KATA PENGENTAR
Dari waktu ke waktu keberadaan institusi rumah sakit semakin di tuntut untuk
memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. Kebutuhan
ini sejalan dengan dua hal penting, yaitu semakin ketatnya kompetisi sector rumah sakit
seiring dengan peningkatan kesadaran dan tuntutan client / customer terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit.
Salah satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan ICU. Saat ini
pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca bedah tetapi
meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi /
gagal organ. Kelompok ini dapat berasal dari unit gawat darurat, kamar operasi, ruang
perawatan, ataupun kiriman dari rumah sakit lain . Biaya pengobatan pasien yang dirawat
di ICU jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ruang perawatan biasa. Kesemuanya
ini mengharuskan penerapan manajemen yang efektif dan efisien.
Pasien yang dirawat di ICU mempunyai resiko infeksi nosokomial yang lebih berat,
karena tidak jarang mendapat terapi nutrisi parenteral dan antibiotic yang lama, disfungsi
atau insufisiensi sistem kekebalan, respon stress metabolic meningkat, atau dipasangkan
alat-alat invasive ( seperti kateter vena sentral, katetr urine, NGT, dan ventilator ).
Akibatnya angka morbiditas dan mortalitas meningkat, dan untuk mengendalikannya
diperlikan biaya yang sangat tinggi.
Pada kesempatan baik ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman sejawat
dan pihak-pihak lain yang membantu hingga terwujudnya panduan ini. Saran dan kritik
kami harapkan untuk lebih menyempurnakan panduan ini.
Tim Penyusun
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang………………………………………………………………………1
2. Permasalahaan……………………………………………………………………...1
1. Pengertian…………………………………………………………………………...3
2. Batasan ……………………………………………………………………………...3
3. Patogenisis…………………………………………………………………………..4
4. Sumber Infeksi………………………………………………………………………6
5. Univesal Precoaution……………………………………………………………….8
6. Surveillens…………………………………………………………………………23
7. Upaya Pengendalian……………………………………………………………..25
8. Ruang Lingkup…………………………………………………………………….25
Bab V Penutup…………………………………………………………………………………37
Lampiran…………………………………………………………………………………………
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Permasalahan
Infeksi nosokomial mempunyai pengaruh terhadap berbagai aspek. Infeksi
nosokomial menyebabkan ketidakmampuan secara fungsi dan meningkatkan
stress pasien yang mengarah pada penurunan kualitas hidup. Infeksi ini juga
sebagai salah satu penyebab utama kematian.
Penggunaan obat yang meningkat,kebutuhan untuk ruang isolasi / Ruang
khusus, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic lain,
bertambahnya waktu rawat inap akan meningkatkan biaya.
Telah diketahui bahwa kewaspadaan umum seperti mencuci tangan,
memakai sarung tangan dan tindakan aseptik lainnya dapat menurunkan angka
insiden infeksi. Kebanyekan staf medis telah mengetahui hal tersebut, namun
seringkali prosedur ini tidak dilakukan sehingga dapat meningkatkan transmisi
organisme.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Pengertian
2. Batasan
3. Patogenesis
( Gambar 1 )
Pejamu
Agen Lingkungan
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
- Usia.
- Penyakit dasar yang mempermudah terjadinya anfeksi atau
menurunkan imunitas pejamu.
- Sistem imun.
- Resistensi tidak spesifik yang diturunkan secara genetik.
- Faktor Psikologi.
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur, yaitu jalur
kontak, jalur droplet dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas
kontaklangsung dan tidak langsung. Kontak langsung adalah adanya
kontak fisik langsung antara pusat infeksi dengan pejamu. Sedangkan
kontak tidak langsung merupaka jalur penyebaran yang paling sering,
misalnya melalui tangan dokter, tangan perawat, alat medis atau darah.
