien…...………………………………………………………………34
4. Pengunjung Pasien atau keluarga ………………………………………………….34
5. Persyaratan peralatan di ruang ICU…………………………………………………34

Bab IV Monitoring dan Evaluasi……………………………………………………………...36

Bab V Penutup…………………………………………………………………………………37

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….

Lampiran…………………………………………………………………………………………
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Bab V Pencegahan Infeksi Intravascular Akibat Pemasangan IV kateter

Bab VI Pencegahan Infeksi Traktus Urinarius Akibat Pemasangan poly kateter

Bab VII Pencegahan Infeksi Luka Operasi ( ILO )

Bab VIII Pencegahan Resistensi Terhadap Antimikroba

Daftar Pustaka

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Infeksi Nosokomial terjadi di seluruh dunia dan mempengaruhi baik Negara


maju, Negara berkembang, maupun Negara miskin. Survei Prevalensi yang
dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit dari 14 negara mewakili 4 daerah
WHO ( Eropa, Mediterania Timur, Asia Selatan, Timur dan Pasifik Barat )
menunjukkan rata-rata 8,7 % pasien di rumah sakit menderita infeksinosokomial.
Pada suatu waktu, 1,4 juta orang diseluruh dunia menderita infeksi nosokomial
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Sebanyak 20 – 45 % infeksi nosokomial dirumah sakit terjadi diruang ICU,


walaupun ICU hanya mempunyai kapasitas tempat tidur 5 – 20 % dari jumlah total
tempat tidur di RS. Infeksi nosokomial di ICU semata-mata tidak disebabkan oleh
Mikroorganisme yang ada di ICU, namun juga mikroorganisme yang dibawa dari
lain sebelum pasien dibawa ke ICU, seperti UGD, Ruang Operasi, dan Ruang
Rawat Inap. Bukti ilmiah lebih jauh menunjukkan bahwa infeksi paling sering
berasal dari alat / prosedur operasi. Sumber infeksi lainnya adalah tangan dokter
/ perawat dan pengunjung, alat ventilator, alat penghisap ( suction ), dan botol
drainase, akses intravena, kateter urine, luka dan verban, botol desinfektan, troly,
penggunaan antibiotic yang tidak rasional (bahkan sampai menyebabkan sepsis).

2. Permasalahan
Infeksi nosokomial mempunyai pengaruh terhadap berbagai aspek. Infeksi
nosokomial menyebabkan ketidakmampuan secara fungsi dan meningkatkan
stress pasien yang mengarah pada penurunan kualitas hidup. Infeksi ini juga
sebagai salah satu penyebab utama kematian.
Penggunaan obat yang meningkat,kebutuhan untuk ruang isolasi / Ruang
khusus, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic lain,
bertambahnya waktu rawat inap akan meningkatkan biaya.
Telah diketahui bahwa kewaspadaan umum seperti mencuci tangan,
memakai sarung tangan dan tindakan aseptik lainnya dapat menurunkan angka
insiden infeksi. Kebanyekan staf medis telah mengetahui hal tersebut, namun
seringkali prosedur ini tidak dilakukan sehingga dapat meningkatkan transmisi
organisme.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

BAB II

KETENTUAN UMUM

1. Pengertian

Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang


di rawat di RS. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap
tempat di RS. Infeksi nosokomial juga diartikan sebagai infeksi yang di
dapat selama masa perawatan atau pemeriksaan di RS tanpa ada tanda-
tanda infeksi sebelumnya, dan minimal terjadi 48 jam sesudah masuk
kuman. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial
serta menekan angka infeksi ke tingkat paling rendah perlu adanya upaya
pengendalian infeksi nosokomial.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab


pimpinan RS, dokter atau perawat saja tetapi merupakan tanggung jawab
bersama dan melibatkan semua unsur / profesi yang terkait di RS.

2. Batasan

Suatu infeksi dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila :

a. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak


sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak pasien mulai
dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama
darimasa inkubasinya.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat di buktikan bahwa infeksi
tersebut berasal dari RS.

3. Patogenesis

Interaksi antara pejamu ( pasien, perawat, dokter, dll ), agen (


mokroorganisme pathogen ) dan lingkungan (lingkungan RS, prosedur
pengobatan, dll ) menentukan seseorang dapat terinfeksi atau tidak.

( Gambar 1 )

Pejamu

Agen Lingkungan
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Gambar 1. Interaksi antara pejamu, agen, dan lingkungan

Mikroorganisme dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial


tergantung dari :

- Kemampuan menempel pada permukaan sel pejamu.


- Dosis yang tidak efektif.
- Kemampuan untuk invasi dan reproduksi.
- Kemampuan memproduksi toksin.
- Kemampuan menekan sistem imun penjamu.

Sedangkan berbagai faktor dalam penjamu yang mempengaruhi


timbulnya infeksi nosokomial adalah :

- Usia.
- Penyakit dasar yang mempermudah terjadinya anfeksi atau
menurunkan imunitas pejamu.
- Sistem imun.
- Resistensi tidak spesifik yang diturunkan secara genetik.
- Faktor Psikologi.

Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam terjadinya infeksi


nosokomial. Lingkungan ini dapat mencegah maupun meningkatkan
kemungkinan timbulnya infeksi nosokomial.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur
kontak, jalur droplet dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas
kontaklangsung dan tidak langsung. Kontak langsung adalah adanya
kontak fisik langsung antara pusat infeksi dengan pejamu. Sedangkan
kontak tidak langsung merupaka jalur penyebaran yang paling sering,
misalnya melalui tangan dokter, tangan perawat, alat medis atau darah.

Mekanisme penyebaran melalui percikan ( droplet ) :

Droplet adalah partikel yang keluar dari pernafasan dengan ukuran µm,
tinggal di udara dalam waktu yang pendek dan hanya beredar beberapa
meter sebelum jatuh ke lantai oleh karena pengaruh gravitasi. Droplet
dikeluarkan dengan cara batuk, bersin, atau tindakan medic seperti
aspirasi sekresi trakeal atau broncoskopi. Infeksi meningokokel dan
pertussis banyak ditularkan melalui jalur ini.

Mekanisme penyebaran melalui debu :

Debu adalah partikel dengan ukuran ≤ 5 µm yang dapat tinggal di udara


dalam waktu yang lama dan peredarannya lebih dari beberapa meter,
lebih banyak dipengaruhi oleh gelombang udara daripada gravitasi.
Partikel debu dapat beredar lama di udara RS, kecuali pada ventilasi
yang baik. Spora jamur dapat disebarkan dengan cara yang sama.

