PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud Penyusunan “ Panduan Pengelolaan Peralatan Kesehatan“
ini adalah memberi acuan langkah dan tindakan yang diperlukan
dalam pengelolaan peralatan kesehatan mulai dari perencanaan,
pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan
dan penghapusan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya panduan ini adalah :
1. Manajemen dan penanggung jawab atau pengelola unit pelayanan,
teknisi serta operator di rumah sakit mampu melakukan
pengelolaan peralatan dengan baik sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya masing-masing.
2. Memastikan tersedianya peralatan kesehatan yang aman, bermutu
dan laik pakai serta efisien di rumah sakit sehingga
meminimalkan risiko yang terkait dengan penggunaan peralatan
kesehatan tersebut.
1.3 Landasan hukum
1. Undang Undang No.36 tahun 2009 Tentang kesehatan
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 54 tahun 2015 tentang
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan R.l. Nomor: 1191 / Menkes / Per /
VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
6. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 161 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur nomor 142 Tahun
2013 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190 / MENKES / PER / VIII
/ 2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8/2011
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat
SinarMX Radiologi Diagnostik dan Intervension.
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9/2011
tentang Uji Kesesuaian Pesawat SinarMx Radiologi Diagnostik dan
2
Intervensional
BAB II
DEFINISI OPERASIONAL
2.4 Pemeliharaan
Suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif yang
dilakukan untuk menjaga peralatan medis bermutu, aman dan laik
pakai.
3
2.5 De commissioning/Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan
menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dan atau
Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya.
2.6 Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan
pengukuran satu atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk,
proses, output untuk membandingkan hasil pengujian dari alat ukur
dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan
sifat ukurnya atau menentukan besaran atau kesalahan
pengukuran.
2.7 Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang
ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau
besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan besaran
yang sebenarnya dari besaran yang diukur.
2.10Uji Keselamatan
4
Uji keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan
terhadap produk untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya
yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan produk tersebut.
2.11Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagianMbagian alat
dengan beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi
dilakukan dengan hasil baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator
yang telah dilatih, untuk membiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
pemakaian.
2.12Recall
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatu peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada
penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan
diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah
produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.
2.13Izin Produksi
Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.
2.14Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan,
yang akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah
Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu,
keamanan dan kemanfaatan.
2.15Izin Distribusi
Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu
yang bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang
didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan
sesuai tujuan penggunaannya.
2.16Teknologi Kesehatan
5
Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk peralatn
kesehatan, obatMobatan, vaksin, prosedur dan sistem yang
dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan
meningkatkan kualitas kehidupan.
2.17Pra Instalasi
Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk
instalasi alat.
2.18Instalasi Alat
Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan,
pemasangan, penyetelan, adjustmen, pengukuran keluaran sampai
alat berfungsi baik.
2.19Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual, kelengkapan dan
kinerja alat.
2.20Spesifikasi
Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem,
fungsi, aksesori, keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu
alat
2.21Penyedia/Rekanan
Perusahaan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk
melaksanakan pengadaan barang dan jasa.
2.23Buku Petunjuk
Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang
didistribusikan, meliputi : petunjuk operasional, petunjuk instalasi
dan petunjuk pemeliharaan dalam bahasa Negara pembuat, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia.
6
2.24Rangkaian Diagram
Gambar rangkaian yang menunjukkan tata letak komponen dan
hubungan kabel/printed circuit antar komponen/blok komponen
suatu alat. Dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat teknologi
dan melakukan identifikasi/melacak kerusakan dan perbaikan.
2.25Suku Cadang
Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami kerusakan
setelah jangka waktu tertentu dan direkomendasikan harus
disediakan.
2.27Aksesori
Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan
harus lengkap pada saat penyerahan peralatan
2.28Aksesori Tambahan
Kelengkapan fungsi tambahan untuk meningkatkan kinerja atau
fungsi alat.
2.29Sarana
Bangunan/ruangan yang diperlukan untuk penempatan dan instalasi
alat.
2.30Prasarana
Prasarana Kesehatan adalah benda maupun jaringan/instalasi yang
membuat suatu bangunan/ruangan yang ada di fasilitas pelayanan
kesehatan bisa berfungsi dengan tujuan yang diharapkan.
