Anda di halaman 1dari 85

PANDUAN

PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN


RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

RS Islam Jakarta Pondok Kopi


Jl. Raya Pondok Kopi, Jakarta Timur, 13460
T 021 29809000 / 021 8630654
F 021 8611101
E rsijpk@rsijpondokkopi.co.id
W www.rumahsakitislam.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga buku Panduan Pengelolaan Peralatan
Kesehatan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat
beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Buku panduan ini merupakan acuan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
(RSIJPK) dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan panduan ini, oleh sebab itu kami mengharapkan
saran dan masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Peraturan Direksi Direksi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. ................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI .................................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................... 8
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................... 9
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................... 47
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKSI
RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
NOMOR : 08A/XI/PD/RSIJPK/10/2018
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN

BAB I

DEFINISI

A. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tersedianya fasilitas sarana kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat
diperlukan untuk mendukung pelayanan medik prima kepada pasien dan pengunjung
RS.Islam Jakarta Pondok Kopi. Fasilitas tersebut meliputi sarana gedung, prasarana
dan peralatan kesehatan. Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
pasien dan pengunjung Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap dan layak pakai serta
dapat difungsikan dengan baik.

Setiap alat kesehatan yang dipergunakan sarana pelayanan kesehatan harus


dilakukan perencanaan dan pengadaan peralatan kesehatan agar tersedianya sesuai
dengan kebutuhan dan harus dilakukan pengujian serta pemeliharaan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan serta keamanan penggunaan alat kesehatan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud

Maksud penyusunan “ Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan “ ini adalah memberi acuan langkah dan tindakan yang

1
diperlukan dalam pengelolaan peralatan kesehatan mulai dari perencanaan,
pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan.

1.2.2a Tujuan Umum

Agar peralatan kesehatan tersedia sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dan


dapat difungsikan sebagaimana mestinya untuk memberikan jaminan keamanan dan
keselamatan pasien, keluarga, petugas dan pengunjung Rumah Sakit.

1.2.2b Tujuan Khusus

Agar pengelolaan peralatan kesehatan rumah sakit yang meliputi: perencanaan,


pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan, serta terpenuhinya
tenaga yang berkualifikasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

1.3 SASARAN

Sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah :

a) Peralatan kesehatan yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan.


b) Pengguna peralatan kesehatan.
c) Pemelihara peralatan kesehatan.
d) Pemasok peralatan kesehatan.

1.4 KEBIJAKAN

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 363 tahun 1998 tentang Pengujian dan
Kalibrasi Alat Kesehatan.

2
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Penyaluran Alat Kesehatan.
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 8/2011 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik
dan Intervension.
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 9/2011 tentang Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervension.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 394 tahun 2001 tentang Institusi Penguji.
12. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1144/MENKES/PER/XI2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

1.6 DEFINISI

1.6.1 Peralatan Kesehatan

Adalah semua peralatan yang berfungsi untuk menunjang kegiatan medis.

1.6.2 Perencanaan dan Pengadaan Peralatan Kesehatan

Adalah tahapan dalam proses pengadaan agar suatu peralatan kesehatan di


Rumah Sakit sesuai dengan permintaan dan kebutuhan.

1.6.3 Panitia Penerima Barang

3
Adalah panitia yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang, yang bertindak
untuik dan atas nama instansi dalam melakukan kegiatan pemeriksaan, penelitian dan
penerimaan barang sesuai ketentuan dalam kontrak

1.6.4 Uji fungsi

Adalah pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan
kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga
dapat diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat dioperasikan secara baik
sesuai fungsinya.

1.6.5 Uji Coba Peralatan

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah peralatan


kesehatan tersebut berfungsi sesuai spesifikasi yang ada.

1.6.6 Pemeliharaan ( Maintenance )

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan/ menjaga agar


peralatan kesehatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

1.6.7 Running Maintenance

Adalah pemeliharaan yang dilakukan saat mesin masih dalam kondisi digunakan.

1.6.8 Shut down Maintenance

Adalah pemeliharaan yang dilakukan saat mesin dalam kondisi mati.

1.6.9 Emergency Maintenance

Adalah jenis pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang


belum diperkirakan sebelumnya.

1.6.10 Operating Manual

Adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan
prosedur yang benar.

4
1.6.11 Service Manual

Adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan
prosedur yang benar.

1.6.12 Wiring / scematic

Adalah diagram gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing2


komponen/bagian suatu alat.

1.6.13 Laik Pakai

Adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan fisik,
norma keselamatan kerja, keandalan keluaran, dan memiliki izin operasional yang
dikeluarkan oleh instansi berwenang.

1.6.14 Penyetelan

Adalah suatu kegiatan pengaturan pada komponen atau bagian dari alat untuk
mencapai nilai tertentu

1.6.15 Pengukuran

Adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui besaran fisis dari suatu
peralatan.

1.6.16 Suku Cadang

Adalah komponen atau bagian alat yang usia pakainya tidak dapat diprediksi,
digunakan untuk perbaikan ( contoh : sikring, saklar dll).

1.6.17 Material Bantu

Adalah bahan yang diperlukan untuk membantu kegiatan pemeliharaan ( contoh:


kontak cleaner, isolasi dll).

5
1.6.18 Bahan Pemeliharaan

Adalah komponen atau bagian alat yang mempunyai usia pakai tertentu yang
digunakan untuk keperluan pemeliharaan (contoh: oli, filter,belt dll).

1.6.19 Bahan Operasional

Adalah bahan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat dan bersifat dipakai
habis (contoh : jelly, kertas rekam dll).

1.6.20 Mekanisme Kerja

Adalah prosedur atau sistem yang dipergunakan dalam melaksanakan suatu


pekerjaan

1.6.21 Aksesoris

Adalah kelengkapan alat yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dari unit
utama.

1.6.22 Kalibrasi

Adalah tindakan yang untuk memastikan hubungan antara besaran yang


ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau besaran yang diabadikan
pada suatu bahan ukur dengan besaran yang sebenarnya dari besaran yang diukur.

1.6.23 Sertifikat Kalibrasi

Adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu aalt telah memenuhi kriteria
kalibrasi.

1.6.24 SDM Terlatih dan Siap

Adalah SDM terlatih dalam bidang alat tertentu dan siap melaksanakan tugas
mengoperasikan alat (user) atau memelihara alat (teknisi) dimaksud pada saat itu.

6
1.6.25 Tenaga Berkualifikasi

Adalah personel yang memiliki kualifikasi/keahlian sesuai bidangnya.

1.6.26 Inventarisasi

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah, jenis, lokasi,
serta kondisi dari seluruh peralatan kesehatan yang ada di Rumah Sakit.

1.6.27 Recall

Adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu
peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.

1.6.28 Laporan Kerja

Adalah laporan teknisi pelaksana pemeliharaan preventif / korektif yang berisi


kegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang dicapai, untuk setiap kegiatan berdasarkan
surat penugasan pemeliharaan peralatan. Laporan kerja ditanda tangani oleh user yang
menyaksikan dan diketahui oleh kepala IPS RS.

1.6.29 Standar Prosedur Operasional

Adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk yang
mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki prosedur pasti atau terstandarisasi, tanpa
kehilangan keefektifannya.

7
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup buku panduan ini diperuntukan bagi semua peralatan kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya peralatan kesehatan di rumah sakit.

Peralatan kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit secara umum dibagi menjadi
2 bagian yaitu peralatan kesehatan elektrikal dan peralatan kesehatan non elektrikal.

A. Peralatan Kesehatan Elektrikal

Yaitu semua peralatan kesehatan yang membutuhkan tenaga listrik pada saat
digunakan untuk pelayanan medis, seperti : USG, CTG dan lain-lain.

B. Peralatan kesehatan non elektrikal

Yaitu semua peralatan kesehatan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan


tanpa menggunakan tenaga listrik, seperti : spuid, kapas, dan lain-lain.

8
BAB III

TATA LAKSANA

A. PERENCANAAN DAN PENGADAAN PERALATAN KESEHATAN

2.1 PERENCANAAN

Perencanaan peralatan kesehatan yang baik adalah merupakan proses dinamis


yang melibatkan seluruh tim, biasanya terdiri dari dokter,user, arsitek, teknisi, dan
manajemen, yang mempertimbangkan kebutuhan pelayanan, kesesuaian teknologi
kesehatan, dan kondisi serta rencana disain dan konstruksi bangunan. Semua anggota
tim sebaiknya memiliki informasi terbaru mengenai peralatan medis yang beredar.
Presentasi dan penjelasan dari vendor akan sangat dibutuhkan mengenai detail
spesifikasi alat kesehatan yang akan dibeli. Dimana PPTK ( Pejabat Pembuat Komitmen
) harus mengetahui secara jelas tentang alat kesehatan yang akan dibeli. Terkadang
PPTK tidak mempunyai pengetahuan mendasar tentang alat kesehatan karena disiplin
ilmu kompetensi yang berbeda. Seseorang dengan background keuangan tidak akan
mengerti sepenuhnya tentang kesehatan dan clinicalnya, tetapi lebih ahli dan spesifik
bila menghitung tentang unit cost peralatan tersebut, Maka dari itu perencanaan dan
pembelian alat kesehatan harus melibatkan banyak disiplin ilmu sesuai dengan
kompetensi masing-masing. Seharusnya elektromedis diikut sertakan dalam
penyusunan spesifikasi alat kesehatan dan kajian teknis perencanaan pengadaan alat
kesehatan.

Perencanaan peralatan kesehatan yang dibutuhkan sebaiknya sudah dipikirkan


mulai tahap desain sampai dengan pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan. Tim
perencanaan peralatan kesehatan akan memberikan masukan kepada tim konstruksi
mengenai syarat dan kebutuhan ruangan, seperti ruangan yang membutuhkan
spesifikasi khusus, misal ruangan ICU, NICU, HCU, PICU, LAB,RADIOLOGI dan OK.

9
2.1.1 Penilaian Kebutuhan

Penilaian kebutuhan adalah proses untuk menentukan dan mengatasi


kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisi yang
diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis dan merupakan bagian dari
proses perencanaan peralatan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan pelayanan kesehatan.

Penilaian kebutuhan peralatan kesehatan pada dasarnya dimaksudkan untuk


pemenuhan standar peralatan kesehatan sesuai kemampuan / klasifikasi rumah sakit,
penggantian peralatan kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.

Penggantian peralatan kesehatan dilakukan karena faktor :

1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standar keselamatan / regulasi
3. Biaya pemeliharaan yang tinggi
4. Ketersediaan suku cadang
5. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran.

2.1.2 Penganggaran

Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian, atau pengembangan


peralatan kesehatan disesuaiakan dengan kebutuhan peralatan kesehatan.

Untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan dan penggantian peralatan kesehatan


dalam pelayanan kesehatan harus masuk didalam perencanaan atau RAB ( Rencana
Anggaran Belanja) rumah sakit setiap tahunnya.

Apabila anggaran sumber dari pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan


yang terbatas, maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan kesehatan prioritas
yang disesuaiakan dengan kriteria pada setiap rumah sakit diantaranya tingkat utilitas,
life support, branding dan pelayanan unggulan.