4. Sumber infeksi
a. Petugas RS ( perilaku ).
 Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
 Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
 Kurang atau tidak memperhatikan tehnik aseptik dan antiseptik.
 Menderita suatu penyakit tertentu.
 Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan.
b. Alat-alat yang dipakai ( alat kedokteran / kesehatan, linenndan lainnya )
 Kotor atau kurang bersih / tidak steril.
 Rusak atau tidak layak pakai.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

 Penyimpanan yang kurang baik.


 Dipakai berulang-ulang.
 Lewat batas waktu pemakaian.
c. Pasien
 Kondisi yang sangat lemah.
 Kebersihan kurang
 Menderita penyakit / kronis menahun.
 Menderita penyakit menular / infeksi.
d. Lingkungan
 Tidak ada sinar matahari / penerangan yang masuk.
 Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik.
 Ruangan lembab.
 Banyak serangga

5. Faktor penyebab infeksi


a. Banyaknya pasien yang dirawat di RS yang dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lain.
b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya.
c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas RS yang
terinfeksi.
d. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi.
e. Kurangnya perhatian tindakan aseptic dan antiseptic.
f. Kondisi pasien yang lemah.
Pencegahan
Untuk mencegah atau/ mengurangi terjadinya infeksi nosokomial perlu
diperhatikan:
a. Petugas
 Bekerja sesuai dengan Standard Operating Prosedur ( SPO ).
 Prinsip kewaspadaan universal.
 Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

 Bila sakit segera berobat.


b. Alat-alat
 Perhatikan kebersihan alat medik / non medik.
 Penyimpanan yang benar first in first out ( fifo ).
 Alat-alat yang rusak segera di ganti.
c. Lingkungan
 Penerangan cukup.
 Ventilasi / sirkulasi udara baik.
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban.
 Pembuangan limbah.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

UNIVERSAL PRECAUTION

Hand Hygiene
Rekomendasi ini dirancang untuk memperbaiki pelatihan hygiene tangan praktisi
kesehatan dan untuk mengurangi transmisi mikroorganisme pathogen ke pasien.
CDC mengelompokkan rekomendasi tersebut menjadi beberapa kategori :
Sangat direkomendasikan untuk
Kategori 1A dilaksanakan dan di dukung kuat oleh
studi eksperimental, klinis, atau
etidemiologis dengan metodologi yang
baik.
Sangat direkomendasikan untuk
Kategori 1B dilaksanakan dan didukung oleh
beberapa studi eksperimental, klinis
atau epidemiologis dan kesepakatan
teoritis rasional.
Diperlukan untuk dilaksanakan, seperti
Kategori 1C yang diperintahkan oleh
Negara/peraturan pemerintah atau
suatu standar.
Dianjurkan untuk dilaksanakan dan di
Kategori II dukung oleh studi klinis atau
epidemiologis yang sugestif atau teori
rasional.
Tidak ada masalah yang belum terpecahkan. Kegiatan dimana rekomendasi
tidak ada fakta-fakta yang cukup atau tidak ada consensus tentang manfaat
kegiatan tersebut.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

1. Petunjuk untuk cuci tangan dan antisepsis tangan

KATEGORI
A. Cuci tangan dengan sabun non-anti microba dan
air atau dengan sabun anti microba dan air pada
saat tangan tanpa kotor atau terkontaminasi IA
dengan bahan yang mengandung protein.
B. Apabila tangan tidak tampak kotor, gunakan bahan
anti septik berbahan alcohol (tidak mengandung
air) untuk bersihkan tangan rutin dalam situasi IA
klinik lain seperti yang digambarkan dalam uraian
I.C sampai I.K dalam daftar berikut ini.
C. Pada ruang perawatan dimana bahan anti septik
berbahan dasar alcohol (tidak mengandung air)
tersedia, lengkapi praktisi kesehatan dengan sabun
non-antimicroba untuk digunakan pada saat tangan
tampak kotor/terkontaminasi dengan bahan yang
mengandung protein. Tersedianya bahan anti II
septik berbahan alcohol dan sabun antimicroba
dalam unit perawatan yang sama tidak diperlukan,
dan dapat membingungkan praktisi kesehatan.
D. Meskipun bahan antiseptic yang tidak mengandung
air menjadi pilihan, antisepsis tangan
menggunakan sabun antimicroba mungkin dapat
mempertimbangkan dimana keterbatasan waktu IB
tidak menjadi masalah dan kemudahan mencapai
fasilitas hygiene tangan dapat dipastikan, atau
perawat rentan terhadap produk anti septik
berbahan dasar alcohol yang digunakan dalam
institusi.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

E. bersihkan tangan setelah kontak dengan kulit


pasien (seperti dalam pengukuran tekanan darah IB
dan nadi, atau mengangkat pasien).
F. Bersihkan tangan setelah kontak dengan cairan
tubuh/hasil ekskresi tubuh, membrane mukosa, IA
kulit yang tidak utuh selama kulit tidak terlihat kotor
G. Bersihkan tangan terlebih dulu jika berpindah dari
bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh II
yang bersih pada waktu perawatan pasien.
H. Bersihkan tangan setelah kontak dengan benda
mati (termasuk peralatan kesehatan) disekitar II
pasien.
I. Bersihkan tangan sebelum merawat pasien dengan
neutropenia berat atau bentuk imunosupresi II
beratlainnya.
J. Bersihkan tangan sebelum menggunakan sarung
tangan untuk memasang kateter intravaskuler IB
sentral.
K. Bersihkan tangan sebelum memasang kateter urin,
atau alat invasive lainnya yang tidak memerlukan IB
prosedur bedah.
L. Bersihkan tangan setelah melepaskan sarung IB
tangan.
M. Untuk memperbaiki ketaatan hygiene tangan para
praktisi kesehatan di unit/instansi dengan beban IA
kerja yang tinggi dan intensitas perawatan pasien
yang tinggi, diharapkan harus disiapkan bahan
antiseptic berbahan dasar alcohol(tidak
mengandung air) pada saat pintu masuk keruangan
pasien atau pada sisi tempat tidur, pada lokasi lain
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

yang sesuai, dan dalam kemasan individu yang


dapat dibawa oleh praktisi kesehatan.

