Anda di halaman 1dari 28

Fall

08

PANDUAN
PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


UPT DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERGLAGAH
Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Telp. 0321-690441, Fax. 0321-690137, email: rsk_sumberglagah@yahoo.co.id,
Website : rssumberglagah.jatimprov.go.id
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT SUMBERGLAGAH


Panduan Pengelolaan Sistem Utilitas

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

dr. Eka Basuki Rahmad


Kepala Bidang
Penata Tk. I
Pelayanan Medik
NIP. 19700115 200801 1 023
Syafitria Kumala Sari, S.KM
Penata Authorized Person
NIP. 19890219 201903 2 014

drg. Shinta Sawitri, M.Kes


Pembina Direktur
NIP.19660202 199303 2 005

i
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERGLAGAH
Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo, Kec.Pacet, Kab.Mojokerto, Telp (0321) 690441,
Fax (0321) 690137, Kode Pos (61374)
Website : www.rssumberglagah.jatimprov.go.id, Email: rsk_sumberglagah@yahoo.co.id
MOJOKERTO

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERGLAGAH


NOMOR 188.3 / / 102.15 / 2022

PERATURAN DIREKTUR TENTANG BBBBB


TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBERGLAGAH

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya menjamin kesinambungan


pelayanan rumah sakit, maka diperlukan upaya
untuk mengelola utilitas dan sistem kunci
lainnya di Rumah Sakit Sumberglagah;
b. Bahwa agar proses pengelolaan utilitas dan
sistem lainnya terlaksana dengan baik dan
terstandardisasi maka perlu suatu Panduan
Pengelolaan Sistem Utilitas;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas,
perlu ditetapkan berdasarkan Peraturan Direktur
rumah sakit.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
Urutan : 3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor
1. Undang – Undang 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
3. Peraturan Presiden
4. Keputusan Presiden Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
5. Peraturan Menteri Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 24
7. Peraturan Gubernur tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis
8. Keputusan Gubernur
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
 Tahun dan Nomor terlama dulu
 Surat Edaran masuk ke memper- 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-
hatikan syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
7. Peraturan Gubernur Nomor 123 Tahun 2016
tentang Peraturan Internal Rumah Sakit
Sumberglagah;
8. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6

ii
Tahun 2021 tentang Nomenklatur, Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Sumberglagah;
9. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor
821.2/6556/204/2021 tanggal 28
Desember 2021 tentang Pengangkatan
Dalam Jabatan drg. Shinta Sawitri, M.Kes
sebagai Direktur RSUD Sumberglagah
Provinsi Jawa Timur;
Memperhatikan : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sumberglagah Nomor 188.3 / 002 / 102.15 / 2022
tanggal 3 Januari 2022 tentang Tata Hubungan Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Sumberglagah;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SUMBERGLAGAH TENTANG PANDUAN
PENGELOALAAN SISTEM UTILITAS
KESATU : Panduan Pengelolaan Sistem Utilitas sebagaimana
terlampir dalam Peraturan ini.
KEDUA : Panduan Pengelolaan Sistem Utilitas digunakan dalam
pengelolaan sistem kunci di Rumah Sakit
Sumberglagah.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan / perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mojokerto
pada tanggal :

DIREKTUR
RSUD SUMBERGLAGAH

drg. SHINTA SAWITRI, M.Kes


PEMBINA
NIP. 19660202 199303 2 005

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb


Sistem Utilitas merupakan salah satu faktor penunjang yang penting
dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, baik di rumah sakit
maupun di instansi pelayanan kesehatan lainnya. Untuk mempertahankan
kehandalan dan kelaikan alat serta menjaga agar peralatan kesehatan dapat
menghasilkan keluaran yang secepat mungkin, maka perlu dilakukan
Pengelolaan secara berkala dan berkesinambungan.
Pengelolaan sistem utilitas yang dilaksanakan secara berkala dan
berkesinambungan akan menghasilkan kondisi peralatan sebagaimana yang
diharapkan. Panduan ini disusun agar semua petugas yang ditunjuk dan
pihak yang terkait mempunyai acuan dalam pelaksanaan pelayanan dalam
menggunakan peralatan di rumah sakit.
Panduan ini masih perlu disempurnakan lagi terkait perkembangan yang
akan terjadi. Oleh karena itu masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan.

Mojokerto, Maret 2022

iv
JANGAN DI UBAH !!

Tinggal klik kanan


“update field” di tabel
DAFTAR ISI daftar isinya

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................I
PERATURAN DIREKTUR TENTANG BBBBB...........................................................II
KATA PENGANTAR...................................................................................................IV
DAFTAR ISI..................................................................................................................V
I. DEFINISI..............................................................................................................1
II. RUANG LINGKUP...............................................................................................4
III. TATA LAKSANA................................................................................................13
IV. DOKUMENTASI..................................................................................................20

v
PANDUAN PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS

I. PENDAHULUAN

Asuhan pasien di rumah sakit, baik rutin maupun urgen dilaksanakan selama 24
jam sehari dan setiap hari dalam seminggu. Oleh karena itu pasokan sumber air
minum dan listrik harus tersedia tanpa putus untuk memenuhi kebutuhan esensial
asuhan pasien. Ketersediaan sumber air minum dan listrik merupakan bagian dari
sistem kunci (utilitas penting) di rumah sakit.
Utilitas lain yang perlu diperhatikan antara lain ventilasi, gas medis, sistem PABX,
dan sistem informasi manajemen di rumah sakit. Pengoperasian sistem
pendukung dan sistem kunci lainnya di rumah sakit secara aman, efektif dan
efisien perlu/esensial bagi keselamatan pasien, keluarga, staf dan pengunjung
serta untuk memenuhi kebutuhan asuhan pasien. Ketersediaan dan berfungsinya
sistem utilitas tersebut perlu dikelola dengan system pemeriksaan yang teratur
dan melakukan pencegahan dan pemeliharaan lainnya.
Kontaminasi limbah di area persiapan makanan, ventilasi yang tidak adekuat di
laboratorium klinis, penyimpanan tabung oksigen yang tidak aman, kebocoran
pipa oksigen dan kabel listrik bertegangan tinggi yang berjumbai, kesemuanya
dapat menimbulkan bahaya.
Kualitas air biasa berubah secara mendadak karena banyak sebab, beberapa
mungkin di luar rumah sakit, seperti putusnya pipa penyaluran ke rumah sakit,
atau adanya kontaminasi di sumber air kota. Pengelolaan sistem utilitas disini
termasuk proses pemantauan kualitas air secara teratur, meliputi pemeriksaan
biologis air.

