Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan,baik di rumah sakit maupun
di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.Guna mencapai kondisi
maupun fungsi peralatan kesehatan yang baik serta dapat
mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan
peralatan kesehatan yang terpadu.Siklus peralatan kesehatan
dibedakan sebelum masuk ke fasilitas pelayanan Kesehatan (pre-
market) dan setelah masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
(postmarket).
Pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
(postmarket),diawali sejak perencanaan (didahului dengan penilaian
teknologi dan evaluasi peralatan kesehatan yang ada), pengadaan,
penerimaan, pengoperasian, pemeliharaan dan penghapusan.
Termasuk di dalamnya adalah ada proses inventarisasi,
dekontaminasi, surveilens dan vigilance serta recall. Hal ini dapat
Dilihatpada Gambar 1.1. Semua pihak yang terkait dengan
pengelolaan peralatan kesehatan diharapkan dapat memahami dan
melaksanakannya sesuai dengan bidang tugas masing - masing.

Gambar 1.1 Siklus Peralatan Alat Kesehatan


Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik, instalasi
pemeliharaan sarana rumah sakit menyusun “Panduan Pengelolaan
Peralatan Kesehatan”
Panduan ini diharapkan dapat memberikan arahan dalam
pengelolaan peralatan kesehatan sehingga dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien.

1
1.2 Maksud dan tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud Penyusunan “ Panduan Pengelolaan Peralatan Kesehatan“
ini adalah memberi acuan langkah dan tindakan yang diperlukan
dalam pengelolaan peralatan kesehatan mulai dari perencanaan,
pengadaan, instalasi dan penerimaan, penggunaan, pemeliharaan
dan penghapusan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya panduan ini adalah :
1. Manajemen dan penanggung jawab atau pengelola unit pelayanan,
teknisi serta operator di rumah sakit mampu melakukan
pengelolaan peralatan dengan baik sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya masing-masing.
2. Memastikan tersedianya peralatan kesehatan yang aman, bermutu
dan laik pakai serta efisien di rumah sakit sehingga
meminimalkan risiko yang terkait dengan penggunaan peralatan
kesehatan tersebut.
1.3 Landasan hukum
1. Undang Undang No.36 tahun 2009 Tentang kesehatan
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 54 tahun 2015 tentang
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan R.l. Nomor: 1191 / Menkes / Per /
VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
6. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 161 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur nomor 142 Tahun
2013 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1190 / MENKES / PER / VIII
/ 2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8/2011
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat
SinarMX Radiologi Diagnostik dan Intervension.
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9/2011
tentang Uji Kesesuaian Pesawat SinarMx Radiologi Diagnostik dan
2
Intervensional

BAB II
DEFINISI OPERASIONAL

2.1 Peralatan Kesehatan


Instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.

2.2 Peralatan Medis


Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan pada
pedoman ini adalah yang memerlukan kalibrasi,
pemeliharaan, perbaikan, pelatihan pengguna, dan
dekomisioning. kegiatan biasanya dikelola oleh para tenaga
teknis (elektromedis/clinical engineer). Peralatan medis
digunakan untuk tujuan diagnosis tertentu dan pengobatan
penyakit atau rehabilitasi setelah penyakit atau luka yang
dapat digunakan baik sendiri atau bersamaan dengan
aksesori, bahan operasional, atau bagian lain dari peralatan
medis. Peralatan medis di pedoman ini tidak termasuk
implan, peralatan sekali pakai atau disposabel.
Peralatan medis adalah peralatan yang digunakan untuk
keperluan terapi, rehabilitasi dan penelitian medik, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

2.3 Penilaian Teknologi (Health Technology Management)


Analisa untuk menentukan jenis dan teknologi peralatan kesehatan
yang dipilih di antara beberapa pilihan teknologi peralatan kesehatan
untuk memenuhi pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.

2.4 Pemeliharaan
Suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif yang
dilakukan untuk menjaga peralatan medis bermutu, aman dan laik
pakai.

3
2.5 De commissioning/Penghapusan
Tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan
menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang dan atau
Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya.

2.6 Pengujian
Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan
pengukuran satu atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk,
proses, output untuk membandingkan hasil pengujian dari alat ukur
dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan
sifat ukurnya atau menentukan besaran atau kesalahan
pengukuran.

2.7 Kalibrasi
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang
ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran atau
besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan besaran
yang sebenarnya dari besaran yang diukur.

2.8 Standar Prosedur Operasional


Suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk
yang mencakup halMhal dari operasi yang memiliki prosedur pasti
atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya.

2.9 Uji Fungsi


Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji
bagianMbagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis
saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja
dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen dan keluaran. Uji
fungsi dilaksanakan sebelum alat diterima oleh Panitia Penerima
Barang.

2.10Uji Keselamatan

4
Uji keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan
terhadap produk untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya
yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan produk tersebut.

2.11Uji Coba
Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagianMbagian alat
dengan beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi
dilakukan dengan hasil baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator
yang telah dilatih, untuk membiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
pemakaian.

2.12Recall
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatu peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada
penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari peredaran, akan
diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah
produk tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.

2.13Izin Produksi
Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.

2.14Izin Edar
Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan,
yang akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah
Republik Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu,
keamanan dan kemanfaatan.

2.15Izin Distribusi
Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu
yang bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang
didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan
sesuai tujuan penggunaannya.

2.16Teknologi Kesehatan
5
Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk peralatn
kesehatan, obatMobatan, vaksin, prosedur dan sistem yang
dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan
meningkatkan kualitas kehidupan.

2.17Pra Instalasi
Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk
instalasi alat.

2.18Instalasi Alat
Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan,
pemasangan, penyetelan, adjustmen, pengukuran keluaran sampai
alat berfungsi baik.

2.19Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual, kelengkapan dan
kinerja alat.

2.20Spesifikasi
Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem,
fungsi, aksesori, keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu
alat

2.21Penyedia/Rekanan
Perusahaan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk
melaksanakan pengadaan barang dan jasa.

2.22Sertifikat Pengujian dari Pabrik


Sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat alat sebagai bukti
bahwa alat yang diproduksi telah lulus pengujian pabrik, meliputi :
keluaran (output), fungsi dan keselamatan.

2.23Buku Petunjuk
Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang
didistribusikan, meliputi : petunjuk operasional, petunjuk instalasi
dan petunjuk pemeliharaan dalam bahasa Negara pembuat, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia.
6
2.24Rangkaian Diagram
Gambar rangkaian yang menunjukkan tata letak komponen dan
hubungan kabel/printed circuit antar komponen/blok komponen
suatu alat. Dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat teknologi
dan melakukan identifikasi/melacak kerusakan dan perbaikan.

2.25Suku Cadang
Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami kerusakan
setelah jangka waktu tertentu dan direkomendasikan harus
disediakan.

2.26Bagian atau Komponen Utama Alat


Bagian dari unit utama yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan.

2.27Aksesori
Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan
harus lengkap pada saat penyerahan peralatan

2.28Aksesori Tambahan
Kelengkapan fungsi tambahan untuk meningkatkan kinerja atau
fungsi alat.

2.29Sarana
Bangunan/ruangan yang diperlukan untuk penempatan dan instalasi
alat.

2.30Prasarana
Prasarana Kesehatan adalah benda maupun jaringan/instalasi yang
membuat suatu bangunan/ruangan yang ada di fasilitas pelayanan
kesehatan bisa berfungsi dengan tujuan yang diharapkan.

2.31Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan
ruang melalui pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi dengan cara
fisik dan kimiawi.

7
2.32Pembersihan
Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma
dan bahan organik tapi tidak selalu menghancurkan sama sekali.
Pengurangan kontaminasi mikroorganisma tergantung pada banyak
faktor, termasuk efektivitas dari proses pembersihan. Pembersihan
penting dilakukan agar proses disinfeksi atau sterilisasi efektif.

2.33Desinfeksi
Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan fisik dan kimiawi dengan menggunakan cairan desinfektan.

2.34Desinfektan
Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan
kimia bersifat toksik yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme.

2.35Sterilisai
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora dengan cara fisik dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator.

2.36Kontaminasi
Adanya zat pengotor atau pencemaran benda mati atau material
hidup yang merupakan bahan berbahaya, yang tidak diinginkan yang
berpotensi menular atau lainnya. Kemungkinan besar berupa bahan
organik dan zat menular, juga dapat berupa zatMzat yang tidak
diinginkan lainnya misalnya residu kimia, bahan radioaktif, produk
degradasi, bahan kemasan dll. Kontaminasi tersebut menyebabkan
pengaruh yang merugikan fungsi perangkat kesehatan dan dapat
ditularkan ke orang selama pemrosesan, penggunaan atau
penyimpanan peralatan kesehatan.

2.37Panitia Penerima Barang


Panitia yang dibentuk pejabat yang berwenang, yang bertindak untuk
dan atas nama instansi dalam melakukan kegiatan pemeriksaan,
penelitian dan penerimaan barang sesuai ketentuan dalam kontrak.

8
2.38Masa Pemeliharaan Peralatan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh teknisi penyedia peralatan
kesehatan/rekanan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kontrak),
dengan tujuan agar peralatan selama masa pemeliharaan selalu
dalam kondisi baik dan laik pakai. Jadwal pemeliharaan tiap alat
mengikuti petunjuk pemeliharaan dari pabrik, disesuaikan dengan
jenis dan tingkat teknologi alat.

2.39Masa Garansi
Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana
pihak penyedia peralatan kesehatan/rekanan masih
bertanggungjawab terhadap perbaikan/penggantian peralatan
kesehatan yang mengalami kerusakan akibat kesalahan teknis alat
dan bukan akibat kesalahan operator/user dan atau kesalahan catu
daya.

2.40Kondisi Fisik
Kondisi alat yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi
adanya keretakan, penyok, bengkok, lecet, patah dan lain-lain.