2.31Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan
ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara
fisik dan kimiawi.
7
2.32Pembersihan
Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma
dan bahan organik tapi tidak selalu menghancurkan sama sekali.
Pengurangan kontaminasi mikroorganisma tergantung pada banyak
faktor, termasuk efektivitas dari proses pembersihan. Pembersihan
penting dilakukan agar proses disinfeksi atau sterilisasi efektif.
2.33Desinfeksi
Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan fisik dan kimiawi dengan menggunakan cairan desinfektan.
2.34Desinfektan
Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan
kimia bersifat toksik yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme.
2.35Sterilisai
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora dengan cara fisik dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator.
2.36Kontaminasi
Adanya zat pengotor atau pencemaran benda mati atau material
hidup yang merupakan bahan berbahaya, yang tidak diinginkan yang
berpotensi menular atau lainnya. Kemungkinan besar berupa bahan
organik dan zat menular, juga dapat berupa zatMzat yang tidak
diinginkan lainnya misalnya residu kimia, bahan radioaktif, produk
degradasi, bahan kemasan dll. Kontaminasi tersebut menyebabkan
pengaruh yang merugikan fungsi perangkat kesehatan dan dapat
ditularkan ke orang selama pemrosesan, penggunaan atau
penyimpanan peralatan kesehatan.
8
2.38Masa Pemeliharaan Peralatan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh teknisi penyedia peralatan
kesehatan/rekanan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kontrak),
dengan tujuan agar peralatan selama masa pemeliharaan selalu
dalam kondisi baik dan laik pakai. Jadwal pemeliharaan tiap alat
mengikuti petunjuk pemeliharaan dari pabrik, disesuaikan dengan
jenis dan tingkat teknologi alat.
2.39Masa Garansi
Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana
pihak penyedia peralatan kesehatan/rekanan masih
bertanggungjawab terhadap perbaikan/penggantian peralatan
kesehatan yang mengalami kerusakan akibat kesalahan teknis alat
dan bukan akibat kesalahan operator/user dan atau kesalahan catu
daya.
2.40Kondisi Fisik
Kondisi alat yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi
adanya keretakan, penyok, bengkok, lecet, patah dan lain-lain.
9
BAB III
RUANG LINGKUP
10
BAB IV
TATALAKSAN
4.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan
terkait jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan
kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan,
perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang
mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana.
Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk
penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis
secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan perencanaan dan pengadaan peralatan medis adalah :
1. Diperolehnya kebutuhan jenis, spesifikasi teknis dan jumlah
peralatan medis.
2. Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis, fungsi, aksesori.
3. Diperolehnya perbandingan harga peralatan medis.
4. Diperolehnya perbandingan biaya pemeliharaan selama usia
teknis.
5. Diperolehnya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik
pakai.
Untuk menjamin keselamatan pasien, manajemen dituntut
dalam proses perencanaan dan pengadaan peralatan medis yang
komprehensif dan berkesinambungan, untuk mendapatkan
perencanaan dan pengadaan yang berkesinabungan dibutuhkan
komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan data
kinerja peralatan yang telah dimiliki dan informasi terbaru jenis
peralatan medis yang beredar. Kinerja peralatan yang telah dimiliki
11
diperoleh dari data dokumentasi pemanfaatan dan pemeliharaan
peralatan. Informasi peralatan medis yang beredar diperoleh dari
referensi dari publikasi produsen atau distributor, website, rumah
sakit lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu diperhatikan
ijin edar peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula
informasi sertifikasi/pengakuan dari FDA dan CE, spesifikasi,
aksesori, fungsi dan keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku
cadang, harga, jaminan purna jual dan legalitas izin edar peralatan
medis di Indonesia.
Perencanaan peralatan medis tertentu membutuhkan
perencanaan kebutuhan ruangan untuk penempatan peralatan
medis, tenaga medis dan pasien serta instalasi medik meliputi
kelistrikan, gas medik, sarana. Untuk peralatan tertentu seperti
peralatan radiologi, radioterapi dan MRI membutuhkan kekhususan
perencanaan ruangan dan instalasi medik sesuai dengan persyaratan
terkait dengan jenis peralatan dan peraturan
perundangMundangan. Dalam merencanakan desain ruangan dan
instalasi medik memperhatikan kebutuhan pengembangan pelayanan
dan pesatnya kemajuan teknologi kesehatan.