Droplet adalah partikel yang keluar dari pernafasan dengan ukuran µm,
tinggal di udara dalam waktu yang pendek dan hanya beredar beberapa
meter sebelum jatuh ke lantai oleh karena pengaruh gravitasi. Droplet
dikeluarkan dengan cara batuk, bersin, atau tindakan medic seperti
aspirasi sekresi trakeal atau broncoskopi. Infeksi meningokokel dan
pertussis banyak ditularkan melalui jalur ini.
4. Sumber infeksi
a. Petugas RS ( perilaku ).
Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
Kurang atau tidak memperhatikan tehnik aseptik dan antiseptik.
Menderita suatu penyakit tertentu.
Tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan.
b. Alat-alat yang dipakai ( alat kedokteran / kesehatan, linenndan lainnya )
Kotor atau kurang bersih / tidak steril.
Rusak atau tidak layak pakai.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
UNIVERSAL PRECAUTION
Hand Hygiene
Rekomendasi ini dirancang untuk memperbaiki pelatihan hygiene tangan praktisi
kesehatan dan untuk mengurangi transmisi mikroorganisme pathogen ke pasien.
CDC mengelompokkan rekomendasi tersebut menjadi beberapa kategori :
Sangat direkomendasikan untuk
Kategori 1A dilaksanakan dan di dukung kuat oleh
studi eksperimental, klinis, atau
etidemiologis dengan metodologi yang
baik.
Sangat direkomendasikan untuk
Kategori 1B dilaksanakan dan didukung oleh
beberapa studi eksperimental, klinis
atau epidemiologis dan kesepakatan
teoritis rasional.
Diperlukan untuk dilaksanakan, seperti
Kategori 1C yang diperintahkan oleh
Negara/peraturan pemerintah atau
suatu standar.
Dianjurkan untuk dilaksanakan dan di
Kategori II dukung oleh studi klinis atau
epidemiologis yang sugestif atau teori
rasional.
Tidak ada masalah yang belum terpecahkan. Kegiatan dimana rekomendasi
tidak ada fakta-fakta yang cukup atau tidak ada consensus tentang manfaat
kegiatan tersebut.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
KATEGORI
A. Cuci tangan dengan sabun non-anti microba dan
air atau dengan sabun anti microba dan air pada
saat tangan tanpa kotor atau terkontaminasi IA
dengan bahan yang mengandung protein.
B. Apabila tangan tidak tampak kotor, gunakan bahan
anti septik berbahan alcohol (tidak mengandung
air) untuk bersihkan tangan rutin dalam situasi IA
klinik lain seperti yang digambarkan dalam uraian
I.C sampai I.K dalam daftar berikut ini.
C. Pada ruang perawatan dimana bahan anti septik
berbahan dasar alcohol (tidak mengandung air)
tersedia, lengkapi praktisi kesehatan dengan sabun
non-antimicroba untuk digunakan pada saat tangan
tampak kotor/terkontaminasi dengan bahan yang
mengandung protein. Tersedianya bahan anti II
septik berbahan alcohol dan sabun antimicroba
dalam unit perawatan yang sama tidak diperlukan,
dan dapat membingungkan praktisi kesehatan.
D. Meskipun bahan antiseptic yang tidak mengandung
air menjadi pilihan, antisepsis tangan
menggunakan sabun antimicroba mungkin dapat
mempertimbangkan dimana keterbatasan waktu IB
tidak menjadi masalah dan kemudahan mencapai
fasilitas hygiene tangan dapat dipastikan, atau
perawat rentan terhadap produk anti septik
berbahan dasar alcohol yang digunakan dalam
institusi.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
KATEGORI
A. Pada waktu membersihkan tangan dengan
bahan antiseptic yang tidak mengandung air
seperti berbahan dasar alcohol, tuangkan
pada telapak tangan yang satu kemudian
gosok kedua tangan bersamaan, meliputi
seluruh permukaan tangan dan jari, hingga IB
mongering. Ikuti volume penggunaan yang
direkomendasikan oleh pabrik. Jika volume
sabun berbahan alcohol yang digunakan
memadai, tangan akan kering dalam waktu 15-
25 detik.
B. Pada waktu mencuci tangan dengan sabun
non-antimicroba atau sabun antimicroba,
pertama-tama basahi tangan dengan air
hangat, tuangkan 2-5 ml sabun pada tangan
dan gosok kedua tangan dengan cermat IB
selama minimal 15 detik, meliputi seluruh
permukaan tangan dan jari. Bilas tangan
dengan air hangat dan keringkan dengan tisue.
Gunakan tisue pada waktu mematikan kran air.
KATEGORI
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
5. Perawatan kulit
KATEGORI
A. Menyediakan lotion atau krim tangan bagi
praktisi kesehatan untuk meminimalkan IA
dermatitis kontak iritan karena antisepsis
tangan atau cuci tangan.
B. Mengumpulkan informasi dari produsen IB
tentang berbagai efek samping lotion, krim
atau antisepsis tangan berbahan dasar alcohol
yang mungkin memliki efek persisten atas
penggunaan sabun antimicroba pada suatu
institusi.
2. Kewaspadaan kontak
Kewaspadaan terhadap kontak bagi pasien tertentu yang diketahui atau diduga
terinfeksi mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan
pasien ( tangan atau kulit ke kulit yang terjadi saat melakukan perawatan ) atau
kontak tidak langsung dengan menyentuh permukaanlingkungan atau alat-alat
untuk merawat pasien.
KATEGORI
A. Penempatan pasien
Tempatkan pasien diruangan khusus . Jika
tidak tersedia ruang khusus, tempatkan
bersama dengan pasien yang terinfeksi
dengan mikroorganisme yang sama, tanpa
ada infeksi lain Jika hal ini tidak tercapai,
tempatkan pasien dengan mempertimbangkan IB
pidemiologi microorganism dan populasi.
Disarankan untuk melakukan konsultasi
dengan petugas pengendalian infeksi sebelum
penempatan pasien.
B. Sarung tangan
Gunakan sarung tangan bersih, non steril saat IB
memasuki ruangan. Selama merawat pasien ,
ganti sarung tangan setelah kontak dengan
bahan infeksius yang mungkin mengandung
mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (
feses dan drainase luka). Lepas sarung tangan
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan
cuci tangan segera dengan sabun antimikroba
atau cairan antiseptic yang tidak mengandung
air.Setelah itu, pastikan tangan tidak
menyentuh permukaan lingkungan yang
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
Desain ICU
Berikut ini adalah desain ICU yang direkomendasikan untuk mengendalikan
infeksi :
Luas setiap kamar setiap 20 m² sedangkan untuk ruang isolasi luas satu
kamar kurang lebih 22 m².
Untuk setiap 8 tempat tidur harus tersedia 1-2 ruang isolasi.
Jarak tempat tidur satu dengan jarak tempat tidur lain kurang lebih 10-12
kaki.
Untuk setiap tempat tidur, tersedia fasilitas desinfektan tangan.
Lantai dan dinding harus dapat dicuci/dibersihkan.
Furniture yang digunakan harus minimal.
Peralatan monitor harus tidak bersentuhan dengan lantai, mudah
dipindahkan dan dibersihkan.
Peralatan pengisap lendir dan sphygmomanometer harus menempel pada
dinding dan mudah dilepaskan.
Pembersihan lingkungan di ICU
Pembersihan rutin dilakukan setiap hari. Sembilan puluh persen mikroorganisme
berada dalam kotoran yang kasat mata, dimana tujuan pembersihan rutin adalah
untuk menghilangkan kotoran. Harus ada kebijakan mengenai frekuensi
pembersihan, bahan-bahan pembersih yang digunakan untuk dinding, lantai,
jendela, tempat tidur, gorden, furniture, kamar mandi dan alat-alat medis yang
dapat digunakan kembali. Salah satu alternative untuk desinfeksi dalam
pembersihan lingkungan adalah dengan menggunakan air panas. Untuk peralatan
sanitasi gunakan air Panas dengan suhu 80°C selama 45-60 detik. Untuk
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
peralatan masak gunakan suhu 80°C selama 60 detik. Sedangkan untuk linen
gunakan suhu 70°C selam 25 menit atau suhu 95°C selama 10 menit.