10
2.1.3 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan

Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan peralatan kesehatan dapat


direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam pemenuhan
tersebut dikarenakan pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas,
maka perencanaannya difokuskan pada kepada peralatan kesehatan prioritas yang
disesuaikan dengan kriteria pada setiap rumah sakit diantaranya adalah sebagai berikut

1. Tingkat Utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian peralatan kesehatan pada
pelayanan. Hal ini terkait dengan banyaknya kebutuhan peralatan kesehatan
tersebut sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan penghasilan
dari rumah sakit.
2. Brand Image Rumah Sakit
Beberapa peralatan kesehatan dapat diasosiakan terhadap pencitraan yang
positif oleh masyarakat. Peralatan kesehatan dengan jenis tertentu, canggih dan
peralatan dengan teknologi terkini diyakini dapat mendorong nilai jual (
marketable ) seperti : CT – Scan, MRI, USG 4D dll.
3. Pelayanan Unggulan
Setiap rumah sakit pasti memiliki program pelayanan unggulan yang merupakan
suatu kelebihan dibanding dengan rumah sakit lainnya. Pelayanan unggulan
tersebut haruslah didukung dengan ketersedian peralatan kesehatan yang
sesuai dengan tuntutan pelayanan unggulan.
4. Peralatan Life Support
Merupakan peralatan yang menopang hidup pasien, tanpa peralatan ini pasien
akan berdampak pada kematian misalnya peralatan bantu pernapasan ( Alat
Resusitasi, Ventilator, Mesin Anaesthesi ), Baby Incubator, peralatan kriteria ini
haruslah selalu tersedia oleh rumah sakit karena sangat terkait dengan
keselamatan pasien.
5. Kesiapan Bangunan / Ruangan dan Prasarana
Beberapa peralatan kesehatan di rumah sakit memerlukan ruangan/tempat
khusus dalam operasionalnya. Bangunan/ruangan tempat peralatan kesehatan
11
berada harus sudah dipersiapkan dan didesain sedemikian rupa serta dilengkapi
dengan prasarana seperti listrik, air, gas medik, pembumian, sistem komunikasi
dan lain-lain sesuai persyaratan. Hal ini agar pelayanan kesehatan dapat
dilakukan dengan baik serta untuk keamanan petugas, pasien serta masyarakat
dari resiko peralatan medis, bahaya getaran, panas, bising atau radiasi.

2.2 PENGADAAN

Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan medis adalah penyususnan
spesifikasi alat kesehatan, spesifikasi harus sesuai kebutuhan user/pelayanan.
Spesifikasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Spesifikasi
yang terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak bisa berjalan optimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Ketersediaan suku cadang


 Biaya operasional ( listrik, bahan habis pakai ).
 Kebutuhan pra instalasi ( pekerjaan sipil, listrik khusus, perpipaan dan komponen
pengaman/keselamatan ).
 Kebutuhan sarana ( bangunan/ruangan ).
 Kebutuhan prasarana ( listrik, air,gas ).

2.2.1 Penyiapan Spesifikasi

Spesifikasi peralatan medis disusun memperhatikan kebutuhan pelayanan


kesehatan di rumah sakit dan kesesuaian/perkembangan teknologi. Penysusunan
spesifikasi juga harus mempertimbangkan regulasi alat kesehatan di Indonesia yaitu
peralatan medis yang beredar di indonesia dan mempunyai izin edar serta kesesuaian
terhadap Standar Nasional maupun internasional. Hal ini untuk memastikan peralatan
medis yang dipilih memiliki kualitas yang baik serta sesuai dengan ISO 13485 untuk
pabrikan/produsen alat kesehatan baik dalam negeri maupun luar negeri. Sedang

12
khusus untuk alat kesehatan luar negeri perlu dipertimbangkan tambahan persyaratan
yaitu harus sudah compliance dengan CE Mark dan FDA.

Selain beberapa peralatan medis yang beredar di Indonesia, dapat juga


menggunakan perbandingan spesifikasi dari lembaga riset independnet baik nasional
maupun internasional, misalnya HPCS ( Healt Product Comparison System ) yang
dikeluarkan oleh ECRI ( Emergency Care Research Institute ).

Perbandingan spesifikasi dari HPCS sangat membantu dalam menyusun


spesifikasi sehingga spesifikasi yang dihasilkan tidak mengarah tetapi sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan.

2.2.2 Langkah – langkah Penyusunan Spesifikasi

1) Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan medis yang beredar di


Indonesia.
2) Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari misalnya HPCS yang
dikeluarkan oleh ECRI.
3) Susun parameter spesifikasi alat kesehatan yang dibutuhkan.
4) Masukan nilai masing-masing parameter untuk setiap jenis alat kesehatan yang
ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna.
5) Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika memiliki nilai
dasar yang kuat terhadap pemilihan parameter tersebut.
6) Hasil akhir spesifikasi yang dibutuhkan.

2.2.3 Penyusunan HPS

Harga Perkiraan Sendiri ( HPS ) atau Owner Estimate ( OE ) adalah harga barang
dan/atau jasa yang dikalkulasi secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggung jawabkan meliputi:

a) Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa


diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan
barang/jasa.

13
b) Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
c) Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan
sumber data lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
d) Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal.
e) Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya.
f) Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia.
g) Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi
lain maupun pihak lain.
h) Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (
engineer’s estimate ).
i) Norma indeks dan/atau
j) Informasi lain yang dapat dipertanggung jawabkan .

C. INSTALASI DAN PENERIMAAN PERALATAN KESEHATAN

3.1 INSTALASI

Instalasi adalah proses pemasangan peralatan medis ke tempatnya. Proses terkait


lainnya adalah pengiriman, penyimpanan, dan penempatan barang yang dibeli ke lokasi
yang diinginkan.

Untuk mendukung penggunaan peralatan medis agar dapat digunakan secara


efisien, instalsi-instalasi tersebut mutlak harus dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga asset dan keamanan rumah sakit dimana peralatan
medis digunakan untuk pelayanan kesehatan dan juga merupakan barang yang cukup
mahal.

Instalasi peralatansecara umum adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan,


yang meliputi :

14
1. Pembukaan peti/koli ( unpacking ).
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan.
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada ceiling.
4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang
telah dipersiapkan.
5. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi, dan atau pengujian keselamatan
kerja.

Instalasi peralatan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari
pabrik pembuat/distributor.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat instalasi alat adalah sebagai
berikut :

1. Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi kesehatan


lainnya.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli dibidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang
diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh pemasok/penyedia sehingga
kembali ke keadaan semula.
4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus mengikut sertakan
teknisi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya alih teknologi.

3.2 PENERIMAAN

Penerimaan peralatan medis adalah suatu proses kegiatan yang melalui proses
penerimaan secara fisik dan administratif, uji fungsi dan uji coba untuk memastikan
bahwa peralatan medis itu sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, berfungsi dengan
baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang
bermutu, aman dan laik pakai.

Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

 Peralatan telah selesai di instalasi.

15
 Peralatan telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi.
 Peralatan telah melewati masa uji coba dengan hasil baik.
 Peralatan telah melewati masa perawatan/pemeliharaan sesuai program.

Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung jawab terhadap


peralatan selama masa garansi.

3.2.1 Panitia Penerima

Panitia penerima hasil pekerjaan adalah panitia yang ditetapkan oleh PA/KPA
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Dalam hal pemeriksaan
barang/jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk
membantu pelaksanaan tugas panitia penerima hasil pekerjaan.

Keanggotaan Panitia penerima terdiri dari unsur teknik, pengguna ( user ),


manajemen dan petugas administrasi barang.

3.2.2 Proses Penerimaan Peralatan Medis

Proses penerimaan peralatan medis melalui 3 tahapan, yaitu :

1) Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik alat, kelengkapan alat. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk mengecek kesesuaian :
 Merk, type/model, jumlah
 Bagian-bagian alat
 Aksesoris yang dipesan
 Kelengkapan okumen teknis yang terdiri dari :
1. Certificate of Origin
2. Test Certificate
3. Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram).
2) Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang
diharapkan atau sesuai dengan standar keamanan dan standar dari pabrikan.

16
Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat ( misal : tombol, saklar,
indikator, putaran motor, pengereman dll ).
b. Kinerja output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat (
misal : x-ray, temperatur, putaran, energi, daya hisap, sistem perekaman
dll ).
Pada pengujian keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan keluaran yang
dihasilkan setiap jenis
alat.
c. Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
 Arus bocor
 Impedansi kabel pembumian
 Nilai tahanan hubungan pembumian
 Radiasi bocor dan paparan radiasi
 Anaesthesia gas scavenging sistem
 Kesetimbangan/balancing
 Sistem pengamanan tertentu

Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia haruslah menyediakan :

 Bahan operasional yang diperlukan untuk uji fungsi


 Alat ukur yang diperlukan
 Tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji fungsi dan peragaan alat.
3) Pelatihan operator dan tenaga teknik ( elektromedis )
Kegiatan pelatihan sebaiknya dilakukan setelah uji fungsi dan sebelum kegiatan
uji coba dilakukan.

Pelatihan operator meliputi :

 Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman.

17
 Pengoperasian peralatan secara optimal.
 Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan habis
pakai.
 Penyusunan standard operating

Pelatihan teknisi elektromedis meliputi :

 Cara pengoperasian alat


 Penjelasan fungsi masing-masing bagian alat
 Mempelajari schematic diagram
 Trouble shooting/mendeteksi kerusakan
 Pengukuran dan kalibrasi
 Pemeliharaan preventif
 Penggantian suku cadang

4) Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan dengan melakukan penggunaan
langsung pada pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses uji fungsi
dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk
membiasakan penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu
atau berdasarkan jumlah pemakaian.

3.2.3 Masa Pemeliharaan Peralatan

Setelah uji fungsi alat mulai tahap pemeliharaan. Pemeliharaan yang dimaksud
terdiri dari pemeliharaan berkala dan panggilan setiap saat ( on call serice ), yaitu dalam
keadaan mendesak teknisi penyedia/distributor harus bersedia melakukan perbaikan
setiap saat selama masa pemeliharaan.

Ketentuan mengenai pemeliharaan meliputi jangka waktu pemeliharaan, periode


pemeliharaan untuk setiap alat dan jenis kegintuan diatan pemeliharaan.

18
Masa garansi adalah jangka waktu tertentu sesuai ketentuan didalam kontrak,
dimana pihak penyedia/distributor masih bertanggung jawab terhadap perbaikan dan
penyediaan suku cadang peralatan yang mengalami kerusakan akibat kegagalan
peralatan yang bukan diakibatkan oleh kesalahan operator dan atau kesalahan
pendukung lainnya seperti listrik rumah sakit. Masa garansi dihitung sejak selesai
dilakukan uji fungsi atau sejak ditanda tangani Berita Acara Penerimaan Peralata.

Ketentuan mengenai penerimaan alat tersebut dari mulai instalasi, proses


penerimaan (pemeriksaan fisik, uji fungsi, pelatihan, uji coba), masa pemeliharaan dan
garansi harus dituangkan dalam dokumen pengadaan sehingga akan diatur pada
dokumen kontrak.

3.2.4 Langkah-langkah Setelah Penerimaan Alat

1. Pencatatan peralatan medis


Semua perangkat baru akan ditempatkan pada daftar asset peralatan oleh
petugas atau staf yang bertanggung jawab dan ditunjuk.
2. Pelebelan dan Pendokumentasian
Melampirkan label yang sesuai, sebagai informasi kepada tenaga kesehatan dan
tenaga teknis bahwa perangkat ini peralatan medis dalam kondisi baru atau baru
saja diterima dan penyesuaian oleh pengguna mungkin diperlukan,
memperingatkan kepada pengguna bahwa peralatan medis tidak boleh
digunakan sampai adanya pelatihan bagi pengguna dan tenaga teknis. Salinan
manual penggunaan peralatan medis baru juga akan diberikan kepada pengguna
dan tenaga teknis. Selain itu, semua catatan mengenai penerimaan peralatan
medis baik itu asli maupun salinan harus didokumentasikan secara terpusat.
Harus ada informasi siapa yang harus dihubungi apabila terjadi kerusakan atau
insiden.
3. Perencanaan Pemeliharaan Preventif
Semua pengguna dan tenaga teknis diberitahu tentang prosedur pemeliharaan
yang tepat, termasuk waktu harus dilakukan pengujian, kalibrasi dan perawatan
peralatan medis.

19
4. Cara Penanganan Peralatan Medis
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk penanganan dan
penyimpanan peralatan medis, pentingnya memastikan semua aksesoris lengkap
dan tersedia serta bimbingan tentang bagaimana batere internal harus diisi
ulang.

D. PENGOPERASIAN

Dalam kenyataan sehari-hari sering dikeluhkan bahwa alat rusak atau tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya, namun setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
kerusakan atau keluhan bukan disebabkan karena kerusakan fungsi alat tetapi adanya
setting yang tidak sesuai atau kesalahan operasional.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara pengoperasian


peralatan medis harus benar-benar dipahami dan dipelajari, sehingga alat dapat
digunakan secara benar dan mengurangi keluhan kerusakan alat.