Perencanaan peralatan medis di fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan keterlibatan tenaga teknis peralatan medis, tenaga
medis, keperawatan, tenaga teknis sarana dan prasarana dan
manajemen. Ruang lingkup kegiatan perencanaan meliputi penilaian
kebutuhan, penentuan prioritas pengadaan dan penganggaran
13
biaya pemeliharaan, ketersediaan suku cadang dan
jaminan purna jual (respond time, lama perbaikan).
7. Data dan informasi penunjang lainnya seperti kesiapan
ruangan, listrik dan air.
Perhitungan peralatan medis untuk pemenuhan sesuai
standar, jenis dan jumlah peralatan medis harus
memperhatikan kemampuan layanan berdasarkan klasifikasi
rumah sakit dan ketersediaan jumlah dan kompetensi SDM
yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan jenis dan volume
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pada rumah sakit yang telah operasional, perhitungan
peralatan untuk pemenuhan standar dibutuhkan data
inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan seperti IGD, ICU,
NICU, Rawat Jalan, Rawat Inap, Penunjang Medik dan unit
pelayanan lainnya.
Jenis, jumlah yang ada, kapasitas alat, pemanfaatan,
estimasi peningkatan pelayanan, kebutuhan.
1. Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan
peralatan medis setiap harinya baik dari catatan rekam
medik atau melalui penelitian, bilamana utilisasi /
penggunaan peralatan medis cukup tinggi, maka
diperlukan tambahan peralatan medis baru.
2. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan
kesehatan, artinya diperlukan penambahan peralatan
baru dengan teknologi generasi terbaru untuk
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
3. Menelaah ketersediaan peralatan medis tersebut
apakah sudah tersedia di fasilitas kesehatan atau
rumah sakit lain yang dekat dengan rumah sakit.
4. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan
kesehatan dan peralatan dengan teknologi generasi
lama. Health Technology Management, jumlah pasien,
perhitungan ekonomi, SDM
4.1.2 Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian
atau pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan
kebutuhan peralatan medis. Adapun sumber anggaran nya
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dan
BLUD.
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi
kebutuhan pemenuhan dan penggantian peralatan dalam
pelayanan kesehatan harus masuk di dalam perencanaan
atau RAB (rencana anggaran belanja) Rumah sakit setiap
tahunnya.
15
4.1.3 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan peralatan
medis dapat direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran
menjadi kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan
pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas,
maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis
prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap rumah
sakit diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tingkat utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian
peralatan medis pada pelayanan. Hal ini terkait dengan
terhadap banyaknya kebutuhan peralatan tersebut
sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan
penghasilan dari rumah sakit
2. Brand Image rumah sakit
Beberapa peralatan medis dapat diasosiakan terhadap
pencitraan yang positif oleh masyarakat. Peralatan medis
dengan jenis tertentu, canggih dan peralatan dengan
teknologi terkini diyakini dapat mendorong nilai jual
(marketable) seperti CTMScan, MRI, USG 4 Dimensi, dll.
3. Pelayanan unggulan
Setiap rumah sakit pasti memiliki program pelayanan
unggulan yang merupakan suatu kelebihan dibanding
dengan rumah sakit lainnya. Pelayanan unggulan
tersebut haruslah didukung dengan ketersedian
peralatan medis yang sesuai dengan tuntutan pelayanan
unggulan.
4. Peralatan Life support
Merupakan peralatan yang menopang hidup pasien,
tanpa peralatan ini pasien akan berdampak pada
kematian misalanya peralatan bantu pernapasan (alat
resusitasi, ventilator, Mesin Anaesthesi), baby incubator,
Peralatan kriteria ini haruslah selalu tersedia oleh rumah
sakit karena sangat terkait dengan keselamatan pasien
5. Kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana.
Beberapa peralatan medis di rumah sakit memerlukan
ruangan/tempat khusus dalam operasionalnya.
Bangunan/ruangan tempat peralatan medis berada
16
harus sudah dipersiapkan dan didesain sedemikian
rupa serta dilengkapi dengan prasarana seperti listrik,
air, gas medik, pembumian, sistem komunikasi, dan
lainM lain sesuai persyaratan. Hal ini agar pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan baik serta untuk
keamanan petugas, pasien serta masyarakat dari risiko
peralatan medis, bahaya getaran, panas, bising atau
radiasi.
4.2 Pengadaan
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan
medis adalah penyusunan spesifikasi alat kesehatan, Spesifikasi
harus sesuai kebutuhan user/pelayanan. Spesifikasi yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Spesifikasi
terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak bisa berjalan
optimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Ketersediaan suku cadang.
2. Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
3. Kebutuhan praMinstalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus,
perpipaan dan komponen pengaman/keselamatan).
4. Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
5. Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)
4.3.1 Instalasi
Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan
pekerjaan pemasangan, yang meliputi:
19
1. pembukaan peti/koli (unpacking)
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi
atau pada ceiling
4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau
material praMinstalasi yang telah dipersiapkan
5. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau
pengujian keselamatan kerja
Instalasi peralaan harus mengacu pada petunjuk instalasi
dan gambar instalasi dari pabrik pembuat/distributor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu
instalasi alat adalah sebagai berikut:
1. Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit
atau instansi kesehatan lainnya.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan
ahli di bidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau
material praMinstalasi yang diakibatkan oleh instalasi
alat harus diperbaiki oleh pemasok/penyedia sehingga
kembali ke keadaan semula.
4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia
harus mengikutsertakan teknisi rumah sakit/fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai upaya alih teknologi
4.3.2 Penerimaan
Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses
melalui proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji
fungsi dan uji coba untuk memastikan bahwa peralatan
medis itu sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, berfungsi
dengan baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin
tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik
pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis
setelah diinstalasi bagi peralatan medis yang mensyaratkan
instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi pengguna
dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis dituangkan dalam
berita acara penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
20
Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Telah selesai diinstalasi telah dilakukan pemeriksaan
fisik, instalasi dan uji fungsi
2. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
3. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai
program
Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung
jawab terhadap peralatan selama masa garansi.
21
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja
alat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai
dengan,standard keamanan dan standard dari
pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut:
1) Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat
(tombol, saklar, indikator, putaran
motor,pengereman, dll)
2) Kinerja output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap
hasil keluaran dari alat (missal: Xray,
temperature,putaran, energy, daya hisap,
sistem perekaman, dll). Pada pengujian
keluaran ini, supplier harus melakukan
pengukuran, dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan
setiap jenis alat.
3) Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
a. Arus bocor
b. Impedansi kabel pembumian
c. Nilai tahanan hubungan pembumian
d. Radiasi bocor dan paparan radiasi
e. Anaesthesia gas scavenging sistem
f. Kesetimbangan/balancing
g. Sistem pengamanan tertentu
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia
haruslah menyediakan:
1) bahan operasional yang diperlukan untuk uji
fungsi
2) alat ukur yang diperlukan dan
3) tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji
fungsi dan peragaan alat
4. Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan
dengan melakukan penggunaan langsung pada
pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses
uji fungsi dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh
operator yang telah dilatih untuk mebiasakan
penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam
waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
pemakaian.
24
3. Perencanaan pemeliharaan Preventif.
Semua pengguna dan tenaga teknis diberitahu
tentang prosedur pemeliharaan yang tepat,
termasuk waktu harus dilakukan pengujian,
kalibrasi dan perawatan peralatan medis.
4. Cara Penanganan peralatan medis.
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk
penanganan dan penyimpanan peralatan medis,
pentingnya memastikan semua aksesori lengkap
dan tersedia dan bimbingan tentang bagaimana
baterai internal harus diisi ulang.
4.4 Pengoperasian
Dalam kenyataan sehariMhari sering dikeluhan bahwa alat
rusak atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, namun
setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kerusakan atau keluhan
bukan disebabkan karena kerusakan fungsi alat tetapi adanya
setting yang tidak sesuai atau kesalahan operasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara
pengoperasian peralatan medis harus benarMbenar di pahami
dan pelajari, sehingga alat dapat digunakan secara benar dan
mengurangi keluhan kerusakan alat.
Kesalahan dalam pengoperasian suatu peralatan medis dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan, hasil pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan bahkan terkadang dikarenakan kesalahan
pengoperasian, harus dilakukan pemeriksaan ulang yang berakibat
adanya inefisiensi dan ketidakpuasan pelanggan. Agar halMhal yang
tidak diinginkan tersebut terjadi, maka ada beberapa prasyaratan
yang harus dipenuhi dalam pengoperasian suatu peralatan medis
27
dan alat dikembalikan di tempat semula.
Dalam pelaksanaan pengoperasian peralatan medis,
perhatikan :
1. Protap pelayanan yang berlaku.
2. Hubungan antara peralatan medis dan pasien.
3. Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan.
4. Pengawasan terhadap fungsi dan suplier
4. Dekontaminasi
Mikroorganisma banyak terdapat di lingkungan, termasuk di
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Hanya sedikit yang bersifat
pathogen, dimana mikroorganisma pathogen tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan pada tubuh yang rentan. Populasi
mikroorganisma meningkat dalam kondisi lembab, meskipun ada
juga yang bisa bertahan pada kondisi kering.
Pasien dan tenaga kesehatan beresiko mendapatkan infeksi
jika tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi. Infeksi
nosokomial dapat dicegah/diminimalkan dengan beberapa
strategi pencegahan infeksi yang tertuang dalam Program
pengendalian Infeksi nosokomial dan dikelola oleh Tim
Pengendali Infeksi. Salah satu strategi pencegahan infeksi adalah
28
dekontaminasi.
Semua peralatan medis yang digunakan baik di rumah sakit
dapat terkontaminasi secara biologi, kimia atau bahan radioaktif
yang dapat menimbulkan resiko bagi petugas dan pasien. Semua
peralatan medis dapat yang akan digunakan kembali, dipelihara,
diperbaiki, atau dimusnahkan harus menjalani dekontaminasi.
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa mereka berada
dalam kondisi yang membuat mereka aman untuk ditangani oleh
semua personel yang mungkin datang ke dalam kontak dengan
mereka selama transit dan penanganan berikutnya.
Tingkat dekontaminasi tergantung pada jenis peralatan medis
dan prosedur tertentu. Tingkat dekontaminasi adalah:
1. Pembersihan.
2. Pembersihan diikuti dengan desinfeksi.
3. Pembersihan diikuti dengan sterilisasi.
4. Toleransi panas, tekanan, kelembaban atau kimia
masingMmasing peralatan.
5. Pengadaan peralatan pengolahan.
6. Risiko yang terkait dengan proses dekontaminasi.
7. Sifat fisik dari peralatan tersebut, misalnya ukuran
Metode dekontaminasi yang paling tepat tergantung pada
banyak faktor termasuk:
1. Instruksi dari produsen, instruksi tersebut diperoleh pada
saat acceptance test.
2. Sifat dari kontaminan.
3. Penggunaan maksimal dari masingMmasing peralatan
Klasifikasi Resiko Infeksi dihubungkan dengan dekontaminasi
peralatan medis yang dibutuhkan teridiri dari risiko tinggi,
sedang dan rendah sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.1
Risiko Penerapan pada Rekomendasi
Tinggi Alat yang digunakan dekat dengan kulit Sterilisasi
yang luka atau selaput lendir. Alat yang
masuk ke tubuh bagian
steril.
Menengah Alat yang kontak dengan selaput lendir Sterilisasi atau
Terkontaminasi dengan organisme desinfeksi
berbahaya atau mudah menular
sebelum digunakan pada pasien
29
immunocompromised
Rendah Alat yang kontak dengan kulit yang Pembersihan
sehat
Alat yang tidak kontak dengan pasien
4.6 Pemeliharaan
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di
fasilitas pelayanan kesehatan serta memerlukan biaya
pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis
agar aman, bermutu dan laik pakai. Adanya pemeliharaan peralatan
medis diharapkan juga akan memperpanjang usia pakai peralatan
medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari
perencanaan yang memadai, manajemen dan pelaksanaan.
Perencanaan mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas
dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis
harus berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan
kesehatan meningkat.
Adalakanya dalam masa penggunaan, peralatan medis
berkurang, tidak sesuai lagi kinerjanya atau tidak dapat digunakan,
diperlukan adanya perbaikan untuk mengembalikan fungsi
30
peralatan medis tersebut.
Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori
utama yaitu :
1. Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
2. pemeliharaan korektif / Corrective Maintenance (CM)
34
langsung.
1 Tidak Peralatan yang ECG
berhubungan tidak simulator,
dengan berhubungan office
pasienk dengan pasien, equipment,
peralatan peralatan
pengujian dapur, UPS.
38
fisik dan manusia serta pada tingkat kepentingan
permintaan perbaikan tertentu. Untuk kasus dengan
prioritas yang tinggi, misalnya, perbaikan tingkat
peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih. Jika
lebih banyak waktu tersedia, perbaikan tingkat modul
atau komponen mungkin layak dilakukan. Jika
perbaikan tingkat komponen yang diusulkan, mungkin
diperlukan penggantian blok/bagian. Untuk
pendekatan ini, ada beberapa pilihan yang dapat
diambil. Penggantian dapat dilakukan pada bagian
khusus dari produsen, pada bagian dengan spesifikasi
yang sama atau lebih tinggi (sekering misalnya), atau
dengan menggunakan suku cadang bekas dari
peralatan yang nonMfungsional (hanya setelah
penilaian risiko menyeluruh dan ijin dari Kepala
Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan
pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau pihak lain
yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan
bahwa peralatan memberikan kinerja sesuai desain
spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh pabrikan.
Dalam hal demikian, perlu untuk berkomunikasi
dengan pengguna peralatan dan memeriksa
lingkungan kerja untuk menentukan mengapa
peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat
dijelaskan, faktor lingkungan harus dimasukkan ke
dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis
yang membutuhkan daya listrik dapat terpengaruh
oleh masalah catu daya. Idealnya, daya listrik harus
memiliki tegangan yang stabil (nilai yang sesuai)k
bebas dari distorsi transien, seperti lonjakan
tegangan, surge atau mati, dan dapat diandalkan
dengan hanya kejadian hilangnya daya yang jarang
terjadi. Tenaga teknis harus berkolaborasi dengan
mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya
listrik dalam organisasi pelayanan kesehatan untuk
membantu fungsi sistem seefektif mungkin. Ini
mungkin termasuk pembelian regulator tegangan,
39
menginstalasi catu daya listrik yang tak terputus
(UPS), menggunakan pelindung lonjakan gelombang
listrik, dan menghindari sumber daya tambahan yang
mengarah ke kabel/tusuk kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja
dengan staf IPSRS lainya untuk memastikan bahwa
generator cadangan fungsional bekerja baik dan
bahwa peralihan ke sumber daya tambahan disetel di
bawah 10 detik. Alternatif lain mungkin untuk
memilih dan membeli peralatan yang dioperasikan
dengan baterai. Ketika mempertimbangkan untuk
memperoleh peralatan baru, juga penting untuk staf
elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya
listrik akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari
bagaimana peralatan medis yang berinteraksi dengan
sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem
vakum, kontrol temperatur dan sistem ventilasi,
penyediaan air, teknologi informasi dan infrastruktur
komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus
berkolaborasi dengan orang lain dalam organisasi
untuk mengoptimalkan kemampuan sistem utilitas
untuk mendukung peralatan medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu
tinggi dan kelembapan, dapat berpengaruh buruk
pada peralatan medis yang dirancang untuk
digunakan di daerah beriklim sedang atau lingkungan
terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan
juga mungkin memainkan peran dalam kegagalan
peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan
menurunkan dan mungkin menjadi kelebihan beban
dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua
pasti telah dibangun berdasarkan standar yang lebih
tua. Bahkan fasilitas barupun mungkin tidak
memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena
itu, perlu dikaji kesiapan infrastruktur utilitas untuk
memastikan fasilitas tersebut berfungsi secara
memadai.
40
4.6.2.2 Inspeksi dan Penggunaan pada Pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan
kinerja dan keselamatan adalah penting, dan dalam
beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan.
Kegiatan ini akan mengukur kinerja peralatan dan
memungkinkan untuk setiap pengaturan yang
diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan
secara penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan
dapat dikembalikan untuk digunakan dalam layanan
pasien.
4.6.3 Pelaporan
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasanya memiliki daftar rinci
untuk diikuti guna merekam hasil. Memiliki checklist seperti
itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk setiap langkah
dalam proses IPM dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap
langkahMlangkah tertentu. Merekam pengukuran dan
mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan pernyataan
‘laik/tidak laik’ atau dengan skoring) membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa depan,
termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi
mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu
dan biaya untuk tindakan tersebut.
41
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat
kesehatan dengan kriteria :
1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau
kalibrasi.
2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau
kalibrasi telah habis.
3. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau
kinerjanya atau keamanannya tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan
tanda masih berlaku.
5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi,
walaupun sertifikat dan tanda masi berlaku.
6. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut
hilang atau rusak, sehingga tidak dapat memberikan
informasi yang sebenarnya.
45
sama adalah Rp. 78.000.000,
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator : Usia Teknis – Usia Pakai
=16.064 – 9.480 =
5.584 Jam.
46
Keuangan/Kabag Sekretariat.
1. Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat
kerja, tool set, alat kerja mekanik, alat ukur, protap
pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO
pemeliharaan dan lembar kerja, SPO perbaikan dan
lembar kerja, operation manual, service manual,
schematic/wiring manual, formulir laporan.
2. Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari :
1) Pemantauan Fungsi
2) Pemeliharaan berkala (pemeliharaan secara
internal, pemeliharaan secara
out sourching, pemeliharaan secara KSO).
3) Perbaikan alat yang mengikuti protap yang telah
disusun
3. Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi
dengan pelaporan yang dapat dimengerti, baik oleh
pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit
pelayanan terkait. Jenis laporan antara lain :
1) Kartu pemeliharaan alat.
2) Catatan pemeliharaan alat.
3) Laporan kerja pemeliharaan preventif.
4) Laporan kerja pemeliharaan korektif.
5) Laporan hasil pemantauan fungsi.
6) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku
cadang.
4. Pembinaan teknis kepada operator, meliputi :
1) Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah
pemeliharaan harian. Tugas ini diserahkan kepada
pengguna berupa melakukan pembersihan alat
bagian luar dan dilaksanakan setiap hari sebelum
alat digunakan untuk pelayanan.
2) Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus
memperhatikan keselamatan bagi pasien, petugas
dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang
47
dapat terjadi,seperti bahaya listrik, radiasi,
mekanik, bahaya akan bahan kimia.
4.7.2 Vigilance
Vigilance (kewaspadaan) adalah mengacu pada insiden
yang dapat terjadi dengan peralatan medis, ketika peralatan
medis tersebut tidak berfungsi sebagaimanan mestinya,
sehingga dapat menyebabkan cedera atau kematian. Apabila
insiden peralatan medis terjadi di unit pelayanan, maka unit
pelayanan tersebut wajib melaporkan kepada IPSRS dan lalu
dilanjutkan pelaopran nya ke produsen alat serta
48
mendokumentasikannya, sesuai format yang telah
ditetapkan.
Produsen peralatan medis bertanggung jawab merespon
insiden yang terjadi pada alat serta wajib mengambil
langkahWlangkah perbaikan. Apabila insiden melibatkan
lebih dari 1 alat dengan produsen yang berbeda,
masingWmasing produsen wajib membuat laporan kepada
Badan yang berkompeten yang ditunjuk pemerintah.
Badan yang berkompeten memonitor laporan yang dibuat
produsen. Jika diperlukan melakukan pendampingan
kepada produsen dalam mengambil tindakan perbaikan.
Untuk mengantisipasi serta meniminalkan terjadinya
insiden yang serupa, perlu dilakukan diseminasi kepada
pihak terkait.
Tujuan vigilance peralatan medis adalah untuk
melindungi peralatan medis dan keselamatan pasien dan
petugas, dievaluasi untuk mencegah terulangnya insiden,
menentukan efektivitas tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan dan pemantauan.
Kriteria Laporan Insiden yang harus disampaikan oleh
Produsen kepada Badan yang berwenang
1. Hal yang terjadi karena :
Terjadinya kerusakan atau penurunan
karakteristik atau kinerja..
Memberikan bacaan hasil yang tidak akurat
Menyebabkan terjadnya efek samping yang tidak
diduga sebelumnya.
Menyebabkan terapi yang tidak tepat
Terjadinya kerusakan, misal adanya kebakaran di
peralatan medis tersebut.
Adanya ketidaktepatan penandaan, instruksi dan
atau bahan yang dipromosikan.
2. Peralatan medis tersebut diduga sebagai penyebab
insiden.
Pendapat dari tenaga kesehatan, berdasarkan bukti
yang ada.
Hasil penilaian awal oleh Produsen sendiri
terhadap kejadian tersebut.
Adanya insiden serupa yang terjadi sebelumnya.
49
Adanya data kejadian peralatan medis tersebut
yang dimiliki oleh Produsen.
3. Menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
Menyebabkan kematian pasien, pengguna, atau
orang lain.
Menyebabkan cedera yang mempengaruhi kondisi
kesehatan pasien, pengguna atau orang lain.
Laporan insiden biasanya tidak diperlukan pada kondisi :
1. Kondisi peralatan medis yang tidak memadai pada
saat akan digunakan, misal sudah terbuka ` diketahui
dalam kondisi tidak steril.
2. Kondisi kesehatan pasien yang memang sudah bisa
diprediksikan, sebelum peralatan medis tersebut
digunakan pada pasien. Apabila pasien meninggal,
harus dipastikan bahwa bukan disebabkan peralatan
tersbut.
3. Peralatan medis tersebut melewati usia pakai dan usia
pemeliharaan.
4. Adanya pengamanan/alarm peralatan medis yang
berfungsi menginfomasikan tidak berfungsinya alat.
5. Peralatan medis yang akibat sampingannya sudah
bisa diperkirakan
50
4.8.1 Penarikan Peralatan Medis (Recall)
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pada suatu peralatan medis, bila tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu
produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh
produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.
Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa
penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan
mengembalikan peralatan medis ke pabrikan. suatu recall
kadangWkadang dapat berarti bahwa peralatan medis
perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki. Jika
peralatan medis yang bersifat implan (misalnya, alat pacu
jantung atau pinggul buatan) di recall, tidak selalu
peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.
Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi
terjadi kegagalan tak terduga, perusahaan sering
memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar
mendiskusikan risiko melepas peralatan tersebut
dibandingkan dengan risiko bila tetap menggunakannya.
Contoh jenisWjenis tindakan yang dapat dianggap Recall :
1. Memeriksa peralatan medis terhadap masalah
2. Perbaikan peralatan medis
3. Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
4. Pelabelan ulang peralatan medis
5. Menghancurkan peralatan medis
6. Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah
pada peralatan medis.
7. Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat
penggunaan peralatan medis.
KadangWkadang perusahaan memiliki kecurigaan pada
sekelompok produk, tetapi tidak dapat memprediksi
peralatan medis yang bermasalah secara individu. Untuk
menjamin keamanan penggunaan alat kesehatan,
perusahaan dapat melakukan Recall terhadap seluruh
model, atau produk sejenis.
Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal
tergantung tingkat masalah yang terjadi. Koreksi adalah
51
mengatasi masalah peralatan medis di tempat alat
kesehatan tersebut digunakan atau dijual. Sedangkan
removal adalah mengatasi masalah peralatan medis dengan
menarik alat kesehatan tersebut dari peredaran.
Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di rumah sakit
ditentukan oleh Standar Prosedur Operasional yang telah
ditetapkan
BAB V
DOKUMENTASI
53
Setiap kegiatan pemeliharaan preventive yang dilakukan oleh teknisi
elektromedik harus dicatat pada lembar kerja pemeliharaan dan
juga pada alat medis di tempel stiker pemeliharaan.
3. Stiker kalibrasi dan sertifikat kalibrasi
Stiker dan sertifikat kalibrasi ini digunakan untuk membuktikan
bahwa suatu alat sudah atau belum dikalibrasi. Stiker dan sertifikat
kalibrasi ini hanya diberikan oleh BPFFK atu pihak ketiga.
54