PEDOMAN PENYELENGGARAAN
INSTALASI PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karenanya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung oleh peralatan yang selalu dalam
kondisi siap dan laik pakai serta befingsi dcngan baik. Peralatan akan berfungsi dengan baik apabila
dioperasikan dengan benar sesuai dengan kemampuannya serta dipelihara sesuai prosedur teknis
secara berkala dan berkesinambungan.
Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya kebijakan dalam
pengelolaan peralatan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Siklus peralatan kesehatan dibedakan sebelum masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (pre-
market) dan setelah masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (postmarket). Pengelolaan peralatan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (postmarket), diawali sejak perencanaan (didahului
dengan penilaian teknologi dan evaluasi peralatan kesehatan yang ada), pengadaan, penerimaan,
pengoperasian, pemeliharaan dan! penghapusan. Termasuk di dalamnya adalah ada proses
inventarisasi , dekontaminasi, surveilens dan vigilance serta recall. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
1.1. Semua pihak yang terkait dengan pengelolaan peralatan kesehatan diharapkan dapat
memahami dan melaksanakannya sesuai dengan bidang tugas masing- masing.
Gambar 1.1
Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan dalam pelayanan pengelolaan peralatan
kesehatan sehingga dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien yang sesuai
dengan kebutuhan layanan kesehatan kepada masyarakat serta memenuhi kaidah dan standar .
B. TUJUAN
a. Umum
Memberikan panduan kepada rumah sakit dalam mengelola IPPM untukmewujudkan
pelayanan yang aman dan bermutu.
b. Khusus
Terbentuknya organisasi IPPM yang efektif dan adaptif terhadap lingkungan.
Terkelolanya kesiapan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit.
Terintegrasinya perencanaan dan pengembangan sarana, prasarana dan peralatan rumah
sakit.
Terwujudnya keandalan, kelaikan, keakurasian serta keamanan penggunaan sarana,
prasarana dan peralatan rumah sakit secara berkesinambungan
D. DASAR HUKUM
Dasar hukum digunakan sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan pemeliharaan sarana, prasarana, & peralatan di rumah sakit diperlukan peraturan
perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a) Undang-undang Kesehatan No. 25 tahun 2009, tentang Pelayanan Publik.
b) Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c) Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 085 / Menkes / SK / 1989, tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
e) Peraturan Pemerintah Nomor. 23 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
f) Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
g) Permenkes 159-b/1998 dan Permenkes Nomor : 436/Menkes/SK/1993, tentang Akreditasi
Rumah Sakit.
h) Permenkes No. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah
Sakit
i) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 44/PMK.05/2009, tentang Anggaran Badan Layanan
Umum.
j) PerMenkes No. 65 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Teknisi
Elektromedis dan Angka Kreditnya
k) PerMenkes No. 54 tahun 2015 tentang Kalibrasi Alat Kesehatan
l) Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nomor :
821.29/128/RSUDP/2019.
Sedangkan tugas pelayanan IPPM , terbagi dalam 2 (dua) tugas utama yaitu :
a. Melaksanakan bidang pengelolaan peralatan medis serta menjamin ketersediaan dan laik
pakainya peralatan medis sesuai ketentuan jaminan kualitas dan keselamatan.
b. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, serta evaluasi pemeliharaan peralatan
medis sesuai ketentuan standar.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Waktu Jam
Volum Periode/Tahu
No Kegiatan Satuan Kerja/Tahu
e n
(Jam) n
Membuat Perencanaan dokume
1
Anggaran/Biaya Pemeliharaan 1 n 5,00 1 5,00
Melakukan inventarisasi Alat
2
Kesehatan 1.607 Unit 0,50 2 1607,00
dokume
3
Membuat Jadwal Pemeliharaan 1 n 2,00 1 2,00
4 Menyiapkan Peralatan Kerja 1.607 Keg 0,25 4 1607,00
Membuat SOP Pengoperasian dokume
5
Alat 1.607 n 1,00 1 1607,00
dokume
6
Membuat SOP Pemeliharaan Alat 1.607 n 1,00 1 1607,00
Membuat SOP Pemantauan dokume
7
Fungsi Alat 1.607 n 1,00 1 1607,00
dokume
8
Membuat Lembar Kerja Alat 1.607 n 1,00 1 1607,00
dokume
9
Membuat Instruksi Kerja 1.607 n 1,00 1 1607,00
10 Melakukan Pemeliharaan Alat 1.607 Alat 0,50 4 3214,00
11 Melakukan Perbaikan Alat 176 Alat 3,00 4 2112,00
11 Melakukan Inspeksi Alat 1.607 Alat 0,50 3 2410,50
Melakukan Verifikasi/Kalibrasi
12
Internal Alat 777 Alat 1,00 1 777,00
13 Membuat Laporan Hasil Kerja 1.607 Alat 0,25 4 1607,00
dokume
14
Melakukan Evaluasi pekerjaan 1 n 2,00 1 2,00
Melakukan pengawasan Instalasi
15
Alat Kesehatan 3 Alat 2,00 3 6,00
Melakukan pemeriksaan Alat
16
Kesehatan 3 Alat 2,00 3 6,00
17 Membuat Kajian Alat 3 Alat 2,00 3 6,00
TOTAL JAM 21.397
17,8304
Kebutuhan SDM 21.397 1200 2 18 orang
Dan untuk memudahkan pengelolaan serta pemeliharaan peralatan medis yang ada di
lingkungan RSUD Provinsi NTB secara baik dan terkoordinasi, IPPM dibagi menjadi 3 (dua) antara
lain :
1. Divisi Pengelolaan Peralatan Medis
2. Divisi Verifikasi, Mutu, dan Kajian Peralatan Medis
3. Administrasi Teknis
DIVISI ADMINISTRASI
1. KEPALA IPS-RS
a) Menyusun rancangan kebijakan penyelenggaraan pelayanan IPPM Rumah Sakit
b) Mengkoordinasikan pelayanan pemeliharaan peralatan medis rumah sakit
c) Menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Strategic Action Plan (SAP) IPPM
d) Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) IPPM
e) Menyusun program pemeliharaan/replacement rumah sakit
f) Memberikan masukan tentang penggunaan peralatan medis
g) Menyusun program pengembangan IPPM
h) Menyusun progeram pengembangan dan pemberdayaan SDM di IPSRS Medis
i) Melaksanakan koordinasi lintas fungsi dengan Direksi, SMF, Instalasi, bagian/bidang, dan
satuan kerja lainnya
j) Mengendalikan peralatan medis dalam kondisi aman dan layak pakai
k) Melakukan bimbingan kepada peserta didik di IPPM
l) Melakukan pengukuran capaian indikator SPM (Standar Pelayan Minimal)
m) Menyiapkan data peralatan medis yang diperlukan Rumah Sakit
n) Melaksanakan supervisi dan bimbingan untuk menunjang kelancaran pelayanan
o) Mengendalikan efisiensi dan efektivitas penggunaan aset dan sediaan suku cadang IPS-RS
Medis
p) Membuat laporan kegiatan mutu pelayanan pemeliharaan
q) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan IPPM secara berkala
r) Membuat laporan kegiatan pelaksanaan IPPM secara berkala
s) Menyusun laporan mutasi aset dan persediaan suku cadang setiap bulan
t) Menyusun laporan SDM dan pembinaan SDM
u) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan pemeliharaan / perubahan /
pengembangan / pemasangan peralatan medis di rumah sakit
v) Menyusun rencana perbaikan mutu pelayanan IPPM di rumah sakit
w) Menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM)
x) Menyusun data kegiatan mutu ( ISO, akreditasi, JCI, keselamatan pasien)
y) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
C. STANDAR KETENAGAAN
Berdasarkan struktur diatas dan analisa beban, maka dibutuhkan kualifikasi pendidikan
sebagai pelaksana kegiatan. Kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan ditampilkan pada tabel dibawah
ini :
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR RUANGAN
Berdasarkan struktur organisasi, tugas pokok, maka dibutuhkan sarana penunjang untuk
kegiatan, terutama untuk bangunan atau ruangan. Ruangan-ruangan tersebut adalah :
3. RUANGAN WORKSHOP/BENGKEL
Ruangan tempat kerja kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan uji fungsi peralatan medis.
