Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT

PANDUAN CODE BLUE

KETERANGAN TANDA TANGGAL

TANGAN

Direktur Rumah Sakit Pembuat

Dokumen

Authorized

Person

dr. Susanti Sugianto Direktur

PANDUAN
PELAYAN DAN
ASUHAN PASIEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
karunia dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan ini dapat disusun. Panduan ini
merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam rangka
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Graha Sehat. Dalam
panduan ini diuraikan tentang Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan di
Rumah Sakit Graha Sehat, tidak luput penyusun menyampaikan terima kasih
yang sedalam – dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Di Rumah Sakit
Graha Sehat.

Kraksaan,

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

DEFINISI

Pelayanan pasien di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang memerlukan


perencanaan dari petugas kesehatan yang berkesinambungan sesuai kebutuhan asuhan pasien.
Keseragaman pelayanan /standarisasi pelayanan di rumah sakit adalah pasien dengan masalahdan
kebutuhan pelayanan yang sama, untuk melakukan prinsip kualitas yang setingkat yang
menghasilkan pelayanan yang seragam tanpa membedakan status social, ekonomi, budaya,
agama, dan waktu pelayanan dan diberikan oleh praktisi yang kompeten dan memadai serta tidak
tergantung waktu.
BAB II

RUANG LINGKUP

Fokus Standart Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP) meliputi:

1. Pelayanan Pasien Yang Seragam


Keseragaman pelayanan di Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan adalah pelayanan yang
diberikan terhadap pasien yang dilayani di Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan dengan
tidak membedakan status social,ekonomi, budaya, agama, waktu maupun hari pelayanan
dan kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan. Setiap pasien akan
mendapatkan pelayanan selama 24 jam terus menerus sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya.
Asuhan pasien yang seragam terfleksi sebagai berikut:
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai dan tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan
b. Akses untuk asuhan dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten
tidak tergantung atas hari tertentu atau waktu tertentu
c. Ketepatan mengenali kondisi pasien memilih alokasi sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pasien
d. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anastesi)
`sama diseluruh unit rumah sakit
e. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama mendapatlam
asuhan keperawatan yang setingkat diseluruh unit layanan rumah sakit
f. Asuhan pasien yang seragam akan menghasilkan penggunan sumber daya
yang efisien sehingga mendapatkan penilaian hasil yang yang sama untuk
asuhan diseluruh unit rumah sakit.

Tatalaksana

1) Setiap pasien Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan yang menerima pelayanan di rawat
jalan, rawat inap umum dan kebidanan, critical care (ICU, NICU dan PICU), ruang
khusus atau ruang isolasi maupun kasus emergency akan mendapatkan pelayanan
yang tepat oleh setiap unit pelayanan sesuai standar kualifikasi, panduan praktek
klinis atau mekanisme yang sudah di tetapkan.
2) Pemeriksaan awal setiap pasien rawat inap melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD)
dilakukan oleh dokter jaga IGD, selanjutnya pasien akan dilakukan screeningapabila
dalam pemeriksaan kebutuhan pasien tidak perlu dirawat maka pasien dapat rawat
jalan. Apabila pemeriksaan pasien tidak dapat terpenuhi oleh sumber daya dan
kemampuan Rumah Sakit, maka dilakukan proses transfer terhadap pasien tersebut ke
rumah sakit rujukan yang fasilitasnya lebih lengkap atas persetujuan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Apabila pasien bisa di rawat inap pemeriksaan
oleh DPJP akan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah pasien dipindahkan keruang
rawat inap.
3) DPJP akan melakukan visite setiap hari dan apabila berhalangan visite akan
digantikan oleh dokter lain dengan kewenangan serupa dan memiliki Surat Izin
Praktek di Rumah Sakit
4) Perencanaan perawatan pasien oleh praktisi kesehatan berdasarkan hasil pengkajian
dilakukan pada saat pasuen masuk sebagai pasien rawat inap, terdokumentasi dalam
rekam medis dan dilakukan kurang dari 24 jam setelah pasien menjalani rawat inap
5) Semua asuhan pelayanan yang diberikan tercatat di dalam catatan terintegrasi
meliputi pelayanan pasien, asuhan keperawatan, asuhan gizi, fisioterapi dan farmasi
6) Pelayanan medis yang duberikan berkesinambungan dan pada setiap
pergantianjadwal dinas dilakukan pelaporan dan pencatatan perkembangan kondisi
pasien
7) Pasien dipulangkan apabila atas pertimbangan DPJP yang telah mememnuhi krtieria
pasien pulang
8) Rumah Sakit memberikan pelayanan yang seragam dengan sumber daya yang
efisiensi dan menghasilkan capaian yang bermutu tinggi

2. Pelayanan Pasien Resiko Tinggi Dan Penyediaan Pelayanan Resiko Tinggi


a. Pasien resiko tinggi adalah yang digolongkan resiko tinggi karena umur, kondisi, atau
kebutuhan yang bersifat kritis
b. Pelayanan resiko tinggi adalah pelayanan yang memerlukan peralatan yang komplek
untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, bahaya pengobatabn, potensi yang
membahayakan atau efek toksik dari obat- obatan yang berbahaya
c. Resiko tambahan adalah resiko yang disebabkan karena satu atau beberapa tindakan
d. Identifikasi adalah suatu kegiatan dalam rangka menentukan dan menetapkan, pasien
dengan resiko tinggi pada pupulasi pasien di Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan
identifikasi pasien dengan resiko tinggi dan pelayanan pasien resiko tinggi yang
ditemukan meliputi:
 Pasien emergency
 Pasien koma
 Pasien dengan alat bantuan hidup
 Pasien resiko tinggi lainnya, yaitu dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke
dan diabetes
 Pasien resiko bunuh diri
 Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menyebabkan kejadian yang luar biasa
 Pelayanan pasien dengan aplikasi restrain

Prinsip Pelayanan terhadap Pasien Resiko Tinggi :

1. Setiap pasien yang dating ke Rumah Sakit dilakukan asesmen awal, yaitu asesmen yang
dilakukan pada awal ketika pasien dating ke rumah sakit
2. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh pada asesmen awal, maka dapat
diidentifikasi pasien dengan resiko tinggi. Pasien yang dimasukkan kedalam resiko tinggi
karena umur,kondisi atau kebutuhan yang bersifat kritis
3. Setiap pasien yang masuk untuk rawat inap dikaji adanya kondisi-kondisi yang
memungkinkan muncul pada resiko tinggi seperti thrombosis vena dalam, decubitus dan
pasien jatuh
4. Pengkajian dilakukan berdasarkan intruksi dokter
5. Setiap pasien yang diidentifikasi resiko tinggi diberikan gelang dan stiker dengan warna
yang sesuai dengan resiko tersebut, adapun gelang dan stiker pasien sebagai berikut:
 Gelang Biru : laki- laki
 Gelang Pink : Perempuan
 Stiker Merah : Alergi
 Stiker Kuning : Resiko Jatuh
 Stiker Ungu : Do Not Resusitase
6. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien resiko tinggi yang
yang tepat diidentifikasi
7. Pasien dengan resiko tinggi dilakukan asesmen ulang, yaitu asesmen yang dilakukan pada
pasien selama proses pelayanan pada internal tertentu berdasarkan kebutuhan rencana
pelayanan pasien
8. Pelayanan pasien resiko tinggi dilakukan secara kolaboratif oleh dokter, perawat, dan
pemberi asuhan lainnya
9. Persyaratan pemantauan pasien dengan resiko tinggi membutuhkan pemantaun yang
lebih spesifik dibandingkan pasien pada umummnya
10. Keberadaan dan pengguna peralatan khusus misalnya untuk restrain lebih baik
digunakan tali khusus yang minimal menimbulkan cidera
11. Dokumentasi untuk asesmen awal dilembar asesmen sedangkan asesmen ulang di catatan
perkembangan pasien terintegrasi

3. Pemberian Makanan Dan Nutrisi

Terapi Gizi adalah pelayan gizi klinis dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari
pelayanan medis dalam usaha untuk kesembuhan pasien yang diselenggarakan secara terpadu
dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif, dan rehabilitatif.

1. Gizi Klinis adalah kegiatan yang dilakukan untuk pasien yang bersifat kegizian meliputi
asuhan gizi dan pemantauan mutu makanan yang dihasilkan oleh instalasi gizi sebagai
terapi untuk kesembuhan pasien.

2. Asuhan Gizi adalah kegiatan yang meliputi asesmen gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi,
yang didalamnya termasuk kegiatan konsultasi gizi, monitoring dan evaluasi keberhasilan
nutrisi yang diberikan kepada pasien.
Terapi gizi diberikan kepada pasien rawat inap maupun rawat jalan berdasarkan hasil asesmen
nutrisi yang dilakukan oleh perawat. Asuhan gizi pada pasien rawat jalan hanya pada tahap
intervensi gizi, tanpa dilakukan monitoring dan evaluasi karena tidak dapat diukur dan diamati
dilingkungan rumah sakit.

Asuhan gizi pada pasien rawat inap dilakukan pada pasien rawat inap yang telah diskrining oleh
perawat yang memerlukan kajian gizi lebih lanjut dan pasien yang memenuhi kriteria resiko
nutrisional dengan diagnosa medis:

1. Diare kronik

2. (tersangka) HIV

3. (Tersangka) kanker

4. Penyakit hati kronik

5. Penyakit ginjal kronik

6. TB paru

7. Luka bakar

8. Pre atau post operasi Mayor (Misal Laparotomi)

9. Kurang gizi (stunting dan Wasting)

Tujuan Terapi Gizi

1. Mempercepat proses penyembuhan pasien

2. Mempertahankan dan meningkatkan status gizi pasien

3. Memberikan edukasi gizi kepada pasien dan kelarga

4. Pengelolaan Nyeri

a. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya


kerusakan jaringan yang sedang atau terjadi, atau pengalaman sensorik dan
emosional yang dirasakan seolah olah terjadi kerusakan jaringan.
b. Nyeri Akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit

c. Nyeri Kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri
kronik juga merupakan nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan sering tidak diketahui penyebab pastinya.

d. Nyeri Nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan kecuali
jaringan saraf

e. Nyeri Neuropatik adalah nyeri yang diakibatkan proses inflamasi akibat


kerusakan jaringan saraf. Nyeri biasanya menjalar sesuai dermatom saraf.

f. Skrining Nyeri adalah untuk menentukan apakah terdapat gejala nyeri atau tidak

g. Asesmen awal nyeri adalah pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui ciri-ciri
khusus nyeri guna menentukan jenis dan tatalaksana nyeri yang dilakukan pada
pemeriksaan pertama kepada pasien.

h. Asesmen ulang nyeri adalah asesmen yang dilakukan pada pasien dengan skor
nyeri sedang sampai berat setelah mendapat pengobatan non farmakologi maupun
farmakologi, untuk mengetahui apakah intervensi nyeri telah berhasil.

1. Menentukan Derajat Keparahan / Skala Nyeri

a. Numeric Rating Scale

I indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat menggunakan
angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.

II intruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangkan
dengan angka 0 – 10

 0 = tidak nyeri

 1–3 = nyeri ringan ( sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)

 4–6 = nyeri sedang ( nyata mengganggu aktivitas sehari – hari)


 7 – 10 = nyeri berat

Nyeri berat

Numeric Rating Scale

b. Wong Baker Faces Pain Scale

i. Indikasi : pada pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.

ii. Instruksi : pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan yang dirasakan, bila anak tidak kooperatif maka
pemilihan gambar wong baker bisa dibantu oleh pihak rumah sakit. Tanyakan
juga lokasi dan durasi nyeri.

 0–1 : sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali

 2–3 : sedikit nyeri

 4–5 : cukup nyeri

 6–7 : lumayan nyeri

 8–9 : sangat nyeri

 10 : amat sangat nyeri (tidak tertahankan)


c. Penentuan skala nyeri menggunakan Neonatal – Infant Pain Scale (NIPS)

i. Indikasi : untuk menentukan skala nyeri pada pasien neonatal dan infant

ii. Dilakukan dengan melakukan inspeksi terhadap pasien neonatal – infant

NEONATAL INFANT PAIN SCALE


EKSPRESI WAJAH
0 – Otot wajah realks Wajah tenang, ekspresi netral
1 – meringis Otot wajah tegang, alis berkerut, dagu dan rahang tegang
MENANGIS
0 – tidak menangis Tenang tidak menangis
1 – mengerang Merengek ringan kadang kadang
2 – menangis keras Berteriak kencang menaik, melengking terus menerus
POLA PERNAFASAN
0 – bernafas relaks Pola bernafas normal
1 – perubahan pola nafas Tidak teratur, lebih cepat, dan biasanya tersedak sehingga
nafas tertahan
LENGAN
0 – relaks / terikat Tidak ada kekakuan otot, gerak tangan sekali-sekali
1 – fleksi / ekstensi Tegang, lengan lurus, kaku dan/atau disertai ekstensi cepat,
fleksi
KAKI
0 – relaks / terikat Tidak ada kekakuan otot, gerakan kaki acak sekali sekali
1 – fleksi / ekstensi Tegang, kaki lurus, kaku dan/atau ekstensi cepat, fleksi
KEADAAN KESADARAN
0 – tidur / terjaga Tenang, tidur damai atau gerakan kaki acak yang terjaga
1 – rewel Terjaga, gelisah, meronta ronta
Keterangan:

0 : tidak nyeri

1 – 2 : nyeri ringan

3 – 4 : nyeri sedang

> 4 : nyeri berat

1. Pelayan Menjelang Akhir Hayat

1. Kondisi Terminal

Adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit dimana terjadi kerusakan organ
multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi kesehatan terkini tidak mungkin lagi dapat
dilakukan perbaikan sehingga menyebabkan kematian dalam rentang waktu tertentu.
Pengaplikasian terapi untuk memperpanjang atau mempertahankan hidup hanya akan berefek
memperlama proses penderitaan atau kondisi sekarat pasien.

2. Pasien tahap terminal

Adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin memburuk

3. Pasien

Adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat maupun
sakit

4. Mati Klinis

Adalah henti nafas disertai henti sirkulasi total dengan semua aktivitas otak berhenti, tetapi tidak
irreversibel.

5. Mati Biologis
Adalah proses mati/rusaknya seluruh jaringan, dimulai dengan neuron di otak yang menjadi
nekrotik kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru, dan hati yang menjadi
nekrotik.

6. Mengelola Akhir Kehidupan

Adalah pelayanan tindakan penghentian bantuan hidup atau penundaan bantuan hidup.

7. Consent Do Not Resucitation (DNR)

Adalah persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarga yang berhak membuat keputusan
untuk tidak melakukan resusitasi pada diri pasien apabila terjadi henti nafas atau henti jantung

8. Do Not Resucitation

Adalah suatu tindakan dimana jika pasien mengalami henti jantung dan atau henti nafas maka
dokter, perawat tidak akan dipanggil dan tidak akan melakukan usaha resusitasi dasar maupun
lanjut

9. Perawatan paliatif

Adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas hidup pasien dalam
kondisi terminal.

Anda mungkin juga menyukai