2. Teknik hygiene tangan

KATEGORI
A. Pada waktu membersihkan tangan dengan
bahan antiseptic yang tidak mengandung air
seperti berbahan dasar alcohol, tuangkan
pada telapak tangan yang satu kemudian
gosok kedua tangan bersamaan, meliputi
seluruh permukaan tangan dan jari, hingga IB
mongering. Ikuti volume penggunaan yang
direkomendasikan oleh pabrik. Jika volume
sabun berbahan alcohol yang digunakan
memadai, tangan akan kering dalam waktu 15-
25 detik.
B. Pada waktu mencuci tangan dengan sabun
non-antimicroba atau sabun antimicroba,
pertama-tama basahi tangan dengan air
hangat, tuangkan 2-5 ml sabun pada tangan
dan gosok kedua tangan dengan cermat IB
selama minimal 15 detik, meliputi seluruh
permukaan tangan dan jari. Bilas tangan
dengan air hangat dan keringkan dengan tisue.
Gunakan tisue pada waktu mematikan kran air.

3. Pemilihan bahan untuk hygiene tangan

KATEGORI
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

A. Sediakan produk hygiene tangan yang baik


bagi praktisi kesehatan yaitu produk yang
hanya tidak atau sedikit menimbulkan iritasi, IB
terutama sekali pada waktu digunakan
beberapa kali dalam tugas.
B. Untuk memaksimalkan penerimaan produk
hygiene tangan oleh praktisi kesehatan, perlu
dipertimbangkan pengumpulan pendapat dari
perawat tentang rasa, bau dan toleransi kulit IB
atas beberapa produk. Harga produk hygiene
tangan seharusnya tidak menjadi faktor utama
dalam pemilihan produk.
C. Sebelum membuat keputusan untuk membeli,
perlu di lakukan evaluasi kemasan
penampung (dispenser) produk dari berbagai II
produsen untuk memastikan fungsi dan
pengeluaran volume dalam jumlah yang tepat.
D. Jangan menambahkan sabun pada
penampung yang belum kosong, hal ini dapat IIA
menyebabkan sabun terkontaminasi bakteri.

4. Aspek lain dari hygiene tangan


KATEGORI
A. Jangan menggunakan kuku palsu pada saat IA
memberikan perawatan pada pasien.
B. Panjang kuku harus kurang dari ¼ inci . II
C. Pergunakan sarung tangan apabila di ketahui IC
akan terjadi kontak dengan darah atau bahan
infeksius lain, membaran mukossa dan kulit
tidak intak.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

D. Lepaskan sarung tangan setelah merawat IB


pasien. Jangan pergunakan sarung tangan
yang sama dalam merawat lebih dari satu
pasien, dan jangan cuci sarung tangan dalam
merawat antar pasien.
E. Ganti sarung tangan selama merawat pasien II
jika berpindah dari bagian tubuh yang
terkontaminasi ke bagian tubuh yang bersih.
F. Tidak ada rekomendasi tentang pemakaian Tidak ada rekomendasi
cincin.

5. Perawatan kulit
KATEGORI
A. Menyediakan lotion atau krim tangan bagi
praktisi kesehatan untuk meminimalkan IA
dermatitis kontak iritan karena antisepsis
tangan atau cuci tangan.
B. Mengumpulkan informasi dari produsen IB
tentang berbagai efek samping lotion, krim
atau antisepsis tangan berbahan dasar alcohol
yang mungkin memliki efek persisten atas
penggunaan sabun antimicroba pada suatu
institusi.

Standard precaution untuk perawatan seluruh pasien.


KATEGORI
A. Cuci tangan
1. Cuci tangan setelah menyentuh
darah, cairan tubuh, cairan sekresi,
ekskresi dan produk yang
terkontaminasi baik dengan
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

menggunakan sarung tangan atau IB


tidak. Cuci tangan segera setelah
sarung tangan di lepas, setelah
kontak dengan pasien serta
menghindari pemindahan micro
organisme terhadap pasien lain dan
lingkungan.
2. Gunakan sabun non-antimicroba
untuk cuci tangan secara rutin.
3. Gunakan sabun anti microba atau
sabun antiseptic bebas air untuk
kondisi tertentu (contoh apabila
terjadi wabah).
B. Sarung tangan
Gunakan sarung tangan (bersih, tidak steril
sudah cukup) pada saat menyentuh darah,
cairan tubuh, cairan sekresi, ekskresi dan
produk yang terkontaminasi. Gunakan
sarung tangan bersih pada saat sebelum
menyentuh mukrosa membrane dan kulit
tidak utuh. Ganti sarung tangan diantara
pelaksanaan tugas atau prosedur pada
pasien yang sama setelah kontak dengan IB
bahan yang mungkin banyak mengandung
microorganism. Segera lepaskan sarung
tangan setelah digunakan, sebelum
menyentuh benda-benda yang tidak
terkontaminasi dan perukaan lingkungan
dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan
cuci tangan segera untuk menghindari
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

perpindahan microorganism ke pasien lain


dan lingkungan.
C. Masker, pelindung mata, pelindung
muka
Gunakan masker dan pelindung IB
mata/pelindung muka untuk melindungi
membrane mukosa mata, hidung dan mulut
selama perawatan pasien yang mungkin
menyebabkan percikan darah, cairan
tubuh, cairan sekresi dan ekskresi.
D. Baju
Gunakan baju bersih untuk melindungi kulit
dan mencegah baju menjadi kotor selama
prosedur dan perawatan pasien, yang
disebabkan karena percikan darah, cairan
tubuh, cairan sekresi dan ekskresi. Pilih
baju yang tepat untuk melakukan kegiatan IB
agar terlindung dari percikan. Lepaskan
baju yang terkontaminasi sesegera
mungkin dan cuci tangan untuk
menghindari pemindahan microorganism
ke pasien lain atau lingkungan.
E. Alat-alat perawatan pasien
Tangani alat-alat perawatan pasien yang
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi dengan benar
sehingga mendapat mencegah pajanan
terhadap kulit dan membrane mukosa,
kontaminasi pakaian, dan pemindakan IB
microorganism kepasien lain dan
lingkungannya. Pastikan alat yang dapat
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

dipakai kembali tidak digunakan sebelum


dibersihkan dan diproses dengan tepat,
pastikan penggunaan alat-alat sekali pakai
dibuang dengan benar.
F. Control lingkungan
Pastikan Rumah Sakit memiliki prosedur IB
yang ade kuat untuk perawatan rutin,
pembersihan dan desinfeksi permukaan
lingkungan tempat tidur, pengaman tempat
tidur, peralatan lain di samping tempat tidur,
dan permukaan lain yang sering di sentuh
dan memastikan prosedur yang di
terapkan.
G. Linen
Penanganan, transportasi dan pengolahan
linen yang terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan
yang tepat dapat mencegah pajanankulit IB
membranmukosa mengkontaminasi
pakaian serta menghindari pemindahan
microorganism ke pasien lain dan
lingkungan.