9
BAB III
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan adalah terhadap semua unit yang


menggunakan peralatan medis di RSUD Tarakan.
Sistem pengoperasian dan pemeliharaan peralatan medis yang
digunakan di unit-unit pelayanan seperti :
1. Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Radiologi
5. Fisioterapi
6. Kamar operasi
7. Intensive Care Unit
8. Pediatric Care Unit
9. Neonate Care Unit
10. Cardiac Vascular Care Unit
11. Cardiac Thorax Care Unit
12. Intermediate Ward
13. Hemodialisa
14. Kamar bersalin
15. Perinatologi
16. Laboratorium

10
BAB IV
TATALAKSAN

4.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan
terkait jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan
kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan,
perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang
mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana.
Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk
penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan medis
secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan perencanaan dan pengadaan peralatan medis adalah :
1. Diperolehnya kebutuhan jenis, spesifikasi teknis dan jumlah
peralatan medis.
2. Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis, fungsi, aksesori.
3. Diperolehnya perbandingan harga peralatan medis.
4. Diperolehnya perbandingan biaya pemeliharaan selama usia
teknis.
5. Diperolehnya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik
pakai.
Untuk menjamin keselamatan pasien, manajemen dituntut
dalam proses perencanaan dan pengadaan peralatan medis yang
komprehensif dan berkesinambungan, untuk mendapatkan
perencanaan dan pengadaan yang berkesinabungan dibutuhkan
komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan data
kinerja peralatan yang telah dimiliki dan informasi terbaru jenis
peralatan medis yang beredar. Kinerja peralatan yang telah dimiliki
11
diperoleh dari data dokumentasi pemanfaatan dan pemeliharaan
peralatan. Informasi peralatan medis yang beredar diperoleh dari
referensi dari publikasi produsen atau distributor, website, rumah
sakit lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu diperhatikan
ijin edar peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula
informasi sertifikasi/pengakuan dari FDA dan CE, spesifikasi,
aksesori, fungsi dan keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku
cadang, harga, jaminan purna jual dan legalitas izin edar peralatan
medis di Indonesia.
Perencanaan peralatan medis tertentu membutuhkan
perencanaan kebutuhan ruangan untuk penempatan peralatan
medis, tenaga medis dan pasien serta instalasi medik meliputi
kelistrikan, gas medik, sarana. Untuk peralatan tertentu seperti
peralatan radiologi, radioterapi dan MRI membutuhkan kekhususan
perencanaan ruangan dan instalasi medik sesuai dengan persyaratan
terkait dengan jenis peralatan dan peraturan
perundangMundangan. Dalam merencanakan desain ruangan dan
instalasi medik memperhatikan kebutuhan pengembangan pelayanan
dan pesatnya kemajuan teknologi kesehatan.
Perencanaan peralatan medis di fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan keterlibatan tenaga teknis peralatan medis, tenaga
medis, keperawatan, tenaga teknis sarana dan prasarana dan
manajemen. Ruang lingkup kegiatan perencanaan meliputi penilaian
kebutuhan, penentuan prioritas pengadaan dan penganggaran

4.1.1 Penilaian Kebutuhan


Penilaian kebutuhan (need assessment) adalah proses
untuk menentukan dan mengatasi kesenjangan antara situasi
atau kondisi saat ini dengan situasi atau kondisi yang
diinginkan. Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis
dan merupakan bagian dari proses perencanaan peralatan
medis yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan atau memperbaiki kekurangan pelayanan
kesehatan.
Penilaian kebutuhan peralatan medis pada dasarnya
dimaksudkan untuk pemenuhan standar peralatan medis
sesuai kemampuan/klasifikasi rumah sakit, penggantian
peralatan medis dan pengembangan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.
12
Penggantian peralatan medis selain dilakukan karena faktor :
1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Biaya pemeliharaan yang tinggi (batas biaya
pemeliharaan)
4. Ketersediaan suku cadang
5. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
Pelaksanaan penilaian kebutuhan peralatan medis diatur
dalam standar prosedur operasional memuat :
1. Peran para pihak terkait pengguna (dokter, perawat,
keteknisian medik dan keterapian fisik), tenaga teknis
pemelihara dan manajemen rumah sakit.
2. Mekanisme pengajuan kebutuhan dari instalasi rawat
inap atau rawat jalan dan instalasi penunjang medik
kepada direktur rumah sakit yang bertanggung jawab di
bidang peralatan.
3. Proses pengkajian oleh tim perencanaan kebutuhan
peralatan medis dan selanjutnya.
4. Rekomendasi pemenuhan peralatan medis.

Dalam melakukan penilaian kebutuhan peralatan medis, tim


perencanaan kebutuhan peralatan membutuhkan data dan
informasi sebagai berikut :
1. Inventori peralatan medis meliputi jenis, spesifikasi,
jumlah, harga, tahun pengadaan dan kondisi peralatan
medis.
2. Kualitas peralatan: data pemeliharaan meliputi
frekuensi kerusakan, lama perbaikan, suku cadang,
biaya pemeliharaan.
3. Kinerja peralatan : data pemanfaatan dan kapasitas alat
sesuai spesifikasi.
4. Keamanan peralatan : data vigillance meliputi frekuensi
insiden, akibat yang ditimbulkan, publikasi vigilance.
5. Sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga
pengguna dan pemelihara serta kompetensinya
pengguna yang akan mengoperasikan.
6. Informasi harga peralatan medis dengan spesifikasi
yang sama dari berbagai produsen/distributor termasuk

13
biaya pemeliharaan, ketersediaan suku cadang dan
jaminan purna jual (respond time, lama perbaikan).
7. Data dan informasi penunjang lainnya seperti kesiapan
ruangan, listrik dan air.
Perhitungan peralatan medis untuk pemenuhan sesuai
standar, jenis dan jumlah peralatan medis harus
memperhatikan kemampuan layanan berdasarkan klasifikasi
rumah sakit dan ketersediaan jumlah dan kompetensi SDM
yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan jenis dan volume
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pada rumah sakit yang telah operasional, perhitungan
peralatan untuk pemenuhan standar dibutuhkan data
inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan seperti IGD, ICU,
NICU, Rawat Jalan, Rawat Inap, Penunjang Medik dan unit
pelayanan lainnya.
Jenis, jumlah yang ada, kapasitas alat, pemanfaatan,
estimasi peningkatan pelayanan, kebutuhan.
1. Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan
peralatan medis setiap harinya baik dari catatan rekam
medik atau melalui penelitian, bilamana utilisasi /
penggunaan peralatan medis cukup tinggi, maka
diperlukan tambahan peralatan medis baru.
2. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan
kesehatan, artinya diperlukan penambahan peralatan
baru dengan teknologi generasi terbaru untuk
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan.
3. Menelaah ketersediaan peralatan medis tersebut
apakah sudah tersedia di fasilitas kesehatan atau
rumah sakit lain yang dekat dengan rumah sakit.
4. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan
kesehatan dan peralatan dengan teknologi generasi
lama. Health Technology Management, jumlah pasien,
perhitungan ekonomi, SDM

Dalam penilaian teknologi peralatan perlu


dipertimbangkan juga Life cycle cost (LCC) sebagai salah satu
instrument penilaian, selain Ijin Edar perlu diperhatikan
adanya persetujuan Food and Drug Administration (FDA) dari
Amerika Serikat, Conformité Européenne (CE) dari Uni Eropa.
14
Life cycle cost (LCC) adalah total biaya keseluruhan
peralatan, termasuk biaya pembelian, pengoperasian,
pemeliharaan, pengalihan dan/atau penghapusan. LCC
adalah total perkiraan biaya dari awal sampai penghapusan,
yang dihitung melalui biaya per tahun serta memperhatikan
nilai waktu dari uang.
Tujuan LCC analisis adalah pendekatan memilih biaya
yang paling efektif dari serangkaian alternatif untuk menekan
biaya pada jangka waktu tertentu peralatan. LCC merupakan
model ekonomi selama masa dari peralatan tersebut dipakai,
dipelihara, dihapus, biasanya sebesar 2M20 kali lebih
besar dari biaya pengadaan awal. Keseimbangan antara
unsurMunsur biaya dicapai ketika total LCC bisa
diminimalkan.
LCC membantu :
1. Bagian perencanaan, yang ingin meminimalkan biaya
modal
2. Bagian Pemeliharaan, yang ingin meminimalkan lamanya
perbaikan
3. Pengguna,yang ingin memaksimalkan waktu
Operasional peralatan dan menghindari
kegagalan/insiden peralatan
4. Bagian Keuangan, yang ingin memaksimalkan Net
Present Value (NPV, Selisih antara penerimaan dengan
pengeluaran / biaya selama umur investasi)
5. Pemilik Rumah Sakit, yang ingin meningkatkan
pendapatan

4.1.2 Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan, penggantian
atau pengembangan, peralatan medis disesuaikan dengan
kebutuhan peralatan medis. Adapun sumber anggaran nya
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dan
BLUD.
Seluruh sumber anggaran di atas, untuk memenuhi
kebutuhan pemenuhan dan penggantian peralatan dalam
pelayanan kesehatan harus masuk di dalam perencanaan
atau RAB (rencana anggaran belanja) Rumah sakit setiap
tahunnya.
15
4.1.3 Prioritas Pemenuhan Kebutuhan
Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan peralatan
medis dapat direalisasikan semuanya, keterbatasan anggaran
menjadi kendala dalam pemenuhan tersebut dikarenakan
pendapatan rumah sakit memiliki kemampuan yang terbatas,
maka perencanaannya difokuskan kepada peralatan medis
prioritas yang disesuaikan dengan kriteria pada setiap rumah
sakit diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tingkat utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian
peralatan medis pada pelayanan. Hal ini terkait dengan
terhadap banyaknya kebutuhan peralatan tersebut
sehingga akan berpengaruh pada tingkat pelayanan dan
penghasilan dari rumah sakit
2. Brand Image rumah sakit
Beberapa peralatan medis dapat diasosiakan terhadap
pencitraan yang positif oleh masyarakat. Peralatan medis
dengan jenis tertentu, canggih dan peralatan dengan
teknologi terkini diyakini dapat mendorong nilai jual
(marketable) seperti CTMScan, MRI, USG 4 Dimensi, dll.
3. Pelayanan unggulan
Setiap rumah sakit pasti memiliki program pelayanan
unggulan yang merupakan suatu kelebihan dibanding
dengan rumah sakit lainnya. Pelayanan unggulan
tersebut haruslah didukung dengan ketersedian
peralatan medis yang sesuai dengan tuntutan pelayanan
unggulan.
4. Peralatan Life support
Merupakan peralatan yang menopang hidup pasien,
tanpa peralatan ini pasien akan berdampak pada
kematian misalanya peralatan bantu pernapasan (alat
resusitasi, ventilator, Mesin Anaesthesi), baby incubator,
Peralatan kriteria ini haruslah selalu tersedia oleh rumah
sakit karena sangat terkait dengan keselamatan pasien
5. Kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana.
Beberapa peralatan medis di rumah sakit memerlukan
ruangan/tempat khusus dalam operasionalnya.
Bangunan/ruangan tempat peralatan medis berada
16
harus sudah dipersiapkan dan didesain sedemikian
rupa serta dilengkapi dengan prasarana seperti listrik,
air, gas medik, pembumian, sistem komunikasi, dan
lainM lain sesuai persyaratan. Hal ini agar pelayanan
kesehatan dapat dilakukan dengan baik serta untuk
keamanan petugas, pasien serta masyarakat dari risiko
peralatan medis, bahaya getaran, panas, bising atau
radiasi.

4.2 Pengadaan
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan
medis adalah penyusunan spesifikasi alat kesehatan, Spesifikasi
harus sesuai kebutuhan user/pelayanan. Spesifikasi yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Spesifikasi
terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak bisa berjalan
optimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Ketersediaan suku cadang.
2. Biaya operasional (listrik, bahan habis pakai).
3. Kebutuhan praMinstalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus,
perpipaan dan komponen pengaman/keselamatan).
4. Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
5. Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas)

4.2.1 Penyiapan Spesifikasi


Spesifikasi peralatan medis disusun memperhatikan
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
kesesuaian/perkembangan teknologi. Penyusunan spesifikasi
juga harus mempertimbangkan regulasi alat kesehatan di
Indonesia, yaitu peralatan medis yang beredar di Indonesia
serta mempunyai izin edar serta kesesuaian terhadap Standar
Nasional maupun internasional. Hal ini untuk memastikan
peralatan medis yang dipilih memiliki kualitas yang baik serta
sesuai dengan`ISO 13485 untuk pabrikan/produsen alkes
baik dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan khusus
untuk alat kesehatan luar negeri perlu dipertimbangkan
tambahan persyaratan yaitu harus sudah compliance dengan
CE Mark dan FDA.
17
Selain beberapa peralatan medis yang beredar di
Indonesia, dapat juga menggunakan perbandingan spesifikasi
dari lembaga riset independ baik nasional maupun
internasional, misalnya HPCS (Health Product Comparison
System) yang dikeluarkan oleh ECRI (emergency care research
institute).
Perbandingan spesifikasi dari HPCS sangat membantu
dalam menyusun spesifikasi sehingga spesifikasi yang
dihasilkan tidak mengarah tetapi sesuai dengan spesifikasi
yang diharapkan.

4.2.2 Langkah-langkah Penyusunan Spesifikasi


 Lakukan pengumpulan data spesifikasi peralatan medis
yang beredar di Indonesia.
 Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari
misalnya HPCS (Health Product Comparison System) yang
dikeluarkan oleh ECRI (emergency care research institute).
 Susun parameter spesifikasi alat kesehatan yang
dibutuhkan
 Masukan nilai masingMmasing parameter untuk setiap
jenis alat kesehatan yang ditawarkan sesuai kebutuhan
pengguna
 Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai
tertentu jika memiliki dasar yang kuat (justifikasi klinis)
terhadap pemilihan parameter tersebut.
 Hasil akhir spesifikasi yang dibutuhkan

4.2.3 Penyusunan HPS


Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE)
adalah harga barang dan/atau jasa yang dikalkulasi secara
keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggung
jawabkan meliputi:
1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi
barang/jasa diproduksi/diserahkan/ dilaksanakan,
menjelang dilaksanakannya Pengadaan Barang/Jasak
2. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara
resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
3. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara
resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang
18
dapat dipertanggung jawab
4. daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor tunggal
5. biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan
dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya
6. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan
dan/atau kurs tengah Bank Indonesia
7. hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang
dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain
8. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan
oleh konsultan
9. perencana (engineer’s estimate)
10. norma indeks dan atau informasi lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4.3 Instalasi dan Penerimaan Alat
Instalasi adalah proses pemasangan peralatan medis ke
tempatnya. Proses terkait lainnya adalah pengiriman, penyimpanan
dan penempatan barang yang dibeli ke lokasi yang diinginkan.
Untuk mendukung penggunaan peralatanmedis agar dapat
digunakan secara efisien, instalasi-instalasi tersebut mutlak harus
dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan juga untuk
menjaga asset dan keamanan rumah sakit dimana peralatan medis
digunakan untuk pelayanan kesehatan dan juga merupakan barang
yang cukup mahal.
Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses melalui
proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji coba dan uji
fungsi untuk memastikan bahwa peralatan medis itu sesuai dengan
spesifikasi dan kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan
dalam rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang bermutu,
aman dan laik pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah
diinstalasi bagi peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi
dan uji coba disertai pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil
penerimaan peralatan kesehatan dituangkan dalam berita acara
penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.3.1 Instalasi
Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan
pekerjaan pemasangan, yang meliputi:

19
1. pembukaan peti/koli (unpacking)
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi
atau pada ceiling
4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau
material praMinstalasi yang telah dipersiapkan
5. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau
pengujian keselamatan kerja
Instalasi peralaan harus mengacu pada petunjuk instalasi
dan gambar instalasi dari pabrik pembuat/distributor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu
instalasi alat adalah sebagai berikut:
1. Tidak menggangu kegiatan pelayanan di rumah sakit
atau instansi kesehatan lainnya.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan
ahli di bidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau
material praMinstalasi yang diakibatkan oleh instalasi
alat harus diperbaiki oleh pemasok/penyedia sehingga
kembali ke keadaan semula.
4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia
harus mengikutsertakan teknisi rumah sakit/fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai upaya alih teknologi

4.3.2 Penerimaan
Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses
melalui proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji
fungsi dan uji coba untuk memastikan bahwa peralatan
medis itu sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, berfungsi
dengan baik sebelum digunakan dalam rangka menjamin
tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik
pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis
setelah diinstalasi bagi peralatan medis yang mensyaratkan
instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi pengguna
dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis dituangkan dalam
berita acara penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

20
Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Telah selesai diinstalasi telah dilakukan pemeriksaan
fisik, instalasi dan uji fungsi
2. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
3. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai
program
Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung
jawab terhadap peralatan selama masa garansi.

4.3.2.1 Panitia atau Pejabat Penerima


Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh
PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima
hasil pekerjaan. Dalam hal pemeriksaan
Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis
khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk
membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan6.
Keanggotaan Panitia/Pejabat Penerima terdiri dari
unsur teknik, pengguna (user), manajemen dan petugas
administrasi barang

4.3.2.2 Proses Penerimaan Peralatan Medis


Proses penerimaan peralatan medis melalui 3 (tiga)
tahapan, yaitu :
1. Pemeriksaan Fisik
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik
alat,kelengkapan alat.Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk mengecek kesesuaian :
1) Merk, tipe/model, jumlah
2) Bagian/bagian alat
3) Aksesori yang dipesan
4) Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
a. Certificate of Origin
b. Test Certificate
c. Manual (operation, service, installation,
wiring/schematic diagram)

21
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja
alat sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai
dengan,standard keamanan dan standard dari
pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi sebagai berikut:
1) Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat
(tombol, saklar, indikator, putaran
motor,pengereman, dll)
2) Kinerja output
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap
hasil keluaran dari alat (missal: Xray,
temperature,putaran, energy, daya hisap,
sistem perekaman, dll). Pada pengujian
keluaran ini, supplier harus melakukan
pengukuran, dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan
setiap jenis alat.
3) Pengujian aspek keselamatan, meliputi :
a. Arus bocor
b. Impedansi kabel pembumian
c. Nilai tahanan hubungan pembumian
d. Radiasi bocor dan paparan radiasi
e. Anaesthesia gas scavenging sistem
f. Kesetimbangan/balancing
g. Sistem pengamanan tertentu
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia
haruslah menyediakan:
1) bahan operasional yang diperlukan untuk uji
fungsi
2) alat ukur yang diperlukan dan
3) tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji
fungsi dan peragaan alat

3. Pelatihan operator dan tenaga teknik (elektromedis)


Kegiatan pelatihan sebaiknya dilakukan setelah
uji fungsi dan sebelum kegiatan uji coba dilakukan,
1) Pelatihan operator meliputi:
a. Prosedur penggunaan alat yang benar dan
aman
22
b. Pengoperasian peralatan secara optimal
c. Pemeliharaan harian, penyimpanan alat
dan penggantian bahan habis pakai
d. Penyusunan standard operating procedur
(SOP)
2) Pelatihan teknisi/elektromedis meliputi:
a. Cara pengoperasian peralatan
b. Penjelasan fungsi masingMmasing bagian
alat
c. Mempelajari schematic diagram
d. Trouble shooting/mendeteksi kerusakan
e. Pengukuran dan kalibrasi
f. Pemeliharaan preventif
g. Penggantian suku cadang

4. Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan
dengan melakukan penggunaan langsung pada
pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses
uji fungsi dengan baik. Uji coba dilaksanakan oleh
operator yang telah dilatih untuk mebiasakan
penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam
waktu tertentu atau berdasarkan jumlah
pemakaian.