Luas minimal adalah 9 m2 . Dilengkapi dengan AC, kursi, meja workshop/bengkel, terminal
kontak disertai grounding yang baik, lemari perkakas.
5. GUDANG
Tempat menyimpan peralatan yang masih dalam proses perbaikan menunggu suku cadang.
Luas minimal 9 m2, dilengkapi dengan exhaust fan serta rak.
C. STANDAR LINGKUNGAN
1) Lokasi pelayanan elektomedik menyatu dengan sistem pelayanan kesehatan untuk
mendukung kegiatan pelayanan kesehatan
2) Mudah dicapai oleh seluruh unit pelayanan kesehatan
3) Mudah dicapai kendaraan dari luar sehingga memudahkan keluar masuknya barang
dan peralatan
4) Kondisi ruangan harus sejuk, sirkulasi udara cukup dan penerangan baik
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan elektromedik meliputi kegiatan analisa kebutuhan terhadap usulan
klien, melakukan pertimbangan teknis dalam proses pembelian, pemasangan/instalasi,
pemantauan fungsi, pengujian dan atau kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan, kajian teknis dalam
penghapusan, pengendalian mutu peralatan Elektromedik.
a. Klien yang pada umumnya adalah tenaga kesehatan menyampaikan kebutuhan peralatan
elektromedik untuk mendukung pelayanan kesehatan kepada pimpinan lainnya yang
selanjutnya akan meminta pertimbangan kepada tim penilai kebutuhan.
b. Tenaga elekromedis yang memiliki kewenangan dalam perencanaan pengadaan alat
elektromedik secara kolaborasi akan memberikan penilaian secara teknis kemudian
memberikan rekomendasi apakah peralatan perlu dibeli atau tidak.
c. Jika perlu dibeli maka diserahkan kepada tim pengadaan untuk diproses lebih lanjut.
d. Pada proses pengadaan tenaga elekromedik memberikan pertimbangan teknis seperti
penyusunan spesifikasi, estimasi biaya, dan lain-lain.
e. Setelah proses pengadaan, dilakukan instalasi/pemasangan, kemudian uji fungsi dan uji
coba. Jika peralatan sesuai dengan spesifikasi dan fungsinya barulah peralatan tersebut
diserahkan kepada pengguna untuk dipergunakan pada pelayanan kesehatan.
f. Selama masa penggunaan, tenaga elektromedis melakukan pemeliharaan untuk menjaga
agar peralatan tersebut selalu dalam kondisi berfungsi baik dan terstandar.
g. Jika terjadi kerusakan maka akan dilakukan perbaikan sendiri maupun melibatkan pihak lain.
h. Untuk alat-alat yang tidak dapat difungsikan kembali atau karena faktor lain yang dapat
mengganggu keselamatan atau secara pembiayaan tidak efektif maka akan
direkomendasikan untuk dilakukan penghapusan.
a. Kebutuhan alat elektromedik diusulkan oleh pengguna/user dari unit pelayanan. Usulan
tersebut lengkap dengan informasi mengenai:
1) Fungsi dan kegunaan alat elektromedik.
2) Alasan pengusulan alat elektromedik.
3) Jumlah alat elektromedik yang diusulkan.
b. Tenaga elektromedis melakukan analisa kebutuhan alat elektromedik dengan
mempertimbangkan alasan dapat berupa :
1) Penambahan jumlah pasien :
1.1) Bed Occupation Rate (BOR)
1.2) Jumlah kunjungan pasien pelayanan tersebut
1.3) Trend epidemi
1.4) Jumlah dan kondisi alat yang ada
1.5) Utilisasi alat yang ada
1.6) Unit cost/biaya operasional alat
1.7) Sumber daya manusia yang tersedia
1.8) Sarana dan prasarana pendukung yang ada dan yang dibutuhkan.
2) Penambahan jumlah dan jenis pelayanan
2.1) Estimasi jumlah pasien
2.2) Sumber daya manusia yang tersedia
2.3) Sarana dan prasarana pendukung yang ada dan yang dibutuhkan.
2.4) Jumlah penambahan produk layanan
3) Penggantian alat yang rusak
3.1) Bed Occupation Rate (BOR)
3.2) Jumlah kunjungan pasien pelayanan tersebut
3.3) Jumlah dan kondisi alat yang ada
3.4) Beban kerja alat yang ada dan yang direkomendasikan
3.5) Usia teknis alat elektromedik
4) Teknologi alat yang sudah usang
4.1) Jenis pelayanan yang diberikan
4.2) Sumber daya manusia yang tersedia
4.3) Sarana dan prasarana pendukung yang ada dan yang dibutuhkan
5) Pemenuhan standar alat kesehatan sesuai peraturan atau pelayanan
5.1) Peraturan tentang standar pelayanan
5.2) Peraturan tentang klasifikasi dan perijinan rumah sakit
5.3) Sumber daya manusia yang diperlukan
5.4) Tenaga elektromedis membuat analisa kebutuhan berdasarkan parameter
tersebut.
5.5) Hasil analisa berupa kesimpulan yang menerangkan apakah usulan kebutuhan alat
elektromedik tersebut sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Apabila
kesimpulannya adalah tidak sesuai dengan kebutuhan pelayanan maka
dikembalikan kepada pengusul. Apabila kesimpulannya adalah sesuai dengan
kebutuhan maka tenaga elektromedis membuat rekomendasi pembelian.
5.6) Tenaga elektromedis membuat rekomendasi pembelian dengan pertimbangan:
Fungsi
Teknologi, fitur
Keamanan alat
Spesifikasi teknis
Jaminan pelatihan
Sarana pendukung yang diperlukan
Penganggaran/budget
Layanan purna jual/after sales service
Standar keamanan
Dokumen kelengkapan alat
Garansi
Rekomendasi ini terutama berisi tentang fungsi, teknologi atau fitur, spesifikasi
teknis, dan sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan.
2.3 Alur dan Proses Melakukan Pertimbangan Teknis Dalam Proses Pembelian
Melakukan pertimbangan teknis dalam proses pembelian merupakan kegiatan
menyusun spesifikasi teknis dan membandingkan beberapa spesifikasi yang
tersedia sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Proses selengkapnya dapat
dilihat pada diagram alur pada Flowchart 3 :
Flowchart 3 Alur Proses Pertimbangan Teknis
Penjelasan Flowchart 3 :
Dokumen penawaran alat elektromedik diterima oleh tim pembelian. Tim Pembelian
meminta pertimbangan kepada Tenaga Elektromedis untuk melakukan verifikasi dokumen
penawaran alat elektromedik berupa data teknis. Verifikasi data teknis meliputi:
a. Rekomendasi alat tidak dibeli bila hasil verifikasi dinyatakan tidak sesuai dengan
kebutuhan.
b. Apabila hasil verifikasi dinyatakan sesuai dengan kebutuhan selanjutnya dilakukan
komparasi produk dengan parameter meliputi:
1) Spesifikasi teknis
2) Keamanan
3) Material konstruksi
4) Garansi
5) Layanan purna jual/after sales service
Hasil komparasi produk berupa daftar nominasi pembelian produk berdasarkan skala
prioritas.
a. Tenaga elektromedis internal melakukan uji fungsi alat elektromedik yang telah selesai
diperbaiki dan tenaga elektromedis penyalur alat elektromedik melakukan uji fungsi alat
elektromedik yang telah selesai pemasangannya/instalasi.
b. Uji fungsi dapat dilakukan bila kebutuhan uji fungsi alat elektromedik tersedia. Kebutuhan uji
fungsi tersebut meliputi:
1) Dokumen teknis (operation dan service manual)
2) Aksesoris dan bahan habis
3) Alat bantu uji fungsi
c. Pengujian alat elektromedik meliputi:
1) Uji kuantitatif/fisik (kelengkapan, casing, dll)
2) Uji kualitatif/fungsi alat
3) Uji keamanan
d. Tenaga elektromedis internal melakukan pengawasan/monitoring pelaksanaan uji fungsi alat
elektromedik baru dalam rangka membuat laporan pelaksanaan dan hasil uji fungsi.
e. Bilamana hasil uji fungsi alat baru tidak sesuai dengan standar maka dibuatkan laporannya
dan penyalur wajib mengganti alat/suku cadang sampai dengan alat elektromedik berfungsi
dengan baik.
f. Apabila alat berfungsi dengan baik tenaga elektromedis membuat laporan hasil uji fungsi.
Proses pengujian dan atau kalibrasi, selengkapnya dapat dilihat pada diagram alur
pada flowchart 6 :
Flowchart 6 Alur Pengujian dan atau Kalibrasi
a. Tenaga elektromedis membuat daftar peralatan medik yang akan dikalibrasi sehingga dapat
diketahui jumlah dan jenis peralatan elektromedik yang perlu dikalibrasi. Setelah daftar
dibuat maka jadwal pelaksanaan kalibrasi dapat ditentukan.
b. Tenaga elektromedis membuat jadwal kalibrasi. Penyusunan jadwal kalibrasi ditentukan
oleh masa berlakunya kalibrasi.
c. Berdasarkan jadwal tersebut, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang diperlukan,
tenaga elektromedis internal melaksanakan kalibrasi sesuai dengan kaidah kalibrasi.
d. Apabila tenaga elektromedis tidak dapat melaksanakan atau sarana dan prasarana
pendukung tidak tersedia maka kalibrasi dilakukan oleh tenaga elektromedis institusi
penguji.
e. Dalam hal kalibrasi dilakukan oleh institusi penguji, tenaga elektromedis mengajukan
permohonan kalibrasi ke institusi penguji kepada pimpinan. Ajuan tersebut lengkap dengan
informasi mengenai:
1) Alat yang akan dikalibrasi
2) Institusi pengujian
3) Perkiraan biaya pelaksanaan
a. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah langkah-langkah pencegahan untuk mengembalikan kinerja
alat kondisi tertentu yaitu kondisi terbaik sesuai tujuan pengunaannya/spesifikasi
pembuatnya yang dilaksanakan secara berkala (harian, mingguan, bulanan, triwulan,
semester, dan tahunan).
Pemeliharaan terencana mengacu pada kegiatan yang dijadwalkan dilakukan untuk
memperpanjang umur perangkat dan mencegah kerusakan yaitu dengan cara mengkalibrasi,
penggantian suku cadang, pelumasan dan pembersihan pada peralatan. Proses
selengkapnya dapat dilihat pada diagram alur pada Flowchart 7:
Penjelasan Flowchart 8 :
3) Apabila dari hasil inspeksi ditemukan kondisi dan kelengkapan asesoris alat elektromedik
yang bermasalah maka dibuat laporan kondisi asesoris.
4) Begitu pula apabila dari hasil inspeksi ditemukan kondisi alat elektromedik yang
bermasalah maka dibuat laporan kerusakan alat.
2.8 Perbaikan
Perbaikan merupakan kegiatan untuk mengembalikan kondisi dan fungsi dari suatu
alat elektromedik yang rusak akibat pemakaian alat tersebut pada kondisi semula,
perbaikan memungkinkan untuk terjadinya penggantian suku cadang dengan beberapa
alternatif terhadap mutu suku cadang. Proses selengkapnya dapat dilihat pada diagram
alur pada Flowchart 9 :
Flowchart 9 Alur Perbaikan
Penjelasan Flowchart 9 :
1) Informasi keluhan/kerusakan dapat berasal dari User ruang pelayanan ataupun berasal
dari tenaga elektromedis yang melakukan inspeksi alat elektromedik.
2) Tenaga elektromedis internal membuat laporan keluhan disetujui oleh pemberi
informasi/keluhan.
3) Tenaga elektromedis internal melakukan pengecekan kondisi alat dan dilanjutkan
dengan membuat analisis kerusakan.
4) Analisis kerusakan adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari, menganalisis
kemungkinan kerusakan dan kemungkinan solusinya untuk mengembalikan fungsi alat
sesuai spesifikasi standar dengan atau tanpa penggantian suku cadang.
5) Berdasarkan hasil analisis tenaga elektromedis internal membuat kesimpulan apakah
bisa diperbaiki sendiri atau butuh pihak ke-3.
6) Jika dapat dikerjakan oleh tenaga elektromedis internal maka dibuat kesimpulan lagi
apakah perbaikan membutuhkan suku cadang pengganti atau tidak.
7) Jika tidak perlu suku cadang pengganti maka tenaga elektromedis internal segera
melakukan perbaikan yang diperlukan.
8) Jika butuh suku cadang maka teknisi elektromedis mengajukan pembelian suku cadang
pengganti dengan membuat usulan pembelian suku cadang kepada pimpinan.
Usulan tersebut lengkap dengan informasi mengenai:
a) Analisa kerusakan
b) Suku cadang yang diperlukan
c) Perkiraan harga suku cadang yang diperlukan
9) Jika usulan sudah disetujui pimpinan dan suku cadang telah tersedia maka tenaga
elektromedis melakukan perbaikan.
10) Tenaga elektromedis membuat laporan hasil perbaikan dan uji fungsi alat elektromedik
pada saat perbaikan telah selesai.
11) Jika diperlukan pihak ke-3 maka tenaga elektromedis membuat usulan perbaikan oleh
pihak ke-3 kepada pimpinan. Usulan tersebut lengkap dengan informasi mengenai:
a) Analisa kerusakan
b) Alasan tidak dapat diperbaiki oleh tenaga elektromedis internal
c) Suku cadang yang diperlukan
d) Perkiraan harga suku cadang yang diperlukan
e) Perkiraan jasa perbaikan
12) Jika usulan sudah disetujui oleh pimpinan selanjutnya tenaga elektromedis
menghubungi pihak ke-3 tersebut.
13) Pelaksanaan perbaikan oleh tenaga elektromedis pihak ke-3 sesuai dengan jadwal yang
diberikan oleh pihak ke-3.
14) Tenaga elektromedis internal melakukan pengawasan/monitoring pelaksanaan
perbaikan dalam rangka membuat laporan pelaksanaan dan hasil perbaikan.
B. WAKTU PELAYANAN
Pelayanan elektromedis sesuai dengan jam kerja, dimulai dari pukul 07.00 – 14.00 WITA
selama 6 hari kerja. Jika ada keluhan di luar jam kerja maka digunakan sistem ON CALL, dengan
petugas/teknisi ON CALL saling bergantian. Laporan atau keluhan untuk ON CALL hanya yang bersifat
darurat/ emergency terutama yang berhubungan dengan resiko tinggi.
BAB V
LOGISTIK
1) Sukucadang / Sparepart, adalah komponen atau bagian alat yang usia pakainya
tidak dapat diprediksi, dan dipergunakan untuk keperluan perbaikan. Contohnya
seperti : sekering/fuse, transistor, capasitor, tabung elektronik, relay, diode, Elemen
pemanas, kabel ECG, Sensor Oksigen, Baterai, Mainboard, dan lain-lain
2) Bahan Operasional adalah bahan yang diperlukan dan disiapkan oleh teknisi
pemeliharaan untuk melakukan uji fungsi / uji kinerja alat. Contohnya seperti ; jelly,
aquades, reagensia, x-ray film, test lung,cairan developer, fixer dll.
3) Material Bantu, adalah bahan yang diperlukan untuk membantu kegiatan perbaikan.
Contohnya ; contact cleaner, timah solder, isolasi, kain lap, amplas, cairan pembersih,
dll.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan kontaminasi
bakteri terhadap lingkungan kerja. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan
dalam proses penyelenggaraan pelayanan antara lain karena pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan
sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan
ataupun tidak diharapkan, serta dapat menyebabkan kerusakan peralatan, fasilitas dan melukai
karyawan / pegawai.
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus ditetapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
Menurut Undang-undang Keselamatan kerja tahun 1970, syarat-syarat keselamatan kerja
meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
bencana alam.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi pertolongan pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan penyakit.
Upaya-upaya tersebut juga berlaku bagi petugas yang bekerja di Instalasi Pengelolaan
Peralatan Medis sebagai unit kerja penyelenggaraan penunjang dan pelayanan pengelolaan
peralatan medis di Rumah Sakit.
Dalam tahap perencanaan, kepala divisi pemeliharaan terlebih dahulu melakukan pendataan
dan identifikasi terhadap seluruh sarana maupun fasilitas yang memerlukan tindakan pemeliharaan
sesuai dengan bidang tugas serta tanggung-jawabnya masing-masing.
Selanjutnya berdasarkan jumlah peralatan dan ketersediaan tenaga yang ada, masing-
masing kepala unit pemeliharaan dapat menetapkan perkiraan waktu untuk masuk ke dalam tahap
penyusunan jadwal kegiatan, serta pelaksanaan kegiatan pemeliharaan terhadap seluruh peralatan
yang ada di lingkungan RSUD Provinsi NTB sesuai dengan ketentuan dari pabrikan alat, maupun
standar yang telah diberlakukan.
Tahapan berikutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan, dimana dalam pembagian tugasnya,
setiap divisi kerja pelaksana telah membuat klasifikasi kualifikasi ketenagaan yang disesuaikan
dengan lingkup serta bidang tugasnya masing-masing. Sehingga berdasarkan jadwal kegiatan dan
jumlah kelompok kerja maupun pelaksana teknis yang ada, dapat diatur pelaksanaan kegiatannya
secara optimal.
Sedangkan output dari kegiatan monitoring ini diharapkan agar seluruh kegiatan pelayanan
di Instalasi Pengelolaan Peralatan Medis dapat diketahui, dan dinilai pelaksanaannya, yaitu dengan
cara membandingkan kesesuaian antara perencanaan kegiatan dengan pelaksanaan kegiatan, serta
menghitung target dan pencapaian target yang telah ditetapkan. Untuk kemudian dilaporkan kepada
pimpinan berupa laporan kegiatan yang dibuat setiap bulan (laporan bulanan), dan disampaikan
paling lambat tanggal 5, pada bulan berikutnya. Secara sistematik, laporan bulanan ini dibuat oleh
para Kepala Diivisi, kepada Kepala Instalasi dan selanjutnya disampaikan kepada Direktur Umum &
Operasional, serta Satuan Kerja terkait yang membutuhkan.
C. WAKTU PELAKSANAAN
1. Pemeliharaan fasilitas dan peralatan dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan
pemeliharaan setiap bulan, serta sesuai ceklis maintenance.
2. Membuat rekapitulasi hasil kegiatan satu bulan sekali.
3. Pengujian dan kalibrasi fasilitas dan peralatan dilaksanakan berdasarkan jadwal
verifikasi/kalibrasi berkala setahun sekali atau sesuai kebutuhan.
D. BIAYA PEMELIHARAAN
Biaya pemeliharaan Sarana, Prasarana, dan Peralatan direncanakan sesuai dengan Rencana
Bisnis Anggaran RSUD Provinsi NTB per tahun berjalan, dan diusulkan di tahun sebelumnya.
2) Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
pedoman teknis oleh masing-masing pihak disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan
kelembagaan di tempatnya masing-masing
DAFTAR PUSTAKA