Anda di halaman 1dari 20

Pedoman

PENGELOLAAN

PERALATAN MEDIK

RS KUSTA SUMBERGLAGAH
PEDOMAN
PENGELOLAAN PERALATAN MEDIK
INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA PRASARANA
RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan sangat besar perannya dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.Sebagai institusi pemberi jasa kesehatan,
rumah sakit perlu memperhatikan mutu agar dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Rumah sakit yang memenuhi standar mutu dilengkapi
dengan ketersediaan peralatan medik guna keperluan diagnosa,
terapi dan rehabilitasi.Mengingat alat kesehatan difungsikan untuk
keperluan tersebut maka 2 (dua) faktor yang menjadi persyaratan
utama tidak boleh diabaikan yaitu keselamatan pasien (patient
safety) dan ketepatan (accuracy).
Ketersediaan alat kesehatan di rumah sakit umumnya
membutuhkan biaya investasi cukup tinggi, oleh sebab itu harus
dimanfaatkan secara optimal sehingga pembiayaan menjadi
efektif (cost effective).Agar peralatan yang digunakan di rumah
sakit dalam kondisi aman, tepat dan efektif, maka sangat
dibutuhkan kegiatan pengelolaan yang tepat.
Pengelolaan merupakan suatu kegiatan dari mulai
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan dan
penghapusan peralatan medik dengan tujuannya agar alat
kesehatan dapat dimanfaatkan secara optimal (utility), layak pakai
(safe) dan tepat (accurate). Optimalisasi penggunaan (utility)
bertujuan agar usia pakai lebih besar dari biaya investasi
(pembelian), sedangkan laik pakai bertujuan agar pengguna alat
mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang bermutu.
World Health Organization menyebutkan bahwa hampir 50%
peralatan medik di negara berkembang tidak dapat digunakan,
hal ini disebabkan karena perencanaan yang tidak tepat, tidak
dilakukannya pemeliharaan, tidak adanya ketersediaan sumber
daya yang mengoperasikan. Indonesia sebagai negara
berkembang bisa dikategorikan masuk ke dalam kondisi tersebut
mengingat kegiatan perencanaan dan pemeliharaan peralatan
medik tidak berjalan dengan optimal.

2. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pengelolaan peralatan medik dalam rangka menunjang
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui
pemeliharaan alat medis
b. Alat medis yang berada didalam rumah sakit dapat
terpelihara sesuai dengan rencana program
c. Alat medis dalam kondisi laik pakai ( aman dan akurat )
d. Alat medis selalu siap pakai untuk menunjang pelayanan
e. Usia teknis alat dapat tercapai