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Menjamin ketersediaan sistem utilitas atau sistem kunci lainnya yang diperlukan
dalam pemberian asuhan pasien yang terus menerus di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya sumber air dari sumber yang diketahui kesinambungan pasokan
air bersih.
b. Tersedianya sumber listrik yang terus menerus, termasuk alternatif sumber
listrik pengganti.
c. Tersedia dan berfungsinya sistem ventilasi, gas medis, sistem PABX dan sis-
tem informasi manajemen secara terus menerus.

1
III. DEFINISI

1. Sistem Utilitas
Sistem Utilitas adalah sistem pendukung dan sistem kunci/penting yang sangat
dibutuhkan dalam sebagian besar aktivitas pemberian asuhan pasien di rumah
sakit, meliputi pasokan sumber air, pasokan sumber listrik, sistem ventilasi, sistem
gas medis, sistem PABX, dan sistem informasi manajemen.

MFK 8 Rumah sakit perlu menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas dan
komponen kritikal (yang merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan (MFK) pada standar MFK 1 sekurang - kurangnya meliputi :

a. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh) hari
dalam seminggu secara terus menerus.
b. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan
pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala.
c. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang
ada di daftar inventaris.
d. Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan
pengalaman rumah sakit.
e. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman
darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran.

MFK 8.1

a. Rumah sakit menerapkan proses inventarisasi sistim utilitas dan komponen


kritikalnya setiap tahun.
b. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya telah diinspeksi secara berkala
berdasarkan ketentuan rumah sakit.
c. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diuji secara berkala berdasar atas
kriteria yang sudah ditetapkan.
d. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya dipelihara berdasar atas kriteria yang
sudah ditetapkan.
e. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diperbaiki bila diperlukan.

2
MFK 8.2

Pelayanan pasien dilakukan selama 24 jam terus menerus, setiap hari dalam
seminggu di rumah sakit. Rumah sakit mempunyai kebutuhan sistem utilitas yang
berbeda-beda bergantung pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien, dan sumber
daya. Walaupun begitu, pasokan sumber air bersih dan listrik terus menerus
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien. Rumah sakit harus
melindungi pasien dan staf dalam keadaan darurat seperti jika terjadi kegagalan
sistem, pemutusan, dan kontaminasi.
Sistem tenaga listrik darurat dibutuhkan oleh semua rumah sakit yang ingin
memberikan asuhan kepada pasien tanpa putus dalam keadaan darurat. Sistem
darurat ini memberikan cukup tenaga listrik untuk mempertahankan fungsi yang
esensial dalam keadaan darurat dan jugamenurunkan risiko terkait terjadi
kegagalan. Tenaga listrik cadangan dan darurat harus dites sesuai dengan
rencana yang dapat membuktikan beban tenaga listrik memang seperti yang
dibutuhkan. Perbaikan dilakukan jika dibutuhkan seperti menambah kapasitas
listrik di area dengan peralatan baru.
Mutu air dapat berubah mendadak karena banyak sebab, tetapi sebagian besar
karena terjadi di luar rumah sakit seperti ada kebocoran di jalur suplai ke rumah
sakit. Jika terjadi suplai air ke rumah sakit terputus maka persediaan air bersih
darurat harus tersedia segera.
Untuk mempersiapkan diri terhadap keadaan darurat seperti ini, rumah sakit agar
mempunyai proses meliputi:

A. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling


tinggi terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit
mengidentifikasi area yang membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari
es), bantuan hidup/ventilator, serta air bersih untuk membersihkan dan
sterilisasi alat);
B. Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 (tujuh) hari
seminggu.
C. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih
darurat/pengganti/back-up.
D. Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian.
E. Memastikan bahwa pengujian sumber cadangan/alternatif air bersih dan
listrik dilakukan setidaknya setiap 6 (enam) bulan atau lebih sering jika
dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan di daerah,
rekomendasi produsen, atau kondisi sumber listrik dan air. Kondisi sumber
listrik dan air yang mungkin dapat meningkatkan frekuensi pengujian
mencakup:
(1) Perbaikan sistem air bersih yang terjadi berulangulang.
(2) Sumber air bersih sering terkontaminasi.
(3) Jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan.
(4) Pemadaman listrik yang tidak terduga dan berulang-ulang.

3
MFK 8.3

Seperti dijelaskan di MFK 8.2 dan MFK 8.2.1, mutu air rentan terhadap perobahan
yang mendadak, termasuk perobahan di luar kontrol rumah sakit. Mutu air juga
kritikal di dalam proses asuhan klinik seperti pada dialisis ginjal. Jadi, rumah sakit
menetapkan proses monitor mutu air termasuk tes (pemeriksaan) biologik air
yang dipakai untuk dialisis ginjal. Tindakan dilakukan jika mutu air ditemukan tidak
aman.
Monitor dilakukan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau lebih cepat mengikuti
peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan pengalaman yang lalu
dengan masalah mutu air. Monitor dapat dilakukan oleh perorangan yang
ditetapkan rumah sakit seperti staf dari laboratorium klinik, atau oleh dinas
kesehatan, atau pemeriksa air pemerintah di luar rumah sakit yang kompeten
untuk melakukan pemeriksaan seperti itu. Apakah diperiksa oleh staf rumah sakit
atau oleh otoritas di luar rumah sakit maka tanggung jawab rumah sakit adalah
memastikan pemeriksaan (tes) dilakukan lengkap dan tercatat dalam dokumen.
Karena itu, rumah sakit perlu mempunyai proses meliputi:
a) Pelaksanaan pemantauan mutu air bersih paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 (enam) bulan atau lebih sering
bergantung pada ketentuan peraturan perundangundangan, kondisi sumber air,
dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan;
b) Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan atau lebih sering
bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil
pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
c) Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan untuk
menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk menilai
kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan didokumentasikan; dan
d) Melakukan pemantauan hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila diperlukan.

IV. RUANG LINGKUP

A. KATEGORI SISTEM UTILITAS


1. Sumber air
2. Sumber listrik
3. Sistem Ventilasi
4. Sistem Gas Medis
5. Sistem PABX
6. Sistem Informasi Manajemen

B. UNIT KERJA TERKAIT


1. Instalasi/Unit Pemeliharaan Sarana
2. Unit Keamanan
3. Instalasi/Unit Kamar Operasi

4
C. SUMBER AIR BERSIH
1. Pengertian
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal
dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.
2. Persyaratan
a. Kapasitas ketersediaan air bersih minimum 500 liter per tempat tidur per
hari. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan. Distribusi air minum dan air
bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan
yang mengalir dengan tekanan positif.
b. Kualitas air minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.
c. Kualitas Air yang digunakan di ruang khusus
1) Ruang Operasi
Bagi RS yang menggunakan air yang sudah diolah, seperti dari PDAM, sumur
bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan engolahan
tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi
menggunakan ultraviolet (UV)
2) Ruang Farmasi dan Hemodialisis.
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengeceran dalam hemodialysis.

D. SUMBER DIESEL GENERATOR


1. Pertimbangan Rancangan Dua sumber untuk daya normal harus
dipertimbangkan tetapi bukan merupakan sumber daya pengganti seperti
dijelaskan dalam pasal ini.
a. Susunan sistem distribusi harus dirancang untuk meminimalkan interupsi ke
sistem kelistrikan karena gangguan internal oleh penggunaan peralatan.
b. Faktor berikut harus dipertimbangkan dalam merancang sistem distribusi :
1) Tegangan abnormal seperti fasa tunggal dari peralatan utilitas 3 fasa,
pengubahan dan atau/surja petir, penurunan tegangan dan sebagainya.
2) Kemampuan tercepat perbaikan yang mungkin tercapai dari sirkit yang di-
tunjukkan setelah bebas dari gangguan.
3) Pengaruh perubahan mendatang, seperti penambahan beban dan/atau
kapasitas pasokan.
4) Stabilitas dan kemampuan daya dari penggerak mula selama dan setelah
kondisi abnormal.
5) Urutan dan penyambungan kembali beban untuk mencegah arus sesaat
(inrush) yang besar yang menjatuhkan (trip) alat pengaman arus lebih
atau beban lebih generator.
6) Susunan pintas (bypass) untuk mengijinkan pengujian dan pemeliharaan

5
komponen sistem yang sebaliknya tidak dapat dipelihara tanpa meng-
ganggu fungsi rumah sakit yang penting.
7) Pengaruh dari setiap arus harmonik pada konduktor netral dan peralatan.
2. Perlengkapan Pengindera. Perlengkapan pengindera arus, fasa dan bumi,
harus dipilih untuk meminimalkan perluasan interupsi ke sistem kelistrikan
karena arus abnormal yang disebabkan oleh beban lebih dan/atau sirkit
hubung singkat.
3. Sirkit Pelindung. Sirkit pelindung beban generator dirancang untuk tujuan
mengurangi beban atau sistem prioritas beban, tidak harus memelindungi ke-
selamatan jiwa beban cabang, beban cabang kritis yang melayani daerah
pelayanan kritis, kompresor udara medik, pompa vakum bedah medik, pompa
menjaga tekanan (jockey) untuk sistem proteksi kebakaran yang berbasis air,
pompa bahan bakar generator, atau perlengkapan generator lainnya.
4. Sumber Listrik Esensial. Sistem kelistrikan esensial harus mempunyai mini-
mum dua sumber daya yang berdiri sendiri: sumber normal biasanya mema-
sok seluruh sistem kelistrikan dan satu atau lebih sumber pengganti untuk di-
gunakan bila sumber normal terinterupsi.
5. Baterai untuk Generator Baterai untuk generator di lokasi harus dipelihara
sesuai ketentuan yang berlaku atau seperti SNI 04-7018-2004, tentang Sis-
tem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
6. Generator Sebagai Sumber Daya Normal. Apabila sebagai dasar pemikiran
sumber normal terdiri dari unit generator, sumber pengganti harus salah satu
generator lain atau pelayanan utilitas eksternal.
7. Generator Sebagai Sumber Daya Pengganti. Generator set yang dipasang
sebagai sumber daya pengganti dari sistem kelistrikan penting harus diran-
cang memenuhi persyaratan layanan.
a. Sumber daya elektrikal yang penting Kelompok 0 dan 1 harus
diklasifikasi sesuai ketentuan yang berlaku seperti pada SNI 04-7018-
2004, Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
b. Sumber daya elektikal yang penting kelompok 2 harus diklasifikasikan
sesuai standar yang berlaku seperti pada SNI 04- 7018-2004, tentang
Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
2. Penggunaan Sistem Elektrikal Esensial.
a. Peralatan pembangkit yang digunakan harus secara eksklusif mempunyai
cadangan untuk pelayanan atau penggunaan normal yang dipakai untuk
maksud: mengontrol pada kebutuhan puncak, mengontrol tegangan inter-
nal, melepas beban utilitas eksternal, atau pembangkit. Jika penggunaan
normal untuk maksud lain seperti tersebut di atas, maka dua set atau lebih
pembangkit harus dipasang, sehingga kebutuhan aktual maksimum yang
diperoleh dari beban tersambung sistem darurat, seperti kompresor udara
medik, pompa vakum bedah medik, pompa kebakaran yang dioperasikan
dengan listrik, pompa jockey, pompa bahan bakar dan perlengkapan gen-
erator, harus terpenuhi dengan satu generator set terbesar tidak diop-
erasikan. Sumber pengganti daya darurat untuk iluminasi dan identifikasi
sarana jalan ke luar harus dari sistem kelistrikan esensial. Sistem daya
pengganti untuk sistem sinyal proteksi kebakaran harus dari sistem ke-
listrikan esensial.
b. Satu generator set yang mengoperasikan sistem kelistrikan esensial

