Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Remaja

a. Pengertian

Menurut Batubara (2010) remaja merupakan masa transisi dari

anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan

terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa

disadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-

tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku

dan hubungan sosial dengan lingkungannya.

Notoatmodjo (2010) memberikan definisi tentang remaja, yaitu

masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan

psikologik dan perubahan sosial. Widyastuti dan Rahmawati (2009,

dalam Meilan, Maryanah & Follona, 2018) menambahkan bahwa

remaja adalah suatu masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode

masa pematangan organ reproduksi manusia dan masa peralihan dari

masa anak ke dewasa


13

b. Batasan Usia Remaja

BKKBN (2013) mengemukakan bahwa remaja adalah penduduk

laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum

menikah. Menurut Hurlock (2015) masa remaja berlangsung kira-kira

dari usia13 tahun sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja

bermula dai usia 16 atau 17 tahun sampai usia 18 tahun. Meilan,

Maryanah dan Follona (2018) mengemukakan bahwa masa remaja

terbagi atas remaja awal yaitu usia 13-15 tahun, remaja pertengahan

yaitu usia 15-18 tahun dan remaja akhir yaitu usia 18-21 tahun.

c. Tahap Perkembangan Remaja

Batubara (2010) mengatakan perubahan psikososial pada remaja

dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early adolescent),

pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).

1) Remaja awal (early adolescence).

Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan

tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan

komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Pada

fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang,

bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa

malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain

berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti

masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai

melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran

peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk


14

kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai

bahasa dan kode atau isyarat yang sama.

2) Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja mulai tertarik akan intelektualitas dan

karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai

mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian

terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model

dan mulai konsisten terhadap cita-cita.

3) Remaja akhir (late adolescence)

Ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna.

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk

peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan

dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan

kebiasaan lingkungan.

d. Tugas perkembangan remaja

Menurut Hurlock (2015) tugas perkembangan remaja adalah

kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai oleh remaja. Tugas

perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan

sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-

tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis
15

4) Mencapai kemandirian emosional

5) Mencapai kemandirian ekonomi

6) Mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi diri

7) Mengembangkan konsep dengan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat

8) Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10) Memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga

e. Ciri-ciri masa remaja

Hurlock (2015) menyatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri-

ciri tertentu yang membedakannya. Beberapa ciri-ciri umum tersebut

diantaranya :

1) Masa remaja sebagai masa yang penting

Pada periode remaja, ada periode yang penting akibat fisik

dan ada lagi karena akibat psikologis. Semua perkembangan itu

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya

membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa

yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah

peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
16

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan-

perubahan tersebut diantaranya meningginya emosi yang

intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan

psikologis yang terjadi. Sebagian besar remaja bersifat ambivalen

terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut

kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan

akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat

mengatasi tanggung jawab tersebut.

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada masa ini para remaja seringkali menemukan masalah

yang menurut mereka sulit untuk diatasi. Namun para remaja

merasa diri mereka mandiri sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang lain. Namun

terkadang mereka memiliki ketidakmampuan untuk mengatasi

masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja

yang akhirnya menemukan bahwa penyelesaianya tidak selalu

sesuai dengan yang mereka inginkan.

5) Masa remaja sebagai masa identitas

Remaja seringkali mengalami krisis identitas. Masalah

identitas ego, Identitas diri yang dicapai remaja berupa usaha

untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam

masyarakat. Remaja cenderung menarik perhatian pada diri sendiri


17

dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang

sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok

sebaya.

6) Masa remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak

yag tidak rapih, yang tidak dapat percaya dan cenderung merusak

dan berprilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut

bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

berwarna merah jambu. Mereka melihat dirinya sendiri dan orang

lain sebagaimana yang mereka inginkan dan bukan sebagaimana

adanya.

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin dekatnya usia kematangan, remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan stereotip masa belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa remaja sudah hampir dewasa. Oleh

karena itu remaja mulai memusatkan diripada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum

minuman keras, menggunakan obat-obataan dan terlibat dalam

perbuatan seks.
18

f. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja

Menurut Hurlock (2015) dan Batubara (2010), perubahan-

perubahan yang terjadi pada masa remaja diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Perubahan Fisik

a) Perubahan ukuran tubuh

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada

akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan

bereproduksi.

(1) Laki-laki

Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm

per tahun. Secara keseluruhan pertambahan. tinggi badan

sekitar 28 cm pada anak laki-laki. Puncak pertumbuhan

tinggi badan (peak height velocity) pada anak laki-laki pada

usia 14 tahun. Pada laki-laki, pertumbuhan akan berakhir

pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya

pertambahan tinggi badan hampir selesai. Pertambahan

berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi

tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya

massa otot. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena

pengaruh hormon steroid seks. (Batubara 2010).

(2) Perempuan

Tinggi badan anak perempuan bertambah kurang lebih

9 cm per tahun. Secara keseluruhan pertambahan. tinggi

badan sekitar 25 cm pada anak perempuan. Pertambahan


19

tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak

perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan

tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan

terjadi sekitar usia 12 tahun. Pada anak perempuan,

pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun.

Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan

komposisi tubuh, pada anak perempuan terjadi karena

meningkatnya massa lemak.

b) Perubahan proporsi tubuh

Menurut (Hurlock, 2015) daerah-daerah tubuh tertentu

yang tadinya terlampau kecil, sekarang jadi terlampau besar

karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah

tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan.

Barulah pada bagian akhir masa remaja seluruh daerah tubuh

mencapai ukuran dewasa. Meskipun perubahan besar terjadi

sebelum masa puber usai.

c) Perubahan ciri-ciri seks primer

(1) Perempuan

Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja

ditandai oleh kehadiran menstruasi. Hormon utama yang

mengatur perubahan ini adalah estrogen pada wanita.

Datangnya menstruasi pertama tidak sama pada setiap

remaja. Saat ini ada seorang anak perempuan yang

mendapatkan menstrusi pertama (menarche) di usia 8-9

tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.


20

(2) Laki-laki

Pencapaian kematangan seksual pada laki-laki ditandai

oleh produksi semen. Hormon-hormon utama yang

mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria.

Datangnya mimpi basah pertama tidak sama pada setiap

remaja. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan

tersebut. Salah satunya adalah karena gizi. Remaja laki-

laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak

harus selalu dikeluarkan, ia akan diserap oleh tubuh dan

dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair dan

kotoran padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses

yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui

penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari

oleh remaja laki-laki) melalui mimpi basah.

d) Perubahan ciri-ciri seks sekunder

Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan

sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas.

(1) Perempuan

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh

timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia

kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara

berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14

tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun

dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.

Menarche terjadi dua tahun setelah awitan pubertas,


21

menarche terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas

yaitu sekitar 12,5 tahun. Perubahan hormonal akan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan

menarche pada anak perempuan;

(2) Laki-laki

Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan

meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi lebih

dari 3 ml. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada

usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis.

Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh.

Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun.

Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis,

sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan.

Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita

suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron

terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan

dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan

pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia

13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi

badan. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya

pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut

di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya

peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya

aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat.

(Batubara 2010).
22

2) Perubahan Emosional atau Psikologis

Pada remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran,

lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi. Pada

masa ini remaja akan mulai tertarik pada lawan jenis. Remaja

perempuan akan berusaha untuk kelihatan atraktif dan remaja laki-

laki ingin terlihat sifat kelaki-lakiannya. Beberapa perubahan

mental lain yang juga terjadi adalah berkurangnya kepercayaan diri

(malu, sedih, khawatir dan bingung). Remaja juga merasa

canggung terhadap lawan jenis. Remaja akan lebih senang pergi

bersama-sama dengan temannya daripada tinggal di rumah dan

cenderung tidak menurut pada orang tua, cari perhatian dan

bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini akan membuat

mereka lebih mudah terpengaruh oleh temannya. Remaja

perempuan, sebelum menstrusai akan menjadi sangat sensitif,

emosional, dan khawatir tanpa alasan yang jelas (Batubara, 2010).

g. Aktualisasi diri Remaja

Masa remaja didefinisikan sebagai periode transisi yang dimulai

dengan masa pubertas. Dalam pencarian identitas yang baru, remaja

harus menghadapi berbagai tantangan dan konflik pada diri remaja.

Konflik muncul antara upaya untuk berperilaku baik di mata orang tua

dan berperilaku dalam cara yang dapat menjadikan mereka bahan

olok-olokan teman sebayanya. Remaja memiliki imajinasi dan ambisi

yang tidak terbatas dan bercita-cita untuk mencapai prestasi yang

gemilang. Remaja yang diterima, dicintai, dan dihargai oleh keluarga

dan teman sebaya umumnya memperoleh kepercayaan diri dan dapat


23

mengembangkan potensi dan tujuan-tujuan positif untuk mencapai

tingkat aktualisasi diri (Kozier, 2010 dalam Maya, 2015). Aktualisasi

diri dapat didefinisikan sebagai tujuan atau cita-cita pribadi untuk

pemenuhan diri dan perkembangan diri. Aktualisasi diri merupakan

tingkat perkembangan dimana setiap individu berusaha untuk

memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya secara penuh (Wood,

2013 dalam Juliandi, 2017).

2. Aktualisasi Diri

a. Pengertian

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam

hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang

lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya (Hidayat.

2012). Aktualisasi diri menurut Maslow (dalam Alfiyana & Warto,

2018) mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri yang

dimiliki dan menjadi sekreatif mungkin. Aktualisasi diri merupakan

proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan bakat, sifat-sifat dan

potensi psikologis yang unik (Patioran, 2013 dalam Matondang,

2018).

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk

mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan baik yang

berasal dari dalam diri maupun dari luar diri. Kemampuan seseorang

membebaskan diri dari tekanan internal maupun eksternal

menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri.

Aktualisasi diri pada hakekatnya adalah merupakan hasil dari

kematangan diri dan tidak semua orang dapat mencapai aktualisasi

diri tersebut secara penuh (Hidayat, 2012)


24

b. Aspek-aspek aktualisasi diri

Rogers (1991, dalam Putri, 2010) mengemukakan beberapa

aspek atau sifat orang yang mengaktualisasikan diri sebagai berikut:

1) Keterbukaan pada Pengalaman

Orang yang mengaktualisasikan diri menerima pengalaman

dengan fleksibel sehingga memimbulkan persepsi yang baru.

Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosional positif

maupun negatif sehingga akan terhindar dari sifat defensif. Orang

yang mampu terbuka pada pengalaman memiliki persepsi yang

positif dan akurat tentang pengalaman yang dialaminya serta

perasaannya sendiri. Keterbukaan merupakan hal yang penting

dalam mengaktualisasikan diri. Seseorang yang terbuka pada

pengalamannya tidak terhambat oleh syarat-syarat apapun serta

mengalami kebebasan terhadap semua perasaannya.

2) Kehidupan Eksistensial

Kehidupan eksistensial yaitu kehidupan di sini dan sekarang.

Masa sekarang adalah satu-satunya realitas yang kita miliki. Ini

bukan berarti kita tidak seharusnya mengenang atau belajar dari

masa lalu. Bukan pula berarti kita tidak bisa merencanakan atau

bahkan berangan-angan tentang masa yang akan datang. Kita

seharusnya memandang sesuatu sebagai mana adanya, kenangan

dan angan angan adalah sesuatu yang kita alami disini dan

sekarang. Orang yang mengaktualisasikan diri mengalami

keterbukaan terhadap pengalaman hidup yang dialami, menemukan

sesuatu yang baru dan bermakna dari setiap peristiwa yang terjadi
25

serta adanya kecenderunagan untuk berubah. Hidup yang

eksistensial yaitu adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri

sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.

3) Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri berarti

kepercayaan yang diberikan pada diri sendiri untuk bertindak

sesuai dengan keputusan sendiri yang dirasakan oleh dirinya,

sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi

dengan sangat baik. Percaya dan yakin pada diri sendiri,

melakukan apa yang menurut diri baik.

4) Perasaan Bebas

Perasaan bebas berarti mengalami kebebasan tanpa adanya

paksaan, tekanan, dan ancaman yang datang dari pihak manapun.

Individu yang merasa bebas memiliki kepercayaan terhadap diri

sendiri bahwa masa depannnya tidak tergantung pada peristiwa

masa lampau sehingga ia dapat melihat banyak pilihan dalam

kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin

dilakukannya. Orang yang mengaktualisasikan diri dapat

merasakan kebebasan dan bertanggung jawab atas apa yang jadi

pilihannya.

5) Kreativitas, Spontanitas dan Humor

Kreativitas, spontanitas dan humor merupakan faktor yang

membantu individu berfungsi sepenuhnya. Keterbukaan diri

terhadap pengalaman dan kepercayaan pada diri sendiri akan

mendorong seseorang untuk memiliki kreatifitas dengan ciri-ciri


26

bertingkah laku spontan dan apa adanya. Kreatifitas merupakan

suatu sikap atau ungkapan cara bagaimana kita mengamati dan

bereaksi terhadap hasil-hasil karya dunia. Spontanitas merupakan

sikap yang tidak dibuat-buat atau bersikap wajar. Sedangkan

humor merupakan sikap seseorang yang mampu melihat sisi yang

membuat dirinya maupun orang lain tersenyum atau tertawa.

c. Karakteristik Aktualisasi Diri

Menurut Asmadi (2008 dalam Tridiyana, 2017), seseorang yang

telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki

kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Beberapa

karakteristik yang menunjukan seseorang mencapai aktualisasi diri.

Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Mampu melihat realitas secara lebih efisien. Karakteristik ini akan

membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan,

kecurangan, kepalsuan, yang dilakukan orang lain, serta mampu

menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala

fenomena alam dan kehidupan. Karakteristik tersebut tidak

menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Ia

akan mendengarkan apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang

lain. Ketajaman pengamatan realitas kehidupan akan menghasilkan

pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa

dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.

2) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya Orang

yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain

seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan


27

kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi

terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima

diri sendiri dan orang lain. Ia akan membuka diri terhadap kritikan,

saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.

3) Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran Orang yang

mengaktualisasikan dirinya dengan benar ditandai dengan segala

tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan,

wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang dilakukan

tidak purapura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada

terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak

bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun

dalam hati ia menertawakan. Namun apabila lingkungan/ kebiasaan

di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini,

maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan

asertif. Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-

istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak

manusiawi.

4) Terpusat pada persoalan Orang yang mengaktualisasikan diri

seluruh pekiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk

kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan

kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan

demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada

persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang

bersifat egois.
28

5) Membutuhkan kesendirian Pada umumnya orang yang sudah

mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini

didasarkan atas persisnya mengenai sesuatu yang ia anggap benar,

tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pikiran orang

lain. Sikapnya yang demikian, membuatnya tenang dan logis

dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan

harga dirinya, meski ia berada dilingkungan yang kurang terhormat

Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan

keputusan. Keputusan yang diambil tidak di pengaruhi oleh orang

lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/

kebijakan yang diambil.

6) Otonomi, kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan

Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri tidak menggantungkan

diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan di mana

saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang

mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukan ketahanan terhadap

segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi

sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat

ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya

lebih optimal

7) Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan Merupakan

manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada

orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti

perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang

ia miliki. Walaupun hal yang ia miliki tersebut merupakan hal yang


29

biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala

apa yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam

mengapresiasikan segala yang dimiliki dapat menyebabkan ia

menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak

asasi orang lain. Kesadaran sosial Orang yang mampu

mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba,

kasih sayang, dan igin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada

walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan

ini akan memunculkan kesadaran sosial dimana ia memliki rasa

untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.

8) Hubungan interpersonal Orang yang mampu mengaktualisasikan

diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang

baik dengan orang lain. Bahkan dengan anak-anakpun ia akrab

dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Hubungan interpersonal

ini tidak didasari oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran

meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku

masyarakat di sekelilingnya.

9) Demokratis Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki

sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang

tidak membedakan orang lain berdasarkan golongan, etis, agama,

suku, ras, status social-ekonomi, partai, dan lain-lain Sifat

demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan

diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain.

Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa

menghormati orang lain tanpa kecuali


30

10) Rasa humor yang bermakna dan etis Rasa humor orang yang

mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor yang menghina

kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang

menghina, merendahkan, bahkan menjelekan orang lain. Humor

orang yang mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan

tertawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya

benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang

menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

11) Kreativitas Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki

oleh oang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini tanpa

tendensi atau pengaruh dari manapun dan siapapun. Kreatifitas ini

diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi

yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang

lain.

12) Independensi Mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-

keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh

berbagai guncangan atau kepentingan.

13) Pengalaman puncak. Orang yang mampu mengaktualisasikan diri

akan memliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak

ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya,

orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-

sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-

sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur,

ikhlas, bersahaja, tulus hati, alami, dan terbuka.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri


31

Koeswara (1991 dalam Pratiwi, 2018) mengatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah :

1) Faktor internal

a) Faktor usia.

Aktualisasi diri bukan suatu kesadaran yang statis tetapi

merupakan suatu proses dinamis yang terus aktif sepanjang

hidup. Proses aktualisasi diri adalah perkembangan atau

penemuan jati diri dan mekarnya potensi-potensi yang ada

atau yang terpendam.

b) Faktor keberanian.

Proses perubahan dan perkembangan menguji kematangan

menuntut keberanian dan kesediaan individu untuk

memanfaatkan kesempatan, membuat kesalahan, mengambil

resiko serta melepaskan kebiasan-kebiasaan yang tidak

konstruktif.

c) Faktor ketidaktahuan, keraguan dan rasa takut.

Keadaan diri individu berupa ketidaktahuan, keraguan

dan rasa takut mengungkapkan potensinya bisa menjadi

faktor penghambat supaya aktualisasi diri individu

2) Faktor eksternal

a) Faktor sosial ekonomi. Kebutuhan aktualisasi diri

seseorang akan terwujud apabila kebutuhan fisiologis, rasa

aman, kasih sayang dan penghargaan diri sudah terpuaskan.

Perbedaan kondisi social ekonomi memungkinkan terjadinya

proses aktualisasi diri yang berbeda pula, sebab faktor social


32

ekonomi memungkinkan terjadinya proses aktualisasi diri yang

berbeda pula, sebab factor social ekonomi akan menentukan

arah dan bentuk aktualisasi diri orang tersebut. Hal ini

berkaitan dengan adanya fasilitas dan sarana penunjang yang

memberi arah dan bentuk aktualisasi diri seseorang.

b) Faktor lingkungan sosial. Ada dua macam yaitu :

(1) Masyarakat, berupa penekanan sifat-sifat, bakat atau

potensi karena adanya ketentuan sosial dalam

masyarakat dan struktur potensi yang bisa menghambat

upaya aktualisasi diri individu,

(2) Keluarga, bila individu diasuh dalam suasana hangat, aman

dan bersahaja maka individu akan mampu menjalani

proses perkembangan dengan baik serta mendorong

individu menjadi yang terbaik sebaik mungkin.

e. Faktor penghambat aktualisasi diri

Maslow (1943 dalam Fitra, 2015) mengemukakan beberapa

hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri yaitu sebagai

berikut:

1) Berasal dari diri sendiri

Berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rasa takut

dari individu untuk mengungkapkan potensi-potensi yang

dimilikinya, sehingga potensi itu tetap laten.

2) Berasal dari luar


33

Berupa kecenderungan kepribadian individu terhadap sifat-

sifat, bakat, atau potensi-potensi, dimana aktualisai diri hanya

mungkin terjadi apabila kondisi lingkungan menunjangnya.

3) Berasal dari pengaruh negatif

Hambatan ini berupa pengaruh negatif yang dihasilkan oleh

kebutuhan untuk melakukan aktualisasi diri, seperti dalam hal

mengeluarkan pendapat, mengambil resiko, membuat keputusan,

melepaskan kebiasaan lama yang tidak konstruktif. Hal ini akan

memberikan ketakutan pada individu yang tidak mampu

melakukannya, hingga nantinya ketakutann itu akan mendorong

individu-individu tersebut untuk bergerak mundur dalam pemuasan

kebutuhan. Jadi, disini individu dituntut untuk bersedia dan terbuka

terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.

f. Pengukuran aktualisasi diri

Alat ukur untuk aktualisasi diri yaitu Peak ExperienceSelf

Actualization Inventory (PESAI) berdasarkan teori Maslow (1943

yang diadopsi oleh Wilsow dan Kneisl (1983), dalam Fitra, 2015).

Alat ukur ini terdiri dari 28 item yang pernyataan menggunakan skala

likert dengan scoring yang sudah ditetapakan oleh Wilsow dan Kneisl

(1983), dimana item penilaian sangat sering (5) sering (3), kadang-

kadang (1), dan tidak pernah (0) terdapat pada item no 1, 2, 3, 4, 5, 6,

10, 12, 13, 14, 15, 16,17,18,19,20,22,26,&27, item penilaian sangat

sering (10), sering (7), kadang-kadang (3), dan tidak pernah (0)

terdapat pada item no 8, 9, 21, 23, 24, & 28, item penilaian sangat

sering (15), sering (10), kadang-kadang (4), dan tidak pernah (0)
34

terdapat pada no 7, 11, & 25. Scoring berbeda-beda dikarenakan

menurut Wilsow dan Kneisl (1983) scoring yang tinggi lebih

berpengaruh terhadap aktualisasi diri pada individu. Data disajikan

menjadi 4 kategori yaitu : tinggi jika skor 150 – 200, sedang jika skor

112 -149, mendekati aktualissasi diri jika skor 80 – 111 dan rendah

jika skor 0-79.

g. Pentingnya aktualisasi diri pada remaja

Remaja pada masa perkembangan memiliki pemahaman diri

yang abstrak, tidak stabil dan idealis, namun pada akhir masa remaja

muncul integrasi diri yang berasal dari semua pengalaman selama

hidup. Kondisi psikologis remaja yang masih labil berpengaruh

terhadap cara remaja menghadapi masalah. Remaja menggunakan

semua kemampuan yang didapat selama masa kanak-kanak untuk

menghadapi masalah di masa dewasa (Santrock, 2007 dalam Sunanto,

et al., 2013)

Remaja yang bisa memahami dirinya sendiri memiliki peluang

yang lebih besar untuk mengaktualisasikan diri. Remaja harus tetap

berusaha untuk mencapai aktualisasi diri, karena pencapaian

aktualisasi diri akan berlangsung sepanjang waktu (Sunanto et al,

2013) Remaja memiliki imajinasi dan ambisi yang tidak terbatas dan

bercita-cita untuk mencapai prestasi yang gemilang. Remaja yang

diterima, dicintai, dan dihargai oleh keluarga dan teman sebaya

umumnya memperoleh kepercayaan diri dan dapat mengembangkan

potensi dan tujuan-tujuan positif untuk mencapai tingkat aktualisasi

diri (Kozier, 2010 dalam Maya, 2015). Menjadi remaja yang dapat

mengaktualisasikan diri di lingkungan sosial merupakan dambaan


35

sebagian besar remaja. Pada anak-anak SMP, sebagian anak berusaha

untuk mendapatkan prestasi dalam bidang olah raga, kegiatan

organisasi, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan sosial.

Prestasi tersebut dapat diperoleh jika remaja memiliki tanggung

jawab, karena tanggung jawab merupakan dasar untuk mengatasi

setiap rintangan dalam setiap usaha (Maya, 2015)

3. Pondok pesantren

a. Pengertian

Menurut Ziemek (1988, dalam Fahmi, 2018) kata pondok

berasal dari kata funduk (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma.

Kata pesantren beasal dari kata Santri, lalu menjadi pe-santri-an maka

jadilah istilah pesantrian, yang lazim dilafalkan menjadi pesantren

(Dhofier 1990 dalam Fahmi, 2018). Arifin (1991, dalam Suwitno,

2015) mengemukakan bahwa pondok pesantren adalah suatu Lembaga

Pendidikan agama Islam yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat

sekitar, dengan sistem asrama dimana santri menerima Pendidikan

agama melalui sistem pengajian atau madrasah dibawah

kepemimpinan kyai yang bersifat kharismatik dan independent.

b. Tujuan Pendidikan di pondok pesantren

Menurut Arifin (1991, dalam Fathansyah, 2019) tujuan

Pendidikan di pesantren terbagi menjadi dua, yaitu :

1) Tujuan umum, yakni membimbing anak didik agar menjadi

manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu

agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan

melalui ilmu dan amalnya.


36

2) Tujuan khusus yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi

orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang

bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.

c. Elemen dalam pondok pesantren

Menurut Suwitno (2015) dan Dhofier (1991 dalam Rahman,

2010), elemen-elemen dalam pondok pesantren meliputi :

1) Kyai.

Kyai adalah bagian yang paling esensial dari sebuah pondok

pesantren. Kebanyakan dari para kyai tersebut adalah pendiri

pondok pesantren yang dia kelola. Maka biasanya pertumbuhan

suatu pondok pesantren bergantung kepada kemampuan para kyai

pendiri pondok pesantren tersebut. Kyai disamping pendidik dan

pengajar, juga pemegang kendali manajerial pondok pesantren.

2) Masjid

Masjid merupakan salah satu unsur dasar dari sebuah pondok

pesantren. Bisa dikatakan keberadaan masjid di sebuah pondok

pesantren adalah jantung pendidikan di pondok pesantren.

3) Pondok.

Unsur ketiga dalam sebuah pondok pesantren adalah pondok,

yang selanjutnya disebut asrama. Salah satu pembeda sebuah

pondok pesantren dengan pengajian biasa di masjid-masjid adalah

keberadaan pondok atau asrama bagi para santri. Asrama

merupakan tempat dimana para santri tinggal. Hal ini memudahkan

para guru untuk mengawasi aktivitas para santri.

4) Santri.
37

Menurut Dhofier secara tradisi pondok pesantren ada 2

kelompok santri yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri

mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh lalu

menetap di komplek atau pondok pesantren. Santri mukim yang

tinggal sudah lama di sebuah pondok pesantren biasanya menjadi

suatu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab

mengurusi kepentingan pondok pesantren sehari-hari, mereka juga

bertanggung jawab mengajarkan kepada para santri baru tentang

kitab-kitab dasar dan menengah. Kelompok kedua adalah santri

kalong. Santri Kalong adalah siswa-siswa yang berasal dari desa-

desa di sekeliling pondok pesantren yang biasanya tidak menetap

dalam pondok pesantren. Untuk mengikuti pelajaran pondok

pesantren, mereka bolak-balik dari rumah mereka sendiri.

5) Pengajaran Kitab-kitab Kuning

Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok

(Kyai) atau ustad biasanya dengan menggunakan sistem sorogan,

wetonan, dan bandongan. Kitab-kitab Islam klasik adalah

kepustakaan dan pegangan para kyai di pesantren. Keberadaannya

tidaklah dapat dipisahkan dengan kyai di pesantren. Kitab-kitab

Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam,

sedangkan kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Para

santri mempelajari kitab klasik dengan cara dibacakan oleh kyai

kalimat-kalimat dari Kitab dan kemudian menjelaskan makna dan

arti dari kalimat-kalimat tersebut (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2014).
38

4. Sekolah Menengah Pertama

a. Pengertian

Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP,

adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar

sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010

Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan).

b. Fungsi dan Tujuan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan,

pendidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat berfungsi:

1) Mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur yang telah

dikenalinya.

2) Mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

kebangsaan dan cinta tanah air yang telah dikenalinya;

3) Mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi;

4) Melatih dan mengembangkan kepekaan dan kemampuan

mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan

harmoni

5) Mengembangkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik

untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi


39

6) Mengembangkan kesiapan fisik dan mental untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang pendidikan menengah dan/atau untuk hidup

mandiri di masyarakat.

c. Bentuk Satuan Pendidikan

SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas 3 (tiga)

tingkatan kelas, yaitu kelas 7 (tujuh), kelas 8 (delapan), dan kelas 9

(sembilan) (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan).


40

A. Kerangka Teori

Batasan, Tahap dan tugas


perkembangan remaja Perubahan remaja
Remaja awal Perubahan fisik
Remaja pertengahan Keadaan emosi Faktor yang
Remaja akhir Perubahan sosial mempengaruhi
aktualisasi diri
Faktor internal
Pondok Usia
Pesantren Keberanian
Remaja
Ketidaktahuan,
Sekolah keraguan dan rasa
Berbasis takut
Pengukuran Umum Faktor eksternal
Perkembangan Psikologis
Aktualisasi Diri Aktualisasi Diri Sosial ekonomi
(PESAI) Lingkungan sosial
Faktor penghambat
(masyarakat,
aktualisasi diri
keluarga)
Aspek-aspek aktualisasi diri Berasal dari diri
1. Keterbukaan pada pengalaman sendiri
2. Kehidupan eksistensial Berasal dari luar
3. Kepercayaan terhadap Berasal dari
organisme orang sendiri pengaruh negatif
4. Perasaaan bebas
5. Kreativitas, spontanitas dan
humor
Bagan 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Batubara (2010), Notoatmodjo (2010), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, Putri (2010), Hidayat (2012), BKKBN (2013), Sunanto et al. (2013), Fitra
(2015), Hurlock (2015), Tridiyana (2017), Fahmi (2018), Matondang (2018), Meilan, Maryanah & Follona (2018), Pratiwi
(2018), Fathansyah (2019)

Anda mungkin juga menyukai