3. Ruang Lingkup Pelayanan


Dalam pelaksanaan pengelolaan peralatan medis terdapat 4
ruang lingkup pelayanan unit elektromedis yaitu :
1. Pengadaan Alat Medis
2. Pemeliharaan
3. Kalibrasi/Verifikasi
4. Penarikan Alat Medis dan Penghapusan
4. Batasan Operasional
Dalam ruang lingkup pelayanannya, unit elektromedis
membatasi kegiatan operasionalnya hanya pada pengelolaan
alat-alat medis elektrik elektronik di lingkungan rumah sakit dan
sebagian alat medis mekanik di ruang bedah sentral seperti meja
operasi dan mesin anestesi yang masih menggunakan sistem
mekanik.
Beberapa istilah / pengertian yang terdapat dalam unit
Elektromedis antara lain;
1. Peralatan elektromedik adalah peralatan yang digunakan
untuk keperluan diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian
medik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Elektromedis adalah tenaga kesehatan Profesional yang
mempunyai kompetensi mulai dari perencanaan, pengelolaan,
monitoring, pelaporan dan evaluasi peralatan elektromedik
(sesuai dengan jabfung).
3. Pelayanan elektromedik adalah kegiatan persiapan pelayanan
elektromedik dan pelayanan pemeliharaan atau Inspeksi alat
elektromedik atau alat pengujian/kalibrasi dan inspeksi,
pelayanan pemeliharaan atau pengujian/kalibrasi dan inspeksi
alat laboratorium, pelayanan pengendalian/pemantapan mutu,
keamanan, keselamatan, laporan dan evaluasi, pelayanan
rancang bangun atau desain dan pemecahan masalah serta
pembinaan teknis.
4. Fasilitas Pelayanan Elektromedik adalah institusi yang
menyediakan jasa pelayanan pekerjaan instalasi,
pemeliharaan, perbaikan, pengujian dan kalibrasi serta
adjusment peralatan elektromedik yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
5. Pemeliharaan adalah langkah-langkah pencegahan untuk
mengembalikan kinerja alat yang dilaksanakan secara
berkala, harian, mingguan bulanan, semester, dan tahunan.
6. Pemantauan fungsi adalah langkah-langkah untuk menilai
fungsi alat mulai dari kelengkapan asesoris, faktor fisik,
keamanan, serta kinerja alat secara visual dan fungsi alat.
7. Verifikasi adalah pembuktian kebenaran atau untuk
menentukan atau menguji akurasi pada kegiatan pengujian
peralatan elektromedik yang dilakukan oleh Elektromedis pada
fasilitas pelayanan elektromedik dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
8. Kalibrasi adalah merupakan proses menyesuaikan keluaran
atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai
dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi
tertentu pada kegiatan peralatan elektromedik yang dilakukan
oleh Elektromedis pada fasilitas pelayanan elektromedik dan
fasilitas pelayanan kesehatan.
9. Analisis kerusakan adalah langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencari, menganalisis, serta mengembalikan fungsi alat
sesuai spesifikasi standar dengan atau tanpa penggantian
suku cadang.
10. Alat kerja adalah peralatan atau tools yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan pemeliharaan minimal alat
elektromedik, serta alat ukur kinerja dan keselamatan
peralatan elektromedik.
11. Suku cadang alat elektromedik adalah material pengganti
yang digunakan untuk mengembalikan fungsi dan kinerja
peralatan elektromedik.
12. Mutu pelayanan elektromedik adalah standart pelayanan
minimal yang dibutuhkan untuk mengamati, mempertahankan,
serta meningkatkan kinerja peralatan elektromedik sesuai
standar pelayanan minimal elektromedik.

5. Landasan Hukum
Beberapa landasan hukum keteknisian medis ( elektromedis )
yaitu :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 371 tentang standar
profesi teknisi elektromedis
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 363/Menkes/Per/IV/1998
tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
BAB II STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 34 ayat (2) menyatakan “ Penyelenggara
Fasilitas pelayanan kesehatan dilarang memperkerjakan tenaga
kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan ijin melakukan
profesi”
Sumber daya manusia (teknisi elektromedis) merupakan
unsur yang penting dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan
kesehatan. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan job deskripsi
yang ditetapkan RS, standart minimal telah menempuh
pendidikan D3 Elektromedis. Sedangkan jumlahnya berdasarkan
jam kerja dengan metode full time ekuivalen.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan unit elektromedis sepenuhnya pada
pengelolaan alat medis di rumah sakit yang terbagi dalam struktur
unit yaitu seorang supervisor dan beberapa staf teknisi dengan
tugas sebagai berikut:

1. Supervisor unit
a. Merencanakan kebutuhan SDM unit dan
pengembangannya
b. Bersama unit kepegawaian ikut membantu proses seleksi
pegawai baru unir elektromedik serta orientasi.
c. Menyusun program kerja pengelolaan alat medis dan
anggaran
d. Bersama unit pengadaan dan pengguna alat melakukan
rencana pengadaan alat medis baru
e. Bersama teknisi melakukan kegiatan pemeliharaan alat
medis
f. Merencanakan program kalibrasi alat medis
g. Melakukan pengawasan jalannya program kerja dan
penggunaan anggaran
h. Melakukan penilaian terhadap kinerja unit
i. Mengadakan training / review penggunaan alat medis
untuk pengguna alat
j. Melakukan evaluasi dan pelaporan