6
harus boleh menjadi bagian dari sistem yang memasok untuk tujuan
lain seperti ditunjukkan pada butir A, untuk penggunaan tersebut tidak
akan mengurangi perioda rata-rata antara jadwal waktu perawatan
overhaul sampai kurang dari tiga tahun.
c. Beban pilihan harus boleh dilayani oleh peralatan pembangkit sistem
kelistrikan esensial. Beban pilihan, harus dilayani oleh sarana
pemindah yang semestinya dan beban ini tidak boleh dipindahkan ke
peralatan pembangkit apabila pemindahan dapat berakibat beban lebih
pada peralatan pembangkit, dan harus terlindung dari beban lebih
peralatan pembangkit itu sendiri. Penggunaan peralatan pembangkit
untuk melayani beban pilihan tidak boleh membentuk tujuan lain dan
untuk itu tidak mempersyaratkan generator lebih dari satu.

3. Ruang pembangkit.
a. Konvertor energi harus ditempatkan dalam kamar layanan yang terpisah
yang terlihat dari peralatan pembangkit, pemisahan dari sisa bangunan
dengan bahan yang memiliki tingkat ketahanan api 2 jam, atau ditem-
patkan di bangunan tertutup di luar bangunan utama yang mampu mena-
han masuknya air hujan dan menahan kecepatan angin maksimum seperti
ditentukan dalam persyaratan teknis bangunan gedung setempat. Kamar
untuk peralatan seperti itu tidak boleh digabung dengan peralatan lain atau
melayani peralatan listrik yang bukan sistem kelistrikan esensial.
b. Peralatan pembangkit harus dipasang di lokasi yang mudah dijangkau dan
ruang kerja yang cukup (minimum 30 inci atau 76 cm) sekeliling unit untuk
pemeriksaan, perbaikan, pemeliharaan, pembersihan dan penggantian.
4. Kapasitas dan nilai nominal Generator set harus mempunyai kapasitas
yang cukup dan nilai nominal yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
aktual maksimum untuk melayani beban tersambung dari sistem
kelistrikan esensial pada setiap saat.
5. Pengangkatan beban. Generator set harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk mengangkat beban dan memenuhi persyaratan frekuensi dan
tegangan yang stabil dari sistem darurat di dalam waktu 10 detik setelah
hilangnya daya normal.
6. Menjaga temperatur Ketentuan harus dibuat untuk menjaga ruang
generator tidak kurang dari 10 0C (500F) atau temperatur selimut air mesin
tidak kurang dari 320 C (900F).
7. Ventilasi udara. Ketentuan harus dibuat untuk menyediakan udara yang
cukup untuk pendinginan dan untuk melengkapi lagi udara pembakaran
mesin.
8. Baterai untuk memutar engkol Baterai untuk memutar motor bakar harus
sesuai dengan persyaratan baterai yang berlaku atau seperti SNI 04-7018-
2004, tentang Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
9. Peralatan pengasut udara tekan. Alat pengasut disel generator untuk harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk usaha memasok sebanyak 5 kali,
dan 10 detik untuk setiap kalinya, serta tidak lebih 10 detik berhenti antara se-
tiap usaha.

7
10. Pasokan bahan bakar Pasokan bahan bakar untuk generator set harus
memenuhi ketentuan yang berlaku atau seperti SNI 04-7018-2004, tentang
Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga.
11. Persyaratan alat keselamatan
a. Motor bakar
Motor bakar yang melayani generator set harus dilengkapi dengan :
1) Alat sensor ditambah alat peringatan visual untuk menunjukkan
temperatur selubung air di bawah yang dipersyaratkan.
2) Alat sensor ditambah alat peringatan visual alarm awal untuk
menunjukkan :
a) Temperatur mesin tinggi (di atas rentang operasi aman yang di
rekomendasikan manufaktur).

b) Tekanan pelumasan minyak pelumas rendah (di bawah rentang


operasi aman yang direkomendasikan manufaktur).
c) Permukaan air pendingin rendah.
3) Alat mematikan mesin secara otomatik ditambah alat visual untuk me-
nunjukkan matinya mesin terjadi dikarenakan :
a) Putaran engkol lebih (gangguan pengasutan).
b) Kecepatan lebih.
c) Tekanan minyak pelumas rendah.
d) Temperatur mesin berlebihan.
4) Alarm bunyi untuk memberi peringatan adanya kondisi satu atau lebih
alarm awal atau alarm.
b. Penggerak mula jenis lain Penggerak mula, selain motor bakar yang
melayani generator set, harus mempunyai alat pengaman yang cocok dita-
mbah alarm visual dan alarm bunyi untuk memperingatkan kondisi alarm
atau mendekati alarm.
c. Pasokan bahan bakar cair Pasokan bahan bakar cair untuk sumber daya
darurat dan pembantunya harus dilengkapi dengan alat sensor untuk mem-
peringatkan bahwa isi tangki bahan bakar utama kurang dari 4 jam untuk
memasok operasi.
12. Anunsiator (annunciator) alarm
a. Anunsiator yang jauh, baterai penyimpan tenaga, harus tersedia untuk
beroperasi di luar ruang pembangkit dalam lokasi yang mudah terlihat oleh
petugas operasi dari tempat kerjanya regular (lihat ketentuan yang berlaku,
SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik Anunsiator
dari sumber daya darurat atau sumber daya tambahan harus menunjukkan
kondisi alarm sebagai berikut :
1) Sinyal visual individu akan menunjukkan sebagai berikut :
a) Apabila sumber daya darurat atau pembantunya beroperasi memasok
daya ke beban.
b) Apabila pengisi baterai gagal berfungsi.
2) Sinyal visual individu ditambah sinyal visual biasa yang
memperingatkan kondisi alarm mesin-generator harus menunjukkan :
a) Tekanan minyak pelumas rendah.
b) Temperatur air rendah (di bawah yang dipersyaratkan pada butir L).
c) Temperatur air yang berlebihan.