Kesalahan dalam pengoperasian suatu peralatan medis dapat mengakibatkan


kerusakan peralatan, hasil pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan bahkan
terkadang dikarenakan kesalahan pengoperasian, harus dilakukan pemeriksaan ulang
yang berakibat adanya in-efisien dan ketidakpuasan pelanggan. Agar hal-hal yang tidak
diinginkan tersebut terjadi, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian suatu peralatan medis.

4.1 PERSYARATAN PENGOPERASIAN PERALATAN MEDIS

Peralatan medis dapat berfungsi dengan baik apabila dioperasikan dengan benar
sesuai dengan prosedur, pengopersian peralatan medis dengan benar diharapkan
dapat memperpanjang umur peralatan dan mengurangi tingkat kerusakan peralatan
serta memperkecil biaya operasional.

Prasyarat pengoperasian peralatan medis adalah ketentuan yang harus


dipertimbangkan dan menjadi persyaratan agar peralatan medis dapat dioperasikan
secara aman dan benar. Pengoperasian peralatan medis adalah langkah-langkah yang

20
dilakukan agar peralatan medis dapat difungsikan dengan benar sesuai dengan
prosedur.

Dalam mengoperasikan peralatan medis ada beberapa ketentuan yang harus


dipertimbangkan dan menjadi persyaratan agar alat dapat dioperasikan secara aman
dan benar. Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek yang berhubungan
dengan pengoperasian peralatan yang terdiri dari :

 Sumber daya manusia


 Kelengkapan alat/aksesoris
 Bahan operasional
 Sarana pendukung

Sumber daya yang mengoperasikan peralatan harus memiliki pengetahuan dan


ketrampilan yang cukup untuk mengoperasikan peralatan medis. UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 11 ayat 4 mengatakan pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya. Hal ini ditegaskan
kembali pada pasal 16 ayat 5. Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :

 Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis pada saat pengadaan (


dilakukan oleh distributor/agen ).
 Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis yang dilaksanakan oleh
instalasi lain dan pelatihan yang dilakukan secara internal rumah sakit yang
bersangkutan.
 Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian peralatan
medis.

Setiap alat dilengkapi dengan protap ( Standard Prosedur Operation / SPO ),


pengoperasian alat harus sesuai protap. Selain protap pengoperasian alat, harus
dilengkapi pula dengan protap pelayanan yang dimengerti dan dipahami oleh seluruh
petugas yang terlibat dengan kegiatan diunit pelayanan tersebut.

21
Unit pelayanan yang mengelola alat harus menyiapkan bahan operasional bagi
setiap alat. Sehingga pengoperasian alat dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.

Sarana pendukung dalam rangka pengoperasian suatu alat seperti misalnya: gas
medis, catu daya listrik dll, harus tersedia dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh pabrikan, maupun peraturan yang berlaku.

Dalam pengoperasian peralatan semua prosedur-prosedur yang berhubungan


dengan pengoperasian harus menjadi perhatian. Langkah-langkah prosedur harus
diikuti secara berurutan mulai dari awal pengoperasian, pada saat mulai terpasang ke
pasien sampai alat dilepas dari pasien dan alat dikembalikan ditempat semula.

4.2 PERSIAPAN PENGOPERASIAN PERALATAN MEDIS

Kegiatan persiapan pengoperasian peralatan medis meliputi kegiatan :

 Pemeriksaan kelengkapan peralatan


 Pemeriksaan fasilitas penunjang
 Penyiapan bahan operasional

Kegiatan persiapan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing peralatan


dan kondisi peralatan, dengan tujuan melakukan pengecekan kelengkapan operasional
dan fungsi serta untuk memastikan bahwa pada saat itu peralatan medis siap dan laik
untuk dioperasikan.

Sedangkan untuk kegiatan pemanasan peralatan medis meliputi :

 Menghubungkan alat ke catu daya, memeriksa kondisi batere


 Menghidupkan alat
 Memeriksa peralatan dan tombol-tombol
 Mengatur posisi pengoperasian

22
4.3 PELAKSANAAN PENGOPERASIAN PERALATAN MEDIS

Dalam pengoperasian peralatan medis, semua prosedur-prosedur yang


berhubungan dengan pengoperasian harus menjadi perhatian. Langkah-langkah
prosedur harus diikuti secara berurutan mulai dari awal pengoperasian, pada saat mulai
terpasang ke pasien sampai alat dilepas dari pasien dan alat dikembalikan ditempat
semula.

Dalam pelaksanaan pengoperasian peralatan medis harus memperhatikan :

 Protap pelayanan yang berlaku


 Hubungan antara peralatan medis dan pasien
 Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan
 Pengawasan terhadap fungsi dan suplier.

4.4 PENGEMASAN/PENYIMPANAN

Setelah peralatan medis selesai digunakan, dilakukan kegiatan


pengemasan/penyimpanan, dimana kegiatan ini sangat berpengaryh terhadap usia
peralatan medis, kegiatan pengemasan/penyimpanan meliputi :

 Mematikan peralatan medis sesuai prosedur


 Melepaskan hubungan peralatan medis dari catu daya
 Membersihkan peralatan medis maupun aksesoris yang habis dipakai
 Meletakkan peralatan medis ditempatnya
 Mencatat beban kerja peralatan medis

Pada UU No.44 tahun 2009 pasal 11 ayat 5 dikatakan antara lain pengoperasian
dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit harus didokumentasikan dan dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan. Hal ini pun sejalan dengan standar
dipersyaratkan dalam akreditas Rumah Sakit.

23
4.5 PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN PERALATAN MEDIS

Yang dimaksud dengan Prosedur Tetap (protap) pengoperasian peralatan


kesehatan disini adalah prasyarat dan urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan,
sehingga suatu alat dapat difungsikan dengan baik dan menghasilkan keluaran sesuai
dengan fungsinya. Urutan kerja yang dimaksud meliputi proses persiapan, pemanasan,
pelaksanaan, dan pengemasan.

Protap pengoperasian alat disusun oleh pengguna alat /user bekerja sama dengan
teknisi dengan memperhatikan/mengacu pada :

 Petunjuk penyusunan protap pengoperasian alat pada buku ini.


 Operating manual untuk setiap jenis merk/type alat, tata cara penyusunan protap
pengoperasian alat dipelajari pada saat pelatihan/ training operator pada
pengadaan peralatan.

Protap Pengoperasian Peralatan meliputi urutan sebagai berikut:

a). Prasyarat

Prasyarat yaitu kondisi yang harus dipenuhi dalam pengoperasian alat, meliputi aspek-
aspek : kondisi ruangan, tempat pelayanan, tersedianya prasarana, alat yang
bersangkutan dalam keadaan baik dan laik pakai, aksesoris lengkap, tersedianya bahan
operasional (seperti: film, kertas rekam, pasta dll.) dan kesiapan sumber daya manusia
(seperti : dokter,paramedik,operator ).Selain hal tersebut harus tersedianya prosedur
tetap pengoperasian untuk setiap jenis, merk, dan type alat. Penyediaan catu daya
listrik yang diperlukan untuk pengoperasian dan pengamanan terhadap arus bocor
harus memperhatikan spesifikasi teknis alat. Air bersih harus memenuhi persyaratan,
dalam hal kualitas, debit, dan tekanan, selain memenuhi kriteria laik pakai, alat dan
aksesorisnya harus bersih dan steril, khususnya peralatan yang dipergunakan pada
ruang bedah, ICU,ICCU.

24
b). Persiapan

Persiapan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum alat dioperasikan,


dengan mempersiapkan aksesoris maupun bahan operasional agar alat siap
dioperasikan. Persiapan dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan catu daya.

c). Pemanasan

Pemanasan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukanterhadap suatu alat, sebelum


dilakukan untuk tindakan pelayanan.

Kegiatan pemanasan meliputi:

 Menghubungkan alat dengan catu daya


 Memberikan waktu yang cukup agar komponen alat yang perlu aliran listrik
(pemanasan ) terpenuhi.
 Melakukan pengecekan fungsi tombol,selektor,indikator,alarm,sistem pergerakan
dan pengereman.

Dengan kegiatan pemanasan ini dapat dipastikan bahwa alat siap untuk dioperasikan.

d). Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat selama
melakukan pelayanan kesehatan, agar dapat dicapai hasil yang optimal. Tata cara
pengoperasian dan penggunaan alat harus memperhatikan ” prosedur tetap
pengoperasian” yang harus tersedia pada setiap unit pelayanan dan dipahami dengan
baik oleh pengguna alat.

e). Pengemasan Dan Penyimpanan

Pengemasan/Penyimpanan yaitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan terhadap


suatu alat beserta aksesoris setelah selesai melakukan pelayanan kesehatan agar alat
selalu siap untuk dipergunakan. Alat dan aksesoris disimpan dalam keadaan bersih.
Pengguna alat/operator diwajibkan untuk mencatat beban kerja alat setiap kali
pemakaian.

25
4.6 PEMANTAUAN OPERASIONAL PERALATAN

Pemantauan Operasional Peralatan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi alat


untuk melaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerja setiap alat yang
operasional. Dalam pemantauan didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu
bulan atau periode tertentu. Pemantauan dilakukan oleh pihak teknisi secara periodik
pada selang waktu pemeliharaan preventif untuk setiap alat. Operator atau pengguna
alat mencatat beban kerja setiap alat operasional. Apabila kondisi alat tidak
memungkinkan untuk difungsikan, segera lakukan tindakan perawatan/pemeliharaan.

E. PEMELIHARAAN

Pemeliharaan peralatan kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar


peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan
menjamin usia pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan terdapat berbagai
kriteria dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.

5.1 KRITERIA PEMELIHARAAN

Dalam Pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria


pemeliharaan yaitu

5.1.1 Pemeliharaan Terencana

Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan


terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan / disusun. Jadwal
pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi
petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang tersedia. Pemeliharaan
terencana meliputi pemeliharaan preventif (pencegahan) dan pemeliharaan korektif
(perbaikan).

5.1.1.a Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif/pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa


perawatan dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan

26
kegiatan penyetelan, pelumasan, serta penggantian bahan pemeliharaan yang
dilaksanakan oleh teknisi secara berkala. Pemeliharaan preventif bertujuan guna
memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat tertentu pemeliharaan
preventif dapat dilaksanakan pada saat alat sedang jalan/operasional/running
maintenance, melalui pemeriksaan dengan melihat, merasakan, mendengarkan
bekerjanya alat, baik tanpa maupun menggunakan alat ukur. Pada waktu running
maintenance dilakukan juga pelumasan, penyetelan bagian-bagian alat tertentu yang
memerlukan

Pemeliharaan preventif dengan running maintenance biasanya tidak dilakukan


untuk peralatan kesehatan. Pemeliharaan preventif untuk peralatan kesehatan pada
umumnya dilakukan pada waktu alat tidak operasional / shut down maintenance yaitu
alat dalam keadaan dimatikan lalu dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan
dapat berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen,penyetelan,
penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.

5.1.1.b Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan


terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku
cadang. Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan
yang rusak ke kondisi siap operasional dan laik pakai serta dapat difungsikan dengan
baik.

Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis yaitu pengukuran
kuantitatif keluaran dan pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang
bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus dilakukan oleh institusi penguji yang
berwenang. Pemeliharaan korektif dilakukann terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dan dilakukan secara terencana.

Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan perbaikan


terhadap peralatan dengan mengganti mengganti bagian-bagian utama alat, bertujuan

27
untuk mengembalikan fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena usia
dan penggunaan.

5.1.1.c Pengujian Dan Kalibrasi

Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi


pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat
kesehatan,sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan
kerja dan spesifikasinya.

Kalibrasi adalah tindakan yang untuk memastikan hubungan antara besaran


yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau besaran yang
diabadikan pada suatu bahan ukur dengan besaran yang sebenarnya dari besaran yang
diukur.

Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat kesehatan agar
tetap sesuai dengan besaran pada spesifikasinya. Dengan adanya kalibrasi maka
akurasi, ketelitian, dan keamanan alat dapat di jamin sesuai besaran-besaran yang
tertera pada alat kesehatan yang bersangkutan.

Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :

a) Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian dan kalibrasi


b) Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis
c) Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya
tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat masih berlaku
d) Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat masih berlaku
e) Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat masih
berlaku
f) Atau jika tanda laik pakai (label) dan sertifikat pada alat kesehatan tersebut
hilang atau rusak, sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya

Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk :

28
 Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument
 Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu besaran
ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur
 Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan kalibrasi
adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan spesifikasinya.

Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan sertifikat kalibrasi serta
tanda laik pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan
sertifikat pengujian dan tanda laik pakai.

Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan tanda
tidak laik pakai dan tidak boleh digunakan dipelayanan.

Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan Institusi
pengujian fasilitas yang berwenang.

5.1.2 Pemeliharaan Tidak Terencana

Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat


darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak, tidak terduga, dan
harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk
dapat melaksanakan kegiatan pemeliharaan tidak terencana perlu adanya tenaga yang
siap (stand by) dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana
dapat ditekan serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan
terencana.

5.2 ASPEK PEMELIHARAAN

Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat terlaksana sebaik-baiknya, maka


unit kerja pemeliharaan peralatan Rumah Sakit, perlu dilengkapi dengan aspek-aspek
29
pemeliharaan yang berkaitan dan memadai meliputi sumber daya manusia, fasilitas dan
peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspek-
aspek ini umumnya memerlukan pembiayaan.

5.2.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (teknisi) merupakan unsur yang penting dalam


melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan.Kualifikasi teknisi disesuaikan
dengan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang ditangani, sedangkan jumlahnya
berdasarkan jumlah setiap alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus
ditangani oleh teknisi.

5.2.2 Fasilitas dan Peralatan Kerja

Fasilitas dan peralatan kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya


pemeliharaan peralatan kesehatan meliputi :

 Ruang tempat bekerja terdiri dari workshop/bengkel, gudang, dan ruang


administrasi.
 Peralatan kerja terdiri dari tool set elektrik, tool set elektronik, tool set mekanik
dan berbagai alat ukur.

5.2.3 Dokumen Pemeliharaan

Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan


pelaksanaan pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen teknis dan
data atau hasil laporan pemeliharaan.

5.2.3.a Dokumen Teknis Peralatan

Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu
pengadaannya, pada umumnya meliputi brosur, installation manual, installation report,
operating part list, rekomended parts, Prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap
pemeliharaan dan sertifikat kalibrasi. Guna memudahkan penanganan

30
pemeliharaannya, maka setiap alat agar dilengkapi dengan dokumen teknis yang
bersangkutan.

5.2.3.b Data / Hasil Laporan Pemeliharaan

Data / hasil laporan pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang
berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan yang pada umumnya merupakan
kumpulan atau kronologi hasil pemeliharaan setiap alat, meliputi :

1) Inventarisasi Peralatan
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap
type/model alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat,
merk, type/model, nama perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai
operating manual dan service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu
diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, berapa
jumlahnya alat yang type/model yang sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi beban
kerja pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek
pemeliharaan secara keseluruhan, sehingga pemeliharaan peralatan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh
pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara periodik, paling tidak setahun sekali
dan setiap ada perubahan atau penambahan alat baru.
2) Kartu Pemeliharaan Alat
Kartu pemeliharaan alat adalah kartu yang dipasang / digantung pada setiap alat
dengan maksud agar memudahkan kepada setiap petugas terkait untuk
mengetahui data mengenai suatu alat dan penanganan apa saja yang telah
dilakukan terhadap alat tersebut. Kartu ini berlaku untuk setiap alat memuat data
masing-masing alat yang berkaitan erat dengan aspek pemeliharaan, yaitu:

31
 Data Statis, meliputi :
 Nama Rumah Sakit
 Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
 Nama alat sesuai fungsinya
 Merk alat
 Type/Model alat
 Nomer seri
 Tahun pengadaan
 Nomer inventaris/kode alat

Data tersebut diatas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di
rumah sakit.

 Data Dinamis, meliputi :


 Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan.
 Uraian kegiatan
 Hasil kegiatan
 Nama teknisi
 Keterangan lainnya yang dianggap perlu.

Data ini dituliskan pada kartu pemeliharaan oleh teknisi, yang menjelaskan secara garis
besar uraian kegiatan setiap melakukan kegiatan pemeliharaan alat yang bersangkutan.

3) Catatan Pemeliharaan Alat


Catatan pemeliharaan alat berupa lembaran kartu yang disimpan pada urusan
administrasi teknis peralatan diunit kerja pemeliharaan RS, dengan maksud agar
memudahkan petugas administrasi teknis dan teknisi untuk mengetahui data
alat dan penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini
memuat data masing-masing alat yang berkaitan erat dengan kegiatan
pemeliharaan dan lebih luas dari kartu pemeliharaan alat, yaitu :

32
 Data Statis, meliputi:
 Nama Rumah Sakit
 Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
 Nomor inventaris
 Nama alat sesuai fungsinya
 Merk alat
 Type alat
 Nomor seri
 Sumber pengadaan
 Tahun pengadaan
 Supplier / Agen
 Periode pemeliharaan

Data tersebut diatas dibuat pada saat alat mulai diinventarisasikan di Rumah Sakit

 Data Dinamis, meliputi:


 Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum dilakukan
pemeliharaan
 Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan pada alat yang bersangkutan
 Pelaksana, nama teknisi dan nama perusahaan pihak ke-3 yang
melakukan pemeliharaan
 Biaya yang dikeluarkan / dibutuhkan
 Keterangan penjelasan yang mendukung kegiatan pemeliharaan

Data dinamis ini ditulis oleh petugas administrasi teknis berdasarkan laporan dari teknisi
yang melaksanakan pemeliharaan.

4) Daftar Keagenan Peralatan


Keberadaan perusahaan yang mengageni suatu alat sangat diperlukan dalam
rangka pemeliharaan peralatan kesehatan. Agen peralatan bertanggung jawab

33
terhadap penyediaan suku cadang peralatan yang diageninya, sebagai realisasi
dari jaminan purna jual terhadap peralatan yang dijualnya.
Untuk peralatan tertentu yang tidak mampu dilaksanakan oleh teknisi RS, secara
teknis dan ekonomis pemeliharaannya lebih baik dilaksanakan langsung oleh
perusahaan yang mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Daftar keagenan peralatan dapat memudahkan untuk mengetahui nama
perusahaan dan alamatnya yang mengageni peralatan tertentu, sehingga
apabila alat mengalami suatu masalah, agen yang bersangkutan dapat dengan
mudah dimintakan bantuannya.

5) Pelaporan dan Evaluasi


Setiap kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan dari mulai perencanaan,
pelaksanaan, dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan
oleh dan kepada pejabat pemberi tugas sesuai dengan penugasannya.
Kemudian secara berkala, laporan dievaluasi sebagai dasar pertimbangan
perencanaan pemeliharaan periode selanjutnya.
Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan pelaporan, meliputi
 Laporan kegiatan harian
 Data komplain external
 Laporan evaluasi kerja teknisi elektromedik

5.2.4 Suku Cadang dan Bahan Pemeliharaan

Pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan apabila aspek pemeliharaan yang


mendukung tersedia. Bahan pemeliharaan setiap jenis alat sangat diperlukan untuk
terselenggaranya pemeliharaan preventif peralatan. Demikian juga suku cadang
diperlukan apabila melakukan pemeliharaan korektif

Agar pemeliharaan peralatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan


jadwal, maka penyedian kebutuhan bahan pemeliharaan dan suku cadang perlu

34
mendapat perhatian yang seksama, melalui suatu perencanaan yang matang, baik
aspek teknis maupun pembiayaannya.

5.3 PELAKSANAAN PEMELIHARAAN

Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan


teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja,dan prosedur pembiayaan, maka
pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit dilakukan oleh teknisi
Rumah Sakit setempat dengan rujukan pihak ke -3.

5.3.1 Dilaksanakan oleh user / pengguna

Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di Rumah Sakit harus dapat


dilaksanakan oleh user / pengguna dengan cara membersihkan filter dan permukaan
alat .

5.3.2 Dilaksanakan oleh teknisi rumah sakit

Untuk peralatan kesehatan yang membutuhkan perawatan khusus seperti


mengganti oli, membersihkan kontaktor, memberi pelumas, dll, maka tugas ini dilakukan
oleh teknisi rumah sakit.

5.3.3 Dilaksanakan oleh teknisi rujukan

Apabila teknisi RS tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat


disebabkan oleh suatu hal, misalnya kuantitas teknis kurang ( dibanding jumlah alat
yang banyak ) atau peralatan kerja tidak lengkap, penggantian spare part yang khusus,
maka pemeliharaan dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari RS yang lebih mampu.

5.4 PROSEDUR TETAP PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN

Pemanfaatan peralatan kesehatan diharapkan optimal, efektif dan efisien. Untuk


itu pemeliharaan peralatan kesehatan sebaiknya dilaksanakan berdasarkan suatu
prosedur yang baku. Prosedur pemeliharaan peralatan kesehatan yang sudah baku
disebut ‘Protap Pemeliharaan’.

35
Selain protap pemeliharaan alat pada pelaksanaan pelayanan harus pula
memperhatikan protap pelayanan.Protap pemeliharaan alat disahkan oleh Kabag.
IPSRS.

Prosedur tetap pemeliharaan adalah prasyarat dan urutan kerja yang harus dipenuhi
dan dilakukan agar pemeliharaan suatu alat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
sehingga alat tersebut selalu dalam keadaan siap dan laik pakai serta dapat mencapai
usia teknis. Urutan kerja yang di maksud meliputi:
persiapan,pelaksanaan,pencatatan,pengemasan dan pelaporan.

Protap pemeliharaan alat disusun oleh teknisi dengan memperhatikan / mengacu pada :

 Petunjuk penyusunan protap pemeliharaan peralatan pada buku ini.


 Service manual untuk setiap jenis merk/type alat.

Tata cara penyusunan protap pemeliharaan alat dipelajari saat pelatihan/training teknisi,
ketika pengadaan peralatan.

Aspek keselamatan, khususnya pengamatan terhadap arus bocor harus diketahui oleh
setiap teknisi yang melakukan pemeliharaan peralatan.

Nilai ambang batas arus bocor dikeluarkan oleh beberapa badan internasional antara
lain:

 National Electrical Code ( NEC )


 NFPA 76 BT
 UL 544
 AAMI
 IEC 601-1-1

Meliputi : Critical Area, General Care Area, Non Patient Area, Groun Wire Impedance
dan Power Conductor to Chasis Impedance.

Dengan mengetahui nilai ambang batas arus bocor, teknisi dapat mengambil langkah
pengamanan bila arus bocor pada suatu alat kesehatan melebihi ambang batas.

36
Protap Pemeliharaan Preventif Peralatan meliputi urutan sebagai berikut:

a). Pendahuluan

Pendahuluian yaitu urutan mengenai fungsi alat.

b). Prasyarat

Prasyarat yaitu kondisi yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan peralatan kesehatan.
Prasyarat yang dimaksud meliputi : aspek-aspek sumber daya manusia, peralatan kerja,
dokumen teknis, bahan pemeliharaan, bahan operasional, dan material bantu serta
mekanisme kerja yang jelas. Khusus mengenai peralatan kerja, seandainya tidak
tersedia peralatan kerja secara keseluruhan, teknisi dapat melaksanakan sebagian
kegiatan teknis sesuai dengan tersedianya peralatan kerja.

c). Persiapan

Persiapan yaitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan sebelum melakukan


pemeliharaan , agar pemeliharaan alat dapat dilaksanaka dengan sebaik-baiknya maka
persiapan meliputi : persiapan perintah kerja, formulir laporan kerja, dokumen teknis,
peralatan kerja, bahan pemeliharaan, bahan operasional, material bantu,
menginformasikan kepada user rencana pelaksanaan dan jadwal pemeliharaan.

d). Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu langkah- langkah teknis yang dilakukan oleh teknisi terhadap suatu
alat agar bagian-bagian alat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

e) Pencatatan

Pencatatan yaitu pengisian kartu laporan kerja pemeliharaan agar dapat diketahui
kronologis kegiatan pemeliharaan yang telah dilaksanakan terhadap suatu alat. Laporan
kerja ditanda tangani oleh user.

f). Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyerta

37
Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyerta yaitu langkah-langkah
pengecekan dan perapihan peralatan kerja serta dokumen teknis penyerta setelah
selesai melaksanakan pemeliharaan , agar alat kerja dan dokumen teknis penyerta
jumlahnya sesuai dengan daftar alat / bon peminjaman peralatan kerja, dan siap untuk
dipergunakan pada pemeliharaan selanjutnya.

g). Pelaporan

Pelaporan yaitu melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi tugas.

