yang mengancam ekuilibrium internal, yang biasanya terpelihara dalam unit keluarga tersebut. Kejadian
tersebut dapat berupa sakit akut atau trauma dan perburukan akut penyakit kronik ( morton et al,
2011).
Keadaan ini mengancam kesejahteraan keluarga dan dapat memicu respon stres pada pasien maupun
keluarga.
a. psikologis
b. non psikologis
Efek psikologis
3. perasaan isolasi
4. depresi
Sebuah penelitian di norwegia yang meriview beberapa penelitian kualitatif pada pasien yang dirawat
diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu:
1.ketidakberdayaan
5.perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan,financial pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
a. Psikologis
b. Non psikologis
Efek psikologis
1. stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penangan
2. ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga). (hudak & gallo, 1997)
Efek non psikologis
1. perubahan struktur peran dalam keluarga
2. perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. masalah financial keluarga
5.perubahan pola hidup keluarga
A. Definisi
Kritis adalah keadaan krisis, gawat, genting (tentang suatu keadaan), keadaan yang paling menentukan
berhasil atau gagalnya suatu usaha. Kritis juga didefinisikan sebagai penilaian dan evaluasi secar cermat
dan hati-hati terhadap suatu kondisi dalam rangka mencari penyelesaian.
AACN mendefinisikan keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yg resmi dan bertanggung jawab utk memastikan pasien
dgn sakit kritis dan keluarga pasien mendapat kepedulian optimal.
1. The Critically Ill Patient masalah yang aktual dan potensial mengancam kehidupan pasien dan
membutuhkan ovservasi dan intervensi mencegah komplikasi. Pasien sakit kritis didefinisikan sbg
pasien yang beresiko tinggi untuk masalah kesehatan actual atau potensial mengancam jiwa.
Semakin sakit kritis pasien, semakin besar kemungkinan dia menjadi rentan, tidak stabil, sehingga
butuh asuhan keperawatan yang intens. Pasien membutuhkan observasi dan interavensi secara
intensif untuk mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi.
2. The Critically Care Nurse membutuhkan perawat yang profesional untuk perawatan pasien kritis.
Perawat dalam praktik keparawatan kritis dalam pengaturan dimana pasien butuh pengkajian yang
kompleks, terapi intensitas tinggi dan intervensi berkesinambungan kewaspadaan keperawatan.
Perawat perawatan kritis mengandalkan pengetahuan khusus, keterampilan dan pengalaman untuk
memberikan perawatan kepad pasien dan keluarga untuk mencapai lingkungan yang
menyembuhkan, manusiawi dan peduli. AACN mendefinisikan advokasi adalah menghormati dan
mendukung nilai-nilai dasar, hak, keyakinan pasien kritis.
3. The Critically Care Environment ruang perawatan intensif adalah lingkungan yang berpotensi
memusuhi pasien yang rentan terhadap sakit kritis. Selain stres fisik akibat penyakit, nyeri, obat
penenang, intervensi, dan ventilasi mekanik, ada stress psikologi dan psikososisla yang dirasakan oleh
pasien. Salah satu faktor tambahan adalah lingkungan ICU yang juga diduga berkontribusi terhadap
sindrom yang dikenal dengan ICU psikosis/delirium. Sering melaporkan faktor stres lingkungan
adalah kebisingan, cahaya, pembatas mobilitas, dan isolasi sosial.
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat dan dapat menyebabkan
kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di RS terdiri dari: unit gawat darurat (UGD), dimana
pasien diatasi pertama kali; unit perawatan intensif (ICU), bagian yang mengatasi keadaan kritis,
sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh
darah koroner disebut dengan unit perawatan intensif koroner (ICCU). Baik UGD, ICU, dan ICCU adalah
unit perawatan kritis dimana perburukan patofisiologis dapat terjadi secara cemat dan berakhir
dengan kematian.
Menyelamatkan kehidupan
Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan monitoring yang ketat
disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang di dapat dan melakukan tindak lanjut.
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Klasifikasi ICU
1. Mendukung dan menghargai otonomi pasien, serta pengambilan keputusan yang diinformasikan
2. Menjadi penengah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang dilayani
3. Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan
4. Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien
5. Memberikan edukasi kepada pasien/yang mewakilkan dalam pengambilan keputusan
6. Menerangkan hak pasien untuk memilih
7. Mendukung keputusan pasien/yang mewakilkan atau memindahtangankan perawatan kepada
perawat keperawatan kritis dengan kualifikasi yang setara
8. Menjadi perantara basi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan juga pasien yang
memerlukan intervensi darurat
9. Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan
10. Berlaku sebagai penghubung antara pasien/keluarga pasien dan anggota tim kesehatan lain
2. Kecemasan.
penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian.
Kecemasan terjadi saat seseorang mengalami hal-hal:
a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat
Pola Adaptasi
Peran Perawat:
Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan
Menumbuhkan rasa percaya
Memberikan informasi
Memberikan kendali
Kepekaan budaya
Kehadiran dan penenangan
Teknik kognitif
Kematian klinis adalah kematian yg terjadi setelah berhentinya denyut jantung dan pernapasan berirama,
tidak ada gangguan fungsi otak atau kematian batang otak. Pada situasi ini dengan tindakan CPR masih
mungkin berhasil memulihkan organ. Bagaimanapun, CPR akan sia2 bila pasien menderita penyakit
termina dan sudah mengalami MODS.
American Association of Critical Nursing mempublikasikan 15 kompetensi dasar utk meningkatkan kualitas
askep end of life:
1. Menggali perubahan dinamis tentang populasi demografi, pelayanan kesehatan yg ekonomis, dan
jasa layanan kesehatan yang mendukung peningkatan kesiapan askep end of life.
2. Meningkatkan kepedulian terhadap kenyamanan asuhan pada kematian secara aktif, yg diinginkan,
dan mementingkan skill dan merupakan bagian integral dari askep
3. Komunikasi secara efektif dan penuh kasih sayang yang melibatkan klien dan keluarga serta anggota
team asuhan tentang isu end of life
4. Menggali sikap, perasaan, nilai dan harapan diri tentang kematian, budaya serta kepercayaan rohani
dan kebiasaan pasien.
5. Berperilaku rasa hormat terhadap pendapat dan harapan pasien selama asuhan perawatan end of
life
6. Kolaborasi antar anggota tim kesehatan lain saat sedang melaksanakan peran keperawatan pada
asuhan end of life
7. Gunakan alat yang standar yang didasari ilmu pengetahuan untuk mengkaji gejala dan tanda yang
diperlihatkan pasien saat kematian
8. Penggunaan data dari pengkajian gejala untuk membuat rencana tindakan, pada manajemen gejala
menggunakan standar pendekatan tradisional
9. Mengevaluasi dampak dari terapi tradisional, komplementer, dan teknologi berpusat pada hasil akhir
pasien
10. Mengkaji terapi dari berbagai sudut pandang meliputi kebutuha fisik, psikologis, sosial dan spiritual
untuk meningkatkan kualitas askep
2. Depresi gangguan alam perasaan yang dapat dialami oleh pasien ICU. Masa prawatan yang
lama, tidak kunjung sembuh, peraturan yang ditetapkan di unit keperawatan kritis membuat
pasien merasa diisolasi oleh karen keluarga tidak boleh mendampingi pasien. Sedih dan merasa
putus hubungan dengan saudara atau keluarga menjadi faktor risiko terjadinya depresi. Secara
klinis, perilaku diam dan kadang2 mengeluarkan air mata, merasa tidak berguna, tidak memiliki
harapan dan tidak berespons terhadap stimulus adalah perilaku umum yang ditampilkan pasien.
Memberikan pendidikan atau penjelasan pada pasien dan keluarga oleh perawat adalah tindakan
yang dapat dilakukan. Intervensi ini dapat mereduksi respon yang mungkin terjadi akibat depresi
ringan. Tetapi apabila depresi berat terjadi, perlu tindakan farmakologis atau konsultasi ke
psikiatri.
Faktor risiko yang menjadi predisposisi depresi karena gangguan medis adalah:
Isolasi sosial
Pesimis
Tekanan finansial
Riwayat gangguan mood
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
Usaha bunuh diri
Rasa sakit
Kehilangan makna hidup
3. Ansietas unit keperawatan kritis tidak dapat dipisahkan dari stimulus yang menyebabkan stres,
misalnya prosedur yang bersifat memaksa dan sangat serius untuk dikerjakan. Pada situasi lain di
unit kritis mungkin pasien lebih mengalami keprihatinan dan rasa khawatir yang berlebihan pada
macam-macam alat yang mengelilingi mereka. Ketakutan/ancaman selama dirawat di unit
keperawatan kritis dapat timbul akibat minimnya informasi berkaitan dengan situasi mesin
pernapasan atau fasilitas dan peralatan teknologi yang canggih yang terpasang pada tubuh pasien
sehubungan dengan penatalaksanaan penyakit. Nyeri dan ancaman kematian menjadi hal yang
sangat menakutkan pasien, tidak ada anggota keluarga yang mendampingi, kegaduhan yang
terjadi pada lingkungan atau pada tempat tidur lain juga menjadi sumber stres.
Kecemasan dapat terjadi pada saat seseorg mengalami hal berikut:
Ancaman ketidakberdayaan
Kehilangan kendali
Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
Pernah mengalami kegagalan pertahanan
Rasa isolasi
Rasa takut sekarat