8
d) Bahan bakar rendah–apabila tangki penyimpan bahan bakar utama
berisi kurang dari 4 jam memasok untuk operasi.
e) Putaran engkol lebih (kegagalan pengasutan).
f) Kecepatan lebih.
b. Apabila tempat kerja regular tidak selalu terjaga, sinyal bunyi dan visual
yang menunjukkan kekacauan, yang terlabel dengan tepat, harus diten-
tukan pada lokasi yang terus menerus termonitor. Sinyal yang menun-
jukkan kekacauan ini harus bekerja apabila setiap kondisi pada butir R.1
dan butir R.2 terjadi, tetapi kondisi ini tidak ditunjukkan secara individu.
13. Baterai Sistem baterai harus memenuhi seluruh persyaratan yang berlaku
SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
E. SISTEM VENTILASI

1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang


khusus. Bila menggunakan system pendingin hendaknya dipelihara dan di-
operasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran
udara dan kelembaban yang nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk
rumah sakit yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperha-
tian coolong tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri Legionella dan
untuk AHU (air handling unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan
bakteri atau jamur.
2. HEPA filter terutama digunakan di kamar bedah dari kompleks ruang op-
erasi. Filter udara ini harus dapat menyaring partikel udara lebih besar dari
0,3 mikron yang melewatinya dengan effisiensi 99,97% udara.
3. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan ex-
haust fan hendaknya diletakkan pada ujung system ventilasi.
4. Ruangan dengan volume 100 m2 sekurang-kurangnya 1 (satu) exhaust fan
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m 3/detik, dengan frekuensi
pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali
5. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya
diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau per-
lengkapan pembakaran.
6. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
7. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
8. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua)
buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
9. Suplai udara di atas lantai.
10. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toi-
let, gudang.
11. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilenglengkapi dengan saringan 2
beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan
efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempela-
jari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus
central air conditioning system.
12. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ven-
tilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.

9
13. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air condi-
tioner)
14. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air condi-
tioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau min-
imum 0,20 meter dari langit-langit.
15. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali se-
bulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin
glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyi-
naran ultra violet.
16. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman,
debu, dan gas).
17. Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, catherisasi, cys-
toscopy, dan bedah tulang:
a. Harus mampu mencapai temperatur 200sampai 240C;
b. Kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ 60%;
c. Tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang
disebelahnya dengan memasok udara lebih dari 15%;
d. Pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang untuk memu-
ngkinkan pembacaan tekanan udara dalam ruang. Menyekat seluruh
dinding, langit-langit dan tembusan (penetrasi) pada lantai dan pintu un-
tuk menjaga kondisi tekanan yang terbaca.
e. Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada
lokasi yang mempermudah observasi (pengamatan).
f. Effisiensi filter harus sesuai dengan tabel 1.
g. Seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
h. Semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau dikem-
balikan pada sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat
tabel 3 untuk laju ventilasi minimum). Bagian bawah dari outlet pem-
buangan harus setidaknya 75 mm di atas lantai. Suplai diffuser harus
dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser langit-langit
atau difuser dinding harus dihindari.
i. Bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali di-
pasang filter terminal dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari
lapisan. Bagian dalam isolasi unit terminal dapat dikemas dengan bahan
yang disetujui. Peredam suara yang dipasang pada ducting harus dari
jenis tidak terbungkus atau memiliki lapisan film polyester yang diisi den-
gan bahan akustik.
j. Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api
harus ditangani dengan zat penghambat pertumbuhan jamur.
k. Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari ba-
han baja tahan karat harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier
untuk menjamin seluruh uap air menguap sebelum udara masuk ke
dalam ruangan. Pusat kontrol yang memantau dan memungkinkan
penyesuaian tekanan, temperatur dan kelembaban udara, berada
dilokasi meja pengawas ruang bedah.

10
F. SISTEM GAS MEDIS

1. Penyediaan Gas Medis di sarana pelayanan kesehatan dapat dilakukan


melalui tabung Gas Medis dan/atau penyaluran melalui instalasi pipa Gas
Medis.
2. Instalasi gas medis di sarana pelayanan kesehatan harus memenuhi
persyaratan keamanan, desain, lokasi, penyimpanan dan alat penunjang
lainnya.
3. Instalasi pipa Gas Medik dan jumlah outlet Gas Medis, dipasang sesuai
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan.
4. Desain instalasi pipa Gas Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilengkapi kran-kran, pressure, gauge, alarm, dan tanda peringatan
spesifikasi.
5. Lokasi sentral gas medis harus jauh dari sumber panas dan oli serta
mudah dijangkau sarana transportasi, aman dan harus terletak di lantai
dasar.
6. Ruang sentral gas medis harus memiliki luas yang cukup, mudah
dilakukan pemeliharaan, dilengkapi ventilasi, pencahayaan yang
memadai, memenuhi persyaratan spesifikasi.
7. Gas medis sebelum dialirkan melalui pipa distribusi harus dilengkapi
penyaring (filter).

11
8. Desain perpipaan harus memperhitungkan kapasitas gas yang diperlukan.
9. Syarat Kualitas dan Spesifikasi Gas Medis:
10. Syarat dan Kelengkapan Tabung Gas Medis:
a. Syarat Tabung Gas Medis:
1) Tabung gas memiliki sertifikat test yang masih berlaku.
2) Kepala tabung memiliki tutup dan segel
3) Kran/valve tabung mempunyai ulir yang baik dan jenis ulir yang berbeda
sesuai dengan jenis gas yaitu:
a) Oksigen, ulir dalam;
b) Nitrogen oksida, ulir luar;
c) Karbon dioksida, ulir luar;
d) Udara tekan ulir, dalam;
4) Tabung di cat dengan warna yang berbeda sesuai dengan jenis gas
yaitu:
a) Oksigen, berwarna putih;
b) Nitrogen oksida, berwarna biru;
c) Karbon dioksida, berwarna hitam;
d) Nitrogen, berwarna abu–abu;
e) Udara tekan, berwarna hijau;
f) Vacum (udara hisap), berwarna kuning.
b. Kelengkapan Tabung Gas Medis Tabung gas medis harus dilengkapi den-
gan:
1) Tulisan nama jenis gas medis dari bawah keatas dengan warna yang je-
las.
2) Diberikan label yang jelas meliputi:
a) Nama Perusahaan;
b) Nama Gas;
c) Kandungan purity;
d) Volume (isi tabung);
e) Tekanan gas;
f) Tanggal pengisian;
g) Nomor Tabung;
h) Masa uji tabung.
3) Diberikan stiker tanda “ Hazzard “ yang menyebutkan :
a) Sifat gas;
b) Peringatan–peringatan;
c) Pertolongan pertama;
d) Nama Produsen.
4) Tanda kepemilikan tabung gas medis.

c. Alat penunjang untuk pengoperasian yaitu:


1) 1 (satu) buah slang (tubing);
2) 1 (satu) buah masker (nasal);
3) 1 ( satu ) buah kunci regulator dan kunci tabung;
4) 1 ( satu ) buah dorongan (trolley).
d. Penyimpanan
1) Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup
kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat

12
terjadi goncangan.
2) Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing–masing gas medis
dibedakan tempatnya.
3) Penyimpanan tabung gas medis isi dan tabung gas medis kosong dip-
isahkan, untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian.
4) Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli
atau sejenisnya.
5) Gas medis yang sudah cukup lama disimpan agar dilakukan uji/test
kepada produsen, untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut.
e. Pendistribusian.
1) Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan Trolly yang biasa
ditempatkan berdekatan dengan pasien.
2) Pemakaiangasdiaturmelaluiflowmeterpadaregulator.
3) Regulator harus ditest dan kalibrasi.
4) Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan satu
tabung untuk satu orang.
5) Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi/
Hygiene.

V. TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PENGAWASAN KUALITAS AIR

13
1. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans kualitas
air antara lain meliputi:
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit
dilaksanakan minimal 1 tahun sekali.
3. Pemeriksaan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan/atau air
bersih RS sebagai berikut:
4. Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal dua kali
setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musin hujan) dan titik
pengambilan sampel masing-masing pada tempat penampungan (reservoir)
dan keran terjauh dari reservoir.
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologis terutama
pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi
dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada
kran-kran sepanjang system distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain
yang rawan pencemaran.
6. Sampel air pada butir 3 dan 4 di atas dikirim dan diperiksankan pada
laboratorium yang berwewenang atau yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat.
7. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh
pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh DInas
Kesehatan
8. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan kualitas air
untuk pengukuran sisa klor bila menggunakan disinfektan kaporit, pH dan
kekeruhan air minum atau air bersih yang berasal dari perpipaan dan/atau
pengolahan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan pencemaran.
9. Apabila dari hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar, maka harus dilakukan pengolahnan sesuai
parameter yang menyimpang.
10. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat risiko
pencemaran yang amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

B. TATA LAKSANA PENGUJIAN INSTALASI LISTRIK


1. Agar instalasi listrik dapat digunakan dengan baik, instalasi itu perlu diulang uji
secara berkala dan pengguna instalasi harus mempunyai dokumen berikut:
a. diagram umum (diagram listrik dalam bentuk sederhana) PHBK, termasuk
catu daya pengganti umum dan catu daya pengganti khusus;
b. gambar instalasi listrik sesuai dengan PUIL;
c. petunjuk penggunaan dan pemeliharaan;
d. buku uji atau berita acara pengujian mengenai hasil semua pengujian
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Pengujian sebelum penggunaan yang pertama dilakukan sesuai dengan


PUIL.
3. Pengujian tambahan pada penggunaan pertama
a. Resistans konduktor proteksi dan konduktor ekuipotensial harus diuji.
b. Pengujian menurut PUIL harus dilakukan sedapat mungkin pada saat
instalasi seluruh bangunan mengalami pembebanan penuh; semua

14
perlengkapan elektromedik baik yang tetap maupun yang randah,
dihidupkan atau dinyalakan. Pengukuran harus dilakukan dengan
voltmeter voltase efektif dengan resistan dalam sekitar 1 kΩ. Daerah
frekuensi voltmeter tersebut hendaknya tidak melampaui terlalu jauh dari
1 kHz.
c. CDPK harus diuji
4. Pengujian setelah instalasi diubah dan atau ditambah
a. Instalasi listrik dalam ruang fasilitas pelayanan kesehatan yang dipasang
sesuai dengan ketentuan ini, setelah mengalami perubahan atau penamba-
han harus tetap memenuhi syarat dalam ketentuan ini.
b. Untuk itu, instalasi harus diuji sesuai dengan butir F.2 dan butir F.2.b. Gam-
bar instalasi listrik dan diagram PHBK harus diperbaiki jika terjadi perubahan
atau penambahan pada instalasi.
5. Pengujian berkala
a. Untuk mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi dari seluruh instalasi
haruslah dilakukan pengujian berkala terhadap instalasi yang digunakan.
b. Hasil pengujian harus dicatat dalam buku uji
c. Pengujian berkala dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pengujian harus dilakukan oleh orang juru sekurang-kurangnya setahun
sekali.
2) Pengujian monitor insulasi dan sakelar proteksi arus sisa harus dilakukan
oleh petugas yang ditunjuk dengan menekan tombol uji sekurang-ku-
rangnya setengah tahun sekali.
3) Uji coba CDPK harus dilakukan dengan pembebanan sekurang-kurangnya
50 % daya nominal : selama 15 menit untuk catu daya statis dan konverter
berputar dan 60 menit untuk catu daya dinamis, dilaksanakan oleh petugas
sekurang-kurangnya sebulan sekali sesuai dengan petunjuk pembuat per-
lengkapan catu daya.

C. TATA LAKSANA INSTALASI HEPA

1. Filter HEPA yang mempunyai effisiensi uji DOP 99,97% harus digunakan pada
sistem pasokan udara yang melayani ruang untuk pengobatan klinis dengan
kerentanan tinggi terhadap infeksi dari penderita leukimia, luka bakar, trans-
plantasi sumsum tulang, transplantasi organ atau immunodeficiency sindrom
(AIDS). Filter HEPA juga harus digunakan pada aliran udara lemari asam atau
lemari penyimpanan di mana bahan menular atau sangat radioaktif diproses.
Sistem filter harus dirancang dan dilengkapi untuk mengizinkan pemindahan,
pembuangan dan penggantian filter dengan aman.
2. Semua filter harus dipasang dengan tepat untuk mencegah kebocoran antar
segmen filter dan antara dudukan filter dan rangka pendukungnya. Suatu kebo-
coran kecil memungkinkan udara terkontaminasi melalui filter, hal ini dapat
menghancurkan kegunaan filter sebagai pembersih udara terbaik.
3. Sebuah manometer harus dipasang dalam sistem filter untuk mengukur penu-
runan tekanan di setiap kelompok filter. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan
untuk mengetahui secara akurat kapan filter harus diganti.
4. Filter dengan effisiensi tinggi harus dipasang dalam sistem dengan fasilitas

15
yang memadai, disediakan untuk pemeliharaan tanpa memasukkan kontami-
nasi ke dalam sistem penyaluran atau area yang dilayani.
5. Karena filter effisiensi tinggi harganya mahal, rumah sakit harus memproyek-
sikan umur dudukan filter dan biaya penggantiannya serta memasukkan ini ke
dalam anggaran operasional rumah sakit.
6. Selama konstruksi, bukaan pada ducting dan diffuser harus ditutup untuk
mencegah intrusi debu, kotoran dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Kontami-
nasi tersebut sering permanen dan menjadikan media untuk pertumbuhan zat
infeksius. Filter yang ada atau baru mungkin cepat menjadi terkontaminasi oleh
debu konstruksi.

D. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN VENTILASI UDARA RUANGAN


PASIEN

1. Apabila sistem sentral digunakan untuk kamar pasien, rekomendasi pada tabel
1 dan tabel 3 untuk filtrasi udara dan laju pertukaran udara harus diikuti untuk
mengurangi infeksi silang dan mengontrol bau.
2. Ruangan yang digunakan untuk isolasi pasien terinfeksi, semua pasokan udara
harus dibuang keluar. Untuk rancangan temperatur 24 0C bola kering dengan
kelembaban relatif udara 50% direkomendasikan.
3. Setiap kamar pasien harus memiliki kontrol temperatur individu. Tekanan udara
di ruang pasien harus netral dalam kaitannya dengan area lain.
4. Kebanyakan kriteria rancangan dan persyaratan teknis yang dikeluarkan in-
stansi terkait mengharuskan semua udara dari ruang toilet seluruhnya dibuang
keluar ruangan.
5. Persyaratan ini didasarkan pada kontrol bau. Dalam menganalisa bau dari sen-
tral sistem pembuangan toilet (pasien) rumah sakit, ditemukan bahwa sistem
pembuangan sentral yang besar umumnya mempunyai pelarut yang cukup un-
tuk untuk membuat buangan toilet tidak berbau.
6. Apabila sistem unit ruang digunakan (sistem unitary), pembuangan udara
umumnya dilakukan melalui ruang toilet.
7. Jumlah udara yang dibuang sama dengan jumlah udara luar yang disuplai ma-
suk ke ruang untuk ventilasi. Ventilasi toilet, kloset, kamar mandi, dan semua
kamar interior harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

E. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN SISTEM VENTILASI UDARA

1. Pemeliharaan Umum
a. Pemeliharaan Sistem Tata Udara yang dimaksud adalah kegiatan yang
berkaitan dengan upaya untuk mempertahankan kinerja mesin berikut kom-
ponennya agar dapat beroperasi secara aman dan tidak mengganggu kese-
lamatan kerja dan kenyamanan penghuni gedung.
b. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang terencana dan terjadwal dapat
mengurangi kerusakan mesin serta dapat mempertahankan umur mesin
sesuai dengan ketentuan pabrik.
c. Sebelum pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, diperlukan informasi lengkap

16
tentang
1) Gambar sistem Tata Udara lengkap dengan data-data teknis, petunjuk
operasi mesin dan petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat mesin pendingin.
2) Dokumen sejarah operasi mesin dan komponennya yang berisi keteran-
gan tentang.
3) Data operasi mesin.
4) Jenis kerusakan dan penggantian komponen yang pernah dilakukan se-
belumnya serta penyebab kerusakan yang dialami.
5) Catatan kebutuhan daya listrik yang dikonsumsi mesin.

2. Pemeliharaan rutin.
Kegiatan pemeliharaan rutin mencakup:
a. Pembersihan/pencucian/penggantian filter udara di Air Handling Unit (AHU)
dan atau Fan Coil Unit (FCU) di tiap lantai.
b. Pembersih/pencucian cooling coil di Air Handling Unit dan atau Fan Coil Unit
di tiap lantai.
c. Pembersihan/pencucian finned tube air cooled condenser.
d. Pembersihan dan pelumasan bearing semua motor listrik.
e. Pemeriksaan dan pengencangan V-belt motor fan AHU/FCU.
f. Pemeriksaan dan pengencangan baut-baut terutama pada tempat-tempat
yang menimbulkan getaran, misalnya condensing unit, dudukan AHU/FCU,
Tata Udara, Exhaust Fan dsb.
g. Pembersihan komponen-komponen listrik didalam panel control.
h. Pemeriksaan, penambahan/penggantian oli kompressor.
i. Pemeriksaan/penambahan refrijeran.
j. Pemeriksaan dan penggantian silica gel filter drier.
k. Pemeriksaan fungsi alat ukur meliputi:
1) Thermometer, pressure gage pada chiller water system.
2) Pressure pada instalasi pipa refrijeran.
3) Thermostat, hygrometer di dalam ruangan.
l. Pemeriksaan alat ukur tegangan, ampere pada panel listrik.
m. Pemeriksaan fungsi peralatan elektronik pada mesin pendingin.
n. Pemeriksaan fungsi pompa chiller water.