Desinfeksi peralatan yang digunakan pasien
Desinfeksi adalah suatu proses mematikan sebagian mikroorganisme dari alat
medik. Desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan panas atau bahan kimia.
Desinfeksi dengan menggunakan panas misalnya air mendidih dengan suhu
100°C atau passeurisasi dengan suhu 60-80°C.
Prosedur desinfeksi harus memenuhi kriteria:
Membunuh mikroorganisme
Mempunyai efek detergen
Mampu memusnahkan sejumlah bakteri tanpa bantuan sabun atau
deterjen. Derajat kekerasan air, sabun dan protein dapat menghambat kerja
desinfektan.
Untuk dapat dipakai di lingkungan rumah sakit desinfekran harus:
Mudah digunakan
Tidak mudah menguap
Tidak berbahaya untuk peralatan, petugas dan pasien
Bebas dari bau yang tidak menyenangkan
Efektif digunakan dalam waktu singkat
Desinfektan berdasarkan kemampuan desinfektan terhadap mikroorganisme
dibagi atas:
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora.
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan efektif untuk pengelolaan alat medis
penting. Sterilisasi dapat dilakukan dengan proses kimia maupun fisika.
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
I. Surveillens
Jumlah pasien yang menderita infeksi nosokomial di RS merupakan
indikator kualitas dan keamanan perawatan RS. Dalam hal ini bagian
surveillens bertugas untuk memantau jumlah infeksi nosokomial dengan
melakukan identifikasi masalah lokasi, prioritas masalah dan evaluasi kegiatan
pengendalian infeksi.Tujuan utama surveillens infeksi nosokomial adalah untuk
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial sehingga dapat menekan
biaya perawatan RS.
Program surveillens juga sangat spesifik, mencakup seluruh karyawan
RS baik tenaga kesehatan, tenaga penunjang keperawatan dan administrasi
harus mengetahui apa itu infeksi nosokomial, resistensi,antimikroba dan
mereka mendukung penuh hal tersebut untuk kegiatan pencegahan, harus
selalu memantau insidens, prevalensi, distribusi infeksi nosokomial dan
kemungkinan terjadinya insidens di dalam dan antar RS , identifikasi dan
evaluasi hasil program preventif.
Karakteristik sistem surveillens meliputi waktu yang singkat, sederhana,
fleksibel, mudah diterima dan representative. Sedangakn data dalam sistem
surveillens ini harus cukup sensitive dan spesifik sesuai dengan tujuan
surveillens.
a. Kegiatan
Kegiatan surveillens meliputi :
Pengumpulan data.
Analisa data.
Penyebaran.
b. Metode
Dapat dilakukan berbagai cara surveillens yaitu :
Surveillens Komprehensif
Surveillens Selektif
rumah sakit. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh munculnya pathogen
yang resisten antimikroba serta meningkatnya jumlah pasien bedah usia
lanjut dengan atau disertai penyakit kronik maupun penyakit yang
berhubungan dengan imunitas. Selain itu mungkin pula disebabkan oleh
meningkatnya jumlah pemakaian implant prosthesis dan operasi
transpantasi organ. Oleh sebab itu, untuk menurunkan angka risiko ILO,
suatu pendekatan yang sistemik namun realistic harus dilakukan, dengan
memperhatikan bahwa risiko tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pasien,
operasi, personil, dan rumah sakit.
