Adalah asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai
pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua
keputusan klinis yang memadai, tidak bergantung atas kemapuan pasien untuk membayar atau
sumber pembiayaan. Pelayanan pasien merupakan proses kegiatan pemberian asuhan yang
diberikan kepada pasien dilakukan oleh profesi pemberi asuhan, setiap pemberi asuhan kepada
pasien memperlakukan semua pasiennya sama dan seragam tidak membeda – bedakan atas
dasar identitas social, budaya, agama, ras dan sebagainya. Pelayanan pasien yang seragam
berlaku pada semua instalasi dan unit pemberi pelayanan kepada pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Menjadi panduan pelayanan untuk mendukung dan merespon setiap kebutuhan pasien
yang unik, memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi.
2. Aktivitas yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien, yaitu:
a. Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap/masing-masing pasien
b. Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien
c. Modifikasi asuhan pasien bila perlu
d. Penuntasan asuhan pasien
e. Perencanaan tindak lanjut
3. Profesi kesehatan yang terlibat di dalam asuhan pasien seperti : dokter, perawat/bidan,
apoteker, nutrisionis, terapis rehabilitasi dan praktisi kesehatan lainnya. Setiap profesi
kesehatan memiliki peran yang jelas dalam asuhan pasien yang ditentukan oleh lisensi,
kredensial, sertifikat, undang-undang dan peraturan, keterampilan khusus individu,
pengetahuan, pengalaman dan juga kebijakan rumah sakit atau uraian tugas.
4. Sebagian pelayanan bisa dilaksanakan oleh pasien, keluarganya atau pembantu
pelaksana asuhan lainnya yang terlatih.
BAB III
TATA LAKSANA
F. Asessmen Awal
1. Tujuan utama pembuatan asessmen awal pasien adalah untuk memahami kebutuhan
pelayanan medis dan pelayanan keperawatan sehingga pelayanan dan pengobatan
dapat dimulai. Untukmencapai ini, Rumah Sakit menetapkan isi minimal dari
asessmen awal medis dan keperawatan serta asessmen lain
2. Rencana asuhan pasien harus dibuat berdasarkan data asesmen awal ini
3. Pada keadaan gawat darurat, asesmen awal medis dan keperawatan dan dibatasi
pada kebutuhan dan kondisi yang nyata. Juga apabila tidak ada waktu untuk
mencatat riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dari seorang pasien
gawat darurat yang perlu dilakukan tindakan/operasi, dibuat catatan pada diagnosis
praoperatif/pratindakan.
G. Asessmen ulang
1. Dilakukan asessmen ulang selama proses pelayanan pada interval 1 kali dalam 24
jam kecuali pada hari Minggu dan hari libur berdasarkan kebutuhan dan rencana
pelayanan
2. Asessmen ulang oleh DPJP terintegrasi dalam proses asuhan pasien yang sedang
berlangsung. DPJP melakukan asessmen pasien gawat darurat setiap hari,
termasuk akhir minggu yang dapat ditransfer kepada dokter ruangan/dokter jaga
sampai ada perubahan yang signikan pada kondisi pasien
3. Asessmen ulang dilaksanakan dan hasilnya dicatat dalam rekam medis pasien :
a) Pada interval yang regular selama pelayanan (contoh : secara periodic perawat
mencatat tanda-tanda vital sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi pasien)
b) Setiap hari oleh DPJP pada pasien akut/gawat darurat yang dapat dilimpahkan
kepada dokter ruangan/jaga
c) Sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasien yang signifikan
d) Bila diagnosa pasien telah berubah dan kebutuhan asuhan memerlukan
perubahan rencana
e) Untuk menetapkan apakah obat-obatan dan pengobatan lain telah berhasil dan
pasien dapat dipulangkan
4. Informasi yang didapat pada asessmen awal medis dan keperawatan, melalui
penerapan kriteria skrining/penyaringan, dapat memberi indikasi bahwa pasien
membutuhkan asessmen lebih lanjut/mendalam tentang status gizi atau status
fungsionalis termasuk asessmen risiko jatuh.
5. Cara paling efektif untuk mengidentifikasi pasien dengan kebutuhan gizi atau
fugnsional adalah melalui kriteria skrining, dimana formulir asessmen awal
keperawatan dapat memuat kriteria ini.
6. Pada setiap kasus kriteria skrining dikembangkan oleh staf yang kompeten yang
mampu melakukan asessmen lanjutan dan bila perlu membuat persyaratan
pengobatan pasien.
H. Asessmen nyeri
1. Pada saat asessmen awal dan ulang, prosedur skrining dilakukan untuk
mengidentifikasi pasien dengan rasa sakit.
2. Asessmen disesuaikan dengan umur pasien dan mengukur intensitas dan kualitas
rasa nyeri, seperti karater rasa nyeri, frekuensi, lokasi dan durasi.
3. Asessmen ini dicatat sedemikian rupa agar memfasilitasi/memudahkan asessmen
ulang yang regular dan follow up sesuai kriteria yang dikembangkan oleh Rumah
Sakit dan kebutuhan pasien
I. Asessmen Tambahan
1. Asessmen awal dari tipe-tipe pasien atau populasi pasien tertentu memerlukan
modifikasi proses asessmen. Modifikasi ini didasarkan atas karakteristik yang unik
atau menentukan setiap populasi pasien.
2. Rumah Sakit mengidentifikasi kelompok pasien khusus dan memodifikasi proses
asessmen untuk memenuhi kebutuhan khusus ini :
a) Anak-anak
b) Lanjut usia yang lemah
c) Sakit terminal
d) Rasa nyeri yang kronis dan intens
e) Kelainan emosional dan/atau gangguan jiwa
f) Diduga ketergantungan obat atau alcohol
g) Korban kekerasan atau terlantar
h) Infeksi menular
i) Daya imunnya direndahkan
3. Asessmen pasien ini merupakan respon terhadap kebutuhan dan kondisi yang dapat
diterima oleh budah dan diperlakukan secara konfidensial
4. Proses asessmen dimodifikasi agar konsisten dengan undang-undang dan peraturan
dan standar profesi yang terkait dengan populasi dan situasi demikian dengan
melibatkan keluarga bila perlu.
KE
Asesmen
Ulang Risiko Restraint PITSELN
Rencana tinggi
asuhan
Analisis data -> Implementasi
Dx Rencana
Hak pasien
Rencana asuhan
asuhan
Pengumpulan data
klinis Risiko
jatuh Risiko
Lab, Rad malnutrisi
Asesmen
Asesmen
nyeri
awal SKP
Registrasi
Skrining
DIREKTUR
RSU KAREL SADSUITUBUN
dr.ERNI MUDHIATI S, Sp.P
Pembina Utama
NIP 19710406 200212 2 006