4.3.2.3 Masa Pemeliharaan Peralatan


Setelah uji fungsi alat mulai tahap masa
pemeliharaan. Pemeliharaan yang dimaksud terdiri
dari pemeliharaan berkala dan panggilan setiap saat
(on call service), yaitu dalam keadaan mendesak
teknisi penyedia/distributor harus bersedia
melakukan perbaikan setiap saat selama masa
pemeliharaan.
Ketentuan mengenai pemeliharaan pemeliharaan
meliputi jangka waktu pemeliharaan, periode
pemeliharaan untuk setiap alat dan jenis kegiatan
pemeliharaan.
23
Masa garansi adalah jangka waktu tertentu sesuai
ketentuan di dalam kontrak, dimanapihak penyedia
masih bertanggung jawab terhadap perbaikan dan
penyediaan suku cadang peralatan yang mengalami
kerusakan akibat kegagalan.
peralatan yang bukan diakibatkan oleh kesalahan
operator dan atau kesealahan pendukung lainya
seperti listrik rumah sakit. Masa garansi dihitung
sejak selesai dilakukan uji fungsi atau sejak
ditandatangani Berita Acara Penerimaan peralatan.
Ketentuan mengenai penerimaan alat tersebut dari
mulai instalasi, proses penerimaan (pemeriksaan fisik, uji
fungsi, pelatihan, uji coba), masa pemeliharaan dan garansi
harus dituangkan dalam dokumen pengadaan sehingga
akan diatur pada dokumen kontrak.

4.3.2.4 Langkah-langkah Setelah Penerimaan Alat


1. Pencatatan peralatan medis.
Semua perangkat baru akan ditempatkan pada
daftar aset peralatan oleh petugas atau staf yang
bertanggung jawab dan ditunjuk.
2. Pelabelan dan Pendokumentasian.
Melampirkan label yang sesuai, sebagai informasi
kepada tenaga kesehatan dan tenaga teknis bahwa
perangkat ini peralatan medis dalam kondisi baru
atau baru saja diterima dan penyesuaian oleh
pengguna mungkin diperlukan, memperingatkan
kepada pengguna bahwa peralatan medis tidak
boleh digunakan sampai adanya pelatihan bagi
pengguna dan tenaga teknis. Salinan manual
penggunaan peralatan medis baru juga akan
diberikan kepada pengguna dan tenaga teknis.
Selain itu, semua catatan mengenai penerimaam
peralatan medis baik itu asli maupun salinan
harus didokumentasikan secara terpusat. Harus
ada informasi siapa yang harus dihubungi apabila
terjadi kerusakan atau insiden.

24
3. Perencanaan pemeliharaan Preventif.
Semua pengguna dan tenaga teknis diberitahu
tentang prosedur pemeliharaan yang tepat,
termasuk waktu harus dilakukan pengujian,
kalibrasi dan perawatan peralatan medis.
4. Cara Penanganan peralatan medis.
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk
penanganan dan penyimpanan peralatan medis,
pentingnya memastikan semua aksesori lengkap
dan tersedia dan bimbingan tentang bagaimana
baterai internal harus diisi ulang.

4.4 Pengoperasian
Dalam kenyataan sehariMhari sering dikeluhan bahwa alat
rusak atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, namun
setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kerusakan atau keluhan
bukan disebabkan karena kerusakan fungsi alat tetapi adanya
setting yang tidak sesuai atau kesalahan operasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara
pengoperasian peralatan medis harus benarMbenar di pahami
dan pelajari, sehingga alat dapat digunakan secara benar dan
mengurangi keluhan kerusakan alat.
Kesalahan dalam pengoperasian suatu peralatan medis dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan, hasil pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan bahkan terkadang dikarenakan kesalahan
pengoperasian, harus dilakukan pemeriksaan ulang yang berakibat
adanya inefisiensi dan ketidakpuasan pelanggan. Agar halMhal yang
tidak diinginkan tersebut terjadi, maka ada beberapa prasyaratan
yang harus dipenuhi dalam pengoperasian suatu peralatan medis

4.4.1 Persyaratan Pengoperasian Peralatan Medis


Peralatan medis dapat berfungsi dengan baik apabila
dioperasikan dengan benar sesuai dengan prosedur,
pengoperasian peralatan medis dengan benar diharapkan
dapat memperpanjang umur peralatan dan mengurangi
tingkat kerusakan peralatan serta memperkecil biaya
operasional.
Prasyarat pengopersasian peralatan medis adalah
ketentuan yang harus di pertimbangkan dan menjadi
25
persyaratan agar peralatan medis dapat dioperasikan secara
aman dan benar. Pengoperasian peralatan medis adalah
langkah langkah yang dilakukan agar peralatan medis dapat
difungsikan dengan benar sesuai dengan prosedur.
Dalam mengoperasikan peralatan medis ada beberapa
ketentuan yang harus dipertimbangkan dan menjadi
persyaratan agar alat dapat dioperasikan secara aman dan
benar. Persyaratan pengoperasian mencakup seluruh aspek
yang berhubungan dengan pengoperasian peralatan yang
terdiri dari :
 Sumber daya manusia
 Kelengkapan alat/aksesori
 Bahan operasional
 Sarana pendukung
Sumber daya yang mengoperasikan peralatan harus
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk
mengoperasikan peralatan medis. UU No.44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit pada pasal 11 ayat 4 mengatakan
Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Hal ini di
tegaskan kembali pada pasal 16 ayat 5. Untuk mencapai hal
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis
pada saat pengadaan (dilakukan oleh distributor/agen).
2. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis
yang dilaksanakan oleh instansi lain dan pelatihan yang
dilakukan secara internal rumah sakit yang
bersangkutan.
3. Mempelajari operasional manual dan standar prosedur
pengoperasian peralatan medis.
Setiap alat dilengkapi dengan protap (Standard Operation
procedur /SOP), Pengoperasian alat harus sesuai protap.
Selain protap pengoperasian alat, harus dilengkapi pula
dengan protap pelayanan yang dimengerti dan dipahami oleh
seluruh petugas yang terlibat dengan kegiatan di unit
pelayanan tersebut.
Unit pelayanan yang mengelola alat harus menyiapkan
bahan operasional bagi setiap alat. Sehingga pengoperasian
26
alat dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
Sarana pendukung dalam rangka pengoperasian suatu alat
seperti misalnya: gas medis, catu daya listrik dll, harus
tersedia dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
pabrikan , maupun peraturan yang berlaku.
Dalam pengoperasian peralatan semua prosedur--prosedur
yang berhubungan dengan pengoperasian harus menjadi
perhatian. Langkah--langkah prosedur harus diikuti secara
berurutan mulai dari awal pengoperasian, pada saat mulai
terpasang ke pasien sampai alat dilepas dari pasien dan alat
dikembalikan ditempat semula.
Pengoperasian Peralatan medis dilakukan dengan langkah -
langkah sebagai berikut :
1. Persiapan Pengoperasian Peralatan Medis
Kegiatan persiapan pengoperasian peralatan medis
meliputi kegiatan:
 Pemeriksaan kelengkapan peralatan.
 Pemeriksaan fasilitas penunjang.
 Penyiapan bahan operasional.
Kegiatan persiapan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan masingMmasing peralatan dan kondisi peralatan,
dengan tujuan melakukan pengecekan kelengkapan
operasional dan fungsi serta untuk memastikan bahwa pada
saat itu peralatan medis siap dan laik untuk dioperasikan.
Sedangkan untuk kegiatan pemanasan peralatan medis
meliputi:
 Menghubungkan alat ke catu daya, memeriksa kondisi
baterai
 Menghidupkan alat
 Memeriksa peralatan dan tombolMtombol
 Mengatur posisi pengoperasian

2. Pelaksanaan Pengoperasian Peralatan Medis


Dalam pengoperasian peralatan medis, semua
prosedurMprosedur yang berhubungan dengan pengoperasian
harus menjadi perhatian. LangkahMlangkah prosedur harus
diikuti secara berurutan mulai dari awal pengoperasian, pada
saat mulai terpasang ke pasien sampai alat dilepas dari pasien

27
dan alat dikembalikan di tempat semula.
Dalam pelaksanaan pengoperasian peralatan medis,
perhatikan :
1. Protap pelayanan yang berlaku.
2. Hubungan antara peralatan medis dan pasien.
3. Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan.
4. Pengawasan terhadap fungsi dan suplier

3. Pengemasan dan Penyimpanan


Setelah peralatan medis selesai digunakan, dilakukan
kegiatan pengemasan/perapian, dimana kegiatan ini sangat
berpengaruh terhadap usia peralatan medis, kegiatan
pengemasan/perapian meliputi :
a. Mematikan peralatan medis sesuai prosedur.
b. Melepaskan hubungan peralatan medis dari catu daya.
c. Membersihkan peralatan medis maupun aksesories yang
habis dipakai.
d. Meletakan peralatan medis di tempatnya.
e. Mencatat beban kerja peralatan medis.
Pada UndangMundang Nomor 44 tahun 2009 Pasal 11 ayat
5 dikatakan antara lain pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana Rumah Sakit harus didokumentasi dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Hal ini
pun sejalan dengan standar dipersyaratkan dalam
akreditasi Rumah Sakit.

