Anda di halaman 1dari 38

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SARI ASIH SANGIANG


NOMOR 028/PER/DIR/RSSA-SNG/I/2018
PEDOMAN PELAYANAN RUANG PERAWATAN DEWASA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang perawatan rawat inap adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri (instalasi dibawah kepala bidang pelayanan medis), dengan staf
berupa perawat dan asisten perawat yang memiliki kemampuan khusus untuk
menanganani pasien-pasien umum di Rumah Sakit Sari Asih Sangiang.
Adapun tugas dan kewenangannya meliputi penerapan asuhan keperawatan
mulai pengkajian penegakan diagnosa keperawatan dan, implementasi
tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Observasi dan isolasi untuk pasien – pasien yang memiliki penyakit menular
dan perlu pengawasan medis secara khusus. Ruang perawatan dewasa
menyediakan kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital keperawatan umum dan penyakit menular
dengan menggunakan keterampilan staf medik yang distandarkan, baik
perawat, asisten perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan - keadaan tersebut.

Kebutuhan kesehatan seseorang tidak sama dengan tuntutan kesehatan dimana


kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif sehingga untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan dilakukan upaya pemenuhan secara mutlak

Sedangkan tuntutan kesehatan lebih bersifat subjektif. Walaupun demikian


penyelenggaraan pelayanan kesehatan dinilai sebagai suatu upaya penting

1
dalam mewujudkan keadaan sehat yang meningkatkan derajat kesehatan
perseorangan
Keluarga , kelompok atau masyarakat (azwar,2006).

Rumah Sakit Sari Asih Sangiang sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan
yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien.
Pada perawatan umum, untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multi disiplin ilmu yang
bekerjasama dalam tim.

Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam


meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana
serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
perawatan umum. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga – tenaga
khusus, terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka
demi efisiensi, keberadaan ruang perawatan umum perlu dikosentarasikan.

Ruang perawatan dewasa adalah suatu bagian dari rumah sakit dengan staf
terdiri dari dokter penyakit dalam, syaraf, bedah, urologi dan ortopedi serta
perawat yang mampu memberikan pelayanan prima sehingga pasien sehat
kembali dan disertai kelengkapan sarana dan prasarana.

B . Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan unit ruang perawatan Umum sebagai
berikut :

1. Diagnosis dan penatalaksaan penyakit akut kronik

2. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien

3. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien

Bidang kerja RPU meliputi pengelolaan pasien langsung, administrasi unit dan
pendidikan.

2
1. Pengelolaan pasien langsung

Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara rutinitas oleh dokter


spesialis, masing –masing dokter spesialis pertama yang menjadi
penanggung jawab tim dan jika pasien memerlukan konsultasi dengan
spesialis lain.

2. Administrasi Unit

Pelayanan di unit dewasa untuk memastikan suatu lingkungan yang


menjamin pelayanan yang aman tepat waktu dan efektif. Untuk
tercapainya tugas ini diperlukan kerjasama dokter spesialis pada
aktifitas management.

3. Pendidikan dan pelatihan

Unit perawatan dewasa untuk membersihkan pelayanan yang maksimal


sehingga menimbulkan kepuasan pada pasien diperlukan :

1. Pelatihan komunikasi
2. Pelatihan BCLS
3. Pelatihan keterampilan /tindakan
C. Batasan operasional

1. Perawatan dewasa diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang


sakit :
a. Pasien - pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan
penanganan dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara
terkoordinasi dan berkelanjutan, serta pemantauan dan penanganan
segera, terapi titrasi dan dukungan alat.

b. Keadaan pasien dalam bahaya dan mengalami dekompensasi fisiologis


sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta
intervensi segera dan dukungan peralatan canggih untuk mencegah
timbulnya penyulit yang merugikan.

3
2. Pada keadaan permintaan layanan ruang dewasa lebih tinggi dari pada
kapasitas atau sarana dan prasarana maka kepala ruang dewasa harus
menentukan prioritas sesuai indikasi. Prioritas tersebut adalah:

a. Pasien prioritas 1 ( Satu)

Kelompok ini dengan kondisi sakit dan menolak fasilitas ICU, tidak stabil,
memerlukan bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain,
infus obat – obat kontinyu, misalnya pasca bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa.

b. Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien ini memerlukan pelayanan karena sangat berisiko bila tidak


mendapatkan terapi intensive dan pemantauan segera.

c. Pasien prioritas 3 ( tiga )

Pasien golongan ini adalah pasien yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kmungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di
perawatan dewasa pada golongan ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien
golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha
terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung
paru.

d. Pengecualian

Dengan pertimbangan dan persetujuan kepala keperawatan dewasa, indikasi


masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan
bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa
dikeluarkan dari perawatan dewasa agar fasilitas perawatan dewasa yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3(satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain :

4
 Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif /”DNR(Do Not Resuscitate).”
 Pasien dalam keadaan vegetatif permanen

3. Kriteria keluar

Prioritas pasien dipulangkan dari perawatan dewasa berdasarkan


pertimbangan medis oleh kepala dewasa dan tim yang merawat pasien.

4. Perawatan dewasa diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang


sakit :

a. Perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan Pasien – pasien
yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan penanganan dokter
berkelanjutan, serta pemantauan dan penanganan segera, terapi titrasi dan
dukungan alat.
b. Keadaan pasien dalam bahaya dan mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta
interverensi segera dan dukungan peralatan canggih untuk mencegah
timbulnya penyulit yang merugikan.

D. Landasan Hukum

1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5063)
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 4431)
3. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
4. Undang undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
5. Keputusan menteri kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
standar pelayanan rumah sakit .
6. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 1691/MENKES /PER/VIII/2011 tentang
keselamatan Pasien Rumah Sakit

5
E. Kebijakan

a) Kebijakan umum

1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi


dengan cinta kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatIan (option
for the poor).
2. Pelayanan Rumah Sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu
berorientasi pada mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan
sesuai dengan visi, MIsi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Sari Asih
Sangiang.
3. Pelayanan Rumah Sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus
pada pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke
pelayanan dan kontiunitas pelyanan, memenuhi hak pasien dan keluarga,
asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi
kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan Rumah Sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan – Do- Check- Action(PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Rumah sakit bisa memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut
uang muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keinginan biaya untuk pasien yang kurang
mampu.

6
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing- masing
untuk mencapai visi- misi rumah sakit.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan melakukan upaya
untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah
kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan,
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan
6 (enam) sasaran keselamatan pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam
kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin / lisensi/ sertifikasi sesuai
dengan profesi dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah
sakit dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara
benar untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik
secara keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib
dilaksanakan melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.

7
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 (enam)
standar keselamatan pasien dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit.
21. Rumah sakit Sari Asih Sangiang adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk
melaksanakan PONEK. Terkait PONEK Rumah Sakit Sari Asih Sangiang
mengupayakan pelayanan meliputi : penanganan awal / emergency ibu dan
bayi dan pelayanan rujukan kerumah sakit lain yang mampu memberikan
pelayanan lebih lanjut.
22. Rumah Sakit Sari Asih Sangiang bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk
melakukan pelayanan pasien dengan HIV?AIDS, sehingga pelayanan yang
diselenggrakan Rumah Sakit Sari Asih Sangiang meliputi ; pelayanan
voluntary conceling and Testing (VCT), pelayanan rujukan HIV ke rumah
sakit lain yang di tunjuk melayani HIV/AIDS, dan penerapan Universal
Precaution.
23. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa ( TB) sesuai dengan
pedoman strategi DOTS
24. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah
mendapat persetujuan pasien / keluarga
25. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang di layani.
26. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi
rahasia medis pasien yang dilayani.
27. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik
internal ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.

8
b) Kebijakan Khusus

1. Ruang dewasa penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan
intensif dan khusus yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit
lain sesuai dengan kondisi pasien.

2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dillakukan harus ada persetujuan
tindakan (informed consent)

3. Pada keadaan darurat untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ruangan
dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi dapat
dilakukan pada kesempatan yang pertama.

4. Apabila pasien berada pada tahap terminal dan tindakan resusitasi atau bantuan
hidup dasar (BHD) diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidup pasien dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi.

5. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat di delegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih dalam hal ini perawat dengan memperhatikan kemampuan sesuai dengan
tingkatan jenjang karir atau kompetnsi yang dimiliki oleh perawat yang ada.

9
A. Kualifikasi SDM

Untuk mendukung penanganan pasien di ruang perawatan dewasa dibutuhkan


pendidikan dan pelatihan. Spesifikasi pendidikan dan pelatihan yang terkait
dengan layanan dan kompetensi adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.
Spesifikasi Ketenagaan

NO. Jenis Tenaga Kualfikasi Formal Keterangan

1 Kepala Ruang D3 Keperawatan Sertifikat BCLS

2 Perawat penanggung jawab Tim D3 Keperawatan Sertifikat BCLS

3 Perawat pelaksana D3 Keperawatan Sertifikat BCLS

4 Tenaga Non-kesehatan SMA/SMK Kesehatan

1. Keperawatan

a) Perencanaan tenaga perawat

Perencanaan tenaga keperawatan mengacu pada kapasitas tempat tidur


dan klasifikasi / staratafikasi pelayanan RPU serta kompetensi perawat
untuk pendukung terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas
efektif dan efisiensi.

b) Kualifikasi perawat di unit perawatan dewasa

 Perawat pelaksana minimal D3 keperawatan


 Ketua tim (penanggung jawab tim ) minimal D3 keperawatan dengan
perkerjaan di unit dewasa minimal 2 tahun.
 Perawat kepala ruangan minimal D3 keperawatan dengan pengalaman 5
tahun kerja dan memiliki sertifikat manajemen kepala ruangan.

10
 Adanya kebijkan pimpinan tentang kebutuhan perawat di unit dewasa
dengan dasar perhitungan tenaga dengan memperhatikan kapsitas tempat
tidur , BOR dan tingkat ketergantungan pasien.
 Semua perawat yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan di unit
dewasa mempunyai SIP/SIK dan sertifikat pelatihan.

2. Kompetensi perawat dewasa

JENJANG KARIR PERAWAT RUANG DEWASA

NO KRITERIA PENGALAMAN DAN PENDIDIKAN PERSYARATAN KOMPETENSI

1. Perawat Pratama 1. D3 keperawatan masa kerja satu 1. Sepenuhnya dapat melakukan


(SA2) tahun diruang perawatan kegiatan sebagai perawat pada
umum jenjang perawat magang (p.i.a)
2. Pengalaman di Rumah sakit 2. Berperan sebagai perawat
lain diakui pelaksana
3. Dapat melakukan asuhan
keperawatan normal
4. Berkomunikasi dengan baik dan
memahami customer service
5. Mengetahui protap tentang cara
perawatan dewasa
6. Mampu melakukan tindakan
dasar keperawatan
7. Mampu melakukan resusitasi
ABC
2. Perawat madya I AKPER dengan pengalaman 1-3 1. Sepenuhnya dapat melakukan
(SA 3A) tahun di ruang dewasa kegiatan sebagai perawat pada
jenjang pratama
2. Perlu supervisi penuh dalam
memberikan asuhan perawatan
3. Berperan sebagai perawat
pelaksana
4. Dapat melakukan resusitasi
ABC
5. Dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien
dengan gawat nafas dengan
supervisi penuh
6. Dapat mengetahui kegawatan
pasien

11
3 Perawat Madya II AKPER dengan pengalaman 3-5 Sepenuhnya dapat melakukan
(SA 3B) tahun di ruang dewasa kegiatan:
1. Sebagai perawat pada jenjang
pratama dan madya satu
2. Dapat melakukan resusitasi
ABC
3. Perlu supervisi minimal ( dapat
mengontrol dan mengawasi
hasil kegiatan medis )
4. Mampu memberikan perawatan
medikal bedah
5. Berperan sebagai perawat
pelaksana dan pendidik bagi
pasien dan keluarganya,
sesama teman dan pengelolah
dalam asuhan keperawatan
6. Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang perlu di teliti
7. Mampu meneliti dan
menganalisa permasalahan
yang ada ,serta mampu
memberikan keputusan sendiri
8. Mampu diberikan tanggung
jawab sepenuhnya dalam
mengelola kegiatan dalam Tim
dinasnya
9. Mampu bertindak sebagai PJT
di unit dewasa
10.Mampu memberikan konseling
11.Mampu berkomunikasi/
mengonsultasikan pasien ke
dokter yang merawat
4 Perawat utama AKPER dengan pengalaman > 5 1. Sepenuhnya dapat melakukan
tahun di ruang dewasa kegiatan sebagai perawat pada
jenjang : pratama, Madya I,
Madya II
2. Mampu bertindak sebagai PJT di
unit dewasa
3. Mampu menerima
pendelegasian kepala ruang
bila berhalangan atau cuti
4. Mampu menentukan prioritas
masalah, tindakan medis,
maupun sarana dan prasarana
medis.
5. Memerlukan supervisi minimal

12
6. Mampu menilai kegawat
daruratan pasien dan
berkolaborasi dengan dokter
jaga

3. Kompetensi ketua Tim di ruang perawatan dewasa ( penanggung jawab shift)

Kompetensi ketua Tim ( penanggung jawab shift ) antara lain kompetensi


perawat dewasa dengan kemampuan leadership.

4. Kompetensi Kepala Ruangan Dewasa

Kompetensi ketua tim ( penanggung jawab shift ) dan kompetensi managerial.

5. perhitungan jumlah ketenagaan

Kebutuhan perawat di RPU didasarkan pada kapasitas tempat tidur , BOR dan
tingkat ketergantungan pasien.

B. Distribusi ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan ruang perawatan dewasa yaitu

1. Untuk dinas pagi

Yang bertugas sejumlah 4 (empat), orang dengan standar minimal


bersertifikat BLS/TCLS

Kategori :

1 orang kepala perawat Dewasa

1 orang penanggung jawab shift

3 orang perawat pelaksana

2. Untuk dinas sore

Yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan standar minimal


bersertifikat BLS/BTCLS

Kategori :

13
1 orang penanggung jawab shift(PJT)

3 orang perawat pelaksana

3. Untuk dinas malam

Yang bertugas sejumlah 4 ( empat ) orang dengan standar minimal


bersertifikat BLS/BTCLS

Kategori :

1 orang penanggung jawab shift (PJT)

3 orang perawat pelaksana

4. Untuk dinas malam

Yang bertugas sejumlah 4 ( empat ) orang dengan standar minimal


bersertifikat BLS/BTCLS

Kategori :

1 orang penanggung jawab shift (PJT)

3 orang perawat pelaksana

C. Pengaturan jaga

1. Pengaturan jaga Perawat

a.) Pengaturan jadwal dinas perawat dewasa dibuat dan dipertanggung jawabkan
oleh kepala ruangan dewasa dan di setujui oleh kepala bidang keperawatan

b.) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana setiap satu bulan

c.) Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu , maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada ( apabila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak menggangu pelayanan, maka
permintaan di setujui)

d.) Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift / Tim
(PJT)dengan syarat pendidikan minimal D3 keperawatan dan masa kerja minimal
2 tahun, serta memiliki sertifikat standar BLS/TCLS

14
e.) Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore , dinas malam, lepas libur dan
cuti.

f.) Apabila ada tanaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu kepala ruangan : 2 jam sebelum dinas pagi , 4
jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu kepala
ruangan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka kepala ruangan akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau perawat yang tinggal dilingkungan terdekat rumah
Sakit Sari Asih Sangiang.

g.) Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka kepala ruangan akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur atau perawat yang tinggal di lingkungan terdekat
Rumah Sakit Sari Asih Sangiang.

h.) Apabila perawat pengganti tidak didapatkan, maka perawat yang dinas pada shft
sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan jaga dengan dihitung
lembur ( SPO pengaturan jadwal dinas perawat terlampir)

2. Pengaturan jaga asisten perawat

- Pengaturan jadwal dinas asisten perawat dibuat dan di pertanggung


jawabkan oleh kepala ruangan perawatan umum dan di setujui oleh
kepala bidang keperawatan

- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepada perawat pelaksana setiap satu bulan.

- Untuk tenaga asisten perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka asisten perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada form permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan di setujui).

- Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift/Tim
(PJ Shift atau PJT) dengan syarat pendidikan minimal D III keperawatan
dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
keperawatan.

15
- Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas libur,
libur dan cuti.

- Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah di tetapkan (terencana), maka asisten
perawat yang bersangkutan harus memberitahu kepada kepala ruangan
perawatan umum : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore
atau dinas malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan perawatan
umum, diharapkan asisten perawat yang bersangkutan sudah mencari
asisten perawat pengganti, apabila asisten perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan asisten perawat pengganti, maka kepala ruangan
ruang umum, akan mencari tenaga asisten perawat pengganti yaitu
asisten perawat yang hari itu libur atau asisten perawat yang tinggal di
lingkungan terdekat Rumah Sakit Sari Asih.

- Apabila ada tenaga asisten perawat tiba- tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah di tetapkan (tidak terencana), maka apabila kepala
ruangan perawatan umum akan mencari asisten perawat pengganti yang
hari itu libur atau asisten perawat yang tinggal di lingkungan terdekat
Rumah Sakit Sari Asih.

- Apabila asisten perawat pengganti tidak didapatkan, maka asisten


perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan
atau melanjutkan jaga dengan di hitung lembur

16
A. Denah Ruangan

A. Standar Fasilitas

1. Sarana dan prasarana

a. Lokasi

Unit RPU berada di lantai 1 dan lantai 2 RPU yang berada dilantai 1
bersebelahan dengan ruang kebidanan sedangkan di lantai 2
bersebelahan dengan ruang perawatan Dewasa

b. Desain

Pelayanan RPU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik


dan pengaturan ruang yang cukup terang.

c. Ketentuan bangunan RPU adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai standar tertentu terhadap :

Bahaya
Ventilasi
Ac
Exhaust fan
Pipa air
Komunikasi

2) Lantai mudah di bersihkan, keras dan rata. Ruangan RPU dibagi


menjadi beberapa area yang terdiri dari :

17
a) Area pasien

Ruangan dewasa dibagi menjadi beberapa kelas yang terdiri :

Kelas 3 terbagi menjadi 2 kamar, masing –masing terdiri dari 8 bed pasien

Kelas 2 terbagi menjadi 3 kamar, masing – masing terdiri dari 3 bed pasien

Kelas 1 terbagi menjadi 5 kamar, masing – masing terdiri dari 2 bed pasien

Kelas VIP terbagi 2 kamar, masing- masing terdiri 1 bed pasien

b) Area kerja meliputi :

Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat
dengan pasien

Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, computer dan koleksi data,
juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup
resepsionis

c) Lingkungan

Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan


kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22-25 C kelembaban 50% -
70%

d) Ruang isolasi

Dilengkapi dengan tolilet / kamar mandi

e) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih

Terdapat lemari untuk menyimpan linen bersih

f) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor

Ruang untuk membersihkan alat – alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan


pembersihan pispot dan botol urine.

2. Komponen dan bahan bangunan

Komponen Ruang Perawatan Dewasa memerlukan beberapa persyaratan, antara


lain :

18
a. Komponen penutup lantai

Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan prioritas
yang tinggi yang dapat menyimpan debu

2. Mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan

3. Penutup lantai harus berwarna dan tidak menyilaukan mata

4. Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 7 derajat penutup lantai harus
dari lapisan permukaan yang tidak licin ( walaupun dalam kondisi basah )

5. Hubungan / pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan


bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan
lantai

b. Komponen dinding

Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien serta tidak
berjamur

2. Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu

3. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata

4. Hubungan / pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan.

c. Komponen langit –langit

Komponen langit –langit memiliki persyaratan sebagai berikut:

1) Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,

Tidak mengandung unsure yang dapat membahayakan pasien serta tidak


berjamur

2) Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu

3) Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan

19
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pelayanan

Menerima pasien masuk ke ruangan dari IGD dan Poliklinik. Perawat


ruangan menelepon dokter spesialis yang akan merawat untuk mendapatkan
terapi atau jika pasien sudah konsulkan di IGD / mendapatkan terapi dari
poliklinik perawat ruangan tinggal melaksanakan therapi yang sudah di
berikan. Kemudian perawat yang menerima melaporkan kepada
penanggung jawab tim(PJT).

Dokter yang akan memeriksa pasien setiap hari satu kali, kondisi pasien,
inform consent, tindakan yang sudah diberikan, obat –obat yang sudah
diberikan. Informasi tersebut kemudian diteruskan kepada perawat yang
akan merawat pasien tersebut dan persiapan persiapan untuk pasien baru.

Penanganan pasien selama di unit dewasa sepenuhnya dibawah tanggung


jawab dokter spesialis. Dokter spesialis akan berkoordinasi dengan berbagai
disiplin untuk penanganan pasien. Semua keputusan dan instruksi dokter
spesialis termasuk rencana dan pemulangan pasien. Semua keputusan dan
instruksi dokter spesialis termasuk rencana dan pemulangan pasien jika
kondisi pasien sudah memungkinkan.

B . Tata Laksana sistim komunikas Ruang Perawatan Dewasa

1. Petugas penanggung jawab

a) Petugas operator
b) Dokter / perawat ruangan
2. Perangkat Kerja

a) Pesawat telepon
b) Hand phone

20
3. Tata laksana sistim komunikasi RPU

a) Anatara RPU dengan unit lain dalam RS Sari Asih Sangiang


adalah dengan nomor extension masing – masing unit
(026/SPO/CS&ADM/RSSA-SNG/IV/2015

b) Antara RPU dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang


terkait dengan pelayanan di luar rumah sakit adalah
menggunakan pesawat telephone langsung dari RPU dengan
menggunakan speed dial yang dimiiliki oleh dokter jaga atau
melalui bagian operator (027/SPO/CS&ADM/RSSA-
SNG/IV/2015)

c) Antara RPU dengan petugas ambulan yang berada di lapangan


menggunakan pesawat telephone dan handphone
(025/SPO/CS&ADM/RSSA-SNG/IV/2015)

d) Dari luar RS Sari Asih Sangiang dapat berlangsung melalui


operator

C. Tata laksana pengisian Informed Consent

1. Petugas penanggung jawab

a) Dokter spesialis

b) Dokter jaga ruangan

2. Perangkat Kerja

Formulir persetujuan tindakan

3. Tata laksana informed consent

a) Dokter spesialis / dokter jaga yang sedang bertugas menjelaskan tujuan


dari pengisian informed consent pada pasien / keluarga pasien
(009/SPO/YANMED/RSSA-SNG/IV/2015) disaksikan oleh perawat

21
b) Pasien menyetujui informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.

c) Setelah di isi dimasukan dalam status medik pasien

D. Tata laksana Transportasi Pasien

1. Petugas penanggung jawab

a.) Perawat RPU


b.) Sopir ambulance
c.) Dokter jaga ruangan
2. Perangkat Kerja
a.) Ambulance
b.) Alat Tulis
c.) Tata Laksana Transportasi Pasien RPU
1) Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulance RS Sari Asih
Sangiang sebagai Transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi RPU (022/SPO/CS&ADM/RSSA-SNG/IV/2015)
2) Perawat RPU menuliskan data-data/penggunaan ambulance (nama
pasien ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan)
3) Perawat RPU menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien

E. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rujukan Rumah Sakit


1. Petugas Penanggung Jawab
RPU
2. Perangkat KErja
a.) Ambulance
b.) Handphone
3. Tata Laksana Sistim Infomasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a.) Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat RPU RS Sari Asih
Sangiang.

22
b.) Isi informasi mencakup :
- Keadaan Umum (kesadaran dan tanda-tanda vital)
- Perawat RPU melaporkan pada dokter jaga & PJT serta menyiapkan
hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari
petugas ambulance

F . Tata Laksana Sistim Rujukan

1. Petugas penanggung jawab

a.) Dokter spesialis


b.) Perawat RPU

2. Perangkat kerja

a.) Ambulance
b.) Formulir persetujuan tindakan
c.) Formulir rujukan

3. Tata laksana sistim rujukan RPU

a) Alih Rawat

 Perawat ruangan menguhubungi rumah sakit yang akan dirujuk


 Dokter jaga ruangan memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan pasien
(020/SPO/YANMED/RSSA-SNG/IV/2015)
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat RPU
menghubungi RS Sari Asih Sangiang / ambulance 118 sesuai kondisi
pasien
 Pasien yang akan di rujuk ke Rumah sakit lain didampingi oleh dokter
jaga ruangan
 Pemeriksaan Diagnostik

23
 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
 Perawat RPU menghubungi rumah sakit rujukan
 Perawat RPU menghubungi petugas ambulan Rumah Sakit Sari Asih
Sangiang
 Pasien RPU yang akan dilakukan pemeriksaan diagnostik ke Rumah
Sakit lain akan didampingi oleh dokter jaga ruangan

G. Spesimen

1. Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan


spesimen
2. Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3. Dokter jaga mengisi formulir pemeriksaan, dan diserahkan ke petugas
laboraturium

4. Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboraturium yang di tuju saat


pemeriksaan spesimen yang dilakukan tidak bisa dilakukan atau tidak bisa
di periksa di Rumah Sakit Sari Asih Sangiang.

24
BAB V

LOGISTIK

Secara umum, untuk logistik di ruang perawatan Dewasa Rumah Sakit Sari Asih
Sangiang sudah dibuatkan sesuai dengan kebutuhan yang ada dan bisa terpenuhi
dengan cepat. Hal ini tentunya merupakan sebuah standar dimana pemenuhannya bisa
segera dilakukan untuk membantu mengatasi kebutuhan logistik yang sangat mendesak
dan penting bagi terselenggaranya sebuah pelayanan yang efektif dan efisien di Ruang
Perawatan Umum Dewasa

25
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:

1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


2. tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


2. meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyaraktat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien

1. Hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

26
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Insiden keselamatan pasien (IKP)

1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

a) Adverse Event

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan , yang mengakibatkan


cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis Karena tidak dapat
dicegah

b) Unpreventable adverse Event ( KTD yang tidak dapat di cegah )

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat di cegah
dengan tindakan apapun, walaupun dengan pengetahuan mutakhir

2. Kejadian nyaris Cedera (KNC)

a. Near Miss

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :

 Karena “ keberuntungan “
 Karena “ pencegahan “
 Karena “ peringatan “
3. Kesalahan medis (medical errors) Adalah kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien
4. Kejadian Sentinel (Sentinel Event )

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius ;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak

27
dapat diterima, Serpeti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan
kata “ sentinel “ terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti ,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian
ini mengungkapkan adanya masalah serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan insiden
keselamatan”

28
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 –
49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara -
negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penangulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus
meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus
HIV/ AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui
penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan
yang belum aman karena belum di tetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik , dll).

Penyakit hepatitis B dan C , yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi di kemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C di masyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat di
kenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat


keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan proseur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.

Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ kewaspadaan umum “


atau “universal precaution “ yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “ petugas kesehatan “ tenaga kesehatan

29
sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat berkerja maksimal.
Dengan mematuhi standar prosedur operasional ( SPO) yang telah di tetapkan
oleh rumah sakit maka di harapkan bisa meminimalisir atau mampu mencegah
terjadinya pajanan dan atau kejadian lainnya sehingga tenaga kesehatan bisa
terhindar dari risiko – risiko yang ada.

B. Tujuan

1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat


melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
risiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko tinggi terhadap pasien

1. Cuci tangan yang kurang benar.


2. Penggunaan sarung tangan yang kuang tepat .
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman .
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai .

D. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan kerja


adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut di jabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :

30
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai .
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perluakaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

31
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Sari Asih Sangiang khususnya untuk
ruang perawatan dewasa mengacu kepada indikator mutu area klinik (IAK), indikator
Mutu area manajerial (IAM) dan indikator mutu area Sasaran keselamatan pasien
(ISKP) Dari acuan tersebut diatas, maka indikator mutu ruang perawatan umum (RPU)
adalah sebagai berikut :

1. Indikator Mutu Area Klinik (IAK)

1. Kejadian Dekubitus selama perawatan


2. Angka infeksi luka operasi
3. Kejadian infeksi saluran kemih
4. Ketepatan jam visit dokter spesialis
5. Kelengkapan asesmen awal medis dalam waktu 24 jam sejak pasien rawat
inap
6. Keptuan penggunaan clinical patway
7. Ketidak patuhan pendokumentasian assesmen nyeri secara kontinyu di status
pasien.
8. Angka perawatan ulang

2. Indikator Mutu Area Manajerial (IAM)

1. Kecepatan respon terhadap komplain


2. Infeksi luka infus (ILI / PLEBITIS)

3. Indikator Mutu Area sasaran keselamatan pasien (ISKP)

1. Angaka kejadian tidak terpasang gelang identitas pada pasien rawat inap
2. Angka ketidaklengkapan bukti konfirmasi rawat inap kepada DPJP
dengan prinsip SBAR
3. Insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai

32
4. Angka ketidak patuhan dalam mengisi surgical safety checklist dikamar
operasi
5. Evaluasi dan analisis survei pelaksanaan kepatuhan kebersihan tangan
6. Tidak adanya pasien jatuh di rumah sakit

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan sensus harian dalam format


tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap triwulan kepada dierktur rumah sakit,
komite mutu dan kepala bidang keperawatan.

33
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan ruang perawatan umum (RPU) dewasa Rumah sakit Sari Asih
Sangang ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh Rumah Sakit Sari Asih
yang menyelenggarakan pelayanan ruang perawatan dewasa.

Pelayanan ruamg perawatan umum dewasa Rumah Sakit Sari Asih Sangiang dibagi
menjadi tiga klasifikasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kemampuan rumah sakit
meliputi sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Oleh karena itu, setiap rumah
sakit hendaknya dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam pedoman ini
dan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi
setiap Rumah Sakit yang bergabung dalam Sari Asih Group.

Pedoman pelayanan RPU Rumah Sakit Sari Asih Sangiang, selanjutnya perlu dijabarkan
dalam standar prosedur operasional (SPO) di setiap proses pelayanannya sehingga
tercapai kelancaran dalam proses pelaksanaan di ruang perawatan dewasa Rumah
Sakit Sari Asih Sangiang.

34
INDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen : No Revisi : Halaman :


011/IAK/RSSA-SNG/I/2018 00 1-2
Tanggal Terbit : Ditetepkan
INDIKATOR AREA Direktur
KLINIS 8 Januari 2018 M
20 Rabiul Akhir 1439 H

dr. H. Abdul Khoja, MARS

Nama Indikator
Kejadian Dekubitus Selama Masa Perawatan
Definisi operasional Kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secaraterus menerus sehingga mengakibatkan gangguan
sirkulasi darah setempat, yang timbul minimal 3 x 24 jam setelah rawat
inap
Program Keselamatan
Dimensi mutu Keselamatan, kompetensi
Tujuan Tergambarnya mutu perawatan pasien tirah baring.
Dasar pemikiran / SNARS edisi 1
literature
Numerator Jumlah kasus luka dekubitus per bulan
Denumerator Jumlah pasien tirah baring pada bulan tersebut
Formula Jumlah kasus luka dekubitus per bulan dibagi Jumlah pasien tirah
baring pada bulan tersebut kemudian dikali 100%
Metodologi Sensus Harian
pengumpulan data
Cakupan data Data rawat inap
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data

35
INDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No. Dokumen : No Revisi : Halaman :


011/IAK/RSSA-SNG/I/2018 00 2-2
Tanggal Terbit : Ditetepkan
INDIKATOR AREA Direktur
KLINIS 8 Januari 2018 M
20 Rabiul Akhir 1439 H

dr. H. Abdul Khoja, MARS

Periode analisa 3 bulan sekali

Metodologi analisa Analisis prosentase dan trend kejadian


data
Sumber data Rekam medis pasien

Wilayah pengamatan Intalasi rawat inap

Penanggung jawab Kepala ruangan rawat inap


pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi bulanan direktur dengan semua kabid, kepala ruangan, dan
komite
Standar 0%

36
INDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

No. Dokumen : No Revisi : Halaman :


021/PPI/RSSA-SNG/I/2018 00 1-2
Tanggal Terbit : Ditetepkan
INDIKATOR Direktur
PENCEGAHAN DAN 8 Januari 2018 M
PENGENDALIAN 20 Rabiul Akhir 1439 H
INFEKSI
dr. H. Abdul Khoja, MARS

Nama Indikator Angka infeksi luka operasi


Definisi operasional Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi rumah sakit (HAIs) pada
semua kategori luka sayatan operasi yang dilaksanakan di rumah sakit
dan ditandai oleh rasa panas (kalor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) gangguan fungsi (fungsiolesa) dan keluarnya nanah
(pus) yang muncul dalam waktu lebih 3 x 24 jam sampai dengan 30
hari pasca operasi, atau sampai dengan 1 tahun jika terdapat implant
Program Peningkatan Mutu dan Keselamtan Pasien
Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan keselamatan pasien
Tujuan Mengetahui jumlah kejadian infeksi luka operasi
Dasar pemikiran / SNARS Edisi 1
literature
Numerator Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu hari
Denumerator Jumlah seluruh pasien yang dioperasi di rumah sakit dalam bulan
Tersebut
Formula Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu hari dibagi
Jumlah seluruh pasien yang dioperasi di rumah sakit dalam bulan
tersebut dikali 100%
Metodologi Sensus harian
pengumpulan data
Cakupan data Data rekam medis dan ruang perawatan
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan sekali

37
INDIKATOR MUTU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

No. Dokumen : No Revisi : Halaman :


021/PPI/RSSA-SNG/I/2018 00 2-2
Tanggal Terbit : Ditetepkan
INDIKATOR Direktur
PENCEGAHAN DAN 8 Januari 2018 M
PENGENDALIAN 20 Rabiul Akhir 1439 H
INFEKSI
dr. H. Abdul Khoja, MARS

Metodologi analisa Analisis prosentase


data
Sumber data Rekam medis dan ruang perawatan

Wilayah pengamatan Rawat inap


Penanggung jawab Kepala ruangan rawat inap
pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi bulanan direktur dengan semua kabid, kepala ruangan, dan
komite
Standar ≤1 %

38

Anda mungkin juga menyukai