Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

PERALATAN MEDIS

Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Permata Bunda


Jl. Ngeksigondo No. 56 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172
Telepon : 0274-376092 / 081285653664
Email : rskiapermatabunda@gmail.com,
Website: www.rskiapermatabunda.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan faktor-faktor
antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang seimbang
dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan kepada kostumer baik
kostumer internal maupun eksternal. Rumah sakit yang telah berstatus Badan Layanan
Umum seharusnya telah memiliki pengelolaan yang baik dan terstandar termasuk lima
factor tersebut
Keberhasilan pengelolaan alat kesehatan rumah sakit tergantung pada kompetensi
dari Instalasi Alat kesehatan rumah sakit. Instalasi Alat kesehatan mempunyai fungsi
antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, menyimpan, mendistribusikan,
menginventaris, memelihara, mengusulkan kalibrasi, merecall alat rusak/tidak layak
pakai, penghapusan, keselamatan pasien dan staf dan laporan hasil kegiatan. Pengadaan
alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan
pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum.
Instalasi Alat Kesehatan juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat,
membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian
tujuan umum rumah sakit. Instalasi Alat Kesehatan harus memiliki kemampuan untuk
mencegah atau meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat
tersebut yang akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional
rumah sakit.
Menurut sifatnya alat kesehatan yang harus disediakan rumah sakit dikelompokkan
menjadi; Alat Kesehatan sederhana (non teknologi), Alat kesehatan teknologi rendah,
Alat Kesehatan dengan teknologi menengah dan Alat kesehatan teknologi tinggi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam pengelolaan alat kesehatan yang efektif dan efisien, sehingga
Rumah Sakit Sakit Ibu dan Anak Ibunda dapat menyediakan peralatan kesehatan
yang selalu dalam kondisi siap pakai, aman digunakan, dan dapat membantu proses
diagnostik dan terapi pasien secara lebih baik.

2. Tujuan Khusus
a. Memastikan setiap perencanaan dalam program pengelolaan alat kesehatan di
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Permata Bunda yang mencakup
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, inventaris,
pemeliharaan, kalibrasi, penarikan alat /recall dan penghapusan dapat berjalan
dengan baik dan tepat.
b. Terselenggaranya pengadaan alat kesehatan yang mampu menyediakan alat
kesehatan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
c. Terselenggaranya penyimpanan alat kesehatan yang baik dan aman.
d. Terselenggaranya pendistribusian alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Terselenggaranya inventarisasi alat kesehatan yang mampu mengetahui letak
alat, keadaannya dan harga perolehannya.
f. Terselenggaranya proses pemeliharaan (preventive maintennance) alat
kesehatan yang mampu menjamin hasil yang akurat dan sebagai hasil akhir
adalah penanganan pasien yang lebih baik.
g. Mengusahakan jumlah kerusakan alat serendah mungkin, baik yang disebabkan
karena pemeliharaan yang kurang baik atau penggunaan yang tidak tepat
prosedur.
h. Tercapainya tingkat penggunaan alat kesehatan secara optimal, tidak under-
utilization.
i. Terselenggaranya proses kalibrasi sehingga alat kesehatan aman untuk pasien,
pengguna dan segala pihak yang berkaitan dengan pengelolaan alat kesehatan
tersebut.
j. Terselenggaranya proses penghapusan alat kesehatan yang semestinya
sehingga dapat menggambarkan jumlah asset alat kesehatan secara riil.
k. Terciptanya keamanan pada pasien dan staf sehubungan dengan pemakaian alat
kesehatan.
l. Terselenggaranya laporan hasil kegiatan secara kontinyu

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi,
inventaris, pemeliharaan, recall alat rusak/tidak layak pakai, penghapusan, keselamatan
pasien dan staf serta laporan hasil kegiatan