5.5 BIAYA PEMELIHARAAN

Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur
dilakukan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan
untuk pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif.

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan


medis akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari
peralatan tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan


biaya yang dibiutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis dapat
berfungsi dengan baik. Sangatlah penting dalam membuat perkiraan yang selektif
mungkin karena :

 Anggaran yang terlalu rendah akan menghasilkan pemeliharaan yang tidak


berjalan dengan baik.
 Anggaran yang terlalu tinggi akan menjadi tidak efisien dan bisa mengganggu
pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran.

Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5 % sampai 6 %


dari nilai investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan
cara yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta
standar kebutuhan pemeliharaan dari setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan
peralatan medis masing-masing rumah sakit bisa berbeda.

38
Annualized Invesment Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu
metode untuk menghitung “penggunaan“ biaya investasi pada tahun berjalan.
Metode ini seperti menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem
akunting keuangan.

Annualized Invesment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present


Value=PV) akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future
Value=FV), karena adanya infasi nilai uang serta dihitung dengan memperhatikan
usia pakai serta usia teknis suatu peralatan kesehatan.

Maksimum Biaya Pemeliharaan

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan peralatan medis tentu membutuhkan biaya,


terutama pada saat harus melakukan perbaikan atas bagian yang rusak.
Perhitungan Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan (Maximum Maintenance
Expenditure Limit = MMEL) adalah suatu cara untuk menghitung biaya yang masih
dapat diterima untuk memperbaiki atau memelihara suatu peralatan medis di rumah
sakit.

MMEL membutuhkan beberapa data sebagai dasar perhitungan batas


maksimum biaya pemeliharaan yaitu usia teknis dan harga pengganti dan MEL
Factor.

Perhitungan MMEL dilakukan sebagai berikut :

 Pastikan Usia Pakai, Usia Teknis, dan Harga Pengganti alat kesehatan
tersebut.
 Usia Pakai dihitung sejak alat kesehatan tersebut digunakan sampai saat
perhitungan dilakukan dan Harga Pengganti adalah harga alat kesehatan
saat perhitungan dilakukan dengan spesifikasi setara.
 Tentukan sisa usia manfaat alat kesehatan tersebut.
Sisa Usia Manfaat = Usia Teknis – Usia Pakai
 Hitung Persentasi Manfaat.
Persentasi Manfaat = Sisa Usia Manfaat
39
Usia Teknis
 Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh Logistik
Tentara Amerika dan dikutip oleh American Hospital Association.
 Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) X (Persentasi Usia Manfaat) X (Harga Pengganti).

Contoh Perhitungan :

Sebuah alat Defibrilator yang mulai digunakan sejak tahun 2003 dengan Usia
Teknis adalah 8 tahun atau 16.064 jam, mengalami kerusakan pada tahun 2008 dengan
Usia Pakai adalah 5 tahun atau 9.480 jam. Hitunglah biaya maksimum perbaikan alat
Defibrilator tersebut, jika harga pengganti dengan spesifikasi yang sama adalah
78.000.000,-

Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator = Usia Teknis – Usia Pakai
= 16.064 – 9.480
= 5.584 jam

Persentasi Manfaat = Sisa Usia Manfaat


Usia Teknis

% Manfaaat = 5.584 jam


16.064 jam

= 40,99 %

MMEL = (MEL Faktor) X (Persentasi Usia Manfaat) X (Harga Pengganti)


= 90 % X 40,99 % X Rp 78.000.000,-
= Rp 28.772.211,-

40
Berarti jika biaya perbaikan alat defibrilator tersebut lebih besar dari Rp
28.772.211,-, maka alat defibrilator tersebut secara ekonomi tidak layak untuk diperbaiki
dan lebih tepat jika diganti dengan alat defibrilator yang baru.

5.6 PENYUSUNAN PROGRAM PEMELIHARAAN

Dalam menyusun perencanaan IPSRS harus memiliki daftar inventaris


peralatan, selain itu harus memperhatikan kemampuan teknis yang meliputi :

 Sumber Daya Manusia ( Jumlah teknisi, kemampuan teknis, pelatihan yang


pernah diikuti, pengalaman kerja ).
 Fasilitas kerja
 Dokumen Teknis

Penyusunan perencanaan untuk satu tahun kedepan meliputi :

 Jadwal pemantauan fungsi peralatan medis


 Jadwal pemeliharaan berkala peralatan medis
 Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk perbaikan peralatan
medis yang mengalami kerusakan ( pemeliharaan korektif terencana )
 Penyiapan usulan rencana anggaran

Usulan tersebut dituangkan kedalam rencana anggaran dan diusulkan kepada


Manajemen rumah sakit melalui Kabag Keuangan / Kabag Sekretaris.

1 Penyiapan Fasilitas Kerja


Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis meliputi alat kerja, tool set, alat kerja
mekanik, alat ukur, protap pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO
pemeliharaan dan lembar kerja, operation manual, service manual,
schematic/wiring manual, formulir laporan.
2 Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari:

41
 Pemantauan fungsi
 Pemeliharaan berkala (pemeliharaan secara internal, pemeliharaan secara
outsourching, pemeliharaan secara KSO)
 Perbaikan alat yang mengikuti protap yang telah disusun

3 Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang dapat
dimengerti, baik oleh pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit
pelayanan terkait. Jenis laporan antara lain :
 Kartu pemeliharaan alat
 Catatan pemeliharaan alat
 Laporan kerja pemeliharaan preventif
 Laporan kerja pemeliharaan korektif
 Laporan hasil pemantauan fungsi
 Laporan penggunaan bahan pemeliharaan / suku cadang
4 Pembinaan teknis kepada operator meliputi :
 Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan harian. Tugas
ini diserahkan kepada pengguna berupa melakukan pembersihan alat
bagian luar dan dilaksanakan setiap hari sebelum alat digunakan untuk
pelayanan
 Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan keselamatan
bagi pasien, petugas dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi, seperti bahaya listrik, radiasi, mekanik, bahaya akan bahan
kimia.

42
PENARIKAN ( RECALL ) DAN PENGHAPUSAN PERALATAN KESEHATAN

Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri lainnya,


walaupun telah melalui Quality Control (QC) tetapi tidak menjamin bahwa produksi
tersebut sempurna.

Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada kualitas maupun
keamanan sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi atau tujuannya, dapat
menyebabkan gangguan bahkan kegagalan dalam pelayanan kesehatan yang
berdampak pada gangguan kesehatan bahkan kematian. Jika kekurangan tersebut
diketahui setelah dipasarkan atau digunakan konsumen, maka produk bersangkutan
akan ditarik oleh perusahaan yang bertanggung jawab terhadap peredaran alat
tersebut.

8.1 PENARIKAN (RECALL) PERALATAN MEDIS

Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatu peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.

Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa penggunaan peralatan


tersebut harus dihentikan dan mengembalikan peralatan medis ke pabrikan, suatu recall
kadang-kadang dapat berarti bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau
diperbaiki. Jika peralatan medis yang bersifat implan (misalnya: alat pacu jantung atau
pinggul buatan) di recall, tidak selalu peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.

Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi terjadi kegagalan tak
terduga, perusahaan sering memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar
mendiskusikan risiko melepas peralatan tersebut dibandingkan dengan risiko bila tetap
menggunakannya.

Contoh jenis-jenis tindakan yang dapat dianggap recall :

43
 Memeriksa peralatan medis terhadap masalah
 Perbaikan peralatan medis
 Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
 Pelabelan ulang peralatan medis
 Mnghancurkan peralatan medis
 Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah pada peralatan medis
 Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat penggunaan peralatan medis.

Kadang-kadang perusahaan memiliki kecurigaan pada sekelompok produk, tetapi


tidak dapat memprediksi peralatan medis yang bermasalah secara individu. Untuk
menjamin keamanan penggunaan alat kesehatan, perusahaan dapat melakukan recall
terhadap seluruh model, produk sejenis.

Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal tergantung tingkat masalah yang
terjadi.

 Koreksi : Mengatasi masalah peralatan kesehatan ditempat alat kesehatan


tersebut digunakan atau dijual.
 Removal : Mengatasi masalah peralatan kesehatan dengan menarik alat
kesehatan tersebut dari peredaran.

Peralatan kesehatan yang dimiliki oleh Rumah Sakit adalah asset / kekayaan
Rumah Sakit, karena itu peralatan kesehatan dicatat pada akuntansi asset kekayaan
Rumah Sakit. Setiap penambahan peralatan kesehatan yang memenuhi persyaratan
akuntansi, akan menambah kekayaan Rumah Sakit, demikian juga pada saat
pengurangan alat kesehatan akan mengurangi kekayaan Rumah Sakit.

Pengurangan asset kekayaan Rumah Sakit dapat dilakukan dengan melakukan


penghapuisan alat kesehatan dari daftar kekayaan Rumah Sakit yang harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di rumah sakit ditentukan oleh


Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit.

44
8.2 PENGHAPUSAN PERALATAN MEDIS

Peralatan medis yang dimiliki oleh institusi pemerintah adalah kekayaan negara,
karena itu peralatan medis dicatat pada akuntansi kekayaan negara. Setiap
penambahan peralatan medis yang memenuhi persyaratan akuntansi, akan menambah
kekayaan negara demikian juga pada saat pengurangan peralatan medis, akan
mengurangi kekayaan negara.

Pengurangan kekayaan negara dapat dilakukan dengan melakukan


penghapusan peralatan medis dari daftar kekayaan negara yang harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Penghapusan peralatan medis agar pemanfaatan peralatan medis di rumah sakit


efektif dan efisien serta penata usahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan
pengguna dan atau kuasa pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik
barang yang berada dalam penguasaannya.

Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara lain :

1. Persyaratan teknis

 Secara fisik alat medis tidak dapat digunakan karena rusak dan tidak
ekonomis bila diperbaiki
 Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi
 Alat kesehatan telah melampaui batas usia teknis/kadaluarsa
 Alat kesehatan mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan,
seperti terkikis, aus, dan lain-lain.

2. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila alat medis dihapus,
karena biaya operasional dan pemeliharaan alat medis lebih besar dari manfaat yang
diperoleh.

3. Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan.

45
Penghapusan peralatan medis dari daftar barang pengguna dan/atau daftar
barang kuasa pengguna barang dilakukan sesuai persyaratan administrasi dan
peraturan yang berlaku.

46
BAB IV

DOKUMENTASI

A. INVENTORI DAN DOKUMENTASI PEMELIHARAAN PERALATAN MEDIS

Inventori peralatan medis merupakan data detil peralatan medis yang berkaitan
dengan aspek teknis maupun administrasi setiap type/model peralatan medis. Inventori
harus selalu dikelola/update sehingga data yang terdapat dalam inventori merupakan
kondisi terkini.

Inventori dapat memberikan informasi sebagai berikut :

 Technical assessment, merk dan type peralatan beserta jumlah dan status
kondisi peralatan.
 Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk membantu
penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran pemeliharaan, perbaikan dan
penarikan kembali/recall.
 Memberikan informasi keuangan guna mendukung penilaian budget dan
ekonomi.