4. Dekontaminasi
Mikroorganisma banyak terdapat di lingkungan, termasuk di
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Hanya sedikit yang bersifat
pathogen, dimana mikroorganisma pathogen tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan pada tubuh yang rentan. Populasi
mikroorganisma meningkat dalam kondisi lembab, meskipun ada
juga yang bisa bertahan pada kondisi kering.
Pasien dan tenaga kesehatan beresiko mendapatkan infeksi
jika tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi. Infeksi
nosokomial dapat dicegah/diminimalkan dengan beberapa
strategi pencegahan infeksi yang tertuang dalam Program
pengendalian Infeksi nosokomial dan dikelola oleh Tim
Pengendali Infeksi. Salah satu strategi pencegahan infeksi adalah
28
dekontaminasi.
Semua peralatan medis yang digunakan baik di rumah sakit
dapat terkontaminasi secara biologi, kimia atau bahan radioaktif
yang dapat menimbulkan resiko bagi petugas dan pasien. Semua
peralatan medis dapat yang akan digunakan kembali, dipelihara,
diperbaiki, atau dimusnahkan harus menjalani dekontaminasi.
Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa mereka berada
dalam kondisi yang membuat mereka aman untuk ditangani oleh
semua personel yang mungkin datang ke dalam kontak dengan
mereka selama transit dan penanganan berikutnya.
Tingkat dekontaminasi tergantung pada jenis peralatan medis
dan prosedur tertentu. Tingkat dekontaminasi adalah:
1. Pembersihan.
2. Pembersihan diikuti dengan desinfeksi.
3. Pembersihan diikuti dengan sterilisasi.
4. Toleransi panas, tekanan, kelembaban atau kimia
masingMmasing peralatan.
5. Pengadaan peralatan pengolahan.
6. Risiko yang terkait dengan proses dekontaminasi.
7. Sifat fisik dari peralatan tersebut, misalnya ukuran
Metode dekontaminasi yang paling tepat tergantung pada
banyak faktor termasuk:
1. Instruksi dari produsen, instruksi tersebut diperoleh pada
saat acceptance test.
2. Sifat dari kontaminan.
3. Penggunaan maksimal dari masingMmasing peralatan
Klasifikasi Resiko Infeksi dihubungkan dengan dekontaminasi
peralatan medis yang dibutuhkan teridiri dari risiko tinggi,
sedang dan rendah sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.1
Risiko Penerapan pada Rekomendasi
Tinggi Alat yang digunakan dekat dengan kulit Sterilisasi
yang luka atau selaput lendir. Alat yang
masuk ke tubuh bagian
steril.
Menengah Alat yang kontak dengan selaput lendir Sterilisasi atau
Terkontaminasi dengan organisme desinfeksi
berbahaya atau mudah menular
sebelum digunakan pada pasien

29
immunocompromised
Rendah Alat yang kontak dengan kulit yang Pembersihan
sehat
Alat yang tidak kontak dengan pasien

Tabel 4.1 Klasifikasi Resiko


4.5 Inventarisasi
Inventori peralatan medis merupakan data detil peralatan medis
yang berkaian dengan aspek tenis maupun administrasi setiap
tipe/model peralatan medis. Inventori harus selalu dikelola/update
sehingga data yang terdapat dalam inventori merupakan kondisi
terkini
Inventori dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Technical assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah
dan status kondisi peralatan.
2. Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk
membantu penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran
pemeliharaan, perbaikan, dan penarikan kembali/recall.
3. Memberikan infomasi keuangan guna mendukungan penilaian
budget dan ekonomi

4.6 Pemeliharaan
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di
fasilitas pelayanan kesehatan serta memerlukan biaya
pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis
agar aman, bermutu dan laik pakai. Adanya pemeliharaan peralatan
medis diharapkan juga akan memperpanjang usia pakai peralatan
medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari
perencanaan yang memadai, manajemen dan pelaksanaan.
Perencanaan mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas
dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis
harus berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan
kesehatan meningkat.
Adalakanya dalam masa penggunaan, peralatan medis
berkurang, tidak sesuai lagi kinerjanya atau tidak dapat digunakan,
diperlukan adanya perbaikan untuk mengembalikan fungsi
30
peralatan medis tersebut.
Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori
utama yaitu :
1. Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
2. pemeliharaan korektif / Corrective Maintenance (CM)

IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk


memastikan fungsi peralatan dan mencegah kerusakan atau
kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan terjadwal yang diperlukan untuk
memastikan peralatan medis berfungsi dengan benar. Ini mencakup
pemeriksaan kinerja dan keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan
preventif,pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat
dilakukan tersendiri yang dijadwalkan pada interval tertentu.
Pemeliharaan preventif (PP) adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan secara terjadwal, untuk memperpanjang umur peralatan
dan mencegah kegagalan (yaitu dengan kalibrasi, penggantian bagian,
pelumasan, pembersihan, dll).
Pemeliharaan Korektif (CM) meruapakan kegiatan perbaikan
terhadap peralatan dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan
sesuai dengan kondisi awalnya. Ciri dari kegiatan CM adalah
biasanya tidak terjadwal, berdasarkan permintaan dari pengguna
peralatan atau dari personel yang melakukan kegiatan performing
maintenance.
4.6.1 Inspeksi dan Pemeliharaan Preventive (IPM)
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk
pemeliharaan peralatan akan dapat meningkatkan
meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar
berfungsi baik. Prosedur yang digunakan dalam melakukan
kegiatan IPM harus dilakukan sebelum pelaksanaan inspeksi
atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari
setiap jenis peralatan (atau model).
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga
teknik dari bagian Elektromedik/IPSRS. Dalam beberapa
kasus, bagaimanapun, tugasMtugas yang rutin dan mudah
untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini
menghemat waktu untuk personil teknis dalam
melakukan tugasMtugas teknis yang lebih kompleks dan
kritis dan juga membuat pengguna mempunyai perasaan
31
memiliki.
Jenis inspeksi yang mungkin dilakukan pengguna adalah
melakukan pemeriksaan sebelum digunakan atau
pemeriksaan harian. Contoh jika memungkinkan adalah
kalibrasi harian monitor glukosa darah, pengujian harian
defibrillator atau memeriksa kalibrasi peralatan laboratorium.
Ini adalah tanggung jawab bagian Elektromedik/IPSRS untuk
melatih pengguna dalam melakukan tugas ini, sehingga
pengguna mampu melakukan nya secara mandiri.
Ketika pada saat kegiatan IPM terdapat masalah pada
peralatan, perbaikan peralatan tersebut dapat dijadwalkan
untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu kegiatan IPM
yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan
sebagai dari bagian proses IPM. Jika kegiatan IPM atau
perbaikan terkait tidak dapat diselesaikan dalam perioda yang
telah ditentukan sebelumnya, permintaan surat perintah
perbaikan/pemeliharaan (work order) harus tetap ada, dan
petugas pemelihara harus memeriksa atau memperbaiki
peralatan secepat mungkin. Peralatan medis yang memiliki
prioritas yang lebih tinggi yang sebelumnya tidak dilakukan
kegiatan IPM pada periode sebelumnya, harus dilakukan
terlebih dahulu.

Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan


kesehatan didasarkan pada kriteria yang direkomendasikan
pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman dari rumah
sakit.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa
dan diuji sebelum penggunaan awal dan pada interval yang
ditetapkan, biasanya disebut sebagai perawatan pencegahan
(PM).
Jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan yang sistematis
menjamin peralatan tersebut aman digunakan dan
memperoleh pemanfaatan maksimal dengan biaya yang wajar.
Keuntungan lain adalah meminimalkan risiko klinis dan fisik.
Setiap peralatan kesehatan mempunyai klasifikasi risiko
berdasarkan:
1. Fungsi peralatan kesehatan : penghantar energi,
pemantau pasien, atau peralatan untuk kenyamanan
32
pasien.
2. Risiko fisik
3. Preventif pemeliharaan
4. Riwayat insiden
Masing-masing peralatan kesehatan mempunyai bobot
pada kategori fungsi, risiko fisik dan kebutuhan
pemeliharaan.

Tabel 5.1. Kelompok berdasarkan Fungsi Peralatan Kesehatan


(FUNGSI).
Fungsi peralatan kesehatan mempunyai nilai 1 – 10
KATEGORI NILA JENIS DEFINISI CONTOH
I
Peralatan 10 Penunjang Peralatanyang Defibrillator,
untuk Kehidupan digunakan ventilator,
penyembuhan Terapi menunjang pacemaker,
dengan kehidupank infant
radiasi. peralatanuntuk incubator
terapi dengan
radiasi.
9 Peralatan Peralatan untuk Electrosurgica
bedah dan penyembuhan l unit,
Perawatan tetapi bukan laser
Intensif. sebagai
penunjang
kehidupan
8 Terapi Peralatan yang Dialysis
fisik dan digunakan machine,
pengobata untuk infusion
n mengobati pump, traction
pasien unit,
diathermy
Peralatan 7 Monitoring Memonitor EEG
diagnostik kegiatan kegiatan machine,
bedah dan bedah dan nonMinvasive
perawatan perawatan blood
intensifk intensifk pressure
system Sistem monitor,
radiologi radiologi.
33
xMray generator
6 Monitoring Peralatan yang adult scale,
kondisi fisik tidak rutin tympanic
dan unit digunakan di thermometer,
ultrasonografi perawatan ultrasound
untuk intensif. unit
diagnostik.
Peralatan 5 Analisa di Peralatan yang blood
Analitis laboratorium digunakan di gas
laboratorium analyz
klinik untuk er,
mendiagnosa clinical
spesimen. chemistry
analyzer, cell
counter
4 Aksesori Peralatan yang shaker,
alat digunakan centrifuge,
Laborator untuk incubator,
ium. mempersiapkan microtome
analisa
specimen.
3 Komput Peralatan computer,
er dan yang ticket printer,
related digunakan QC system
untuk
menyimpan,
mencetak,
mengambil
atau
mendistribusi
kan
data.
Lain - lain 2 Yang Peralatan yang XMray view box,
berhubungan berhubungan sterilizer, chair
dengan dengan lift
pasien. perawatan, tapi
tidak
secara

34
langsung.
1 Tidak Peralatan yang ECG
berhubungan tidak simulator,
dengan berhubungan office
pasienk dengan pasien, equipment,
peralatan peralatan
pengujian dapur, UPS.