2. Staf Teknisi
a. Bertanggung jawab kepada supervisor
b. Melakukan kegiatan pemeliharaan alat medis
c. Melakukan pencatatan setiap pekerjaan yang dilakukan
d. Melaporkan jika adanya permasalahan dalam pelaksanaan
pekerjaannya
e. Membantu supervisor melakukan kegiatan admisnistrasi
unit
f. Membantu supervisor menyusun laporan tahunan

C. Pengaturan Jaga
Dalam pelaksanaan pekerjaannya, unit elektromedis
menerapkan jadwal jaga dalam 1 sift yaitu pada sift pagi yaitu
mulai jam 07.30 WIB s/d 16.00 WIB. Dan jika ada permasalahan
menyangkut alat medis di luar jam kerja, maka teknisi
elektromedis harus siap dipanggil (on call)
BAB III STANDAR FASILITAS

A. Standar Ruang
1. Ruang Administrasi adalah ruang pencatatan dokumentasi
kegiatan unit elektromedis, perlengkapan yang disediakan
yaitu : ATK, Komputer, Printer, Line Telephone,
2. Almari Buku & Peralatan adalah ruang tempat menyimpan
buku dokumentasi pekerjaan unit, buku servis manual alat
medis, buku penunjang servis, buku-buku pelatihan
elektromedis, serta tempat penyimpan peralatan servis
mekanik, elektronik
3. Meja Kerja adalah ruang teknisi dalam melakukan kegiatan
perbaikan alat medis. Di dalamnya dilengkapi dengan mesin
bor duduk, blower heater, adaptor, dan peralatan elektronik,
mekanik lainnya.
4. Almari Penyimpan Alkes Sementara adalah ruang tempat
menyimpan Alat medis yang belum selesai proses
pengerjaannya karena sparepart belum tersedia.

B. Standar Fasilitas
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya
pemeliharaan peralatan kesehatan meliputi :
1. Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel,
gudang dan ruang administrasi.
2. Peralatan kerja terdiri dari tool set elektrik, tool set elektronik,
tool set mekanik, dan berbagai alat ukur serta alat kalibrasi.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

Standar pelayanan Elektromedik mengatur penggunaan peralatan


elektromedik mulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pelaporan serta evaluasi utilisasi peralatan elektromedik selama
digunakan dalam umur ekonomisnya. Selain itu juga mengatur
sumber daya manusia yang mempunyai persyaratan kompetensi
yang diperlukan, pengorganisasian, serta kebijakan dan prosedur
pengelolaan pemeliharaan peralatan elektromedik.
Tata laksana pelayanan pengelolaan peralatan medis dalam hal
ini adalah penjabaran dari ruang lingkup pelayanan unit elektromedis
rumah sakit, yaitu;
1. Pengadaan Alat Medis
Dalam pengadaan alat medis, unit elektromedis diikut sertakan
dalam proses perencanaan sarana prasarana penunjang
instalasinya, serta diikutkan dalam pemilihan kualifikasi dan
pengujian fungsi dari alat medis tersebut.
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat medis meliputi tiga kriteria yaitu;
1) Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan/ disusun.Jadual pemeliharaan disusun dengan
memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi petugas
sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang tersedia.
Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan
preventif/pencegahan dan pemeliharaan korektif/perbaikan.
a. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan
pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan
alat yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan
kegiatan penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan
pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi secara
berkala.
Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil
kemungkinan terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat
tertentu pemeliharaan preventif dapat dilaksanakan pada
saat alat sedang jalan/operasional/running maintenance,
melalui pemeriksaan dengan melihat, merasakan,
mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun
menggunakan alat ukur. Pada waktu running maintenance
dilakukan juga pelumasan, penyetelan bagian-bagian alat
tertentu yang memerlukan.
Pemeliharaan preventif dengan running maintenance
biasanya tidak dilakukan untuk peralatan
kesehatan.Pemeliharaan preventif untuk peralatan
kesehatan pada umumnya dilakukan pada waktu alat tidak
operasional/shut down maintenance, yaitu alat dalam
keadaan dimatikan lalu dipelihara.Dalam hal ini kegiatan
pemeliharaan dapat berupa pembersihan, pelumasan,
pengecekan, fungsi komponen, penyetelan, penggantian
bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran dan
keselamatan.
b. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan Korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang
bersifat perbaikan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku
cadang.Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke kondisi
siap operasional dan laik pakai serta dapat difungsikan
dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi
teknis yaitu pengukuran kuantitatif keluaran dan
pengukuran aspek keselamatan.Sedangkan kalibrasi yang
bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus
dilakukan oleh institusi penguji yang berwenang.Perbaikan
korektif dilakukan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dan dilakukan secara terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu
kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan mengganti
bagian-bagian utama alat, bertujuan untuk mengembalikan
fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena
usia dan penggunaan.
2) Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan
yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan
alat yang mendadak, tidak terduga dan harus segera
dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam
pelayanan.Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan tidak
terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand by)
dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak
terencana dapat ditekan serendah mungkin dengan cara
meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana
3) Pemeliharaan oleh pihak ke III
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan,
kemampuan teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja
dan prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan
peralatan kesehatan di Rumah Sakit dilakukan oleh teknisi
Rumah Sakit , teknisi rujukan atau pun Pihak III.

1. Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit


Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di
rumah sakit harus dapat dilaksanakan oleh teknisi rumah
sakit sejauh memungkinkan, ditinjau dari segala aspek,
terutama aspek pemeliharaan.
b. Dilaksanakan oleh Teknisi Rujukan
Apabila teknisi rumah sakit tidak mampu melaksanakan
pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh karena beberapa
hal, misalnya kuantitas teknisi kurang (dibanding jumlah
alat yang banyak) atau peralatan kerja tidak lengkap, maka
pemeliharaan dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari rumah
sakit yang lebih mampu.
c. Dilaksanakan oleh Pihak ke III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku
cadang atau keahlian khusus dan biaya yang besar, maka
pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ke III, pada
umumnya dilaksanakan oleh perusahaan yang mengageni
alat tersebut, melalui proses sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku.

3. Kalibrasi/Verifikasi
Teknisi elektromedis melakukan upaya agar alat medis dapat
dilakukan kalibrasi setiap tahun, sebagaimana Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 363/Menkes/Per/IV/1998 tanggal 8 April 1998
tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Sehingga dapat
diketahui tingkat akurasi output dari masing-masing alat medis,
dan alat medis dinyatakan aman dalam pelayanan.

4. Penarikan Alat Medis dan Penghapusan


Dalam proses penarikan alat medis tidak laik pakai, teknisi
elektromedis membuat rekomendasi bahwa alat medis dinyatakan
tidak laik pakai setelah melakukan analisis aspek fungsi dan
aspek ekonomis dari alat medis tersebut.
Rekomendasi diserahkan kepada pengguna alat untuk ditindak
lanjuti ke bagian gudang, agar dilakukan proses penarikan, dan
selanjutnya pihak gudang yang akan melakukan penghapusan
BAB V LOGISTIK

Pemeliharaan peralatan medis dapat dilaksanakan apabila


tersedianya aspek pendukung pemeliharaan. Alat dan bahan
pemeliharaan setiap alat medis sangat diperlukan untuk
terselenggaranya pemeliharaan preventif peralatan, demikian juga
suku cadang sangat diperlukan apabila melakukan pemeliharaan
korektif.
Agar pemeliharaan peralatan medis dapat terlaksana dengan baik
dan sesuai jadwal, maka penyediaan kebutuhan alat, bahan
pemeliharaan serta suku cadang, perlu mendapat perhatian yang
seksama, yaitu melalui suatu perencanaan yang matang, baik aspek
teknis maupun pembiayaannya.
Selain alat, bahan serta suku cadang pemeliharaan, logistik di
unit elektromedik juga meliputi dokumentasi pelaksanaan pelayanan
unit yang berupa :
1. Daftar inventaris alat medis
2. Jadwal pelaksanaan pemeliharaan dan kalibrasi
3. Kartu/buku pemeliharaan
4. Buku catatan servis harian
5. Lembar checklist pemeliharaan
6. Lembar sasaran mutu
7. Stiker pemeliharaan/verifikasi
BAB VI KESELAMATAN PASIEN

Undang Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada


pasal 13 ayat (3) menyatakan ”Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja dirumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien”. Pasal 16 ayat (1) menyatakan “Persyaratan
peralatan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) meliputi
peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai”
selanjutnya ayat (2) menyatakan “peralatan medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala
oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau Institusi pengujian
fasilitas kesehatan yang berwenang” dan pada ayat (5) menyatakan
”Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan rumah sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya”.
Agar tercapainya patient safety, unit elektromedis berusaha
memberikan pelayanan yang optimal, tepat waktu, memenuhi
standar pelayanan elektromedis. Disamping turut serta mewujudkan
patient safety, program pengelolaan alat medis secara tidak
langsung, juga menjaga agar alat medis serta pengguna / user selalu
dalam keadaan aman.
Pelayanan yang diberikan unit elektromedis sebagai upaya
menjaga keselamatan pasien adalah;
1. Terselenggaranya program pemeliharaan alat medis secara
rutin
2. Terselenggaranya program kalibrasi alat medis 1 tahun sekali
oleh pihak BPFK atau Institusi pengujian fasilitas kesehatan
swasta
3. Pemberian SPO ( Standar Prosedur Operasional )
penggunaan, pada setiap alat medis
BAB VII KESELAMATAN KERJA

Bahaya atau resiko yang banyak terdapat pada lingkungan kerja


rumah sakit mendorong diupayakannya kesehatan dan keselamatan
kerja untuk para pekerja kesehatan. Dalam upaya mewujudkan
kesehatan dan keselamatan kerja pada unit elektromedis maka perlu
adanya identifikasi bahaya atau resiko yang mungkin terjadi.
Identifikasi bahaya atau resiko yang mungkin terjadi pada unit
elektromedis diantaranya;
1. Terpapar darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat
kimia/obat yang masih tertinggal pada peralatan medis.
2. Terpapar radiasi sinar X pada unit radiologi
3. Bahaya Cystotatic
4. Bahaya tersengat listrik
5. Bahaya luka akibat pemakaian tool set servis
Dari hasil identifikasi bahaya atau resiko tersebut unit elektromedis
melakukan upaya pencegahan :
1. Mematuhi prosedur pemeliharaan alat medis
2. Mengenakan Alat Pelindung Diri ( APD ) setiap kontak dengan
peralatan medis, berupa masker, handscoon, sepatu kerja,
pakaian pelindung / apron timbal untuk sinar x, dan apron
khusus systotatic
3. Penggunaan peralatan/ tool set servis secara benar dan hati-
hati
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Alat medis yang dilakukan pemeliharaan diharapkan selalu dalam


keadaan laik pakai, siap pakai, dan mampu memenuhi standar usia
teknis masing-masing alat, maka dari itu perlu adanya pengendalian
mutu kinerja dari unit elektromedis itu sendiri dalam upaya menjaga
kualitas dan profesionalisme kinerja.
Pengendalian mutu yang dilakukan unit elektromedis yaitu, setiap
kegiatan pemeliharaan peralatan medis dari mulai perencanaan,
pelaksanaan dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian
dilaporkan oleh dan kepada pejabat pemberi tugas sesuai dengan
penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan dievaluasi
sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharan periode
selanjutnya.
Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan pelaporan,
meliputi :
1. Laporan kegiatan harian unit
2. Data komplain external
3. Laporan sasaran mutu unit
4. Laporan evaluasi kinerja unit
BAB IX PENUTUP

Fasilitas pelayanan kesehatan didirikan untuk menyediakan pelayanan


kesehatan yang bermutu, aman dan mempunyai manfaat yang optimal.
Pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tidak lepas dari penggunaan
peralatan elektromedik baik medik maupun non medik, dengan
konsekwensinya membutuhkan adanya sistem pemeliharaan yang
berkesinambungan untuk menjamin mutu kinerja alat, agar selalu siap pakai
dan aman bagi pasien, operator dan lingkungan.
Dengan adanya pedoman Pengelolaan Alat Medis ini diharapkan
menjadi bahan acuan bagi unit elektromedis dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan alat medis di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai