Buku Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan disusun untuk memenuhi kebutuhan akan
acuan pengelolaan peralatan kesehatan di rumah sakit, yang diharapkan juga dapat digunakan di
fasilitas pelayanan kesehatan secara umum.
Buku pedoman ini disusun berdasarkan referensi yang diterbitkan oleh World Health
Organization (WHO) dan buku referensi lain, serta mengikutsertakan tim yang berasal dari
Organisasi Profesi Ikatan Ahli Teknik Elektromedik Indonesia (IKATEMI), perwakilan dari
beberapa rumah sakit di Jakarta dan Bandung.
Pada buku pedoman ini dibahas mengenai siklus peralatan kesehatan, yaitu pre-market dan post-
market. Pengelolaan pada buku pedoman ini adalah pada siklus post-market dimulai dari
perencanaan dan pengadaan, penerimaan dan instalasi, pengoperasian, pemeliharaan dan
perbaikan, post-market surveillance,dekontaminasi, penarikan dan penghapusan.
Semoga pedoman ini bermanfaat, utamanya dalam upaya meningkatkan kualitas peralatan
kesehatan di Rumah Sakit Prince Nayef Bin Abdul Aziz Universitas Syiah Kuala.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya kebijakan
pemerintah dalam pengelolaan peralatan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berperan baik pada tahap pre-market (antara
lain izin produksi, izin edar, izin distribusi peralatan kesehatan) maupun post-market berupa
pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
1.2.1 MAKSUD
Maksud penyusunan “Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan ” ini adalah memberi acuan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan
peralatan kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan.
1.2.2. TUJUAN
Tujuan dibuatnya pedoman ini adalah :
1. Manajemen dan penanggung jawab/pengelola unit pelayanan, teknisi serta operator di
rumah sakit mampu melakukan pengelolaan peralatan dengan baik sesuai dengan peran
dan tanggung jawabnya masing-masing.
2. Memastikan tersedianya peralatan kesehatan yang aman,bermutu dan laik pakai serta
efisien di rumah sakit sehingga meminimalkan risiko yang terkait dengan penggunaan
peralatan kesehatan tersebut.
1.3 SASARAN
Sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah :
1. Penanggung jawab program penyediaan peralatan kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat.
2. Penanggung jawab program pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat.
3. Perencana peralatan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Pusat.
4. Perencana peralatan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
5. Pihak manajemen rumah sakit, melakukan pengelolaan peralatan, penangggung jawab
unit pelayanan/instansi, tenaga operator/pengguna alat, teknisi pelaksana
pemeliharaan/elektromedis.
6. Produsen dan penyalur peralatan kesehatan yang diharapkan memahami alur pengelolaan
peralatan kesehatan, sehingga dapat menyediakan peralatan Kesehatan yang
bermutu,vaman dan layak pakai.
1.4 KEBIJAKAN
1. UU No.36 thn 2009 tentang Kesehatan.
2. UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan.
4. Permenkes No.363 tahun 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi
Alat Kesehatan dan perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran
Alat Kesehatan.
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8/2011 tentang Keselamatan
Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervension.
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9/2011 tentang Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.394 tahun 2001 tentang Institusi Penguji.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang
Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Rumah Tangga.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/XI/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
1.6 PENGERTIAN
Peralatan Kesehatan
Instrumen, apparatus, mesin dan/atau Implan yang tidak mengandung obat Yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Peralatan Medis
Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan pada pedoman ini adalah yang
memerlukan kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan, pelatihan pengguna, dan dekomisioning.
kegiatan biasanya dikelola oleh para tenaga teknis (elektromedis/clinical engineer). Peralatan
medis digunakan untuk tujuan diagnosis tertentu dan pengobatan penyakit atau rehabilitasi
setelah penyakit atau luka yang dapat digunakan baik sendiri atau bersamaan dengan aksesori,
bahan operasional, atau bagian lain dari peralatan medis. Peralatan medis di pedoman ini tidak
termasuk implan, peralatan sekali pakai atau disposabel.
Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang dipilih di antara
beberapa pilihan teknologi peralatan kesehatan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pemeliharaan
Suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif yang dilakukan untuk menjaga
peralatan medis bermutu, aman dan laik pakai.
De-commissioning/Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna dan atau Kuasa
Pengguna Barang dan atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya.
Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran satu atau lebih
sifat, karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk membandingkan hasil pengujian dari
alat ukur dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurnya atau
menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.
Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan oleh suatu alat
ukur atau sistem pengukuran atau besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
besaran yang sebenarnya dari besaran yang diukur.
Uji Fungsi
Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan
kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya,Sehingga dapat diketahui
kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan
sebelum alat diterima oleh Panitia Penerima Barang.
Uji Keselamatan
Uji keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan terhadap produk untuk
memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan produk
tersebut.
Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat dengan beban
sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan hasil baik. Uji coba
dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk membiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.
Recall
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu peralatan kesehatan,
bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada
penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen
sehingga dapat ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.
IzinProduksi
Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.
Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan, yang akan diimport,
digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap
mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Izin Distribusi
Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk
menjamin agar produk alat kesehatan yang di distribusikan senantiasa memenuhi persyaratan
yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya.
Teknologi Kesehatan
Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk peralatan kesehatan,obat-obatan,
vaksin, prosedur dan sistem yang dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan
meningkatkan kualitas kehidupan.
Pra-instalasi
Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk instalasi alat.
Instalasi Alat
Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan, pemasangan, penyetelan,
adjustmen, pengukuran keluaran sampai alat berfungsi baik.
Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual, kelengkapan dan kinerja alat.
Spesifikasi
Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem, fungsi, aksesori,
keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu alat.
Penyedia/Rekanan
Perusahaan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk melaksanakan
pengadaan barang dan jasa. Perusahaan tersebut tidak harus menjadi agen peralatan tetapi
mendapat dukungan dari agen tunggal peralatan.
Buku Petunjuk
Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang didistribusikan, meliputi :
petunjuk operasional, petunjuk instalasi dan petunjuk pemeliharaan dalam bahasa Negara
pembuat, bahasa Inggris, bahasa Indonesia. Petunjuk yang harus disertakan sesuai jenis
peralatan.
Rangkaian Diagram
Gambar rangkaian yang menunjukkan tata letak komponen dan hubungan kabel/printed
circuit anatr komponen/blok komponen suatu alat. Dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat
teknologi dan melakukan identifikasi/melacak kerusakan dan perbaikan.
Suku Cadang
Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami kerusakan setelah jangka
waktu tertentu dan direkomendasikan harus disediakan.
Aksesoris
Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan harus lengkap pada
saat penyerahan peralatan.
Aksesori Tambahan
Kelengkapan fungsi tambahan untuk meningkatkan kinerja atau fungsi alat.
Sarana
Bangunan/ruangan yang diperlukan untuk penempatan dan instalasi alat.
Prasarana
Prasarana Kesehatan adalah benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu
bangunan/ruangan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan bisa berfungsi dengan tujuan yang
diharapkan.
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
Pembersihan
Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma dan bahan organik tapi
tidak selalu menghancurkan sama sekali. Pengurangan kontaminasi mikro organisma tergantung
pada banyak faktor, termasuk efektivitas dari proses pembersihan. Pembersihan penting
dilakukan agar proses disinfeksi atau sterilisasi efektif.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme
pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan fisik dan kimiawi dengan
menggunakan cairan desinfektan.
Desinfektan
Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan kimia bersifat toksik
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
endospora dengan cara fisik dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator.
Kontaminasi
Adanya zat pengotor atau pencemaran benda mati atau material hidup yang merupakan
bahan berbahaya, yang tidak diinginkan yang berpotensi menular atau lainnya. Kemungkinan
besar berupa bahan organik dan zat menular, juga dapat berupa zat-zat yang tidak diinginkan
lainnya misalnya residu kimia, bahan radioaktif, produk degradasi, bahan kemasan dll.
Kontaminasi tersebut menyebabkan pengaruh yang merugikan fungsi perangkat kesehatan dan
dapat ditularkan ke orang selama pemrosesan, penggunaan atau penyimpanan peralatan
kesehatan.
Masa garansi
Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana pihak penyedia peralatan
kesehatan/rekanan masih bertanggung jawab terhadap perbaikan/penggantian peralatan
kesehatan yang mengalami kerusakan akibat kesalahan teknis alat dan bukan akibat kesalahan
operator/user dan/atau kesalahan catu daya.
Kondisi fisik
Kondisi alat yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi adanya keretakan,
penyok, bengkok, lecet, patah dan lain-lain.
BAB II
Untuk menjamin keselamatan pasien, manajemen dituntut dalam proses perencanaan dan
pengadaan peralatan medis yang komprehensif dan berkesinambungan, untuk mendapatkan
perencanaan dan pengadaan yang berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan
perencanaan.
2.3. PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis, spesifikasi
dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban
pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan
memelihara sarana dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk
penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis secara efektif, efisien dan
prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan data kinerja peralatan yang telah
dimiliki dan informasi terbaru jenis peralatan medis yang beredar. Kinerja peralatan yang telah
dimiliki diperoleh dari data dokumentasi pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan. Informasi
peralatan medis yang beredar diperoleh dari referensi dari publikasi produsen atau distributor,
website, rumah sakit lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu diperhatikan ijin edar
peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula informasi sertifikasi/pengakuan dari FDA
dan CE, spesifikasi, aksesori, fungsi dan keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku cadang,
harga, jaminan purna jual dan legalitas izin edar peralatan medis di Indonesia.
1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Biaya pemeliharaan yang tinggi (batas biaya pemeliharaan)
4. Ketersediaan suku cadang
5. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
a. Inventori peralatan medis meliputi jenis, spesifikasi, jumlah, harga, tahun pengadaan dan
kondisi peralatan medis.
b. Kualitas peralatan: data pemeliharaan meliputi frekuensi kerusakan, lama perbaikan, suku
cadang, biaya pemeliharaan.
c. Kinerja peralatan : data pemanfaatan dan kapasitas alat sesuai spesifikasi.
d. Keamanan peralatan! : data vigillance meliputi frekuensi insiden, akibat yang
ditimbulkan, publikasi vigilance.
e. Sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga pengguna dan pemelihara serta
kompetensinya pengguna yang akan mengoperasikan.
f. Informasi harga peralatan medis dengan spesifikasi yang sama dari berbagai
produsen/distributor termasuk biaya pemeliharaan, ketersediaan suku cadang dan jaminan
purna jual (respond time, lama perbaikan).
g. Data dan informasi penunjang lainnya seperti kesiapan ruangan, listrik dan air.
Perhitungan peralatan medis untuk pemenuhan sesuai standar, jenis dan jumlah peralatan
medis harus memperhatikan kemampuan layanan berdasarkan klasifikasi rumah sakit dan
ketersediaan jumlah dan kompetensi SDM yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan jenis dan
volume pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pada rumah sakit yang telah operasional, perhitungan peralatan untuk pemenuhan standar
dibutuhkan data inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan seperti IGD, ICU, NICU, Rawat
Jalan, Rawat Inap, Penunjang Medik dan unit pelayanan lainnya.
Jenis, jumlah yang ada, kapasitas alat, pemanfaatan, estimasi peningkatan pelayanan,
kebutuhan.
a. Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan peralatan medis setiap harinya baik
dari catatan rekam medik atau melalui penelitian, bilamana utilisasi / penggunaan
peralatan medis cukup tinggi, maka diperlukan tambahan peralatan medis baru.
b. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan, artinya diperlukan
penambahan peralatan baru dengan teknologi generasi terbaru untuk mendukung
pengembangan pelayanan kesehatan.
c. Menelaah ketersediaan peralatan medis tersebut apakah sudah tersedia di fasilitas
kesehatan atau rumah sakit lain yang dekat dengan rumah sakit.
d. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan kesehatan dan peralatan dengan
teknologi generasi lama. Health Technology Management, jumlah pasien, perhitungan
ekonomi, SDM
Adapun contoh perhitungan peralatan medis untuk pemenuhan sesuai standar dapat dilihat
pada lampiran A.2.
Dalam penilaian teknologi peralatan perlu dipertimbangkan juga Life cycle cost (LCC)
sebagai salah satu instrument penilaian, selain Ijin Edar perlu diperhatikan adanya persetujuan
Food and Drug Administration (FDA) dari Amerika Serikat, Conformité Européenne (CE) dari
Uni Eropa.
Life cycle cost (LCC) adalah total biaya keseluruhan peralatan, termasuk biaya pembelian,
pengoperasian, pemeliharaan, pengalihan dan/atau penghapusan. LCC adalah total perkiraan
biaya dari awal sampai penghapusan, yang dihitung melalui biaya per tahun serta memperhatikan
nilai waktu dari uang. Tujuan LCC analisis adalah pendekatan memilih biaya yang paling efektif
dari serangkaian alternatif untuk menekan biaya pada jangka waktu tertentu peralatan.
LCC merupakan model ekonomi selama masa dari peralatan tersebut dipakai, dipelihara,
dihapus, biasanya sebesar 2-20 kali lebih besar dari biaya pengadaan awal. Keseimbangan antara
unsur-unsur biaya dicapai ketika total LCC bisa diminimalkan.
LCC membantu :
1. Bagian perencanaan, yang ingin meminimalkan biaya modal
2. Bagian Pemeliharaan, yang ingin meminimalkan lamanya perbaikan
3. Pengguna, yang ingin memaksimalkan waktu operasional peralatan dan menghindari
kegagalan/insiden peralatan
4. Bagian Keuangan, yang ingin memaksimalkan Net Present Value (NPV, Selisih antara
penerimaan dengan pengeluaran / biaya selama umur investasi)
5. Pemilik Rumah Sakit, yang ingin meningkatkan pendapatan
2.1.2. Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian atau pengembangan,
peralatan medis disesuaikan dengan kebutuhan peralatan medis. Untuk Fasyankes milik
pemerintah, anggaran bisa bersumber dari:
a. Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)
b. Badan Layanan Umum (BLU)
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
e. Anggaran lain sumber (bantuan hibah,dan lain-lain).
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi kebutuhan pemenuhan dan penggantian
peralatan dalam pelayanan kesehatan harus masuk di dalam perencanaan atau RAB (rencana
anggaran belanja) Rumah sakit setiap tahunnya.
Apabila anggaran sumber dari pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas,
maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis prioritas yang disesuaikan dengan
kriteria pada setiap rumah sakit diantaranya tingkat utilitas, life support, branding dan pelayanan
unggulan.
BAB III
Instalasi adalah proses pemasangan peralatan medis ke tempatnya. Proses terkait lainnya
adalah pengiriman, penyimpanan dan penempatan barang yang dibeli ke lokasi yang diinginkan.
Untuk mendukung penggunaan peralatan medis agar dapat digunakan secara efisien,
instalasi-instalasi tersebut mutlak harus dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan juga
untuk menjaga asset dan keamanan rumah sakit dimana peralatan medis digunakan untuk
pelayanan kesehatan dan juga merupakan barang yang cukup mahal.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah diinstalasi bagi
peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi
pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan kesehatan dituangkan dalam berita acara
penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.1 INSTALASI
Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan, yang
meliputi:
Instalasi peralatan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari pabrik
pembuat/distributor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi alat adalah sebagai berikut:
3.2 PENERIMAAN
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah diinstalasi bagi
peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi
pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis dituangkan dalam berita acara
penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Telah selesai diinstalasi.
Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi.
Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik.
Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program.
Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung jawab terhadap peralatan
selama masa garansi.
1) Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian Fisik alat, kelengkapan alat. Tujuan dari
Pemeriksaan ini adalah untuk mengecek kesesuaian :
- Merk, tipe/model, jumlah
- Bagian-bagian alat
- Aksesori yang dipesan
- Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
1) Certificate of Origin
2) Test Certificate
3) Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang diharapkan atau
sesuai dengan standard keamanan dan standard dari pabrikan.Pelaksanaan uji fungsi sebagai
berikut :
Nilai ambang batas parameter keselamatan dapat dilihat pada lampiran A.5.
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia haruslah menyediakan.
3). Pelatihan operator dan tenaga Teknik (elektromedis) Kegiatan pelatihan sebaiknya
dilakukan setelah uji fungsi dan sebelum kegiatan uji coba dilakukan.
Setelah uji fungsi alat mulai tahap masa pemeliharaan. Pemeliharaan yang dimaksud
terdiri dari pemeliharaan berkala dan panggilan setiap saat (on call service), yaitu dalam keadaan
mendesak teknisi penyedia/distributor harus bersedia melakukan perbaikan setiap saat selama
masa pemeliharaan.
Masa garansi adalah jangka waktu tertentu sesuai ketentuan di dalam kontrak, dimana
pihak penyedia masih bertanggung jawab terhadap perbaikan dan penyediaan suku cadang
peralatan yang mengalami kerusakan akibat kegagalan peralatan yang bukan diakibatkan oleh
kesalahan operator dan atau kesealahan pendukung lainya seperti listrik rumah sakit. Masa
garansi dihitung sejak selesai dilakukan uji fungsi atau sejak ditandatangani Berita Acara
Penerimaan peralatan.
Ketentuan mengenai penerimaan alat tersebut dari mulai instalasi, proses penerimaan
(pemeriksaan fisik, uji fungsi, pelatihan, uji coba), masa pemeliharaan dan garansi harus
dituangkan dalam dokumen pengadaan sehingga akan diatur pada dokumen kontrak.