Pencegahaan dan Pengendalian


KATEGORI
A. Penempatan pasien
Tempatkan pasien pada tempat khusus yang IB
memiliki fasilitas pemantauan tekanan udara
negative pada lingkungan dengan sekitar 6-12
kali pertukaran / jam dan pemantauan efisiensi
filtrasi udara sebelum udara disirkulasikan
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

keruangan lain di RS.Pintu ruangan harus


selalu tertutup bila pasien ada didalam. Jika
tidak tersedia ruang khusus, tempatkan pasien
di dalam ruangan bersama pasien lain yang
terinfeksi dengan organisme sama atau jika
tidak tersedia ruang khusus, konsultasikan
dengan petugas pengendalian infeksi
mengenai penempatan pasien dan
alternatifnya.
B. Pelindung respirasi
Gunakan pelindung respirasi ketika memasuki
ruangan pasien yang diduga menderita TB
paru yang infeksius. Orang yang rentan tidak
di izinkan masuk ke ruang pasien.yang
mendrita campak, rubella atau varicella jika
masih terdapat perawat lain dan jika
mempunyai daya tahan tubuh yang baik. Jika IB
orang yang rentan terpaksa harus masuk ke
dalam ruangan harus menggunakan masker
pelindung. Orang yang kebal terhadap campak
atau varisela prlu menggunakan masker.
C. Transportasi pasien
Batasi pergerakan dan pemindahan pasien IB
dari ruangan hanya untuk tujuan penting. Jika
diperlukan dan memungkinkan. Minimalkan
percikan droplet pasien dengan menggunakan
masker oprasi.
D. Kewaspadaan tambahan untuk mencegah
penularan TB. Untuk pencegahan penularan IB
TB,gunakan petunjuk yang direkomendasikan
oleh CDC.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

1. Kewaspadaan terhadap droplet

Sebagai tambahan, gunakan kewaspadaan terhadap droplet atau sejenisnya


untuk pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi dengan mikroorganisme yang
menular melalui droplet ( partikel > 5 mm ) pada saat pasien batuk, bersin, atau
bicara.
KATEGORI
A. Penempatan pasien
Tempatkan pasien diruang khusus. Jika tidak
tersedia ruang khusus, tempatkan pasien
dengan pasien lain yang menderita infeksi
dengan jenis organisme yang sama tanpa
adanya infeksi lain. Jika ruang khusus tidak IB
tersedia dan penggabungan pasien tidak
memungkinkan , pertahankan jarak minimal 3
kaki antara pasien yang terinfeksi dengan
pasien lain dan pengunjung. Penanganan
khusus ventilasi tidak diperlukan dan pintu
boleh di buka.
B. Masker
Disamping menggunakan masker yang sesuai
standar kewaspadaan, gunakan masker bila IB
bekerja dalam jarak 3 kaki dari pasien yang
C. Transport pasien
Batasi pergerakan dan pemindahan pasien
dari ruangan hanya untuk tujuan yang penting
saja. Jika memungkinkan, pasien dapat IB
menggunakan masker untuk meminimalkan
percikan.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

2. Kewaspadaan kontak

Kewaspadaan terhadap kontak bagi pasien tertentu yang diketahui atau diduga
terinfeksi mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan
pasien ( tangan atau kulit ke kulit yang terjadi saat melakukan perawatan ) atau
kontak tidak langsung dengan menyentuh permukaanlingkungan atau alat-alat
untuk merawat pasien.
KATEGORI
A. Penempatan pasien
Tempatkan pasien diruangan khusus . Jika
tidak tersedia ruang khusus, tempatkan
bersama dengan pasien yang terinfeksi
dengan mikroorganisme yang sama, tanpa
ada infeksi lain Jika hal ini tidak tercapai,
tempatkan pasien dengan mempertimbangkan IB
pidemiologi microorganism dan populasi.
Disarankan untuk melakukan konsultasi
dengan petugas pengendalian infeksi sebelum
penempatan pasien.
B. Sarung tangan
Gunakan sarung tangan bersih, non steril saat IB
memasuki ruangan. Selama merawat pasien ,
ganti sarung tangan setelah kontak dengan
bahan infeksius yang mungkin mengandung
mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (
feses dan drainase luka). Lepas sarung tangan
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan
cuci tangan segera dengan sabun antimikroba
atau cairan antiseptic yang tidak mengandung
air.Setelah itu, pastikan tangan tidak
menyentuh permukaan lingkungan yang
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

mungkin terkontaminasi atau benda-benda


yang ada di ruangan pasien untuk menghindari
penularan mikroorganisme ke pasien atau
ruangan lain.
C. Disamping penggunaan baju sesuai dengan
standar kewaspadaan , gunakan baju (bersih,
non-steril sudah cukup) saat memasuki
ruangan jika anda menduga baju anda akan
kontak dengan pasien, lingkungan, benda-
benda diruang pasien atau pasien dengan
inkontinensia, diare, ikostomi, kolostomi atau IB
drainase luka yang tidak ditutup, Lepaskan
baju sebelum meninggalkan ruangan pasien,
kemudian pastika baju tidak menyentuh
permukaan lingkungan terkontaminasi untuk
menghindari penularan mikroorganisme ke
pasien atau ruangan lain.
D. Transportasi pasien
Batasi pergerakan dan pemindahan pasien
dari ruangan hanya untuk tujuan yang penting
saja. Jika memungkinkan, pasien dapat IB
menggunakan masker untuk meminimalkan
percikan.
E. Peralatan perawatan pasien
Jika memungkinkan gunakan peralatan hanya
untuk satu pasien ( atau pasien terinfeksi
dengan kuman perlu kewaspadaan ) untuk
menghindari panggunaan bersama. Jika
penggunaan alat secara secara bersama tidak
dapat di hindari maka pembersihan dan
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

desinfeksi secara adekuat harus dilakukan


sebelum digunakan kepada pasien lain.
F. Kewaspadaan tambahan untuk mencegah
meluasnya resistensi terhadap Vancomicyn,
konsultasikan dengan CDC.