3. Pemeliharaan harian dan mingguan.


Pemeriksaan harian dan mingguan dilakukan terhadap alat-alat kontrol di
ruangan yang dikondisikan dan pengamatan terhadap elemen-elemennya.
a. Pemeriksaan/perbaikan terhadap gangguan-gangguan secara menyeluruh
pada sistem operasi.
b. Pemeriksaan/penggantian komponen-komponen terutama fuse/pemutus
arus.
c. Pemeriksaan/perbaikan set point alat-alat kendali, dan indicator yang pent-
ing.
d. Pemeriksaan/perbaikan/penggantian instalasi pengkabelan pada instalasi
sistem kendali.
e. Pemeriksaan/perbaikan kebocoran-kebocoran pada instalasi pipa refrijeran
dan air dingin.

17
4. Pemeliharaan Bulanan
Kegiatan pemeliharaan yang bertitik berat pada peralatan mekanikal :
a. Bearing
1) Periksa temperatur dan kebisingan yang timbul.
2) Pada saat mulai dioperasikan temperatur bearing akan naik akibat
gesekan, namun beberapa saat kemudian akan kembali normal.
3) Pemeriksaan/pelumasan/penggantian bearing.
b. Motor
1) Pemeriksaan/perbaikan yang menimbulkan kebisingan.
2) Pemeriksaan/perbaikan terhadap arus listrik yang tidak sesuai dengan
data name plate atau dari brosur.
3) Pemeriksaan/perbaikan coupling.
4) Pemeriksaan/perbaikan/penggantian tahanan kumparan kawat stator
pada motor.
c. V-belt
1) Periksa tegangan belt.
2) Periksa/atur kelurusan pulley.
d. Pompa
1) Pemeriksaan/perbaikan yang menimbulkan kebisingan.
2) Pemeriksaan/perbaikan terhadap arus listrik yang tidak sesuai
dengan data name Plate atau dari brosur.
3) Pemeriksaan/perbaikan coupling dan lubang-lubang tangkai motor
dengan pompa.
4) Pemeriksaan/perbaikan kebocoran.
5) Pemeriksaan/pembersihan kotoran yang terbawa oleh air dan
mengendap di rumah pompa.
6) Pemeriksaan/pembersihan karat.
7) Pemeriksaan/pembersihan tangkai katup sisi hisap dan sisi tekan.
8) Pemeriksaan/perbaikan sebagai akibat tidak normalnya kapasitas
pompa, misalnya tekanan dan kecepatan air berkurang.

e. Filter udara
Pemeriksaan/pencucian/penggantian, jika beda tekanan di AHU terlalu
tinggi.
5. Pemeliharaan Periode 4 s/d 6 bulan
Pemeliharaan pada periode ini yang diutamakan mencakup pengecekan
terhadap pelumasan, pembersihan dan pemeriksaan fungsi-fungsi dari
seluruh komponen/peralatan yang terpasang misalnya fungsi dari:
a. Ventilasi: AHU, Cooling, Dehumidification, Sound Attenuation, Louver
Flaps.
b. Mesin refrigerasi Condensing Unit, Evaporator, Accessory Equipment, Heat
Recovery, Crankcase Heater, Piping.
c. Sistem Kendali: Switching Circuit, Indicator, Safety Equipment.
d. Fungsi Dari: Ventilasi and Control, Refrigeration, Condensing Unit, Chilled
Water System.

18
6. Pemeliharaan Tahunan.
a. Alat-alat kendali dan regulator:
1) Pemeriksaan/penyesuaian set point pada alat-alat kontrol.
a) Pemeriksaan/penyesuaian ketepatan indicator pada instrument con-
trol.
b) Pemeriksaan interaksi dari masing-masing gerakan alat-alat kendali.
c) Pemeriksaa/pembersihan/penggantian overload relay dan fuse-fuse
pada panel control.
2) Inlet/outlet air: Pemeriksaan/perbaikan/penyetelan grille/diffuser tiap titik
lokasi.
b. Pemeliharaan Kompresor.
1) Pemeriksaan/perbaikan/penggantian control system atau komponen
yang menyebab kan kompresor tidak berfungsi.
2) Pemeriksaan/perbaikan/penggantian accessory equipment dari re-
frigeration system (on-off kompresor terlalu cepat).
3) Pemeriksaan/perbaikan/penggantian accessory equipment yang
menyebakan pembekuan pada suction line.
4) Pemeriksaan/perbaikan/penggantian accessory equipment yang
menyebabkan liquid line dingin.
5) Pemeriksaan/perbaikan yang menyebabkan berkurangnya oli kom-
presor.
c. Pemeliharaan Umum
1) Isolasi duct
2) Isolasi pipa chilled water
3) Flexible duct
4) Vibration damper
5) Perlindungan anti karat

F. TATA LAKSANA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI GAS


MEDIK

1. Instalasi Gas medik harus diuji dan diperiksa secara berkala minimal 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.
2. Setiap tabung gas medik harus diuji secara periodik selama dalam periode
masa berlaku.
3. Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh institusi
penguji yang berwenang.
4. Pelayanan inspeksi/pengujian instalasi Gas Medik meliputi :
a. Kelengkapan dari instalasi gas medik
b. Persyaratan instalasi perpipaan gas
c. Persyaratan sistem sentral gas
d. Kode pewarnaan dan sistem aliran pipa gas
e. Persyaratan tabung gas medik
f. Pengukuran kinerja : Tekanan statis & dinamis, Flow statis & dinamis, drop
pressure, Negatif pressure, dll
g. Pengujian : Purity gas Oksigen, impurity Medical Air dan gas lainnya

19
VI. DOKUMENTASI

20
DIREKTUR
RSUD SUMBERGLAGAH

drg. SHINTA SAWITRI, M.Kes


PEMBINA
NIP. 19660202 199303 2 005

21
1

Anda mungkin juga menyukai