darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah coroner berkurang.
Penyebab paling sering adalah adanya
sumbatan coroner. Sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard. AMI (Akut Miokard Infark) • DEFINISI 1. Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal, disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena trombus atau embolus (Dorland, 2002). Miokard merupakan jaringan otot jantung. Akut menunjukkan onset atau perjalanan waktu suatu kelainan atau penyakit. 2. Infark miokard merupakan perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Menurut Alpert (2010), pembagian infark miokard atau disebut juga acute myocardial infarction, berdasarkan penyebabnya yang heterogen, antara lain:
1. Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi plak aterosklerosis 2. Infark miokard tipe 2 Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vasokonstriksi dan spasme arteri menurunkan aliran darah miokard. 3. Infark miokard tipe 3 Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat. 4. a. Infark miokard tipe 4a Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya troponin). b. Infark miokard tipe 4b Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent trombosis. 5. Infark miokard tipe 5 Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. 2. ETIOLOGI • AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian selsel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya: 1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard. Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor , antara lain: a. Faktor pembuluh darah b. Faktor Sirkulasi c. Faktor darah 2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP . Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah. 3. FAKTOR RISIKO 1. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan faktor risiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya: a. Merokok b. Konsumsi alkohol c. Infeksi d. Hipertensi sistemik e. Obesitas f. Kurang olahraga g. Penyakit Diabetes 2. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi. Merupakan faktor risiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya: a. Usia b. Jenis Kelamin c. Riwayat Keluarga d. Ras e. Geografi f. Tipe kepribadian g. Kelas social 5. MANIFESTASI KLINIS 1. Nyeri : a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda. b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi. c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri). d. Nyeri mulai secara spontan e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher. f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah. g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor PATHWAY Miokard infark tidak terjadi secara singkat. Injuri iskemik berkembang beberapa jam sebelum menjadi nekrosis atau infark yang sempurna. Peroses iskemik mempengaruhi lapisan subendocardial, yang paling sensitif terhadap hipoksia. Mekanisme ini mengakibatkan penekanan pada kontraktilitas otot jantung (miokardium). Tubuh mencoba untuk mengkompensasi penurunan fungsi jantung dengan merangsang sistem saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan heart rate. Perubahan pada heart rate menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen , yang selanjutnya menekan miokardium. Iskemia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerusakan seluler dan nekrosis pada otot jantung. 6 PENATALAKSANAAN
• Perawatan pasien dilakukan di ruang intensive.
• Aktivitas pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama. • Diet. • Istirahat di tempat tidur • Sedasi diperlukan selama perawatan untuk mempertahankan periodeinaktivas dengan penenang. • Terapi farmakologis antitrombolitik. • Penggunaan Beta-Blocker. FARMAKOLOGI 1. Morfin Obat ini mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan menurunkan preload. Morfin diberian dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. 2. Nitrat Obat ini untuk mananggulangi spasme arteri koroner dan menurunkan miokard akan oksigen dengan menurunkan tekanan baik preload maupun afterload. 3. Aspirin Menghambat sisitem cyclooxygenase, menurunkan level dari tromboxane A2, yang merupakan aktifator platelet yang poten. Diberikan aspirin dengan dosis 160 atau 325 mg setiap hari. 4. Anti Trombolitik Penggunaan untuk menghambat terjadinya obstruksi koroner selama fase awal penyakit berdasarkan bukti klinis dan laboratoris bahwa trombosis mempunyai peran penting dalam patogenesis 5. Beta-Bloker Penggunaan memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan resiko terjadinya aritmia ventrikel yang serius. 6. Angiostensin receptor blockers (ARB). Pada pasien AMI dengan komplikasi LV dysfunction atau gagal jantung klinis yang tak toleran dengan inhibitor ACE. 8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Elektrokardiografi (EKG): Adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik. • Laboratorium: Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. • SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12mU/ml. • Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, lekositosisringan dan kadang-kadang hiperglikemi ringan. • Kateterisasi • HBDH (alfa hydroxygutiric dehidrogenase) merupakan enzim non sfesifik. 9. PROGNOSIS INFARK MIOKARD • Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu: a. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll) b. Potensial serangan iskemia lebih lanjut. c. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark). 10. KOMPLIKASI
• Gagal jantung kongestif
Apabila jantung tidak bisa memompa keluar semua darah yang diterimanya,dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif. • Disritmia Dapat timbul akibat perubahan keseimbangan elektrolit dan penurunan PH. • Syok Kardiogenik Dapat terjadi apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu lama. • Trombo embolus Akibat kontraktilitas miokardium berkurang. Embolus tersebut dapat menghambat aliran darah kebagian jantung yang sebelumnya tidak rusak oleh infark semula. • Perikarditis Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi peradangan setelah cidera dan kematian sel. • Gagal jantung kiri Hal ini jarang ditemui pada miokard akut tetapi biasanya terjadi setelah 48 jam pada gagal jantung selain takikardi bisa terdengar bunyi jantung ketiga, krepitasi paru yang luas dan kongesti vena paru. • Gagal ventrikel kanan Gagal ventrikel kanan ditandai oleh peningkatan tekanan vena jugularis dan sering di temui pada hari – hari pertama sesudah infark akut. • Emboli paru / edema paru dan infark paru Dugaan terdapat edema paru bila timbul hipotensi mendadak atau gagal jantung terutama ventrikel kiri beberapa saat setelah serang infark miokard.