Desain ICU
Berikut ini adalah desain ICU yang direkomendasikan untuk mengendalikan
infeksi :
 Luas setiap kamar setiap 20 m² sedangkan untuk ruang isolasi luas satu
kamar kurang lebih 22 m².
 Untuk setiap 8 tempat tidur harus tersedia 1-2 ruang isolasi.
 Jarak tempat tidur satu dengan jarak tempat tidur lain kurang lebih 10-12
kaki.
 Untuk setiap tempat tidur, tersedia fasilitas desinfektan tangan.
 Lantai dan dinding harus dapat dicuci/dibersihkan.
 Furniture yang digunakan harus minimal.
 Peralatan monitor harus tidak bersentuhan dengan lantai, mudah
dipindahkan dan dibersihkan.
 Peralatan pengisap lendir dan sphygmomanometer harus menempel pada
dinding dan mudah dilepaskan.
Pembersihan lingkungan di ICU
Pembersihan rutin dilakukan setiap hari. Sembilan puluh persen mikroorganisme
berada dalam kotoran yang kasat mata, dimana tujuan pembersihan rutin adalah
untuk menghilangkan kotoran. Harus ada kebijakan mengenai frekuensi
pembersihan, bahan-bahan pembersih yang digunakan untuk dinding, lantai,
jendela, tempat tidur, gorden, furniture, kamar mandi dan alat-alat medis yang
dapat digunakan kembali. Salah satu alternative untuk desinfeksi dalam
pembersihan lingkungan adalah dengan menggunakan air panas. Untuk peralatan
sanitasi gunakan air Panas dengan suhu 80°C selama 45-60 detik. Untuk
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

peralatan masak gunakan suhu 80°C selama 60 detik. Sedangkan untuk linen
gunakan suhu 70°C selam 25 menit atau suhu 95°C selama 10 menit.
Desinfeksi peralatan yang digunakan pasien
Desinfeksi adalah suatu proses mematikan sebagian mikroorganisme dari alat
medik. Desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan panas atau bahan kimia.
Desinfeksi dengan menggunakan panas misalnya air mendidih dengan suhu
100°C atau passeurisasi dengan suhu 60-80°C.
Prosedur desinfeksi harus memenuhi kriteria:
 Membunuh mikroorganisme
 Mempunyai efek detergen
 Mampu memusnahkan sejumlah bakteri tanpa bantuan sabun atau
deterjen. Derajat kekerasan air, sabun dan protein dapat menghambat kerja
desinfektan.
Untuk dapat dipakai di lingkungan rumah sakit desinfekran harus:

 Mudah digunakan
 Tidak mudah menguap
 Tidak berbahaya untuk peralatan, petugas dan pasien
 Bebas dari bau yang tidak menyenangkan
 Efektif digunakan dalam waktu singkat
Desinfektan berdasarkan kemampuan desinfektan terhadap mikroorganisme
dibagi atas:

 Desinfeksi tingkat tinggi (high level disinfection)


 Desinfeksi tingkat sedang (intermediate level disinfection)
 Desinfeksi tingkat rendah (low level disinfection)
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Table 1. Aktivitas spectrum yang di capai oleh desinfektan

Tingkat Aktivitas Kandungan zat aktif Faktor yang


desinfeksi spectrum mempengaruhi
desinfektan efektivitas
desinfektan
Tinggi - Spora - asam perasetat - Konsentrasi
- Ikrobakterial - chlorine dioxide - Waktu kontak
- formaldehid - Suhu
- glutaraldehid - Adanya bahan
Sedang - Virus - natrium hipoklotit - Organic
- Jamur - hydrogen - pH
- Bakteri penoksida yang - adanya ion
stabil kalsium atau
- succinaldehyde magsenium
- turunan fenoi - formulasi
- alcohol baik etil
maupun
Rendah isopropyl.
- Tuberkolosis - Ammonium
- Virus kuartener
- Jamur - Amphiprotic
- Bakteri - Asam amino

Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora.

Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan efektif untuk pengelolaan alat medis
penting. Sterilisasi dapat dilakukan dengan proses kimia maupun fisika.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

I. Surveillens
Jumlah pasien yang menderita infeksi nosokomial di RS merupakan
indikator kualitas dan keamanan perawatan RS. Dalam hal ini bagian
surveillens bertugas untuk memantau jumlah infeksi nosokomial dengan
melakukan identifikasi masalah lokasi, prioritas masalah dan evaluasi kegiatan
pengendalian infeksi.Tujuan utama surveillens infeksi nosokomial adalah untuk
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial sehingga dapat menekan
biaya perawatan RS.
Program surveillens juga sangat spesifik, mencakup seluruh karyawan
RS baik tenaga kesehatan, tenaga penunjang keperawatan dan administrasi
harus mengetahui apa itu infeksi nosokomial, resistensi,antimikroba dan
mereka mendukung penuh hal tersebut untuk kegiatan pencegahan, harus
selalu memantau insidens, prevalensi, distribusi infeksi nosokomial dan
kemungkinan terjadinya insidens di dalam dan antar RS , identifikasi dan
evaluasi hasil program preventif.
Karakteristik sistem surveillens meliputi waktu yang singkat, sederhana,
fleksibel, mudah diterima dan representative. Sedangakn data dalam sistem
surveillens ini harus cukup sensitive dan spesifik sesuai dengan tujuan
surveillens.
a. Kegiatan
Kegiatan surveillens meliputi :
 Pengumpulan data.
 Analisa data.
 Penyebaran.

Kegiatan surveillens di RS meliputi kegiatan pemantauan pasien dan unit,


jenis infeksi dan informasi yang relevan untuk tiap kasus, frekuensi dan
durasi pemantauan, metode pengumpulan data secara keseluruhan,
analisa data, umpan balik dan penyebarluasan.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

b. Metode
Dapat dilakukan berbagai cara surveillens yaitu :
 Surveillens Komprehensif
 Surveillens Selektif

Surveillens komprehensif adalah pemantauan kejadian infeksi di


seluruh RS. Surveillen selektif adalah pementauan jenis infeksi tertentu
atau bagian pelayanan tertentu saja.