Tabel 5.2. Kelompok berdasarkan Risiko Fisik dan Penggunaan


Klinis (RISIKO).
Risiko peralatan kesehatan mempunyai nilai 1 – 5
KATEGORI NILAI JENIS DEFINISI
Menyebabkan 5 Kegagalan peralatan Defibrillator,
kematian pasien kesehatan ventilator,
dapat menyebabkan anesthesia
kematian pasien.
Menyebabkan 4 Kegagalan peralatan Hypo/
pasien atau kesehatan tidak hyperthermia
operator menyebabkan kematian unit, laser,
peralatan luka tetapi luka. electrosurgical
unit
Menyebabkan 3 Kegagalan peralatan ECG machine,
Terapi yang tidak kesehatan menyebabkan blood gas
tepat dan kesalahan diagnose atau analyzer,
kesalahan penangan yang centrifuge
diagnose tidak tepat.
Menyebabkan 2 Kegagalan peralatan yang Gel warmer, heat
Risiko minimal menyebabkan sealer, suction
penanganan buruk pump
kepada pasien dan
mempengaruhi keamanan
pasien
dan operator.
Tidak 1 Kegagalan yang tidak Exam light,
menyebabkan mempengaruhi computer
risiko yang keamanan pasien dan terminal, video
signifikan operator. printer

Tabel 5.3. Kelompok berdasarkan Persyaratan Pemeliharaan


35
(PEMELIHARAAN).
Persyaratan pemeliharaan kesehatan mempunyai nilai 1 – 5
KATEGORI NILAI JENIS DEFINISI
Pemeliharaan 5 Perangkat yang sebagian Dialysis machine,
perlu perhatian besar ventilator,
khusus berupa mekanis, anesthesia
pneumatik, atau fluida. machine, xMray
table
Pemeliharaan di 4 Peralatan kesehatan Infant incubator,
atas rataMrata Devices that have blood warmer,
mechanical, laser, portable
pneumatic, or fluidic xMray system
components, but are
primarily electronic in
nature
Pemeliharaan 3 Peralatan kesehatan yang Defibrillator,
rataM rata membutuhkan verifikasi infusion pump,
kinerja dan pengujian electrosurgical
keamanan, yang unit, traction unit
didukung rangkaian
kelistrikan.
Pemeliharaan di 2 Peralatan kesehatan yang Lab
bawah rataMrata membutuhkan sedikit microscope,
pengujian scales,
kinerja. general
medical device
Pemeliharaan 1 Peralatan kesehatan yang Exam light,
minimal hanya computer
membutuhkan inspeksi terminal, video
secara visual/pengamatan. camera

Tabel 5.4. Kelompok berdasarkan Riwayat Insiden Peralatan


Kesehatan (INSIDEN)
Persyaratan Riwayat Insiden Peralatan Kesehatan mempunyai nilai
+2 s.d -2
KATEGORI NILAI DEFINISI
Signifikan +2 Lebih dari 1 kali insiden setiap
6 bulan
Di atas rataMrata +1 1 kali insiden setiap 6–9
36
bulan
RataMrata 0 1 kali insiden setiap 9–18
bulan
Minimal -1 1 kali insiden setiap 18–30
bulan
Tidak -2 Kurang dari 1 kali insiden
bermakna/signifikan pada kurun waktu 30 bulan

Dari 4 kelompok di atas ditentukan/dihitung pemeliharaan


preventif yang didasarkan pada EM (Equipment Management) :
EM = FUNGSI + RISIKO + PEMELIHARAAN + INSIDEN
Frekuensi Inspeksi :
A = Annual (Dilakukan 1 tahun sekali)
S = Semi annual (Dilakukan 6 bulan sekali)
T = Three - yearly (Dilakukan 4 bulan sekali)
Nilai EM < 12 diinspeksi sesuai keperluan
Nilai EM 12 - 14 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap setahun
sekali. Nilai EM 15 - 19 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap
enam bulan sekali.
Nilai EM ≥ 20 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap empat bulan
sekali.
Perhitungan Equipment Management RSUD Tarakan Terlampir

4.6.2 Pemeliharaan Korektive


4.6.2.1 Perbaikan dan Troubleshoting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna
peralatan telah melaporkan masalah tentang peralatan
tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal tersebut
juga dapat terjadi ketika seorang teknisi di bagian
IPSRS/Elektromedik menemukan bahwa peralatan
tidak memberikan kinerja seperti yang diharapkan
selama IPM.
Untuk mengembalikan peralatan ke layanan
secepat mungkin, tindakan yang efektif diperlukan
untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan
penyebabnya. Dalam beberapa kasus teknisi akan
menemukan bahwa peralatan itu sendiri telah gagal
dan harus diperbaiki. Teknisi itu kemudian
menentukan langkah apa yang diperlukan untuk
37
memperbaiki masalah dan mengembalikan fungsi
peralatan secara penuh. Para teknisi mulai melakukan
pemeliharaan korektif, melakukan beberapa langkah
sendiri dan bila diperlukan memanfaatkan tenaga ahli
dari dalam fasilitas /in-house expertise atau penyedia
layanan eksternal. Pemeliharaan korektif ini dapat
dicapai pada berbagai tingkatan :
a. Tingkat komponen, troubleshooting tingkat
komponen dan perbaikan mengisolasi kegagalan
sampai ke komponen tunggal yang diganti.
Dalam peralatan elektrik , peralatan mekanik,
dan untuk komponen pasif dari peralatan
elektronik (seperti resistor atau kapasitor dalam
suatu rangkaian elektronik, atau sekering) ini
sering pendekatan perbaikan yang paling efektif.
Dalam kaitannya dengan peralatan
elektronik, bagaimanapun, komponenM tingkat
perbaikan dapat memakan waktu dan sulit.
Modul (circuit board) elektronik modern
(terutama modul digital) sering tidak diperbaiki
pada tingkat komponen. Dalam kasusMkasus
papanMtingkat atau bahkan sistemMtingkat
perbaikan perlu dipertimbangkan.
b. Tingkat Modul (board level), untuk peralatan
elektronik, adalah umum untuk mengisolasi
kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan
untuk mengganti seluruh modul dari pada
komponen elektronik yang diberikan.
c. Tingkat peralatan atau sistem. Dalam
beberapa kasus bahkan papan tingkat
pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit
atau memakan waktu. Dalam kasus seperti itu
lebih efektif jika mengganti seluruh peralatan
atau sub sistem tersebut.

Sangat penting untuk memilih tingkat


pemeliharaan yang sesuai untuk setiap situasi. Ini
tergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan,

38
fisik dan manusia serta pada tingkat kepentingan
permintaan perbaikan tertentu. Untuk kasus dengan
prioritas yang tinggi, misalnya, perbaikan tingkat
peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih. Jika
lebih banyak waktu tersedia, perbaikan tingkat modul
atau komponen mungkin layak dilakukan. Jika
perbaikan tingkat komponen yang diusulkan, mungkin
diperlukan penggantian blok/bagian. Untuk
pendekatan ini, ada beberapa pilihan yang dapat
diambil. Penggantian dapat dilakukan pada bagian
khusus dari produsen, pada bagian dengan spesifikasi
yang sama atau lebih tinggi (sekering misalnya), atau
dengan menggunakan suku cadang bekas dari
peralatan yang nonMfungsional (hanya setelah
penilaian risiko menyeluruh dan ijin dari Kepala
Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan
pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau pihak lain
yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan
bahwa peralatan memberikan kinerja sesuai desain
spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh pabrikan.
Dalam hal demikian, perlu untuk berkomunikasi
dengan pengguna peralatan dan memeriksa
lingkungan kerja untuk menentukan mengapa
peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat
dijelaskan, faktor lingkungan harus dimasukkan ke
dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis
yang membutuhkan daya listrik dapat terpengaruh
oleh masalah catu daya. Idealnya, daya listrik harus
memiliki tegangan yang stabil (nilai yang sesuai)k
bebas dari distorsi transien, seperti lonjakan
tegangan, surge atau mati, dan dapat diandalkan
dengan hanya kejadian hilangnya daya yang jarang
terjadi. Tenaga teknis harus berkolaborasi dengan
mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya
listrik dalam organisasi pelayanan kesehatan untuk
membantu fungsi sistem seefektif mungkin. Ini
mungkin termasuk pembelian regulator tegangan,
39
menginstalasi catu daya listrik yang tak terputus
(UPS), menggunakan pelindung lonjakan gelombang
listrik, dan menghindari sumber daya tambahan yang
mengarah ke kabel/tusuk kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja
dengan staf IPSRS lainya untuk memastikan bahwa
generator cadangan fungsional bekerja baik dan
bahwa peralihan ke sumber daya tambahan disetel di
bawah 10 detik. Alternatif lain mungkin untuk
memilih dan membeli peralatan yang dioperasikan
dengan baterai. Ketika mempertimbangkan untuk
memperoleh peralatan baru, juga penting untuk staf
elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya
listrik akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari
bagaimana peralatan medis yang berinteraksi dengan
sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem
vakum, kontrol temperatur dan sistem ventilasi,
penyediaan air, teknologi informasi dan infrastruktur
komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus
berkolaborasi dengan orang lain dalam organisasi
untuk mengoptimalkan kemampuan sistem utilitas
untuk mendukung peralatan medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu
tinggi dan kelembapan, dapat berpengaruh buruk
pada peralatan medis yang dirancang untuk
digunakan di daerah beriklim sedang atau lingkungan
terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan
juga mungkin memainkan peran dalam kegagalan
peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan
menurunkan dan mungkin menjadi kelebihan beban
dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua
pasti telah dibangun berdasarkan standar yang lebih
tua. Bahkan fasilitas barupun mungkin tidak
memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena
itu, perlu dikaji kesiapan infrastruktur utilitas untuk
memastikan fasilitas tersebut berfungsi secara
memadai.
40
4.6.2.2 Inspeksi dan Penggunaan pada Pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan
kinerja dan keselamatan adalah penting, dan dalam
beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan.
Kegiatan ini akan mengukur kinerja peralatan dan
memungkinkan untuk setiap pengaturan yang
diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan
secara penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan
dapat dikembalikan untuk digunakan dalam layanan
pasien.

4.6.3 Pelaporan
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasanya memiliki daftar rinci
untuk diikuti guna merekam hasil. Memiliki checklist seperti
itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk setiap langkah
dalam proses IPM dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap
langkahMlangkah tertentu. Merekam pengukuran dan
mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan pernyataan
‘laik/tidak laik’ atau dengan skoring) membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa depan,
termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi
mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu
dan biaya untuk tindakan tersebut.

4.6.4 Pengujian dan kalibrasi


Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan
tindakan meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk
menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat
dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan
kerja dan spesifikasinya.
Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi
alat kesehatan agar tetap sesuai dengan 45upplier besaran
pada spesifikasinya. Dengan adanya kalibrasi maka akurasi,
ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin sesuai
besaranMbesaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan
yang bersangkutan.

41
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat
kesehatan dengan kriteria :
1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau
kalibrasi.
2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau
kalibrasi telah habis.
3. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau
kinerjanya atau keamanannya tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan
tanda masih berlaku.
5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi,
walaupun sertifikat dan tanda masi berlaku.
6. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut
hilang atau rusak, sehingga tidak dapat memberikan
informasi yang sebenarnya.

Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk :


1. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap
spesifikasi dari suatu bahan ukur atau instrument.
2. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai
penunjukan suatu besaran ukur atau deviasi dimensi
nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
3. Menjamin hasilMhasil pengukuran sesuai dengan
standar Nasional maupun Internasional.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
pengujian dan kalibrasi adalah kondisi alat ukur dan bahan
ukur tetap terjaga sesuai dengan spesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan
Sertifikat Kalibrasi serta tanda Laik Pakai, demikian juga alat
kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan Sertifikat
Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji
akan mendapatkan Tanda Tidak Laik Pakai dan tidak boleh
digunakan di pelayanan.
Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak Laik Pakai
dikeluarkan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi pengujian
fasilitas kesehatan yang berwenang.
42
4.6.5 Pelaksanaan Pemeliharaan
4.6.5.1 Pemeliharaan In-House oleh Teknisi yang Terlatih
Sebagian besar masalah pada peralatan medis yang
relatif sederhana dan dapat diperbaiki oleh teknisi
yang terlatih. Inspeksi dan perbaikan ringan
memerlukan biaya rendah. Vendor harus
menyediakan pelatihan untuk teknisi pada saat
instalasi dan penerimaan peralatan medis.

Ada tiga tingkat pemeliharaan yang umum dilakukan :


1. Level 1,
Pengguna (lini pertama)Pengguna atau teknisi
akan membersihkan filter, periksa sekering,
periksa daya dll tanpa membuka unit peralatan
medis dan tanpa memindahkan dari tempatnya.
2. Level 2,
Teknisi Dianjurkan untuk memanggil teknisi
ketika lini pertama pemeliharaan tidak dapat
menggunakan alat atau ketika cek enam
bulanan sekali.
3. Level 3, Teknisi Khusus
Peralatan seperti CT Scanner, MRI dll perlu
teknisi khusus yang dilatih untuk peralatan
tersebut. Mereka umumnya bekerja di pihak
ketiga atau perusahaan vendor.

4.6.5.2 Pemeliharaan oleh Produsen atu Pihak Ketiga


Untuk peralatan khusus dan canggih, vendor harus
menyediakan jasa pemeliharaan melalui kombinasi
jasa on call dan kontrak pemeliharaan yang
dinegosiasikan pada saat pembelian.

4.6.6 Biaya Pemeliharaan


Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja
optimal jika secara teratur dilakukan pemeliharaan. Oleh
karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan untuk
pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun
korektif.
43
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
pemeliharaan suatu peralatan medis akan meningkat setiap
tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan
bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan
kebutuhan biaya pemeliharaan adalah tersedianya data yang
sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah
untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk
memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga
dapat memastikan bahwa peralatan medis dapat berfungsi
dengan baik. Sangatlah penting dalam membuat perkiraan
yang seefektif mungkin karena :
1. Anggaran yang terlalu rendah (under-
estimate) akan menghasilkan pemeliharaan yang
tidak berjalan dengan baik
2. Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan
menjadi tidak efisien dan bisa menggangu pelayanan
penting lainnya yang memerlukan anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah
sekitar 5% sampai 6%10 dari nilai investasi peralatan medis.
Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang
lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun
sebelumnya serta standar kebutuhan pemeliharaan dari
setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan peralatan medis
masingMmasing rumah sakit bisa berbeda.
Annualized Investment Cost atau biaya investasi
disetahunkan adalah suatu metode untuk menghitung
“penggunaan” biaya investasi pada tahun berjalan. Metode ini
seperti menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada
sistem akunting keuangan. Annulized Investment Cost
menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present Value= PV) akan
lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future
Value = FV), karena adanya infasi nilai uang serta dihitung
dengan memperhatikan usia pakai serta usia teknis suatu
peralatan kesehatan.
4.6.6.1 Maksimum Biaya Pemeliharaan
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan peralatan
medis tentu membutuhkan biaya, terutama pada saat
harus melakukan perbaikan atas bagian yang rusak.
44
Perhitungan Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan
(Maximum Maintenance Expenditure Limit = MMEL)
adalah suatu cara untuk menghitung biaya yang
masih dapat diterima untuk memperbaiki atau
memelihara suatu peralatan medis di rumah sakit.
MMEL membutuhkan beberapa data sebagai dasar
perhitungan batas maksimum biaya pemeliharaan,
yaitu usia teknis dan harga pengganti dan MEL
Factor.
Perhitungan MMEL dilakukan sebagai berikut :
1. Pastikan Usia Pakai, Usia Teknis dan Harga
Pengganti alat kesehatan tersebut.
2. Usia Pakai dihitung sejak alat kesehatan tersebut
digunakan sampai saat perhitungan dilakukan
dan Harga Pengganti adalah harga alat kesehatan
saat perhitungan dilakukan dengan spesifikasi
setara.
3. Hitung Persentasi Manfaat.
Sisa Usia Manfaat
Presentasi Manfaat=
Usia Teknis

4. Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor


yang disusun oleh Logistik Tentara Amerika dan
di kutip oleh American Hospital Association.
Furniture Rumah Sakit : 80%
Peralatan Listrik Dasar : 80%
Peralatan Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Listrik Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Khusu : 90%
5. Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x
(Harga Pengganti)
Contoh Perhitungan :
Sebuah alat Defibrillator yang mulai digunakan sejak
tahun 2003 dengan Usia Teknis adalah 8 tahun atau
16.064 Jam, mengalami kerusakan pada tahun 2008
dengan usia pakai adalah 5 tahun atau 9.480 Jam.
Hitunglah biaya maksimum perbaikan alat Defibrilator
tersebut, jika harga pengganti dengan spesifikasi yang

45
sama adalah Rp. 78.000.000,
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator : Usia Teknis – Usia Pakai
=16.064 – 9.480 =
5.584 Jam.

Sisa Usia Manfaat


Presentasi Manfaat=
Usia Teknis
5.584 jam
% Manfaat = =40.99 %
16.64 jam
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia
Manfaat) x (Harga Pengganti) MMEL = 90 % x
40,99 % x Rp. 78.000.000,= Rp. 28.772.211.
Berarti jika biaya perbaikan alat defibrilator tersebut
lebih besar dari Rp. 28.772.211, maka alat defibrilator
tersebut secara ekonomi tidak layak untuk diperbaiki
dan lebih tepat jika diganti dengan Alat Defibrilator
yang baru.

4.6.7 Penyusunan Program Pemeliharaan


Dalam menyusun perencanaan IPSRS harus memiliki
daftar inventaris peralatan, selain itu harus memperhatikan
kemampuan teknis yang meliputi :
1. Sumber Daya Manusia (Jumlah teknisi,
kemampuan teknis, pelatihan yang pernah
diikuti, pengalaman kerja).
2. Fasilitas kerja.
3. Dokumen teknis.
Penyusunan perencanaan untuk 1 tahun ke depan meliputi :
1. Jadwal pemantauan fungsi peralatan medis.
2. Jadwal pemeliharaan berkala peralatan medis.
3. Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk
setiap alat selama 1 tahun.
4. Penyiapan suku cadang/aksesori yang diperlukan untuk
perbaikan peralatan medis yang mengalami kerusakan
(pemeliharaan korektif terencana).
5. Penyiapan usulan rencana anggaran.
Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan
diusulkan kepada Manajemen rumah sakit melalui Kabag

46
Keuangan/Kabag Sekretariat.
1. Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat
kerja, tool set, alat kerja mekanik, alat ukur, protap
pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO
pemeliharaan dan lembar kerja, SPO perbaikan dan
lembar kerja, operation manual, service manual,
schematic/wiring manual, formulir laporan.
2. Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari :
1) Pemantauan Fungsi
2) Pemeliharaan berkala (pemeliharaan secara
internal, pemeliharaan secara
out sourching, pemeliharaan secara KSO).
3) Perbaikan alat yang mengikuti protap yang telah
disusun
3. Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi
dengan pelaporan yang dapat dimengerti, baik oleh
pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit
pelayanan terkait. Jenis laporan antara lain :
1) Kartu pemeliharaan alat.
2) Catatan pemeliharaan alat.
3) Laporan kerja pemeliharaan preventif.
4) Laporan kerja pemeliharaan korektif.
5) Laporan hasil pemantauan fungsi.
6) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku
cadang.
4. Pembinaan teknis kepada operator, meliputi :
1) Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah
pemeliharaan harian. Tugas ini diserahkan kepada
pengguna berupa melakukan pembersihan alat
bagian luar dan dilaksanakan setiap hari sebelum
alat digunakan untuk pelayanan.
2) Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus
memperhatikan keselamatan bagi pasien, petugas
dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang
47
dapat terjadi,seperti bahaya listrik, radiasi,
mekanik, bahaya akan bahan kimia.