1 LINGKUP INVENTORI

Untuk pengelolaan peralatan medis tidaklah harus semua peralatan medis


dimasukkan ke dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan / prioritas item-
item peralatan medis yang akan dilakukan inentarisasi, Prioritas tersebut dapat
dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasi peralatan medis, usia teknis,
berdasarkan resiko atau kombinasi dari kriteria tersebut.

 Nilai investasi peralatan medis

Prioritas ini memperhitungkan peralatan medis yang akan dilakukan inventarisasi


berdasarkan harga pada saat pembelian yaitu peralatan medis dengan harga
diatas nominal harga tertentu.
47
 Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarisasi data peralatan untuk
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga peralatan dengan usia
teknis singkat ( kurang dari satu tahun ) sebaiknya tidak dilakukan inventarisasi.
 Berdasarkan risiko
Peralatan medis dalam hal penggunaannya dapat dikelompokkan berdasarkan
risiko yang dapat ditimbulkan yaitu risiko tinggi (high risk), risiko sedang (medium
risk) dan risiko rendah (low risk). Inventori dapat dilakukan dengan
memprioritaskan minimal peralatan yang memiliki risiko sedang dan tinggi. Untuk
menentukan risiko dari peralatan dapat digunakan dengan menggunakan
Fennigkoh and smith’s model yaitu suatu algoritma supplier untuk mengevaluasi
peralatan medis didasarkan pada fungsi peralatan, risiko dan kebutuhan
pemeliharaan.

2 DATA INVENTORI

Setiap fasilitas pelayanan kesehatan mungkin memiliki kebutuhan inventori


yang berbeda-beda. Tabel 6.1 berikut ini menjelaskan minimum data yang perlu
dimasukan dalam menginventarisasi peralatan medis.

Inventori dapat terdiri dari beberapa form yaitu berupa:

 Daftar data peralatan medis


 Daftar pabrikan, supplier/penyedia
 Daftar bahan habis pakai dan suku cadang

Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional antar data/form sehingga lebih
mudah dalam melakukan penelusuran data.

48
Tabel 6.1 Contoh Data Inventori

No Item Keterangan
1 Kode Nomor kode alat, dapat menggunakan kode inventori,
tetapi disarankan memiliki kode tersendiri agar lebih
mudah dalam inventarisasi
2 Merk dan type Merk dan type dari peralatan medis
3 Serial number Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan oleh
pabrikan), pada umumnya tertera pada peralatan
4 Pabrikan / Distributor Nama pabrikan atau distributor yang mengageni
peralatan tersebut, termasuk alamat, email dan kontak
person
5 Lokasi Tempat peralatan tersebut digunakan dipelayanan
6 Kondisi Kondisi peralatan ( Baik, rusak ringan, rusak berat )
7 Power requirement Kebutuhan akan sumber listrik berupa tegangan (220v,
110v) atau power consumtion (watt)
8 Data inventori update Tanggal terakhir updating data
9 Harga pembelian Nilai rupiah peralatan pada saat pembelian
10 Tanggal pengadaan Tanggal pengadaan (bulan/tahun)
11 Masa garansi Tanggal berakhirnya waktu garansi
12 Tanggal penerimaan Tanggal dilakukannya penerimaan alat (instalasi, uji
fungsi, uji coba)
13 Usia teknis Batas usia yang diharapkan dapat digunakan
dipelayanan (tahun/jam/paparn)

49
Tabel 6.2 Inventarisasi Data Peralatan Medis

Kode Nama Jenis Merk S/N Pabrikan Usia Supplier Tanggal Tanggal Lokasi Kondisi Harga
peralatan type teknis pengadaan penerimaan

Tabel 6.3 Data Pabrikan, Distributor / Supplier

No Nama Alamat Email Telepon Pabrikan Usia Distributor Harga


Perusahaan teknis

6.4 Data Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang

No Item Katalog Number Jumlah Distributor Harga

50
B.POST MARKET SURVEILLANCE DAN VIGILANCE PERALATAN MEDIS

Seharusnya pengawasan oleh produsen terhadap peralatan medis yang


sudah digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak semata mata memenuhi
peraturan yang berlaku, tetapi juga seharusnya sudah menjadi bagian dari bisnis yang
baik. Hal ini membantu produsen peralatan medis memperoleh pemahaman mengenai
kinerja peralatan medis yang diproduksinya dan telah digunakan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Kegiatan ini akan memberikan umpan balik terus menerus yang
memungkinkan produsen mempertahankan kualitas peralatan medis yang tinggi serta
kepuasan pengguna. Juga akan membantu meminimalkan insiden yang timbul karena
ada evaluasi terus menerus, sehingga juga akan meminimalisir adanya penarikan
kembali (recall).

Kegiatan post market dapat dikategorikan :

1. Proaktif, yaitu disebut Post-market Surveillance

2. Reaktif, yaitu Vigilance

Posisi post market surveillance dan vigilance pada pre market dan post market
dijelaskan melalui diagram berikut ini :

51
Diagram 7.1 Pre-Market, On-Market, Post-Market Peralatan Medis

CONCEPTION MANUFACTURE PACKAGING ADVERTISING SALE USE DISPOSAL


AND AND
DEVELOPMENT LABELING

PRE MARKET PLACING ON MARKET POST- MARKET


SURVEILLANCE/VIGILANCE

MANUFACTURER VENDOR USER

7.1 POST MARKET SURVEILLANCE

Dari Global Harmonization Task Force dijelaskan Post Market Surveillance


adalah kegiatan pengumpulan informasi mengenai kualitas, keamanan dan kinerja
peralatan kesehatan secara proaktif setelah ditempatkan di pasar/ digunakan di fasilitas
pelayanan kesehatan.

Post Market Surveillance merupakan bagian dari manajemen resiko.


Tanggung jawab pengawasan peralatan kesehatan Post Market adalah pada
pemerintah, produsen, agen tunggal/importir, penyalur alat kesehatan, dan pengguna.
Diperlukan skema untuk melakukan mekanisme untuk melakukan pengawasan post
market peralatan medis.

Tujuan dilakukan Post-Market Surveillance adalah agar hasilnya nanti


dievaluasi, sebagai masukan produsen untuk mengambil langkah-langkah seperti :

 Meningkatkan kualitas, keamanan dan kinerja peralatan medis

52
 Melakukan recall peralatan medis yaitu memperbaiki atau mengganti sebagian
atau menarik sebagian atau seluruh produksi peralatan medis tersebut.

Produsen/Pabrikan dapat mencari data pendukung Post Market Surveillance dari :

 Keluhan dari konsumen secara langsung maupun tidak langsung


 Studi penjualan peralatan medis
 Studi kinerja peralatan medis
 Studi klinis
 Data penggunaan alat oleh pasien
 Permintaan pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan
 Pernyataan/tanggapan dari konsumen
 Studi literatur
 Laporan dari pihak yang berwenang
 Publikasi

Untuk memastikan bahwa Post Market Surveillance peralatan medis


dilaksanakan secara efektif, semua pihak yang terlibat harus memahami dan menyadari
tanggung jawab dan kewajiban dalam hal ini.

7.2 VIGILANCE

Vigilance (kewaspadaan) adalah mengacu kepada insiden yang dapat terjadi


dengan peralatan medis, ketika peralatan medis tersebut tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, sehingga dapat menyebabkan cedera atau kematian. Hal ini memerlukan
ketepatan waktu, koordinasi dan penyampaian informasi antara pemerintah dan
produsen terkaitan dengan insiden peralatan medis tersebut. Apabila insiden peralatan
medis terjadi difasilitas pelayanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan tersebut wajib
melaporkan kepada pemerintah dan produsen serta mendokumentasikannya sesuai
format yang telah ditetapkan.

Produsen peralatan medis bertanggung jawab merespon insiden yang terjadi


pada alat serta wajib mengambil langkah-langkah perbaikan. Apabila insiden melibatkan

53
lebih dari satu alat dengan produsen yang berbeda, masing-masing produsen wajib
membuat laporan kepada badan yang berkompeten yang ditunjuk pemerintah.

Badan yang berkompeten memonitor laporan yang dibuat produsen. Jika


diperlukan melakukan pendampingan kepada produsen dalam mengambil tindakan
perbaikan. Untuk mengantisipasi serta meminimalkan terjadinya insiden yang serupa,
perlu dilakukan diseminasi kepada pihak terkait.

Tujuan vigilance peralatan medis adalah untuk melindungi peralatan medis


dan keselamatan pasien dan petugas, dievaluasi untuk mencegah terulangnya insiden,
menentukan efektivitas tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan dan pemantauan.

Disarankan adanya informasi mengenai vigilance peralatan medis secara


online, yang dapat digunakan sebagai referensi oleh pengguna peralatan medis,
terutama untuk bahan pertimbangan penyediaan peralatan medis difasilitas pelayanan
kesehatan. Fasilitas pelayan kesehatan wajib melaporkan terjadinya insiden peralatan
medis kepada produsen atau badan yang berwenang, sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Kriteria Laporan Insiden yang harus disampaikan oleh produsen kepada


badan yang berwenang adalah sebagai berikut :

1. Hal yang terjadi karena :

 Terjadinya kerusakan atau penurunan karakteristik atau kinerja


 Memberikan bacaan hasil yang tidak akurat
 Menyebabkan terjadinya efek samping yang tidak diduga sebelumnya
 Menyebabkan terapy yang tidak tepat
 Terjadinya kerusakan misal adanya kebakaran di peralatan medis tersebut
 Adanya ketidaktepatan penandaan, instruksi dan atau bahan yang dipromosikan.

2. Peralatan medis tersebut diduga sebagai penyebab insiden

 Pendapat dari tenaga kesehatan, berdasarkan bukti yang ada

54
 Hasil penilaian awal oleh produsen sendiri terhadap kejadian tersebut.
 Adanya insiden serupa yang terjadi sebelumnya
 Adanya data kejadian peralatan medis tersebut yang dimiliki oleh produsen.

3. Menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

 Menyebabkan kematian pasien, pengguna atau orang lain


 Menyebabkan cedera yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien, pengguna
atau orang lain.

Laporan insiden biasanya tidak diperlukan pada kondisi :

 Kondisi peralatan medis yang tidak memadai pada saat akan digunakan, misal
sudah terbuka; diketahui dalam kondisi tidak steril.
 Kondisi kesehatan pasien yang memang sudah bisa diprediksikan, sebelum
peralatan medis tersebut digunakan pada pasien. Apabila pasien meninggal,
harus dipastikan bahwa bukan disebabkan peralatan tersebut.
 Peralatan medis tersebut melewati usia pakai dan usia pemeliharaan
 Adanya pengamanan/alarm peralatan medis yang berfungsi menginformasikan
tidak berfungsinya alat
 Peralatan medis yang akibat sampingannya sudah bisa diperkirakan.