Surveillens selektif antara lain meliputi :

 Surveillens periodik komprehensif, dengan interval waktu tertentu


misalnya 3 bulan sekali.
 Surveillens menurut jenis pelayanan.Surveillens dengan cara ini
terbatas untuk jenis pelayanan / bagian tertentu, misalnya bagian
bedah untuk jenis ini . Surveillens dapat dilakukan untuk segala
macam jenis infeksi luka operasi.
 Surveillens laboratorium.Metode ini berguna sebagai sistem
peringatan dini bila terjadi peningkatan jumlah isolasi kuman
tertentu.
 Survei prevalensi. Survei ini bertujuan mengukur semua kasus aktif
yang ada ( lama dan baru ) pada saat survei dilaksanakan pada
suatu populasi tertentu yang mendapat risiko pada suatu interval
waktu tertentu pula.
 Survei ini dilakukan di RS yang tidak mempunyai tenaga dan sumber
danayang cukup untuk melaksanakan surveillans rutin.
c. Pelaksanaan
Setiap RS dapat memilih metode surveillens sesuai dengan
keadaan dan kemampuan RS masing-masing. Hal yang penting
diperhatiakn adalah adanya kegiatan surveillens teratur dan terus menerus
dengan metode yang konsisten sebagai salah satu upaya untuk menunjang
program pengendalian infeksi. Untuk ini perlu dibuat definisi operasional
untuk setiap jenis infeksi dipantau / dikendalikan.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Mengingat masalah infeksi nosokomial terbesar adalah infeksi


luka operasi, pneumonia, infeksi saluran kemih dan bacteremia maka pada
tahap awal dianjurkan agar kegiatan pengendalian di tujukan pada seluruh
atau salah satu jenis infeksi tersebut, selanjutnya dapat dikembangkan
pada jenis infeksi lain sesuai dengan kemampuan RS.
II. Upaya Pengendalian
Sebagaimana diuraikan sebelumnya upaya pengendalian / pemberantasan
terutama di tujukan kepada penurunan laju infeksi luka operasi, bacteremia,
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Untuk itu perlu di susun
panduan standar cara-cara asuhan pasien kebijakan lain dan pedoman lain
yang meliputi :
 Isolasi pasien
 Tehnik aseptik yang adekuat misalnya tehnik aseptik untuk cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, larutan
antiseptik dan cara penggunaannya.
III. Ruang Lingkup
1. Infeksi Luka Operasi / ILO adalah tiga penyebab utama infeksi nosokomial
yaitu 14-16% dari semua infeksi nosokomial diantara pasien yang dirawat
di rumah sakit. Dari seluruh pasien yang dioperasi, ILO merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial (38%) dari semua infeksi yang berhasil
dicatat. Dua pertiga dari ILO disebabkan oleh insisi dan sepertiga
melibatkan organ atau rongga yang tebentuk saat operasi dilakukan. Pada
pasien bedah yang meninggal, 77 % dari kematian dihubungkan dengan
ILO nosokomial dan mayoritas (93%) merupakan infeksi infeksi serius yang
melibatkan organ atau rongga yang terjadi sewaktu operasi. Dengan
adanya ILO, masa rawat inap di rumah sakit meningkat dan biaya
perawatan meningkat pula.

Meskipun telah ada kemajuan dalam pengendalian infeksi, termasuk


misalnya perbaikan ventilasi ruang operasi, metode sterilisasi dan
ketersediaan antimikroba sebagai profilaksi, namun ILO tetap merupakan
penyebab terbanyak morbilitas dan mortalitas pasien yang di rawat di
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

rumah sakit. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh munculnya pathogen
yang resisten antimikroba serta meningkatnya jumlah pasien bedah usia
lanjut dengan atau disertai penyakit kronik maupun penyakit yang
berhubungan dengan imunitas. Selain itu mungkin pula disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pemakaian implant prosthesis dan operasi
transpantasi organ. Oleh sebab itu, untuk menurunkan angka risiko ILO,
suatu pendekatan yang sistemik namun realistic harus dilakukan, dengan
memperhatikan bahwa risiko tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pasien,
operasi, personil, dan rumah sakit.

2. Infeksi saluran kemih / ISK adalah invasi bakteri pada saluran kemih
sehingga menimbulkan reaksi inflamasi urothelium. Kateter urine
digunakan oleh 15-25% pasien yang dirawat. Indikasi penggunaan kateter
antara lain :
- Retensi urine
- Inkontinensia urine
- Pembedahan
- Monitor pada kondisi penurunan kesadaran
- Diagnostic

Indikator utama terjadinya ISK adalah bacteria dan leukosituria. Bakteruiria


adalah terdapatnya bakteri di dalam urine, dimana normalnya bebas
bakteri. Bakteriuria tanpa ISK dapat terjadi karena kontaminasi kulit, uretra,
preputium atau introitus. Leukosituria adalah meningkatnya leukosituria
dalam urine. Leukosituria mengindikasikan adanya infeksi atau reaksi
inflamasi urothel terhadap bakteri. Jumlah leukosit normal pada urine pria
1-2/lpb dan ≤/lpb pada wanita. Infeksi saluran kemih yang terjadi di rumah
sakit disebut juga CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection).
Patogenesis CAUTI adalah proses masuknya bakteri pada awal saat
pemasangan dengan inokulasi mekanik atau teknik pemasangan yang
buruk. Pada tahap lanjut, masuknya bakteri dapat melalui ekstra dan
inttaluminal route. Bakteri ini dapat berkembang biak di sepanjang lumen
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

kateter urine dan membentuk biofilm. Bakteri yang tumbuh di dalam biofilm
ini antara lain Pseudomonas dan Klebsiella. Presentasi klinis CAUTI yang
paling sering adalah asymptomatis. Keluhan lain yang sering timbul adalah
rasa tak nyaman di suprapubis, demam, menggigil dan nyeri pinggang.
Angka kejadian CAUTI adalah lebih dari 40% dari seluruh infeksi
nosokomial.

Faktor resiko pada CAUTI adalah :

- Wanita
- Usia lanjut
- Tanpa antibiotic sistemik
- Perawatan kateter yang tidak baik
- Lama penggunaan lebih dari 7x24 jam

3. Ventilator Associated Pneumonia / VAP adalah yang didapat bila lebih


dari 48 jam Setelah menggunakan ventilasi mekanik. VAP didapatkan
terutama pada penderita pasca operasi rongga thoraks dan abdomen
bagian atas dengan ventilasi mekanis dan resisten terhadap berbagai
antibiotic.