PENGOPERASIAN
Dalam kenyataan Sehari-hari sering dikeluhan bahwa alat rusak atau tidak dapat
digunakan sebagaimana mestinya, namun setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kerusakan atau
keluhan bukan disebabkan karena kerusakan fungsi alat tetapi adanya setting yang tidak sesuai
atau kesalahan operasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara pengoperasian peralatan medis
harus benar-benar di pahami dan pelajari, sehingga alat dapat digunakan secara benar dan
mengurangi keluhan kerusakan alat.
Peralatan medis dapat berfungsi dengan baik apabila dioperasikan dengan benar sesuai
dengan prosedur, pengoperasian peralatan medis dengan benar diharapkan dapat memperpanjang
umur peralatan dan mengurangi tingkat kerusakan peralatan serta memperkecil biaya
operasional.
Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis pada saat pengadaan (dilakukan oleh
distributor/agen).
Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis yang dilaksanakan oleh instansi lain
dan pelatihan yang dilakukan secara internal rumah sakit yang bersangkutan.
Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian peralatan medis.
Unit pelayanan yang mengelola alat harus menyiapkan bahan operasional bagi setiap alat.
Sehingga pengoperasian alat dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
Pada Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 Pasal 11 ayat 5 dikatakan antara lain
pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit harus didokumentasi dan dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan. Hal ini pun sejalan dengan standar dipersyaratkan dalam
akreditasi Rumah Sakit.
4.5 DEKONTAMINASI
Pasien dan tenaga kesehatan beresiko mendapatkan infeksi jika tidak melaksanakan
tindakan pencegahan infeksi. Infeksi nosokomial dapat dicegah/diminimalkan dengan beberapa
strategi pencegahan infeksi yang tertuang dalam Program pengendalian Infeksi nosokomial dan
dikelola oleh Tim Pengendali Infeksi. Salah satu strategi pencegahan infeksi adalah
dekontaminasi.
Semua peralatan medis yang digunakan baik di rumah sakit dapat terkontaminasi secara biologi,
kimia atau bahan radioaktif yang dapat menimbulkan resiko bagi petugas dan pasien.
Semua peralatan medis dapat yang akan digunakan kembali, dipelihara, diperbaiki, atau
dimusnahkan harus menjalani dekontaminasi. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa
mereka berada dalam kondisi yang membuat mereka aman untuk ditangani oleh semua personel
yang mungkin datang ke dalam kontak dengan mereka selama transit dan penanganan
berikutnya.
Tingkat dekontaminasi tergantung pada jenis peralatan medis dan prosedur tertentu.
Tingkat dekontaminasi adalah:
1) Pembersihan.
2) Pembersihan diikuti dengan desinfeksi.
3) Pembersihan
4) Diikuti dengan sterilisasi.
PEMELIHARAAN
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di fasilitas pelayanan kesehatan
serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis agar aman, bermutu dan laik
pakai. Adanya pemeliharaan peralatan medis diharapkan juga akan memperpanjang usia pakai
peralatan medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang
memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan mempertimbangkan sumber daya
keuangan, fasilitas dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis harus
berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
Adalakanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai lagi
kinerjanya atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk mengembalikan
fungsi peralatan medis tersebut.
Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :
Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
Pemeliharaan korektif / Corrective Maintenance (CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi peralatan dan
mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan terjadwal yang diperlukan untuk
memastikan peralatan medis berfungsi dengan benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja dan
keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan
preventif, pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan tersendiri yang
dijadwalkan pada interval tertentu.
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat
meningkatkan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik. Prosedur
yang digunakan dalam melakukan kegiatan IPM! Harus dilakukan sebelum pelaksanaan inspeksi
atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari setiap jenis peralatan (atau model).
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari bagian
Elektromedik/IPSRS. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tugas-tugas yang rutin dan mudah
untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini menghemat waktu untuk personil teknis
dalam melakukan tugas-tugas teknis yang lebih kompleks dan kritis dan juga membuat pengguna
mempunyai perasaan memiliki.
Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan didasarkan pada kriteria
yang direkomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman dari rumah sakit.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum penggunaan
awal dan pada interval yang ditetapkan, biasanya disebut sebagai perawatan pencegahan (PM).
Masing-masing peralatan kesehatan mempunyai bobot pada kategori fungsi, risiko fisik dan
kebutuhan pemeliharaan.
Tabel 5.1. Kelompok berdasarkan Fungsi Peralatan Kesehatan
(FUNGSI).
Fungsi peralatan kesehatan mempunyai nilai 1–10.
KATAGORI NILAI JENIS DEFINISI CONTOH
Peralatan untuk 10 Penunjang Peralatan yang Defibrillator,
penyembuhan Kehidupan; digunakan ventilator,
Terapi dengan menunjang pacemaker, infant
radiasi. kehidupank incubator.
peralatan untuk
terapi dengan
radiasi.
9 Peralatan bedah Peralatan untuk Electrosurgical unit,
Dan Perawatan penyembuhan laser.
Intensif. tetapi bukan
sebagai
penunjang
kehidupan.
8 Terapi fisik dan Peralatan yang Dialysis machine,
Pengobatan. digunakan untuk infusion pump,
mengobati pasien. traction unit,
diathermy.
Peralatan 7 Monitoring Memonitor EEG machine, non-
diagnostik kegiatan bedah kegiatan bedah invasive blood
dan perawatan dan perawatan pressure monitor,X-
intensifk system intensif; Sistem ray generator.
radiologi. radiologi.
6 Monitoring Peralatan yang Adult scale,
kondisi fisik dan tidak rutin tympanic
unit ul digunakan di thermometer,
trasonografi perawatan ultrasound unit
untuk intensif.
diagnostik.
Peralatan 5 Analisa di Peralatan yang Blood gas analyzer,
analitis Laboratorium. digunakan di clinical chemistry
laboratorium analyzer, cell
klinik untuk counter.
mendiagnosa
spesimen.
4 Aksesori alat Peralatan yang Shaker, centrifuge,
Laboratorium. digunakan untuk incubator,
mempersiapkan microtome.
analisa specimen.
3 Komputer and Peralatan yang Computer, ticket
related. digunakan untuk printer, QC system.
menyimpan,
mencetak,
mengambil atau
mendistribusika
data.
Lain-lain 2 Yang Peralatan yang X-ray view box,
berhubugnan Berhubungan sterilizer, chair lift.
dengan pasien. dengan
perawatan, tapi
tidak secara
langsung.
Frekuensi Inspeksi :
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan masalah tentang
peralatan tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal tersebut juga dapat terjadi ketika seorang
teknisi di bagian IPSRS/Elektromedik menemukan bahwa peralatan tidak memberikan kinerja
seperti yang diharapkan selama IPM.
Sangat penting untuk memilih tingkat pemeliharaan yang sesuai untuk setiap situasi. Ini
tergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan, fisik dan manusia serta pada tingkat
kepentingan permintaan perbaikan tertentu. Untuk kasus dengan prioritas yang tinggi, misalnya,
perbaikan tingkat peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih. Jika lebih banyak waktu tersedia,
perbaikan tingkat modul atau komponen mungkin layak dilakukan. Jika perbaikan tingkat
komponen yang diusulkan, mungkin diperlukan penggantian blok/bagian. Untuk pendekatan ini,
ada beberapa pilihan yang dapat diambil. Penggantian dapat dilakukan pada bagian khusus dari
produsen, pada bagian dengan spesifikasi yang sama atau lebih tinggi (sekering misalnya), atau
dengan menggunakan suku cadang bekas dari peralatan yang non-fungsional (hanya setelah
penilaian risiko menyeluruh dan ijin dari Kepala Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan
pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau pihak lain yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan bahwa peralatan memberikan kinerja
sesuai desain spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh pabrikan. Dalam hal demikian, perlu untuk
berkomunikasi dengan pengguna peralatan dan memeriksa lingkungan kerja untuk menentukan
mengapa peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat dijelaskan, faktor lingkungan harus
dimasukkan ke dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis yang membutuhkan daya
listrik dapat terpengaruh oleh masalah catu daya. Idealnya, daya listrik harus memiliki tegangan
yang stabil (nilai yang sesuai) ; bebas dari distorsi transien, seperti lonjakan tegangan, surge atau
mati, dan dapat diandalkan dengan hanya kejadian hilangnya daya yang jarang terjadi. Tenaga
teknis harus berkolaborasi dengan mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya listrik
dalam organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu fungsi sistem seefektif mungkin. Ini
mungkin termasuk pembelian regulator tegangan, menginstalasi catu daya listrik yang tak
terputus (UPS), menggunakan pelindung lonjakan gelombang listrik, dan menghindari sumber
daya tambahan yang mengarah ke kabel/tusuk kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja dengan staf IPSRS lainya untuk memastikan
bahwa generator cadangan fungsional bekerja baik dan bahwa peralihan ke sumber daya
tambahan disetel di bawah 10 detik. Alternatif lain mungkin untuk memilih dan membeli
peralatan yang dioperasikan dengan baterai. Ketika mempertimbangkan untuk memperoleh
peralatan baru, juga penting untuk staf elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya listrik
akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari bagaimana peralatan medis yang
berinteraksi dengan sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem vakum, kontrol
temperatur dan sistem ventilasi, penyediaan air, teknologi informasi dan infrastruktur
komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus berkolaborasi dengan orang lain dalam organisasi
untuk mengoptimalkan kemampuan sistem utilitas untuk mendukung peralatan medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi dan kelembapan, dapat
berpengaruh buruk pada peralatan medis yang dirancang untuk digunakan di daerah beriklim
sedang atau lingkungan terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan juga mungkin memainkan peran dalam
kegagalan peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan menurunkan dan mungkin
menjadi kelebihan beban dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua pasti telah
dibangun berdasarkan standar yang lebih tua. Bahkan fasilitas barupun mungkin tidak memenuhi
semua standar yang berlaku, oleh ka rena itu, perlu dikaji kesiapan infrastruktur utilitas untuk
memastikan fasilitas tersebut berfungsi secara memadai.
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja dan keselamatan adalah penting,
dan dalam beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan. Kegiatan ini akan mengukur
kinerja peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan yang diperlukan untuk
mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan dapat
dikembalikan untuk digunakan dalam layanan pasien.
5.3 PELAPORAN
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna merekam
hasil. Memiliki checklist seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk setiap langkah dalam
proses IPM dan dengan demikian membantu menghindari terlampaui atau dalam menghadap
langkah-langkah tertentu. Merekam pengukuran dan mendokumentasikan hasil akhir (baik
dengan pernyataan ‘laik/tidak laik’ atau dengan skoring) membantu dalam pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan di masa depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi
mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu dan biaya untuk tindakan tersebut.
Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan ukur atau
instrument.
Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu besaran ukur atau
deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan kalibrasi adalah
kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai denganspesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat Kalibrasi, serta tanda
Layak Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan Sertifikat
Pengujian/Kalibrasi dan tanda Layak Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan Tanda Tidak
Layak Pakai dan tidak boleh digunakan di pelayanan.
Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi pengujian
fasilitas kesehatan yang berwenang.
Sebagian besar masalah pada peralatan medis yang relatif sederhana dan dapat diperbaiki
oleh teknisi yang terlatih.
Inspeksi dan perbaikan ringan memerlukan biaya rendah. Vendor harus menyediakan
pelatihan untuk teknisi pada saat instalasi dan penerimaan peralatan medis.
Pengguna atau teknisi akan membersihkan filter, periksa sekering, periksa daya dll tanpa
membuka unit peralatan medis dan tanpa memindahkan dari tempatnya.
2. Level 2, Teknisi
Dianjurkan untuk memanggil teknisi ketika lini pertama pemeliharaan tidak dapat
menggunakan alat atau ketika cek enam bulanan sekali.
Peralatan seperti CT Scanner, MRI dll perlu teknisi khusus yang dilatih untuk peralatan
tersebut. Mereka umumnya bekerja di pihak ketiga atau perusahaan vendor.
Untuk peralatan khusus dan canggih, vendor harus menyediakan jasa pemeliharaan melalui
kombinasi jasa on-call dan kontrak pemeliharaan yang dinegosiasikan pada saat pembelian.
Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur dilakukan
pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan untuk pemeliharaan
untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis
akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan bersangkutan.
Bagian utama dalam merencanakan kebutuhan biaya pemeliharaan adalah tersedianya data yang
sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan biaya yang
dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga dapat memastikan
bahwa peralatan medis dapat berfungsi dengan baik. Sangatlah penting dalam membuat
perkiraan yang seefektif mungkin karena:
• Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan menghasilkan pemeliharaan yang tidak
berjalan dengan baik
• Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien dan bisa menggangu
pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% 10 dari nilai
investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang lebih
spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta standar kebutuhan pemeliharaan
dari setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan peralatan medis masing-masing rumah sakit
bisa berbeda.
Annualized Investment Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu metode untuk
menghitung “penggunaan” biaya investasi pada tahun berjalan. Metode ini seperti menghitung
biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem akunting keuangan.
Annulized Investment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present Value = PV)
akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future Value = FV), karena adanya
infasi nilai uang serta dihitung dengan memperhatikan usia pakai serta usia teknis suatu peralatan
kesehatan.
MMEL membutuhkan beberapa data sebagai dasar perhitungan batas maksimum biaya
pemeliharaan, yaitu usia teknis dan harga pengganti dan MEL Factor. Perhitungan MMEL
dilakukan sebagai berikut.
- Pastikan Usia Pakai, Usia Teknis dan Harga Pengganti alat kesehatan tersebut.
- Usia Pakai dihitung sejak alat kesehatan tersebut digunakan sampai saat perhitungan
dilakukan dan Harga Pengganti adalah harga alat kesehatan saat perhitungan dilakukan
dengan spesifikasi setara.
- Tentukan sisa usia manfaat alat kesehatan tersebut.
Sisa Usia Manfaat = Usia Teknis-Usia Pakai.
- Hitung Persentasi Manfaat.
- Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh Logistik Tentara
Amerika dan di kutip oleh American Hospital Association.
Contoh Perhitungan :
Sebuah alat Defibrillator yang mulai digunakan sejak tahun 2003 dengan Usia Teknis
adalah 8 tahun atau 16.064 Jam, mengalami kerusakan pada tahun 2008 dengan usia pakai adalah
5 tahun atau 9.480 Jam. Hitunglah biaya maksimum perbaikan alat Defibrilator tersebut, jika
harga pengganti dengan spesifikasi yang sama adalah Rp. 78.000.000,-
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator : Usia Teknis – Usia Pakai =16.064 - 9.480 = 5.584 Jam.
Dalam menyusun perencanaan IPSRS harus memiliki daftar inventaris peralatan, selain
itu harus memperhatikan kemampuan teknis yang meliputi :
Sumber Daya Manusia (Jumlah teknisi, kemampuan teknis, pelatihan yang pernah
diikuti, pengalaman kerja).
Fasilitas kerja.
Dokumen teknis.
Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan diusulkan kepada Manajemen
rumah sakit melalui Kabag Keuangan/Kabag Sekretariat.
1. Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat kerja, tool set, alat kerja mekanik, alat
ukur, protap pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO pemeliharaan dan lembar kerja, SPO
perbaikan dan lembar kerja, operation manual, service manual, schematic/wiring manual,
formulir laporan.
3. Pelaporan Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang
dapat dimengerti, baik oleh pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit
pelayanan terkait. Jenis laporan antara lain :
- Kartu pemeliharaan alat.
- Catatan pemeliharaan alat.
- Laporan kerja pemeliharaan preventif.
- Laporan kerja pemeliharaan korektif.
- Laporan hasil pemantauan fungsi.
- Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku cadang.
b. Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan keselamatan bagi pasien,
petugas dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi, seperti bahaya
listrik, radiasi, mekanik, bahaya akan bahan kimia.
BAB VI
Inventori peralatan medis merupakan data detil peralatan medis yang berkaian dengan
aspek tenis maupun administrasi setiap tipe/model peralatan medis. Inventori harus selalu
dikelola/update sehingga data yang terdapat dalam inventori merupakan kondisi terkini.
Inventori dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Technical assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah dan status kondisi
peralatan.
2. Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk membantu penjadwalan
pemeliharaan preventif, penelusuran pemeliharaan, perbaikan, dan penarikan
kembali/recall.
3. Memberikan infomasi keuangan guna mendukungan penilaian budget dan ekonomi.
Untuk pengelolaan peralatan medis tidaklah harus semua peralatan medis dimasukan ke
dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas item-item peralatan medis yang
akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai
investasi peralatan medis, usia teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari kriteria tersebut.
2. Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarisasi data peralatan untuk digunakan dalam
jangka waktu yang supplier lama, sehingga peralatan suplier/peralatan dengan usia teknis sangat
singkat (kurang dari satu tahun) sebaiknya tidak perlu dilakukan inventarisasi.
3. Berdasarkan risiko
Peralatan medis dalam hal penggunaanya dapat dikelompokan berdasarka risiko yang dapat
ditimbulkan yaitu risiko tinggi/high risk, resiko sedang/medium risk dan risiko rendah/low risk.
Inventori dapat dilakukan dengan memprioritaskan minimal peralatan yang memiliki risiko
sedang dan tinggi. Untuk menentukan risiko dari peralatan dapat digunakan dengan
menggunakan Fennigkoh and Smith’s model yaitu suatu algoritma supplier untuk mengevaluasi
perlatan kesehatan didasarkan pada fungsi peralatan, risiko dan kebutuhan pemeliharaan.
Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional antar data/form sehingga lebih mudah
dalam melakukan penelusuran data.