55
Tabel 7.1 Formulir Laporan Insiden Peralatan Medis dari Pabrikan

1. Informasi Administrasi
Penerima Laporan Nama, Jabatan, Tanda Tangan, Stempel
Badan berkompeten yang ditunjuk
pemerintah
Tanggal laporan
Nomor surat laporan dari pabrikan
Type laporan
o Laporan awal
o Laporan tindak lanjut dari laporan sebelumnya
o Kombinasi laporan awal dan akhir
o Laporan akhir
Apakah insiden tersebut menyebabkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat
yang serius ?
o Ya
o Tidak
Klasifikasi Insiden
o Kematian
o Kerusakan serius yang tidak terduga yang menyebabkan kemunduran keadaan
kesehatan
o Sama seperti insiden sebelumnya
2. Informasi Penyedia Alat Kesehatan
Status Penyedia Alat
o Pabrikan
o Penyalur alat kesehatan
o Rekanan
3. Informasi Pabrikan
Nama pabrikan
Kontak person pabrikan

56
Alamat
Kode pos: Kota: Negara:
Telepon: Fax : Email:
4. Informasi Penyalur Alat Kesehatan/Agen Tunggal
Nama penyalur alat kesehatan:
Kontak person penyalur alat kesehatan:
Alamat:
Kode pos: Kota: Negara:
Telepon: Fax : Email:
5. Informasi Penyedia alat kesehatan
Nama penyedia alat kesehatan:
Kontak person penyedia alat kesehatan:
Alamat:
Kode pos: Kota: Negara:
Telepon: Fax : Email:
6. Informasi peralatan medis
Kelas
o Peralatan medis kelas III
o Peralatan medis kelas Iib
o Peralatan medis kelas Iia
o Peralatan medis kelas I
Sistem Nomenklatur (lebih baik GMDN)
Kode Nomenklatur
Penamaan Nomenklatur
Nama komersial/merk
Nomer model Nomor katalog:
Nomor seri Nomor lot/batch
Nomor versi software (jika ada)
Tanggal diproduksi Tanggal kadaluarsa
Tanggal pemasangan implan (jika alat Tanggal masa berlaku implan (jika alat

57
medis berbentuk implan) medis berbentuk implan)
Aksesoris/alat terkait (jika ada)
Nomor ID Notified Body
7. Informasi Insiden
Nomor laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan (jika ada)
Tanggal ditanggapinya insiden oleh pabrikan
Tanggal terjadi insiden
Narasi deskripsi insiden
Jumlah pasien terkena Jumlah peralatan medis yang mengalami
insiden
Lokasi terjadinya insiden
Yang mengoperasikan peralatan medis pada saat terjadi insiden
o Tenaga kesehatan
o Pasien
o Lain-lain
Pemakaian peralatan medis
o Awal penggunaan
o Penggunaan kembali perangkat medis yang dapat digunakan kembali
o Penggunaan kembali dari peralatan medis sekali pakai
o Alat yang diservice ulang/dirakit
o Catatan masalah penggunaan sebelumnya
o Lain-lain
8. Informasi Pasien
Kondisi pasien setelah insiden
Tindakan yang diambil oleh fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien yang
terkena insiden
Umur pasien waktu insiden
Jenis Kelamin
o Pria
o Wanita

58
Berat badan
9. Informasi Fasilitas Pelayanan kesehatan
Nama fasilitas pelayanan kesehatan
Kontak person fasilitas pelayanan kesehatan
Alamat
Kode pos: Kota: Negara:
Telepon: Fax : Email:
10. Tanggapan dari pabrikan (laporan awal/tindak lanjut)
Analisa awal pabrikan
Tindakan perbaikan/tindakan pencegahan yang dilaksanakan oleh pabrikan
Laporan lengkap akan diserahkan pada tanggal
Hasil investigasi final dari produsen (laporan akhir)
Hasil analisa produsen alat
Tindakan perbaikan/tindakan pencegahan/tindakan keselamatan yang akan dilakukan
Jadwal untuk pelaksanaan tidakan perbaikan/tidakan pencegahan/tindakan
keselamatan
Tanggapan final dari pabrikan
Investigasi selanjutnya
Apakah produsen menyadari insiden serupa dengan jenis perangkat medis dengan
akar yang sama
o Ya
o Tidak
Jumlah insiden serupa
Komentar

59
C.PENARIKAN ( RECALL ) DAN PENGHAPUSAN PERALATAN KESEHATAN

Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri lainnya,


walaupun telah melalui Quality Control (QC) tetapi tidak menjamin bahwa produksi
tersebut sempurna.

Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada kualitas maupun
keamanan sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi atau tujuannya, dapat
menyebabkan gangguan bahkan kegagalan dalam pelayanan kesehatan yang
berdampak pada gangguan kesehatan bahkan kematian. Jika kekurangan tersebut
diketahui setelah dipasarkan atau digunakan konsumen, maka produk bersangkutan
akan ditarik oleh perusahaan yang bertanggung jawab terhadap peredaran alat
tersebut.

1 PENARIKAN (RECALL) PERALATAN MEDIS

Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatu peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.

Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa penggunaan peralatan


tersebut harus dihentikan dan mengembalikan peralatan medis ke pabrikan, suatu recall
kadang-kadang dapat berarti bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau
diperbaiki. Jika peralatan medis yang bersifat implan (misalnya: alat pacu jantung atau
pinggul buatan) di recall, tidak selalu peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.

Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi terjadi kegagalan tak
terduga, perusahaan sering memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar
mendiskusikan risiko melepas peralatan tersebut dibandingkan dengan risiko bila tetap
menggunakannya.

60
Contoh jenis-jenis tindakan yang dapat dianggap recall :

 Memeriksa peralatan medis terhadap masalah


 Perbaikan peralatan medis
 Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
 Pelabelan ulang peralatan medis
 Mnghancurkan peralatan medis
 Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah pada peralatan medis
 Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat penggunaan peralatan medis.

Kadang-kadang perusahaan memiliki kecurigaan pada sekelompok produk, tetapi


tidak dapat memprediksi peralatan medis yang bermasalah secara individu. Untuk
menjamin keamanan penggunaan alat kesehatan, perusahaan dapat melakukan recall
terhadap seluruh model, produk sejenis.

Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal tergantung tingkat masalah yang
terjadi.

 Koreksi : Mengatasi masalah peralatan kesehatan ditempat alat kesehatan


tersebut digunakan atau dijual.
 Removal : Mengatasi masalah peralatan kesehatan dengan menarik alat
kesehatan tersebut dari peredaran.

Peralatan kesehatan yang dimiliki oleh Rumah Sakit adalah asset / kekayaan
Rumah Sakit, karena itu peralatan kesehatan dicatat pada akuntansi asset kekayaan
Rumah Sakit. Setiap penambahan peralatan kesehatan yang memenuhi persyaratan
akuntansi, akan menambah kekayaan Rumah Sakit, demikian juga pada saat
pengurangan alat kesehatan akan mengurangi kekayaan Rumah Sakit.

Pengurangan asset kekayaan Rumah Sakit dapat dilakukan dengan melakukan


penghapuisan alat kesehatan dari daftar kekayaan Rumah Sakit yang harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

61
Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di rumah sakit ditentukan oleh
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit.

2 PENGHAPUSAN PERALATAN MEDIS

Peralatan medis yang dimiliki oleh institusi pemerintah adalah kekayaan negara,
karena itu peralatan medis dicatat pada akuntansi kekayaan negara. Setiap
penambahan peralatan medis yang memenuhi persyaratan akuntansi, akan menambah
kekayaan negara demikian juga pada saat pengurangan peralatan medis, akan
mengurangi kekayaan negara.

Pengurangan kekayaan negara dapat dilakukan dengan melakukan


penghapusan peralatan medis dari daftar kekayaan negara yang harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Penghapusan peralatan medis agar pemanfaatan peralatan medis di rumah sakit


efektif dan efisien serta penata usahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan
pengguna dan atau kuasa pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik
barang yang berada dalam penguasaannya.

Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara lain :

1. Persyaratan teknis

 Secara fisik alat medis tidak dapat digunakan karena rusak dan tidak
ekonomis bila diperbaiki
 Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi
 Alat kesehatan telah melampaui batas usia teknis/kadaluarsa
 Alat kesehatan mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan,
seperti terkikis, aus, dan lain-lain.

2. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila alat medis dihapus,
karena biaya operasional dan pemeliharaan alat medis lebih besar dari manfaat yang
diperoleh.

62
Daftar Pustaka

1. ASHE, Maintenance Management for Medical Equipment, AHA, 1996

2. Depkes, Petunjuk Pemeriksaan dan Pengujian Peralatan Kesehatan Jakarta, 1997

3. Depkes, Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, Jakarta, 2001

4. Depkes, Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, Jakarta

1997

5. Mudjisantosa, Memahami Spesifikasi,HPS dan Kerugian Negara, Primaprint,

Yogyakarta, 2013

6. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang / jasa Pemerintah

7. SNI IEC 60601-1:2014 Peralatan Elektromedik-bagian 1 : Persyaratan Umum

Keselamatan Dasar dan Kinerja Esensial (IEC 60601-1:2005, IDT)

8. UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

9. WHO, Introduction to Medical Equipment Inventory Management, Genewa, 2011

10. WHO, Healthcare Technology Assessment of Medical Device, Genewa, 2011

11. WHO, Medical Equipment Program Maintenance Overview, Genewa, 2011

12. WHO, Need Assessment for Medical Device, Genewa, 2011

13. WHO, Procuremen Process Resources Guide, Genewa, 2011


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran A

Contoh perhitungan kebutuhan peralatan medis

Tabel A.2.1 – Perhitungan peralatan medis untuk pemenuhan standar

No Jenis Alat Jumlah Kebutuhan Kekurangan


standar
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan

Kolom 1 : Jelas

Kolom : jenis peralatan medis yang dimiliki per unit pelayanan

Kolom 3 : Jumlah peralatan medis yang dimiliki berdasarkan kolom 2

Kolom 4 : Jumlah peralatan medis sesuai kemampuanlayanan berdasarkan


klasifikasi rumah sakit

Kolom 5 : Kolom 4 dikurangi kolom 3

Perhitungan pemenuhan kekurangan untuk penggantian peralatan dengan


kondisi rusak berat dan atau rusak sedang dapat ditambahkan kebutuhan peralatan
untuk keperluan cadangan yang akan digunakan untuk menjaga kelangsungan
pelayanan selama alat diperbaiki. Data kondisi alat diperoleh dari inventarisasi peralatan
yang memuat data pemeliharaan preventif dan korektif.

Adapun contoh perhitungan penggantian peralatan medis dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel A.1 – Perhitungan Penggantian Peralatan Medis

No Jenis Alat Jumlah Kondisi KBTH KR

Baik RR RS RB

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Keterangan:

Kolom 1 : Jelas

Kolom 2 : Jenis peralatan medis yang dimiliki

Kolom 3 : Jumlah peralatan medis yang dimiliki

Kolom 4 : Jumlah peralatan medis kondisi baik

Kolom 5 : Jumlah peralatan medis kondisi rusak ringan

Kolom 6 : Jumlah peralatan medis kondisi rusak sedang

Kolom 7 : Jumlah peralatan medis kondisi rusak berat

Kolom 8 : Jumlah kebutuhan untuk penggantian perlatan dengan kondisi rusak berat dan

atau rusak sedang

Kolom 9 : Jumlah kebutuhan pemenuhan kekurangan diperoleh dari kolom 3 dikurangi

Kolom 8.
Tabel A.2 – Perhitungan penambahan peralatan karena penambahan layanan

a. Perhitungan Kebutuhan Layanan

Jenis Alat :..........................................

No Unit Pelayanan Pemanfaatan Kebutuhan


Pelayanan
Saat ini Rujukan keluar
RS

1 2 3 4 5

1 IGD

2 ICU

3 NICU

4 Rawat Jalan

- Poli........................
- Poli........................
- Poli.........................

5 Rawat Inap

- Rawat Inap..................
- Rawat Inap..................
- Rawat Inap.................

6 Instalasi Bedah

7 Dst

Keterangan

Kolom 1 : Jelas

Kolom 2 : Jenis peralatan medis yang dimiliki pada tiap pelayanan

Kolom 3 : Pelayananan kesehatan yang dapat dilayani dengan peralatan medis


pada saat ini

Kolom 4 : Pelayanan kesehatan yang harus dirujuk karena keterbatasan peralatan


medis

Kolom 5 : Besarnya kebutuhan pelayanan diperoleh dari kolom 3 ditambah kolom 4


b. Perhitungan Kebutuhan Peralatan Medis

No Jenis Alat Jumlah Kapasitas Layanan Kebutuhan Kekurangan


Alat Jumlah Layanan
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
Keterangan

Kolom 1 : Jelas

Kolom 2 : Jenis peralatan medis yang dimiliki pada tiap pelayanan

Kolom 3 : Jumlah peralatan medis yang dimiliki

Kolom 4 : Kapsitas alat, kapasitas pelayanan masing-masing peralatan medis

Kolom 5 : Total kapasitas alat, kapasitas total pelayanan peralatan medis, diperoleh
dari kolom 3 dikalikan kolom 4

Kolom 6 : Kebutuhan pelayanan, diperoleh dari perhitungan kebutuhan pelayanan

Kolom 7 : Kekurangan peralatan medis, diperoleh dari kebutuhan pelayanan dibagi


kapasitas peralatan medis dikurangi dengan peralatan medis yang dimiliki.
Tabel A.3 –Perhitungan Penambahan Karena Penambahan Pelayanan

No Unit Pelayanan Rujukan Keluar Kebutuhan Jumlah


Rumah Sakit Layanan Baru Kebutuhan
Layanan
1 2 3 4 5
1 IGD
2 ICU
3 Rawat Jalan
- Poli.........
- Poli..........
- Poli.........
4 Rawat Inap
-Rawat Inap........
-Rawat Inap........
-Rawat Inap........

Keterangan :

Kolom 1 : Jelas

Kolom2 : Jenis peralatan kesehatan yang dimiliki pada tiap pelayanan.

Kolom 3 : Pelayanan kesehatan yang harus dirujuk karena keterbatasan peralatan

kesehatan.

Kolom 4 : Perkiraan kebutuhan pelayanan kesehatan karena ada penambahan


jenis

pelayanan baru.

Kolom 5 : Total kebutuhan pelayanan kesehatan, diperoleh dari kolom 3 ditambah

kolom 4.
Lampiran B

Contoh form pengumpulan data inventarisasi peralatan medis

1. Kode inventori :.....................................................................................................................

2. Jenis peralatan :.....................................................................................................................

3. Pabrikan :.....................................................................................................................

4. Merk / Type :.....................................................................................................................

5. Serial number :.....................................................................................................................

6 Negara asal :.....................................................................................................................

7. Tahun pembuatan :.....................................................................................................................

8. Kebutuhan daya :.....................................................................................................................

9. Kodisi

o Baik
o Rusak ringan
o Rusak berat
o Tidak digunakan

10. Membutuhkan disposal khusus

o Ya
o Tidak

11. Dokumen

o Petunjuk penggunaan
o Petunjuk pemeliharaan
o Dokumen lain

12. Lokasi peralatan :.....................................................................................................................

13. Keterangan :.....................................................................................................................


Lampiran C
Contoh Spesifikasi Peralatan Medis

Tabel C.1-Infant Incubator


Parameter Pabrikan / Merk Infant Incubator Spesifika
A B C si yang
diusulka
n
FDA Yes Yes Yes Yes
Clearance or
Compliance
with Ce Mark
Temperatur
Control
Range, ⁰C
(⁰F)
Air 20-39 (68- 20-37(68- 23-37 (77-98.6), 23-37
102.2), 0.1 98.6),0.1, override to 39 (77-98.6)
increments increments (102.2) override
override to 37-39 to 39
(98.6-102.2) (102.2)
Skin 34-38 (98.2- 35-37 (95-98.6), 35-37.5 (95- 35-37.5
100.4), 0.1, 0.1, override to 99.5), override to (95-99.5),
increments 37-37.5 (98.6- 39 (102.2) override
99.5) to 39
(102.2)
Temperature
Display
Air, display LCD Digital LED Digital Digital
type
Range, ⁰C 13-42 (55.4- 5-50 (44-122) 20-42 (68-107.6) 20-42
(⁰F) 107.6) (68-
107.6)
Skin, display LCD Digital LED Digital Digital
type
Range, ⁰C 13-43 (55.4- 22-42 (71.6- 30-42 (86-107.6) 30-42
(⁰F) 109.4) 107.6) (86-
107.6)
Alarm Yes Yes Yes Yes
High air temp Yes Yes Yes Yes
Low air temp Yes Yes Yes Yes
High skin Yes Yes Yes Yes
temp
Low skin Yes Yes Yes Yes
temp
Fan failure Yes Yes Yes Yes
Sensor Yes Yes Yes Yes
failure
Power failure Yes Yes Yes Yes
Backup Yes Yes Yes Yes
Thermostat
Heater power No Vertical lamp bar 10-point 10-point
indikator or vertical
lamp bar
Hand Ports 6 6 5 Min 5
Tubing Ports 13 4 2 Min 2
O2 source
Inlet Ports Servo- yes 1 Yes
controlled
Controllers Optional Separate O2 Not specified Optional
control system
Supplemental Yes, Yes Yes Yes
Humidity standard
Adjustable 30-99 % Optional Servo- Yes Yes
increments of controlled
1%
Phototherapy Optional Optional Optional Optional
PT4000
Scale Not specified Not specified Not specified Not
specified
Internal ˂47 with ˂60 ˂45 ˂45
Noise, dB active air
current
Line Power, 110/127/230/ 100/120/220/240 100/120/220/230 220/240
Vac 240 /240
Battery, type Lithium-ion NA NA Optional
(for trend
data backup)
Double Wall Optional, Optional Yes Yes
removable
double wall,
external
accessible
Vertical 38 (15) 40 (15.7) 37.5 (15) 37.5 (15)
Hood-
Mattress
Distance, (in)
Size
Incubator (122-152) x 154x83x61.5 132x92.5x58.5 According
with stand, H 109 x 68 (60.6x32.7x24.2) (52x36.4x23) manufact
x W x D, cm ((48-59.8) x ure
(in) 42.9 x 26.8) standard
Mattress, 64.5x50x(25. 34.3x64.8(13.5x 74x36 (30x14) According
WxD, cm (in) 4x19.7) 25.5) manufact
ure
standard
Hood access 22x64 30x7.5 (11.8x3) 35.5x84 (14x33) According
door, HxW, (8.7x25.2) manufact
cm (in) ure
standard
Casters, cm 10 (3.9) 7.6(3) 10 (4) Minimum
(in) 3” or
according
to
manufact
ure
Lampiran D
Parameter Ambang Batas Keselamatan

Tabel D.1 Nilai arus bocor pasien yang diizinkan

Arus Uraian Acuan Sirkit Jenis Bagian yang Bagian yang Bagian yang
Terukur Voltase diaplikasikan diaplikasikan diaplikasikan
tipe B tipe BF tipe CF
Pasien 8.7.4.8 Gambar dc 10 50 10 50 10 50
Auxiliary 19 ac 100 500 100 500 10 50
Current
Arus Dari titik 8.7.4.7 Gambar dc 10 50 10 50 10 50
Bocor kontak a) 15 ac 100 500 100 500 10 50
Pasien pasien ke
bumi
Disebabkan 8.7.4.7 Gambar dc 10 50 10 50 10 50
oleh c) 17 ac 100 500 100 500 10 50
tegangan
luar pada
SIP/SOP
Total Dengan 8.7.4.7 Gambar dc 50 100 50 100 50 100
Arus bagian yang a) 15 ac 500 1000 500 1000 50 100
Bocor diaplikasikan & &
Pasien tipe yang 8.7.4.7 Gambar
sama h) 20
disambung
serentak
Disebabkan 8.7.4.7 Gambar dc 50 100 50 100 50 100
oleh c) 17 ac 500 1000 500 1000 50 100
tegangan & &
luar pada 8.7.4.7 Gambar
SIP/SOP h) 20
Tabel D.2 Temperatur maksimum yang diizinkan pada bagian peralatan
elektromedik yang boleh tersentuh

Peralatan elektromedik dan Temperatur maksimum ⁰C


bagiannya Logam dan cair Kaca, keramik, Besi cor,
bahan plastik, karet,
transparan kayu
Permukaan luar t ˂ 1s 74 80 86
peralatan 1s ≤ t ˂ 10s 56 66 71
elektromedik 10s ≤ t 1 menit 51 56 60
yang mungkin 1 menit ≤ t 48 48 48
tersentuh
selama waktu
“t”
Nilai batas temperatur dapat diberlakukan untuk sentuhan dengan kulit sehat orang
dewasa. Nilai tersebut tidak dapat diberlakukan pada bidang kulit yang luas ( 10% dari
total permukaan kulit atau lebih) yang mungkin bersentuhan dengan bidang yang
panas. Bila hal ini terjadi, maka batas yang aman harus ditetapkan dan
didokumentasiakan dalam file manajemen risiko.
Tabel D.3 Temperatur maksimum yang diizinkan pada bagian peralatan
elektromedik yang bersentuhan dengan kulit

Bagian yang diaplikasikan dari Temperatur maksimum ⁰C


peralatan elektromedik Logam dan cair Kaca, keramik, Besi cor,
bahan plastik, karet,
transparan kayu
Bagian yang t ˂ 1menit 51 56 60
diaplikasikan 1menit ≤ t ˂ 48 48 48
bersentuhan 10menit
dengan pasien 10menit ≤ t 43 43 43
selama waktu
“t”
Nilai batas temperatur dapat diberlakukan untuk sentuhan dengan kulit sehat orang
dewasa. Nilai tersebut tidak dapat diberlakukan pada bidang kulit yang luas ( 10% dari
total permukaan kulit atau lebih) yang mungkin bersentuhan dengan bidang yang
panas. Bila hal ini terjadi, maka batas yang aman harus ditetapkan dan
didokumentasiakan dalam file manajemen risiko.
Jika diperlukan untuk memberikan manfaat klinis bagian yang diaplikasikan harus
melampaui temperatur tersebut, file manajemen risiko harus memuat dokumentasi yang
menunjukkan bahwa manfaat yang didapat melebihi kenaikan risiko yang menyertainya.
Lampiran E

Contoh Prosedur Penggunaan / Pemeliharaan

E.1 Prosedur Pengoperasian Incubator Infant

I. Prasyarat
a) SDM terlatih
b) Catu daya/power listrik sesuai kebutuhan alat
c) Kotak kontak dilengkapi dengan sambungan pembumian (arde)
d) Alat laik pakai
e) Aksesoris lengkap
f) Bahan operasional tersedia
II. Persiapan
a) Lepaskan penutup debu
b) Letakan alat pada tempat pelayanan
c) Pasang aksesoris dengan baik dan benar
d) Periksa pengatur posisi kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung
oksigen termasuk flowmeter dan kondisi filter, skin sensor temperatur
III. Pemanasan
a) Pasang kabel catu daya alat ke kotak kontak
b) Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON
c) Atur dan cek temperatur, selector, humidity, oksigen, fan, alarm untuk
mengetahui kondisi alat
d) Lakukan pemanasan secukupnya
IV. Pelaksanaan
a) Perhatikan prosedur pelayanan
b) Atur temperatur sesuai keperluan
c) Atur aliran oksigen sesuai keperluan
d) Pasang skin sensor temperatur, jika ada
e) Lakukan pelayanan
V. Pengemasan/Penyimpanan
a) Tutup regulator oksigen pada tabung oksigen atau outlet oksigen
b) Matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi OFF
c) Lepaskan kabel catu daya alat dari kotak kontak
d) Bersihkan alat
e) Simpan alat pada tempatnya
f) Catat beban kerja alat (pasien per hari atau per bulan)
E.2 Prosedur Pemeliharaan Preventif Incubator Infant

i. Pendahuluan
Incubator Infant adalah suatu alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur
atau berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan temperatur dan
kelembaban yang stabil sesuai dengan kondisi dalam kandungan ibu.

ii. Prasyarat
a) SDM terlatih
b) Peralatan kerja lengkap
c) Dokumen teknis
d) Bahan pemeliharaan, operasional tersedia
e) Mekanisme kerja jelas

iii. Persiapan
a) Siapkan perintah kerja
b) Siapkan formulir laporan kerja
c) Siapkan dokumen teknis
 Service manual
 Wiring diagram
d) Siapkan peralatan kerja
 Tool set elektrik
 Multi meter
 Elektrikal safety Analyser
 Thermometer
 Hygrometer
e) Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu
 Contact cleaner
 Cairan pembersih
 Kain lap
 Kuas
 Bakteri filter
 Aquades
 Batterai
 Lampu indikator
f) Pemberitahuan kepada user
 Pelaksanaan
iv. Pencatatan
 Isi kartu pemeliharaan alat
 Isi formulir laporan kerja
 User menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan ke user
v. Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis pada tempatnya
 Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan
 Cek dan rapihkan dokumen teknis
 Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis pada tempatnya
vi. Pelaporan
 Laporkan hasil pekerjaan kepada atasan atau pemberi tugas

Anda mungkin juga menyukai