VAP dibedakan :

- Phase dini : <5 hari


- Phase lambat : >5 hari

VAP menjadi penting secara epidemiologis karena banyak kasus terjadi


dengan resiko peningkatan kolonisasi bakteru pathogen dan resisten
terhadap berbagai antibiotik. Selain itu, sulit mendiagnosa VAP terutama
pada penderita dengan ventilasi mekanis, karena sering mirip dengan
trakheobronkhitis/infeksi saluran nafas bagian bawah yang lain.

Health Care Associated Penumonia / HCAP adalah infeksi saluran nafas


bawah yang mengenai parenkrim paru dimana pasien TIDAK di instubasi
dan terjadi >48 jam masa rawat, serta tidak dalam masa inkubasi. HCAP
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

terjadi pada 25% pasien perawatan ICU. Sedangkan VAP terjadi pada 9-
27% pasien yang diintubasi.

PNEUMONIA

1. Pada dewasa dan anak >12 bulan

a. Bunyi pernapasan menurun, ronki basah ditambah salah satu :


b. Sputum purulen / perubahan sputum

c. Isolasi kuman biakan darah (+)


d. Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea atau singkatan bronkus /
biopsy (+)
Foto thorak → infiltrate, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura
baru/progresif ditambah salah satu :
e. Sputum purulen atau perubahan sputum
f. Isolasi kuman biakan darah (+)
g. Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea / sikatan bronkus / biopsi (+)
h. Antigen / isolasi / virus (+) dalam sekresi saluran nafas
i. Titer IgM atau IgG spesifik meningkat

2. Pada anak ≤ 12 bulan

Didapatkan 2 dari : Apnea, takipnea, bradikardia, wheezing (mengi),


ronki basah, batuk ditambah satu diantara :

- Produksi sputum / sekresi saluran nafas meningkat dan purulen


- Isolasi kuman biakan darah (+)
- Isolasi kuman pathogen aspirasi trakea / sikatan bronkus / biopsy
(+)
- Antigen / isolasi virus (+) dalam sekresi saluran nafas
- Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4x
Faktor Resiko Penyebab VAP atau HCAP :

1. Faktor Agent
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

 Penyebab VAP dan HCAP tersering adalah :


1. Pseudomonas Aeruginosa
2. Staphylococcus aureus
3. Klebsiella Sp
4. Enterobacter Sp
5. Escherichea coli
6. Serratia marcescens
7. Proteus Sp
 ± 50% VAP disebabkan aspirasi kolonisasi kuman di
oroopharing dan lambung yang berubah sifat menjadi
kolonisasi kuman resisten yang masuk ke jalan nafas bagian
bawah
2. Factor Host
 Usia lanjut >60 tahun
 Syok, gagal nafas
 Infiltrate bilateral
 Penyakit keganasan
 Pasien menggunakan NGT
pH lambung meningkat pada pasien dengan penyakit saluran
pencernaan bagian atas, ileus, achlorhydria, menggunakan
obat antasida atau H2 antagonis dan usia
3. Faktor Environment
 Bakteri dapat masuk dalam saluran nafas melalui instrumentasi
jalan nafas dan inhalasi melalui aerosol yang terkontaminasi.
Lingkungan rumah sakit (udara, air peralatan kesehatan dan
serangga) yang mengkontaminasi, terjadinya infeksi silang
antara pasien, petugas dan sumber penyebab infeksi adalah
faktor penting yang menyebabkan VAP atau HCAP
 Teknik Airway Suctioning yang tidak baik
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

4. Infeksi Aliran Darah Primer / IADP adalah infeksi aliran darah primer
yang terjadi akibat dari IV devices disertai adanya tanda klinis, tetapi tidak
ada infeksi ditempat lain.

Infeksi Aliran Darah Sekunder adalah infeksi aliran darah akibat adanya
infeksi ditempat lain ditandai dengan adanya gejala sistemik dan diketahui
ada infeksi di tempat lain.

Sepsis adalah respons sistemik tubuh yang disebabkan proses infeksi.


Sepsis terbukti (proven) bila ditemukan kuman dalam biakan darah atau
sepsis tidak terbukti (unproven) bila biakan darah steril.

Kateter intravaskular sangat diperlukan saat ini dalam praktek kedokteran


terutama di dalam ICU. Walaupun kateter memberi jalan untuk mencapai
pembuluh darah, namun penggunaan kateter memudahkan terjadinya
infeksi lokal atau sistematik pada pasien, antara lain infeksi pada tempat
pemasangan; infeksi aliran darah yang berhubungan dengan kateter
(Cateter related Bloodstreem Infection =CRBSI); trombophlebitis sepsi;
endokarditis; dan infeksi metastasis yang lain (misalnya abses paru, abses
otak, osteomielitis, dan enopthalmitis).

Insiden terjadinya infeksi bervariasi bergantung pada jenis kateter,


seringnya manipulasi kateter, dan faktor yang berhubungan dengan pasien
(misaknya penyakit yang diderita sebelumnya atau beratnya penyakit).
Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa infeksi meningkatkan
morbiditas pasien dan biaya perawatan. Oleh karena itu perlu diterapkan
suatu strategi yang dapat mengurangi terjadinya infeksi, yaitu dengan
strategi multidisipliner yang melibatkan : 1) pakar perawat-kesehatan
(professionals) yang memasang dan mempertahankan kateter
intravaskuler; 2) manajer perawatan kesehatan yang mengalokasikan dana
pembelian bahan dan peralatan; serta 3) pasien yang mampu membantu
perawatan kateternya sendiri. Walapun penelitian tentang strategi
individual terbukti efektif dalam menurunkan insiden infeksi, namun strategi
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

multidisipliner perlu dipertimbangkan meskipun belum dilakukan penelitian


yang mendalam terhadap manfaatnya.

Ada berbagai macam kateter yang di bagi berdasarkna tipe pembuluh


darah, yaitu kateter vena perifer (peripheral venous catheters), kateter vena
sentral (central venous catheters = CVC), kateter arteri pulmonal dan
kateter midle. Oleh karena kateter midline jarang digunakan dan
mempunyai risiko infeksi yang rendah, maka kateter tersebut tidak dibahas
dalam pedo

Kriteria IADP :

1. Terdapat kuman pathogen dari satu atau lebih biakan darah dengan
salah satu gejala klinis seperti :
- Demam <38˚C
- Menggigil
- Hipotensi
2. Pada pasien berumur <1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda
- Demam >38˚C atau hipotermia <36˚C
- Apneu
- Bradikardia
Sumber Infeksi :
1. Intrinsik
- Terjadi pada cairan infuse yang terkontaminasi
mikroorganisme dari pabrik. Missal : kuman Gran negative,
Klebsiella spp, Enterobacter.
- Terdapatnya penyebaran hematogenous dari infeksi di tempat
lain
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

2. Ekstrinsik
- Kontaminasi dari tangan petugas, misalnya terjadi saat insersi
catheter, persiapan cairan/obat. Bakteri yang sering
ditemukan antara lain koagulase Gram negative
staphylococci, Staphylococcus aureus
- Kontaminasi dari mikroflora kulit pasien
- Kolonisasi bakteri pada hub kateter
- Kontaminasi kateter intravena pada saat insersi
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

BAB III
PENATALAKSANAAN

Pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas Rumah Sakit dan ditentukan oleh jumlah
staf, fasilitas pelayanan penunjang.
Pelayanan ICU sebagai berikut:
1. Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakealdan penggunaan ventilator.
3. Terapi oxygen
4. Pemantauan EKG
5. Pemberian enteral dan parenteral
6. Pemeriksaan labolatorium khusus cepat dan menyeluruh
7. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama kondisi
pasien gawat

Pelayanan ICU mampumemberikan pengelolaan resusitasi segera pada pasien gawat


dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan pencegahaan penyulit pada
pasien medic dan bedah dan beresiko, pendukung peran rumah sakit yang lain yang
telah digariskan, dr. umum, dr, bedah, dr. syaraf dan dr. bedah vaskuler.

I. Ruang lingkup pelayanan ICU

a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit – penyakit akut yang


mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problem dasar.
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh:
- Penyakit
- Iatrogenic
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang nyawanya pada saat itu
bergantung pada pungsi alat / mesin dan orang lain.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

II. lingkungan ICU


a. Pintu selalu tertutup
b. Pembatasan garis tegas antara daerah semi steril dan non steril
c. Pembersihaan rutin ruang ICU sesuai jadwal
d. Sterilisasi ruangan ( Ozon ) / UV tiap hari
e. Sampah pembuangan BAB dan BAK dibuang pada limbah medis
III. Petugas ICU ( Dokter dan Perawat )
1. Dokter dan perawat menggunakan alas kaki khusus diruangan
2. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
3. Pemakaian sarung tangan dalam melakukan tindakan perawatan pasien

IV. Pasien ICU

1. Pasien harus ganti baju, celana khusus ruangan ICU


2. Penggantian alat tenun pasien dilakukan setiap shif jaga atau bila kotor
3. Pembersihan tempat tidur dan alat – alat yang dipakai pasien setelah pasien
keluar, dengan menggunakan cairan desinfektan

V. Pengunjung Pasien ICU atau keluarga pasien

1. Pengunjung bila masuk ruang ICU harus memakai baju ( skort ) pengunjung dan
alas kaki khusus ruang ICU
2. Sebelum dan sesudah berkunjung ke pasien pengunjung cuci tangan terlebih
dahulu atau membasahi tangan dengan menggunakan Hand rub
3. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung ( 1 orang )
VI. Persyaratan peralatan di ruang ICU
1. Peralatan yang berupa set instrument, alat kesehatan disposable harus dalam
keadaan steril
2. Resterilisasi alat ICU dilakukan setiap 3 x 24 jam
3. Instrumen atau alat – alat suction sircuit ventilator bila selesai di pakai pada
pasien di rendam dengan cairan desinfektan baru kemudian disterilkan di ruang
sterilisasi
4. Setiap pasien yang memerlukan suction harus mempunyai selang suction sendiri
– sendiri, dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

5. Penggunaan mug untuk suction diganti beserta cairan sterilnya / shif dan tiap –
tiap pasien sendiri - sendiri
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring pasien di ICU


1. Monitoring dan evaluasi :
- Pelaksanaan control lingkungan ICU
2. Pembersihan ruangan ICU ( general Clening )
- Dilakukan 1x seminggu ( jadwal terlampir )
3. Bukti pekerjaan terlampir
4. Monitoring dan evaluasi hasil audit kepatuhan hand hygiene terlampir dan sudah
dilakukan.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

BAB V
PENUTUP

Dengan tersusunnya buku panduan pencegahaan pengendalian infeksi di ICU Rumah


Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi ini kiranya dapat dijadiakan rangka acuan dalam bekerja
khgususnya di ruang ICU, diharapkan dapat dilaksanakan sehingga dapat mengurangi /
menekan angka infeksi di Rumah Sakit ( Nosokomial ).
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh yang terlibat dalam pembuatan buku
panduan Pencegahaan pengendalian Infeksi di ICU Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok
Kopi.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Daftar Pustaka

1. WHO. Antimicrobial Use and antimicrobial resistance


2. Department of Communicable Disease and Surveilance and Response
World Health Organization. WHO global strategy for containtment of
antimicrobial resistance, 2001. Didapat dari URL :
http://www.who.int/cw/resources/publications/drogresist/EGlobal
3. Antibioties in ICU, aguide for perplexed. Didapat dari URL :
http://www.anaesthetist.com/icu/infect/ab/ah.rx.htm.
4. Center for Disease Control and Prevention, 12 steps to prevent
antimicrobial resistance among hospitalized adults campaign to prevent
antimicrobial resistance in Healtcare Settings didapat dari URL :
http://www.cdc.gor/drugresistance/healthcare/ha/12steps.HA.htm.
5. Mangram AJ.Horan TC.Pearson ML.Silver LC, Jarvis WR Guideline for
prevention of surgical sire infection. Infection Control and Hospital
Epidemiology 1999:20:247-78.
6. Centers For Disease and Prevention. Guidelines For Prevention of
nosocomial peneumonia. MMWR 1997:46(no_RR-1):45-66.
7. Pedoman dan Pencegahaan Infeksi di ICU- Jakarta, Departemen
Kesehatan, 2003
8. Standar Pelayanan ICU, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik 2003
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU

Anda mungkin juga menyukai