4.7 Post Market Surveillance dan Vigilance Peralatan Medis


Kegiatan postWmarket dapat dikategorikan :
1. Proaktif, yaitu disebut PostWMarket Surveillance.
2. Reaktif, yaitu Vigilance.
Kegiatan ini akan memberikan umpan balik terus menerus yang
memungkinkan produsen mempertahankan kualitas peralatan
medis yang tinggi serta kepuasan pengguna. Juga akan membantu
meminimalkan insiden yang timbul karena ada evaluasi terus
menerus, sehingga juga akan meminimalisir adanya penarikan
kembali (Recall). Kegiatan Ini juga membantu produsen peralatan
medis memperoleh pemahaman mengenai kinerja peralatan medis
yang diproduksinya dan telah digunakan di Rumah Sakit

4.7.1 Post Market Surveillance


Dari Global Harmonization Task Force dijelaskan
PostWMarket Surveillance adalah kegiatan pengumpulan
informasi mengenai kualitas, keamanan dan kinerja
peralatan kesehatan secara proaktif setelah ditempatkan di
pasar / digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan dilakukan PostWMarket Surveillance adalah agar
hasilnya nanti dievaluasi, sebagai masukan produsen untuk
mengambil langkah langkah, seperti :
1. Meningkatkan kualitas, keamanan dan kinerja
peralatan medis.
2. Melakukan recall peralatan medis yaitu : memperbaiki
atau mengganti sebagian atau menarik sebagian atau
seluruh produksi peralatan medis tersebut

4.7.2 Vigilance
Vigilance (kewaspadaan) adalah mengacu pada insiden
yang dapat terjadi dengan peralatan medis, ketika peralatan
medis tersebut tidak berfungsi sebagaimanan mestinya,
sehingga dapat menyebabkan cedera atau kematian. Apabila
insiden peralatan medis terjadi di unit pelayanan, maka unit
pelayanan tersebut wajib melaporkan kepada IPSRS dan lalu
dilanjutkan pelaopran nya ke produsen alat serta
48
mendokumentasikannya, sesuai format yang telah
ditetapkan.
Produsen peralatan medis bertanggung jawab merespon
insiden yang terjadi pada alat serta wajib mengambil
langkahWlangkah perbaikan. Apabila insiden melibatkan
lebih dari 1 alat dengan produsen yang berbeda,
masingWmasing produsen wajib membuat laporan kepada
Badan yang berkompeten yang ditunjuk pemerintah.
Badan yang berkompeten memonitor laporan yang dibuat
produsen. Jika diperlukan melakukan pendampingan
kepada produsen dalam mengambil tindakan perbaikan.
Untuk mengantisipasi serta meniminalkan terjadinya
insiden yang serupa, perlu dilakukan diseminasi kepada
pihak terkait.
Tujuan vigilance peralatan medis adalah untuk
melindungi peralatan medis dan keselamatan pasien dan
petugas, dievaluasi untuk mencegah terulangnya insiden,
menentukan efektivitas tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan dan pemantauan.
Kriteria Laporan Insiden yang harus disampaikan oleh
Produsen kepada Badan yang berwenang
1. Hal yang terjadi karena :
 Terjadinya kerusakan atau penurunan
karakteristik atau kinerja..
 Memberikan bacaan hasil yang tidak akurat
 Menyebabkan terjadnya efek samping yang tidak
diduga sebelumnya.
 Menyebabkan terapi yang tidak tepat
 Terjadinya kerusakan, misal adanya kebakaran di
peralatan medis tersebut.
 Adanya ketidaktepatan penandaan, instruksi dan
atau bahan yang dipromosikan.
2. Peralatan medis tersebut diduga sebagai penyebab
insiden.
 Pendapat dari tenaga kesehatan, berdasarkan bukti
yang ada.
 Hasil penilaian awal oleh Produsen sendiri
terhadap kejadian tersebut.
 Adanya insiden serupa yang terjadi sebelumnya.
49
 Adanya data kejadian peralatan medis tersebut
yang dimiliki oleh Produsen.
3. Menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
 Menyebabkan kematian pasien, pengguna, atau
orang lain.
 Menyebabkan cedera yang mempengaruhi kondisi
kesehatan pasien, pengguna atau orang lain.
Laporan insiden biasanya tidak diperlukan pada kondisi :
1. Kondisi peralatan medis yang tidak memadai pada
saat akan digunakan, misal sudah terbuka ` diketahui
dalam kondisi tidak steril.
2. Kondisi kesehatan pasien yang memang sudah bisa
diprediksikan, sebelum peralatan medis tersebut
digunakan pada pasien. Apabila pasien meninggal,
harus dipastikan bahwa bukan disebabkan peralatan
tersbut.
3. Peralatan medis tersebut melewati usia pakai dan usia
pemeliharaan.
4. Adanya pengamanan/alarm peralatan medis yang
berfungsi menginfomasikan tidak berfungsinya alat.
5. Peralatan medis yang akibat sampingannya sudah
bisa diperkirakan

4.8 Penarikan (Recall) dan Penghapusan Peralatan Medis


Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri
lainnya, walaupun telah melalui quality control (QC) tetapi tidak
menjamin bahwa produk tersebut sempurna.
Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada
kualitas maupun keamanan sehingga tidak sesuai dengan
spesifikasi atau tujuannya, dapat menyebabkan gangguan bahkan
kegagalan dalam pelayanaan kesehatan yang berdampak pada
gangguan kesehatan bahkan kematian. Jika kekurangan tersebut
diketahui setelah dipasarkan atau digunakan konsumen, maka
produk bersangkutan akan ditarik oleh perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap peredaran alat tersebut

50
4.8.1 Penarikan Peralatan Medis (Recall)
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah pada suatu peralatan medis, bila tidak
sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu
produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh
produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau di musnahkan.
Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa
penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan
mengembalikan peralatan medis ke pabrikan. suatu recall
kadangWkadang dapat berarti bahwa peralatan medis
perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki. Jika
peralatan medis yang bersifat implan (misalnya, alat pacu
jantung atau pinggul buatan) di recall, tidak selalu
peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.
Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi
terjadi kegagalan tak terduga, perusahaan sering
memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar
mendiskusikan risiko melepas peralatan tersebut
dibandingkan dengan risiko bila tetap menggunakannya.
Contoh jenisWjenis tindakan yang dapat dianggap Recall :
1. Memeriksa peralatan medis terhadap masalah
2. Perbaikan peralatan medis
3. Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
4. Pelabelan ulang peralatan medis
5. Menghancurkan peralatan medis
6. Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah
pada peralatan medis.
7. Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat
penggunaan peralatan medis.
KadangWkadang perusahaan memiliki kecurigaan pada
sekelompok produk, tetapi tidak dapat memprediksi
peralatan medis yang bermasalah secara individu. Untuk
menjamin keamanan penggunaan alat kesehatan,
perusahaan dapat melakukan Recall terhadap seluruh
model, atau produk sejenis.
Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal
tergantung tingkat masalah yang terjadi. Koreksi adalah
51
mengatasi masalah peralatan medis di tempat alat
kesehatan tersebut digunakan atau dijual. Sedangkan
removal adalah mengatasi masalah peralatan medis dengan
menarik alat kesehatan tersebut dari peredaran.
Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di rumah sakit
ditentukan oleh Standar Prosedur Operasional yang telah
ditetapkan

4.8.2 Penghapusan Peralatan Medis


Peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit adalah
kekayaan negara, karena itu peralatan medis dicatat pada
akuntansi kekayaan negara. Setiap penambahan peralatan
medis yang memenuhi persyaratan akutansi, akan
menambah kekayaan negara demikian juga pada saat
pengurangan peralatan medis, akan mengurangi kekayaan
negara.
Pengurangan kekayaan negara dapat dilakukan dengan
melakukan penghapusan peralatan medis dari daftar
kekayaan negara yang harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Penghapusan peralatan medis agar pemanfaatan
peralatan medis di rumah sakit efektif dan efesien serta
penatausahaan peralatan medis akuntabel serta
membebaskan Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang
dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada dalam penguasaannya.
Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara
lain :
1. Persyaratan teknis:
 Secara fisik alat kesehatan tidak dapat digunakan
karena rusak, dan tidak ekonomis bila diperbaiki`
 Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi
akibat modernisasi`
 Alat kesehatan telah melampaui batas usia
teknis / kadaluarsa`
 Alat kesehatan mengalami perubahan dalam
spesifikasi karena penggunaan, seperti terkikis,
aus, dan lain-0lain sejenisnya`
2. Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara
52
apabila alat kesehatan dihapus, karena biaya
operasional dan pemeliharaan alat kesehatan lebih
besar dari manfaat yang diperoleh.
3. Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan
perbendaharaan.
Penghapusan peralatan medis dari daftar barang
pengguna dan/atau daftar barang kuasa pengguna barang
dilakukan sesuai persyaratan administrasi dan peraturan
yang berlaku.

BAB V
DOKUMENTASI

Dari semua kegiatan yang dilakukan baik itu pemeliharaan dan


perbaikan yang dilakukan oleh pemeliharaan peralatan medis harus di
dokumentasikan ke dalam form atau lembar kerja sebagai berikut :
1. Form / lembar kerja perbaikan alat medis
Form yang digunakan untuk mencatat keluhan alat medis pada
masing-masing ruangan per-alat medis sekaligus bentuk tindak
lanjut dari perbaikan tersebut.
2. Form / lembar kerja pemeliharaan alat medis

53
Setiap kegiatan pemeliharaan preventive yang dilakukan oleh teknisi
elektromedik harus dicatat pada lembar kerja pemeliharaan dan
juga pada alat medis di tempel stiker pemeliharaan.
3. Stiker kalibrasi dan sertifikat kalibrasi
Stiker dan sertifikat kalibrasi ini digunakan untuk membuktikan
bahwa suatu alat sudah atau belum dikalibrasi. Stiker dan sertifikat
kalibrasi ini hanya diberikan oleh BPFFK atu pihak ketiga.

54

Anda mungkin juga menyukai