2. Infeksi saluran kemih / ISK adalah invasi bakteri pada saluran kemih
sehingga menimbulkan reaksi inflamasi urothelium. Kateter urine
digunakan oleh 15-25% pasien yang dirawat. Indikasi penggunaan kateter
antara lain :
- Retensi urine
- Inkontinensia urine
- Pembedahan
- Monitor pada kondisi penurunan kesadaran
- Diagnostic
kateter urine dan membentuk biofilm. Bakteri yang tumbuh di dalam biofilm
ini antara lain Pseudomonas dan Klebsiella. Presentasi klinis CAUTI yang
paling sering adalah asymptomatis. Keluhan lain yang sering timbul adalah
rasa tak nyaman di suprapubis, demam, menggigil dan nyeri pinggang.
Angka kejadian CAUTI adalah lebih dari 40% dari seluruh infeksi
nosokomial.
- Wanita
- Usia lanjut
- Tanpa antibiotic sistemik
- Perawatan kateter yang tidak baik
- Lama penggunaan lebih dari 7x24 jam
VAP dibedakan :
terjadi pada 25% pasien perawatan ICU. Sedangkan VAP terjadi pada 9-
27% pasien yang diintubasi.
PNEUMONIA
1. Faktor Agent
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
4. Infeksi Aliran Darah Primer / IADP adalah infeksi aliran darah primer
yang terjadi akibat dari IV devices disertai adanya tanda klinis, tetapi tidak
ada infeksi ditempat lain.
Infeksi Aliran Darah Sekunder adalah infeksi aliran darah akibat adanya
infeksi ditempat lain ditandai dengan adanya gejala sistemik dan diketahui
ada infeksi di tempat lain.
Kriteria IADP :
1. Terdapat kuman pathogen dari satu atau lebih biakan darah dengan
salah satu gejala klinis seperti :
- Demam <38˚C
- Menggigil
- Hipotensi
2. Pada pasien berumur <1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda
- Demam >38˚C atau hipotermia <36˚C
- Apneu
- Bradikardia
Sumber Infeksi :
1. Intrinsik
- Terjadi pada cairan infuse yang terkontaminasi
mikroorganisme dari pabrik. Missal : kuman Gran negative,
Klebsiella spp, Enterobacter.
- Terdapatnya penyebaran hematogenous dari infeksi di tempat
lain
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
2. Ekstrinsik
- Kontaminasi dari tangan petugas, misalnya terjadi saat insersi
catheter, persiapan cairan/obat. Bakteri yang sering
ditemukan antara lain koagulase Gram negative
staphylococci, Staphylococcus aureus
- Kontaminasi dari mikroflora kulit pasien
- Kolonisasi bakteri pada hub kateter
- Kontaminasi kateter intravena pada saat insersi
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
BAB III
PENATALAKSANAAN
Pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas Rumah Sakit dan ditentukan oleh jumlah
staf, fasilitas pelayanan penunjang.
Pelayanan ICU sebagai berikut:
1. Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakealdan penggunaan ventilator.
3. Terapi oxygen
4. Pemantauan EKG
5. Pemberian enteral dan parenteral
6. Pemeriksaan labolatorium khusus cepat dan menyeluruh
7. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama kondisi
pasien gawat
1. Pengunjung bila masuk ruang ICU harus memakai baju ( skort ) pengunjung dan
alas kaki khusus ruang ICU
2. Sebelum dan sesudah berkunjung ke pasien pengunjung cuci tangan terlebih
dahulu atau membasahi tangan dengan menggunakan Hand rub
3. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung ( 1 orang )
VI. Persyaratan peralatan di ruang ICU
1. Peralatan yang berupa set instrument, alat kesehatan disposable harus dalam
keadaan steril
2. Resterilisasi alat ICU dilakukan setiap 3 x 24 jam
3. Instrumen atau alat – alat suction sircuit ventilator bila selesai di pakai pada
pasien di rendam dengan cairan desinfektan baru kemudian disterilkan di ruang
sterilisasi
4. Setiap pasien yang memerlukan suction harus mempunyai selang suction sendiri
– sendiri, dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
5. Penggunaan mug untuk suction diganti beserta cairan sterilnya / shif dan tiap –
tiap pasien sendiri - sendiri
PANDUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI ICU
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
BAB V
PENUTUP
Daftar Pustaka