D. Batasan Operasional
1. Safe Condition adalah alat kesehatan yang selalu siap pakai, aman digunakan untuk
melakukan tindakan diagnosa, therapy maupun penelitian.
2. Pemeliharaan (Maintenance) adalah kegiatan melakukan perawatan Alat kesehatan,
baik perawatan terencana maupun tidak terencana
3. Inspeksi (Inspection) adalah suatu kegiatan pengecekan alat kesehatan secara
terjadwal dengan tujuan alat kesehatan siap pakai, aman sebelum digunakan,
4. Uji fungsi (Test function) adalah pengetesan seluruh fungsi alat kesehatan, mulai
dari sumber listrik masuk ke sistem alat sampai alat dapat berfungsi baik.
5. Uji coba (Test trial) adalah pengetesan alat kesehatan saat sebelum digunakan
secara menyeluruh, untuk mengecek kehandalan alat kesehatan
Kalibrasi (Calibration) adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran
nilai penunjukan alat ukur dan atau bahan ukur.
6. Plan Preventive Maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan terencana dan
terjadwal yang dilakukan oleh teknisi dengan tujuan alat kesehatan siap pakai aman
digunakan, sebelum digunakan
7. Corrective Maintenance adalah suatu pemeliharaan dengan melakukan perbaikan,
baik penggantian sparepart ataupun sampai turun mesin
8. Pengoperasian adalah berisikan langkah-langkah/ petunjuk cara menggunakan alat
kesehatan agar dapat berfungsi baik.
9. Peralatan kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin serta implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (UU No. 44 Tahun 2009).
10. Peralatan medik adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnosa,
terapi, rehabilitasi dan penelitian medik baik secara langsung maupun tidak
langsung (UU No. 44 Tahun 2009).
11. Spesifikasi adalah data menguraikan kemampuan kapasitas, teknologi, sistem,
fungsi, aksesoris, keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu alat.
12. Instalasi adalah tahap kegiatan mulai dari penempatan/peletakkan, perakitan,
pemasangan, penyetelan, adjusment, pengukuran keluaran sampai alat berfungsi
baik.
13. Commisioning adalah kegiatan melakukan pemastian kemampuan suatu alat yang
terdiri dari uji fungsi dan uji coba alat kesehatan, yang merupakan suatu bagian dari
siklus hidup teknologi peralatan medik.
14. Cara distribusi alat kesehatan yang baik adalah pedoman yang digunakan dalam
rangkaian kegiatan distribusi dan pengendalian mutu yang bertujuan menjamin agar
produk alat kesehatan yang didistribusikan senantiasa memenuhi persyaratan yang
digunakan sesuai tujuan penggunaannya.
15. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana asuhan pasien lebih
aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (Permenkes No. 1691 Tahun 2011).
16. Perencanaan adalah penentuan cara-cara pencapaian tujuan yaitu apa yang akan
dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
17. Penganggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang
diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup
jangka waktu satu tahun.
18. Inventarisasi adalah kegiatan untuk memperoleh data atas seluruh alat kesehatan yang
dimiliki atau dikuasai atau diurus oleh organisasi, baik yang diperoleh dari usaha
pembuatan sendiri, pembelian, pertukaran, hadiah, maupun hibah, baik berkaitan
dengan jenis dan spesifikasinya, jumlah, sumber, waktu pengadaan, harga, tempat, dan
kondisi serta perubahan-perubahan yang terjadi guna mendukung proses pengendalian
dan pengawasan alat kesehatan serta mendukung efektivitas dan efesiensi dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi.
19. Distribusi adalah penyaluran barang dari produsen kepada pelanggan
20. Pelatihan pengguna/user adalah proses pencapaian kemampuan tertentu bagi
pengguna/user dalam hal ini kemampuan untuk mengoperasikan alat medik yang
baru diadakan.
21. Decommisioning disposal adalah peralatan yang disortir untuk disingkirkan dan
diadakan penggantian (recall)
22. Customer adalah para user (pengguna Alat kesehatan) yang perlu difasilitasi oleh
Instalasi Alat Kesehatan, melalui satuan kerja seperti Unit Gawat darurat, Rawat
jalan, Rawat Inap dan unit penunjang lainnya
23. Utilisassi adalah suatu perhitungan penilaian tingkat pemakaian alat kesehatan
dengan kapasitas penggunaan selama alat dapat beroperasi untuk penilaian
penggantian spare part, atau menghitung (life time) umur alat

E. Landasan Hukum
Sebagai dasar hukum dalam pedoman pelayanan alat kesehatan ini, diambil dari
peraturan perundangansebagai berikut:
1. UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi Dan Peralatan Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.363/Menkes/Per/IV/1998
Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1184/Menkes/Per/X/2004
Tentang Pengamanan Alat Kesehatan Dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
BAB II
TATA LAKSANA

A. Perencanaan Kebutuhan Alat Dan Pemeliharaan


Tahapan perencanaan pemenuhan kebutuhan Alat Kesehatan yang dimaksud adalah
suatu kegiatan yang terpola dan menyeluruh, bagaimana pengelolaan Alat kesehatan dan
pemeliharaan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Permata Bunda berjumlah puluhan
item jenis alat kesehatan dapat terwujud. Satuan kerja yang ditunjuk sebagai pengelola
Alat Kesehatan dan pemeliharaannya adalah unit IPSRS.
Kerangka konsep perencanaan pemenuhan kebutuhan peralatan kesehatan pada
gambar berikut

KERANGKA KONSEP PERENCAAN PEMELIHARAAN DAN


KEBUTUHAN ALAT KESEHATAN

MENGUSULKAN
MEREKAP USULAN
KEDIREKSI UNTUK
KEBUTUHAN ALAT
DI PROSES
KESEHATAN
PENGADAAN

DATA

INVEN

TARIS
MENYUSUN MONITORING
ALAT MEMILIH
MENERIMA USULAN PERENCANAAN PROSES
KESEH PEMASOK
KEBUTUHAN ALAT SESUAI ANGGARAN PENGADAAN
ATAN (SUPPLIER)
KESEHATAN DARI YANG TERSEDIA
SELURUH UNIT

MENYUSUN MENYIMPAN DAN


PENDISTRIBUSIAN
SPEKSIFIKASI
& HARGA

PENGELOLAAN
PERALATAN

Konsep perencanaan pemenuhan kebutuhan

1. Daftar Inventaris
Mempunyai data Inventaris pemeliharaan dan alat kesehatan, bertujuan untuk
membuat kebijakan cara pengelolaan alat kesehatan yang baik dalam memutuskan
perencanaan pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan, serta memberlakukan recall
(disposal)/penghapusan.
2. Menerima usulan kebutuhan alat kesehatan dari seluruh unit kerja
Menerima usulan kebutuhan Alat kesehatan adalah langkah awal perencanaan
pengadaan Alat kesehatan yang diputuskan untuk segera di adakan dengan alokasi
anggaran yang sudah ditetapkan
a. Pengadaan peralatan harus diawali dengan perencanaan yang baik, sehingga
peralatan yang diadakan memenuhi program fungsi, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
b. Perencanaan melibatkan pengguna alat/user, untuk penyusunan penyusunan
technical spesifikasi melibatkan unsur teknisi.
c. Peralatan yang akan diadakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Memenuhi standar keselamatan
2) Telah memenuhi uji produk dan teknis, dibuktikan dengan sertifikat
3) Terdaftar pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
4) Teknologi pada alat sesuai dengan kebutuhan pelayanan
d. Harus disiapkan Rencana Kerja dan Syarat (RKS), yang terdiri dari
1) Ketentuan administrasi
2) Ketentuan teknis minimal, meliputi
a) Catu daya listrik. 220 Volt
b) Training bagi tenaga operator dan teknisi
c) Masa garansi selama 1 tahun
d) Penerimaan alat melalui proses uji fungsi dan uji coba
e) Pemeliharaan selama…………………….(sesuai kontrak)
f) Supplier memiliki work shop yang lengkap dengan teknisi yang
professional dalam jumlah yang cukup.
g) Peralatan memenuhi standar keselamatan
e. Dalam penyusunan perencanaan alat harus memperhatikan
1) Beban kerja
2) Sarana dan prasarana yang tersedia di Rumah Sakit, tugas penyiapan sarana,
prasarana dan pra instalasi, disiapkan oleh teknisi
3) Sumber daya manusia yang akan menggunakan alat.
4) Anggaran pengadaan bahan operasional dan pemeliharaan.

f. Pengadaan peralatan harus memperhatikan sinkronisasi antara :


1) Pengadaan alat
2) Penyiapan sarana dan prasarana
3) Penyiapan pra instalasi
4) Penyediaan sumber daya manusia
g. Apabila sinkronisasi jadwal waktu tidak tercapai, maka akan terjadi hal-hal
sebagai berikut
1) Alat tiba di rumah sakit, sarana belum siap, akibatnya alat disimpan di
gudang, ada kemungkinan alat rusak atau ada bagian alat yang hilang.
2) Alat tiba di Rumah Sakit, prasarana listrik, air, uap, gas medis tidak tersedia,
akibatnya alat tidak dapat difungsikan secara optimal, bahkan tidak dapat
difungsikan.
3) Alat tiba di Rumah Sakit, pra instalasi tidak siap, akibatnya alat tidak dapat
di instalasi
4) Alat tiba di Rumah Sakit, telah diinstalasi dengan baik, tetapi tenaga
operator/pengguna alat tidak siap, akibatnya alat tidak dioperasionalkan.
h. Dalam penyusunan rencana pengadaan alat, pihak Rumah Sakit dapat
memperoleh informasi dari
1) Rumah Sakit lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat yang serupa.
2) Supplier yang menjadi agen tunggal merk tertentu di Indonesia
3) Melalui Internet
i. Muatan pada kontrak harus sesuai dengan muatan pada RKS. Oleh karena itu
RKS harus sudah menampung semua aspirasi yang dikehendaki. Apabila
didalam RKS tidak tertulis secara lengkap, maka didalam kontrak pun akan
terjadi demikian.
j. Ketentuan mengenai supplier/pemasok pengadaan alat, sebaiknya agen tunggal
untuk suatu merk. Apabila ada peraturan daerah mengenai supplier/pemasok
alat, maka perusahaan daerah tersebut harus mendapat dukungan dari agen
tunggal. Hal ini untuk kemudahan dikemudian hari, dalam hal
1) Pengadaan bahan pemeliharaan/suku cadang/aksesoris
2) Layanan teknis, bila ada kerusakan alat.
k. Pemilihan Peralatan Medis
Dalam pemilihan peralatan medis agar sesuai dengan kebutuhan dan sesuai
perencanaan ada beberapa syarat-syarat yang dipakai pertimbangan antara lain :
1) Kehandalan alat
2) Banyaknya populasi alat tersebut di tempat lain
3) Pelayanan purna jual dari perusahaan penyedia
4) Alat memilki ijin edar dari Dep. Kes
5) Penyedia telah memiliki Penetapan Angka Kredit (PAK) sebagai persyaratan
6) Memiliki standar kualitas yang sesuai
7) Mudah mendapatkan suku cadang.
3. Menyusun perencanaan sesuai alokasi anggaran tersedia.
Seluruh alokasi anggaran adalah merupakan sumber alokasi yang akan dijadikan
bahan perencanaan kebutuhan Alat kesehatan.
Alat kesehatan yang akan dibeli disusun sesuai urutan proritas dengan
memperhatikan
a. Pembelian untuk Penggantian karena alat yang tersedia sudah tidak layak pakai.
b. Pembelian untuk penambahan karena alat yang tersedia dengan utilitinya
cukup tinggi.
c. Pembelian untuk pengembangan pelayanan, harus didukung dengan peralatan
d. Apabila anggaran perencanaan pengadaan pembelian Alat Kesehatan tidak
mencukupi, maka diupayakan dengan memperlakukan kerja sama operasional
(KSO) dengan Investor.
Dari urutan peralatan yang akan dibeli atau diputuskan untuk KSO, maka perlu di
buat sekala proritas berdasarkan
a. Jumlah pasien perhari
b. Jumlah kasus perhari
c. Jumlah produk layanan perhari
d. Jumlah alat sesuai standar yang dibutuhkan
e. Utility (penggunaan) sangat tinggi
f. Unit cost sangat menguntungkan dengan memperhatikan Break Event Point.
4. Menyusun spesifikasi anggaran
Cara penyusunan spesifikasi Alat adalah sbb
a. Spesifikasi disusun secara umum tidak menjurus ke salah satu merk
b. User mengajukan minmal 3 merk alat untuk disusun spesifikasinya
c. Spesifikasi disusun berdasarkan komparasi parameter ukur dengan sistim
jangkauan (range)
d. Pagu anggaran ditentukan berdasarkan spesifikasi alat yang dipilih minimal
ada tiga penawaran dari supplier.

B. Uji Coba Untuk Alat Baru


Proses uji coba alat dilakukan setelah dilakukan proses instalasi dan uji fungsi dari
supplier dan pihak Rumah Sakit. Tujuan uji coba adalah:
1. Memberikan kesempatan kepada operator yang telah mengikuti training uji fungsi,
untuk membiasakan pengoperasian alat, dengan pasien/beban sesuai kebutuhan
2. Mengetahui kemampuan fungsi dan kemampuan teknis alat
3. Program pelatihan uji coba bagi tenaga operator/pengguna alat adalah
a. Cara pengoperasian alat
b. Penjelasan fungsi masing-masing bagian alat
c. Penyusunan program pemeliharaan berkala
d. Perbaikan ringan
e. Pengenalan dan penggantian suku cadang
f. Penyusunan SPO pemantauan fungsi, SPO pemeliharaan dan SPO perbaikan

C. Penyimpanan, Distribusi Dan Inventarisasi Alat


1. Penerimaan alat kesehatan oleh IPSRS, kemudian melakukan verifikasi sesuai surat
pesanan / kontrak pengadaan.
2. Instal (pasang) alat kesehatan sehingga siap operasional
3. Dilakukan uji fungsi dan uji coba oleh penjual alat
4. Bila verifikasi sesuai dicatat dalam buku keluar masuk barang nama alat, jumlah,
merek, dan harga alat/barang. Jika tidak sesuai dikembalikan kepada rekanan untuk
disesuaikan dengan permintaan
5. Unit ipsrs lalu menyimpan alat/barang sesuai kondisi yang dianjurkan dii gudang
alat kesehatan
6. Pemasangan alat pada unit yang melakukan permintaan barang
7. Pemberian nomor inventaris alat/barang oleh petugas pengurus barang sebelum alat
diserahkan pada user/pengguna
8. Pelaporan tentang keluar masuknya barang/alat medik di gudang alat kesehatan
9. Perekapan laporan keluar masuknya alat kesehatan dikompilasi menjadi laporan
tahunan disampaikan kepada direktur melalui unit rumah tangga.

D. Pemeliharaan Alat Kesehatan

Konsep sistim pemeliharaan dengan menggunakan skema

KERANGKA KONSEP PEMELIHARAAN ALAT KESEHATAN

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

1. Data
1. Alat laik
Inventaris
Pakai
2. Program kerja
Tumbuh dan (aman
1. SDM 3. Jadwal
berkembangnya digunakan,
2. DANA kegiatan
system akurat dan
3. METHODA 4. Inspection
Prmrliharaan handal )
4. ALAT KERJA 5. Plan
Alkes di Rumah 2. Efisien &
5. SUKU Preventive
Sakit Efektif
CADANG Maintenance
Utiliti
6. Corective
Meningkat
Maintenance

7. Calibrasi

1 2 3 4
Kerangka konsep dalam sistim pemeliharaan yang perlu diperhatikan suatu modal dari segi
Input adalah
1. Input
a. Sumber Daya Manusia.
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan alat kesehatan diperlukan jumlah
SDM yang memadai, jumlah SDM yang memadai harus dapat memperhitungkan
beban kerja pemeliharaan. Sedangkan kompetensi yang diperlukan untuk
pemeliharaan harus sesuai dengan bidang pekerjaannya.
b. Biaya.
Kegiatan pemeliharaan perlu didukung oleh biaya yang memadai, perhitung biaya
yang dibutuhkan itu harus berdasarkan jumlah sparepart yang harus sering diganti,
perkiraan biaya perbaikan bila alat harus di overhoul, perkiraan biaya kalibrasi.
c. Peralatan kerja
Peralatan kerja pemeliharaan perlu didukung dengan sarana prasarana kerja
pemeliharaan, mempunyai tempat bengkel kerja yang memadai, alat kerja
mekanikal dan elektrikal, alat kerja elektronik dan elektromedik serta alat-alat
kalibrasi.
d. Material kerja
Material kerja pemeliharaan perlu didukung, untuk mendapatkan material yang
tersedia diperlukan data kongkrit inventaris peralatan yang sparepart perlu diganti.
e. Metode kerja
Dalam melaksanakan kegiatan diperlukan metode kerja seperti, pedoman dan
panduan kerja, program kegiatan kerja, standar prosedur operasional kerja, lembar
kerja. Setiap kegiatan kerja terdokumentasi, dilaporkan dievaluasi dan dilakukan
tindak lanjut perbaikan. Dokumen teknis, meliputi
a. SPO uji fungsi dan lembar kerja
b. SPO pemeliharaan dan lembar kerja
c. SPO perbaikan dan lembar kerja
d. Operasional manual
e. Service manual
f. Schematic/wiring diagram
g. Formulir laporan
2. Proses
a. Data Inventaris
Data inventaris sangat diperlukan, tujuannya untuk menghitung beban kerja
pemeliharaan, kebutuhan biaya pemeliharaan dan data equipment record (riwayat
alat) dan ketepatan untuk digantikan dengan alat yang baru.
b. Membuat program kerja pemeliharaan
Setiap kegiatan harus dibuat program kerja, tanpa ada program tidak ada acuan dan
target yang dicapai dalam pemeliharaan.
c. Membuat jadwal pemeliharaan
Jadwal pemeliharan sangat diperlukan agar pemeliharaan alat kesehatan dapat
dikoordinasikan dengan user kapan jadwal alat tersebut harus di pelihara.
d. Melakukan pemeliharaan promotif
Pemeliharaan promotif adalah kegiatan pemeliharaan yang sifatnya promosi
seperti setiap alat diberikan cara petunjuk pemakaiaan yang benar, setiap user
harus mendapakatkan pelatihan cara-cara menggunakan dan memeliharaan Alat
kesehatan dan pemeliharaannya.
e. Melakukan Inspeksi (pemantauan fungsi alat) atau Inspection
Inspeksi adalah suatu kegaiatan pemeliharaan pemantauan fungsi alat, dilakukan
untuk mengetahui apakah alat tersedut dapat berfungsi dengan baik, kegaiatan ini
dilakukan oleh penanggung jawab alat (user) dan oleh teknisi elektromedik.
f. Testing
Setiap peralatan medik harus dilakukan kelayakannya atau ditest setiap alat akan
digunakan
g. Melakukan pemeliharaan preventif ( Preventive Maintenace)
Pemeliharaan preventif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara
terjadwal dan terencana minimal dilakukan 2 kali dalam setahun setiap alat.
h. Melakukan pemeliharaan korektif/perbaikan (Corrective maintenance)
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan perbaikan karena harus menggatikan
sparepat atau sampai ovehoul, kegiatan ini dilakukan secara terjadwal atau tidak
terjadwal bila alat rusak tidak terprediksi (emergency maintenace)
i. Membuat laporan, 3 bulanan, semesteran dan tahunan setiap kegiatan dalam
pemeliharaan harus dapat dicatat dan didokumentasikan untuk dijadikan bahan
laporan kepada Direktur Rumah Sakit. Jenis laporan antara lain
1) Kartu / stiker pemeliharaan alat Catatan pemeliharaan alat
2) Laporan kerja pemeliharaan preventif Laporan kerja pemeliharaan korektif
3) Laporan hasil uji fungsi
4) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan / suku cadang.
5) Membuat Evaluasi kerja
6) Hasil laporan harus dapat dievaluasi, untuk mencapai suatu tujuan yang
dikembangkan dalam proses tindak lanjut.
3. Output
Tumbuh kembangnya sistim pemeliharaan Alat kesehatan dengan mengacu pada
prinsip efisien dan efektif.
4. Outcome
Alat kesehatan siap pakai dan aman digunakan
5. Impact
6. Dokter, perawat, radiografer, fisioteraphys, analis kesehatan, dan seluruh pengguna
alat kesehatan dan keperawatan merasa aman terjamin dengan alat kesehatan yang
terpelihara dengan baik.
7. Sistim Pemeliharaan Alat kesehatan.
Sistim pemeliharaan dibagi menjadi 2 kelompok pekerjaan
a. Kelompok pekerjaan yang dilakukan secara swakelola
Artinya setiap kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh tenaga rumah sakit yang
sudah mempunyai kompetensi untuk jenis kegiatan pemeliharaan, seperti
melakukan inspeksi, pemeliharaan preventif, dan apabila melakukan pemeliharaan
korektif/perbaikan dilakukan oleh agen penjual alat (pabrik penjual alat)
dikarenakan tingkan perbaikannya cukup berat dan menggunakan spare part yang
mahal serta hanya sol agent yang mempunyai sparepart tersebut.
b. Kelompok pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak III/(kontrak service.) Artinya
setiap alat yang mempunyai tingkat kecanggihannya tinggi dilakukan oleh Pihak
III atau secara kontrak service, baik jenis kegiatan pekerjaan Inspeksi,
pemeliharaan prenventif dan korektif/perbaikan.
c. Penyediaan Sparepart (Logistik)
Penyediaan spare part yang efektif adalah hal yang mendasar, dalam operasional
harian pemeliharaan alat kesehatan. Upaya manajemen diperlukan untuk
mencegah kelebihan-stok dan menjamin ketersediaan sparepart kapanpun sehingga
bilamana terjadi kerusakan, maka bisa disiapkan untuk penggantian sparepartnya.
Hanya suku cadang yang diperlukan secara kontinyu yang disimpan dalam gudang
alat kesehatan. Jika pemeliharaan terjadwal diselenggarakan dengan benar, banyak
suku cadang perbaikan yang diperlukan, terutama suku cadang yang mahal dapat
diantisipasi secara lebih dini. Pengecualian tertentu dapat dibenarkan, untuk
mendukung pemeliharaan terhadap perbaikan yang harus dilakukan dengan segera,
yaitu untuk peralatan pendukung-kehidupan (life support), resusitasi darurat, atau
alat yang beroperasi secara terus menerus.

E. Kalibrasi
Kegiatan mentera atau mengukur uji kehandalan suatu alat yang harus dilakukan
selayaknya setiap melakukan pemeliharaan preventif, dan setelah dilakukan
pemeliharan korektif/perbaikan, namun karena alat kerja kalibrasi tidak dimiliki oleh
rumah sakit, maka kalibrasi dilakukan oleh pihak kedua yang sudah mempunyai ijin dan
terakreditasi, aturan kalibrasi dilakukan setiap alat minimal setahun sekali.
1. Alat medik wajib kalibrasi
Berkaitan dengan kegiatan pengujian atau kalibrasi, secara teknis peralatan
kesehatan dapat dibedakan ke dalam alat kesehatan yang memiliki acuan besaran
dan alat kesehatan yang tidak memiliki acuan besaran. Acuan besaran dapat
dipergunakan sebagai pembanding terhadap nilai terukur. Terhadap alat kesehatan
yang memiliki acuan besaran dilakukan kalibrasi, contoh ECG, Cardiotocograph,
X-Ray, ESU, dll. Permenkes No.363/Per/IV/1998 telah menetapkan sebanyak 125
alat kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi, seperti yang terdapat pada daftar alat
kesehatan wajib uji atau kalibrasi pada lampiran.
2. Tanda layak atau tidak layak pakai
Setelah alat medik selesai dikalibrasi, akan diberikan evaluasinya dalam bentuk
perincian hasil pengukuran dan disertai dengan stiker ditempel langsung di alat
bersangkutan, stiker tersebut bertuliskan “LAYAK PAKAI“ tetapi bila
dinyatakan tidak laik pakai maka stikernya akan berwarna merah dan bertuliskan
“TIDAK LAYAK PAKAI”
Tugas dan kewajiban Rumah Sakit, selaku pengguna alat
1. Menyusun rencana pengujian dan kalibrasi alat kesehatan yang di miliki dari daftar
inventarisasi peralatan yang ada di teknisi RS, dapat dikelompokan alat yang
mendapat prioritas untuk dilakukan pengujian dan kalibrasi. Skala prioritas
didasarkan pada alat life saving, Alat yang beresiko pengoperasiannya dan Alat
kesehatan lainnya
2. Mengusulkan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan pengujian dan kalibrasi
komponen anggaran pengujian dan kalibrasi terdiri dari
3. Biaya transportasi dari BPFK ke RS (PP)
4. Biaya akomodasi teknisi selama berada di Rumah Sakit (berdasarkan lumpsum)
5. Tarif pelayanan pengujian dan kalibrasi
6. Biaya pengujian/kalibrasi sudah termauk dalam tarif pelayanan
7. Setelah tersedia anggaran, hubungi BPFK, agar dijadwalkan waktu pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi. Kirimkan daftar alat yang dimintakan pelayanan kalibrasi.
8. Setelah pelayanan pengujian dan kalibrasi selesai, setiap alat akan mendapatkan
label dan sertifikat. Pasang label pada alat, sehingga masyarakat pelanggan dapat
melihat label tersebut dan mengetahui bahwa alat yang digunakan telah dilakalibrai
dan layak pakai.
9. Alat kesehatan dinyatakan lulus pengujian atau kalibrasi apabila:
10. Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang diabadikan pada
alat kesehatan tersebut, tidak melebihi penyimpangan yang diijinkan
11. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang batas yang
diijinkan.
12. Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
profesional, menggunakan alat ukur dan besaran standar yang terkalibrasi.
13. Petugas kalibrasi
Yang dapat melakukan pengujian kalibrasi adalah institusi penguji yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta harus memenuhi persyaratan
antara lain:
a. Berbadan hukum
b. Memiliki sumber daya manusia yang ahli dalam pegujian dan kalibrasi alat
medik
c. Memiliki fasilitas kerja meliputi laboratorium serta peralatan uji dan kalibrasi
untuk alat medis
d. Memperoleh ijin dari DEPKES RI
14. Institusi penguji milik pemerintah saat ini adalah BPFK (Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan) yaitu:
BPFK Jakarta
BPFK Surabaya
BPFK Medan
BPFK Makasar
Ditambah institusi penguji dari swasta yaitu Perusahaan Layanan Kalibrasi Swasta.
15. Waktu kalibrasi
Sebagaimana telah ditetapkan pada Permenkes No. 36/MENKES/Per /IV/1998 alat
kesehatan yang dipergunakan disarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau
dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun. Pengujian
atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria
a. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi
b. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis
c. Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya (performance) atau
keamananya (safety) tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih
berlaku.
d. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku

F. Penarikan (Recall) Alat


Penarikan alat kesehatan yang dipakai dan disingkirkan dari rumah sakit sesering pasien
yang datang dan pergi. IPSRS dan managemen rumah sakit harus bisa mengikuti
perubahan teknologi alat kesehatan yang ada sehingga mengakibatkan peralatan harus
ditinjau ulang apakah akan diganti dengan yang lebih baru atau tidak. Ada beberapa
alasan untuk alat kesehatan perlu adanya penggantian (recall):
1. Bersangkutan mengenai alat yang disupply akan ditarik (recall) ke pabrik dengan
alasan Perubahan dalam standar pelayanan, prosedur klinis yang baru dapat
menyebabkan peralatan menjadi kuno. Kemajuan teknologi dengan kriteria unjuk
kerja atau akurasi yang lebih baik, membuat rumah sakit membeli peralatan dengan
teknologi yang lebih memenuhi kebutuhan.
2. Faktor keamanan alat, yang dapat menambah resiko kecelakaan pasien, staf atau
pengunjung.
3. Masalah-masalah pemeliharaan, seperti perbaikan yang sering atau mahal dan
waktu nganggur yang berlebihan.
4. Usia pakai dari alat kesehatan telah mencapai 5 sampai 10 tahun (sesuai dengan
batas maksimal usia pakai Alat Kesehatan).
5. Riwayat penggantian spare part tinggi (history kerusakan tinggi).
6. Tidak tersedianya lagi spare part baik di pasar umum ataupun sampai di pabrik asal
alat kesehatan itu dibuat.
7. Biaya operasional tinggi.
8. Adanya kebijakan atau permintaan dari vendor alat tertentu
BAB III
KESELAMATAN PASIEN DAN STAFF

Dalam pengelolaan alat kesehatan dibuat penilaian risiko keselamatan dan keamanan
(Risk Assessment) terhadap staf, pasien dan pengunjung dengan urutan sebagai berikut :
A. Identifikasi Resiko
Dalam mengidenrifikasi risiko keselamatan pada proses pengelolaan alat kesehatan yang
lebih berisiko adalah pada jenis pekerjaan pemeliharaan, yang meliputi jenis Inspeksi
dilakukan setiap satu bulan sekali oleh teknisi, melakukan testing alat setiap mau
menggunakan alat oleh user atau teknisi, melakukan pemeliharaan preventif minimal
setahun 2 kali, melakukan pemeliharaan korektif/perbaikan dan melakukan kalibrasi, dari
seluruh kegiatan yang dilakukan dalam maintenace ini penuh dengan resiko keselamatan
dan infeksi, baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak diluar rumah sakit.
Resiko-resiko tersebut adalah
1. Resiko keselamatan bagi pengunjung dan pasien:
a. Terpapar radiasi sinar-x
b. Kerusakan alat pada saat digunakan
c. Ketidakakuratan alat kesehatan
2. Resiko Keselamatan Staff (Staff Safety)
a. Terpapar Bahan Kimia atau cairan tubuh pasien
b. Terpapar Infeksi terutama air-borne.
c. Terpapar Radiasi Sinar X
d. Tersengatnya arus listrik
e. Tergores dan tertusuk benda tajam
f. Low Back Pain karena proses mengangkat yang tidak tepat.
g. Security hazard dari pasien/pengunjung.
B. Analisa, Evaluasi dan Pengelolaan Resiko
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, menganalisa,
mengevaluasi dan mengelola resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada
pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri. Upaya mengurangi
resiko tersebut diantaranya adalah dengan:
1. Selalu ada pelatihan dan sosialisasi cara menanggulangi risiko.
2. Membuat aturan yang dituangkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO),
yang dapat dipahami bersama.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mengenal, mengetahui, dan membuat tanda isyarat.
5. Pelatihan kompetensi cara pemeliharaan peralatan kesehatan.
6. Pelatihan keselamatan kerja.
7. Memastikan kecukupan tenaga.
8. Pengadaan material alat kerja yang memadai dan maksimal.
9. Penanaman budaya safety, safety meeting & awareness.
10. Melakukan dengan baik dan tepat preventive maintenance untuk Alat Kesehatan.
11. Kalibrasi alat kesehatan secara teratur sesuai ketentuan.
C. Pengendalian Infeksi (Infection Control)
Pemeliharaan Alat Kesehatan menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi
dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Beberapa aktivitas dasar
sehubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi
1. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan
2. Penggunaan alat pelindung diri sesuai kebijakan Rumah Sakit.
3. Koordinasi untuk pemakaian B3 yang diperlukan selama pemeliharaan dan
perbaikan alat kesehatan.
BAB V
PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan alat kesehatan disusun, semoga pedoman ini dapat memberikan
arah dan kendali bagi pelaksanaan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yang dilaksanakan di Rumah Sakit, salah satunya oleh tersedianya fasilitas Rumah Sakit.
Fasilitas Rumah Sakit perlu dikelola sebaik-baiknya dan diupayakan agar selalu dalam
keadaan layak pakai sehingga siap operasional untuk menjamin kualitas dan kesinambungan
pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai