Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makaah tentang “Kompetensi
Perawat Kritis” sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis telah berusaha
semaksimal mungkingar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan di ICU merupakan pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis sehingga pelayanan harus
diberikan oleh tim terlatih dan pengalaman di ruang perawatan intensif.
Namun, tenaga perawat di ICU RSU Tabanan yang memiliki dasar pelatihan
perawat ICU kurang dari 50%. Padahal profesionalisme perawat merupakan
bagian intergral dari pelayanan asuhan kesehatan didasarkan pada ilmu dan
keterampilan keperawatan menuju pelayanan kesehatan yang bermutu.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi keperawatan kritis
2. Menjelaskan standar kompetensi keperawatan kritis dan kompetensi
yang harus dimiliki
3. Standar Keperawatan Kritis (CACCN)
C. Tujuan
Pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Definisi keperawatan kritis
2. Standar kompetensi keperawatan kritis dan kompetensi yang harus
dimiliki
3. Standar Keperawatan Kritis (CACCN)
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
B. Standar Kompetensi Keperawatan Kritis
Sesuai dengan standar kompetensi yang diterapkan di Indonesia
bahwa standar kompetensi keperawatan kritis dalam lingkup High/intensive
care unit dan emergency memiliki standar kompetensi masing masing.
Seperti yang ditetapkan Direktorat Keperawatan Dan Keteknisian Medik
Departemen Kesehatan (2006) mengenai standar pelayanan keperawatan di
ICU bahwa untuk memberikan pelayanan keperawatan pasien di ICU harus
memiliki standar praktek kompetensi klinis ICU dasar atau lanjut.
Penetapan standar pada keperawatan kritis merujuk kepada persatuan
perawat kritis pada masing-masing negara. Indonesia dengan himpunannya
yang bernama HIPERCCI dan HIPGABI sudah merumuskan standar
kompetensi untuk perawat kritis, begitu juga di negara lain seperti Amerika
dengan ACCN (American Critical care of Nursing) dan CCCN (Canadian
Critical Care of Nursing).
Standar Kompetensi Keperawatan Kritis (Indonesia)
Kompetensi perawat intensif dasar atau minimal diantaranya:
1. Memahami konsep keperawatan intensif
2. Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif
3. Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif untuk
mencapai asuhan yang optimal
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat khususnya
mengenai: henti nafas dan jantung, status pernafasan, gangguan irama
Jantung, Status hemodinamik pasien dan status kesadaran
5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas pada pasien yang terpasang
ETT
6. Mempertahankanpotensi jalan nafas dengan menggunakan ETT
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Memberikan inhalasi
9. Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetri
10. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai metod
11. Melakukan monitoring haemodinamik
6
12. Memberikan BLS (basic Life Support) dan ALS (Advance life support)
13. Melakukan perekaman EKG
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG: gangguan sistem konduksi,
gangguan irama, pasien dengan gangguan miocard.
15. Melakukan pengambilan sampel darah untuk AGD
16. Melakukan interpretasi AGD
17. Melakukan pengambilan hasil analisa untuk pemeriksaan elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto thorax
20. Melakukan persiapan pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui syiring pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien denganSKA/ ACS
25. Melakukan penanggulangan infeksi nosokomial.
7
Standar kompetenesi diatas ditunjang pula dengan lisensi yang
ditunjukan bahwa perawat kritis tersertifikasi : BLS, BTLS, BCLS, ACLS,
dan ICU untuk lingkup intensive care. Sedangkan kegawat daruratan
mengacu kepada Emergency Nursing Basic Level, Intermediate Level, dan
Advance Level.
8
3) Identifikasi Tujuan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Identifikasi tujuan dari hasil pengkajian dan diagnosa
b) Menghormati pandangan pasien dan keluarga serta nilai
kebudayaan yang dimasukan dalam pertimbangan pembuatan
tujuan intervensi.
c) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan fakta-fakta
terkini, expertise klinis, dan biaya dalam merumuskan tujuan
intervensi.
d) Modifikasi tujuan intervensi berdasarkan dengan perubahan
kondisi atau situasi pasien.
e) Dokumentasi tujuan intervensi dengan tujuan yang dapat
terukur
4) Perencanaan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menggunakan konsep berpikir kritis dalam membuat
keputusan rencana keperawatan yang didasarkan pada fakta
terkini.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim interprofessional
untuk
c) mengembangkan perencanaan keperawatan.
d) Menetapkan prioritas dan keberlanjutan perawatan selama
mmebuat perencanaan
e) Memasukan strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit secara berkelanjutan dalam merumuskan rencana
keperawatan.
f) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan fakta-fakta
terkini, expertise klinis, dan biaya dalam merumuskan tujuan
intervensi
g) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
5) Implementasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
9
a) Menentukan strategi untuk mendukung dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman dan aman.
b) Berkoordinasi dalam penentuan implementasi dengan pasien,
keluarga, dan tim interprofesional.
c) Memberikan intervensi untuk mencegah dan meminimalisir
komplikasi dan
d) Mengurangi penderitaan.
e) Memfasilitasi proses pembelajaran untuk pasien, keluarga dan
komunitas.
f) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
g) Mempersiapkan perawatan berdasarkan kebudayaan dan etnis
pasien.
6) Evaluasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengadakan sistematis evaluasi menggunakan teknik
evidence based practice, tool, dan instrumen.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim interprofesiional
dalam roses evaluasi.
c) Meninjau kembali pengkajian, diagnosa, tujuan dan intervensi
berdasarkan informasi yang didapat selama proses evaluasi.
d) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
a. Kualitas Praktik
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis melalui aktivitas
peningkatan kualitas
10
2) Berkonsultasi dengan teman sejawat, ahli, dan identifikasi
pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan dalam
praktik keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan.
3) Berpartisipasi dalam peningkatan kualitas yang
mempertimbangkan kepercayaan pasien dan keluarga, nilai yang
berkembang di masyarakat, pilihan.
4) Memastikan kerahasiaan pasien dalam menjamin kualitas data
5) Evaluasi praktik ketika proses sedang berlangsung, berdasarkan
fakta yang akurat
6) Identifikasi hambatan dalam penentuan tujuan perawatan pasien
dan kualitas pelayanan.
7) Berpartisipasi dalam pengembangan, implementasi, evaluasim dan
merevisi kebijakan, prosedur, dan/atau panduan untuk
meningkatkan kualitas dan efektifitas praktik keperawatan.
8) Menggunakan kreatifitas dan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
9) Menunjukan kualitas dari dokumentasi proses keperawatan dengan
bertanggungjawab dan mempertimbangkan etnik
b. Evauasi Praktik professional
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Melakukan evaluasi diri dan refleksi praktik dengan rutin
2) Mengambil langkah dalam pencapaian tujuan yang telah
diidentifikasi dalam proses evaluasi.
3) Mendapatkan umpan balik mengenai praktik keperawtaan dari
pasien, keluargam teman, teman sejawat (profesi lain).
4) Memberikan umpan balik baik formal maupun non-formal kepada
teman mengenai praktik dan peran keperawatan yang
dilaksanakan.
11
c. Pendidikan
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan akrivitas
pengembangan serta mempertahankan keterampilan professional
dan pengetahuan.
2) Mencari peluang belajar berdasarkan evidence-based practice
3) Menyebarkan pengetahuan, pengalaman, dan ide kepada teman
4) Berkontribusi dalam lingkungan kerja yang kondusif untuk
mewujudkan pendidikan pelayanan kesehatan yang professional
5) Mempertahankan capaian professional atau portofolio yang
menggambarkan kompetensi dan untuk pembelajaran seumur
hidup.
d. Komunikasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mengkaji bentuk komunikasi pasien kritis, keluarga dan tim
Interprofessional
2) Melatih kemampuan komunikasi interprofessional dan
mempertimbangkan gaya komunikasi orang lain.
3) Mengumpulkan umpan balik untuk peningkatan skill komunikasi
yang berkelanjutan.
4) Menyampaikan informasi yang akurat kepada pasien kritis,
keluargam dan tim interprofessional.
5) Mengamati dan peduli dengan keselamatan, bahaya, dan
kesalahan dalam perawatan. Mempertahankan komunikasi
terbuka dengan atasan untuk meminimalkan risiko kepada pasien.
e. Etik
Kompetensi yang harus dimiliki
1) Mendukung hubungan tanggungjawab etik dan integritas,
keputusan organisasi dan sumber penatalayanan.
2) Melindungi kerahasiaan pasien dengan legal dan regulasi yang
jelas
12
3) Advokasi untuk kepentingan pasien, keluarga pasien, dan
komunitas.
4) Memberikan pelayanan dengan tidak melakukan diskriminasi dan
membeda-bedakan pasien, keluargam dan komunitas.
5) Mempertahankan otonomi pasien, harga diri, kepercayaan dan
hak.
6) Menggunakan sumber yang tersedia untuk merumuskan
keputusan etik
7) Mendemonstrasikan komitmen untuk self-care dan self-advocacy
8) Melaporkan tindakan melanggar etik, illegal, tidak sesuai dengan
kompetensi atau kesalahan praktik.
9) Bantu pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan
10) Pertahankan hubungan yang terapetik dan professional antara
perawat dengan pasien.
11) Berkontribusi dalam pemecahan issu etik yang menyangkut
pasien, keluarga, dan tim interprofessional.
12) Kolaborasi dengan tim interprofessional untuk mendukung
perawatan palliative
f. Kolaborasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Berbagi pengetahuan dengan tenaga kesehatan lain
2) Mematuhi standar yang telah ditetapkan bersama tim
interprofessional untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan meningkatkan kerjasama serta kepercayaan.
3) Kolaborasi dengan pasie, keluarga, dan tim interprofessional untuk
meningkatkan efektifitas dan keselamatan dalam pelayanan
bersama (gabungan).
4) Bekerja dalam tim dan memecahkan konflik
5) Berkontribusi untuk menciptakan rencana perawatan
interprofessional.
6) Menghormati teman sejawat keperawatan lain.
13
g. Evidence Based Practice
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Menggambarkan masalah klinis menggunakan fakta terkini dari
setting klinis, seperti pengkajian data, tujuan manajemen, dan
peningkatan kualitas data.
2) Merumuskan pertanyaan klinis
3) Berpartisipasi dalam mengevaluasi fakta untuk menentukan
penerapan praktik.
4) Mengkaji dengan fakta yang terintegrasi menjadi kebijakan,
prosedur, dan praktik
5) Implementasi perubahan praktik berdasarkan fakta, ahli, dan
pandangan pasien untuk meningkatkan proses perawatan dan
tujuan perawatan pasien.
6) Evaluasi tujuan berdasarkan keputusan berbasis fakta dan
perubahan praktik untuk inividual, grup, dan populasi dalam
menentukan praktik.
7) Menyebarkan informasi mengenai praktik terbaik yang didukung
oleh fakta untuk meningkatkan kualitas perawatan dan tujuan
perawatan pasien.
8) Berpartisipasi dalam aktivitas dan strategi untuk mendukung fakta
yang berbasis kebudayan.
h. Penggunaan Sumber
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Mengkaji kebutuhan individu pasien dan ketersediaan sumber
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2) Melimpahkan elemen perawatan berdasarkan kebutuhan dan
kondisi pasien, potensi bahaya, stabilitas pasien, prediksi tujuanm
kompetensi individual, ketersediaan sumber.
3) Membantu pasien dan keluarga dalam identifikasi dan menjamin
pelayanan yang diperlukan .
4) Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai pilihan,
alternatif, risiko dan keuntungan intervensi keperawatan.
14
5) Advokasi untuk tambahan sumber yang dapat meningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
i. Kepemimpinan
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Berkontribusi dalam menciptakan dan mempertahankan
lingkungan kerja yang sehat
2) Mendukung teman kerja dan sejawat melalui mentoring dan
strategi untuk pengembangan professional
3) Demonstrasikan fleksibilitas dan kemampuan untuk tetap fokus
dengan cepat terhadap pasien dengan perubahan lingkungan.
4) Mengarahkan koordinasi perawatan antara pemberi pelayanan,
termasuk kesalahan tindakan oleh perawat yang berlisensi maupun
tidak.
5) Berpartisipasi dalam komite, konsil, dan tim interprofessional
6) Mendukung pengembangan profesi melalui partisipasi orgaisasi
profesional
7) Mengembangkan budaya keselamatan untuk pasien, keluarga dan
tim interprofessional.
8) Mendukung komunikasi informasi dan pengembangan profesi
meliputi menulis, melakukan publikasi, dan presentasi baik untuk
kalangan professional maupun awam.
9) Mendukung pengembangan dan implementasi solusi yang inovatif.
j. Lingkungan Kesehatan
Kompetensi yang harus dimiliki:
1) Meminimalisir faktor risiko dari lingkungan yang dapat
menimbulkan bahaya atau cedera fisik kepada pasien, keluarga,
dan tim interprofessional.
2) Melakukan implementasi strategi yang dapat mengurangi pengaruh
dari
3) faktor lingkungan yang membahayakan kesehatan, seperti suara,
bau, kebisingan, dan cahaya
15
4) Melakukan komunikasi kepada pasien, keluarga dan teman sejawat
mengenai strategi untuk mengurangi risiko kesehatan dari
lingkungan yang berbahaya.
5) Menggunakan sumber yang terpercaya untuk menentukan solusi
dalam menghadapi ancaman lingkungan
6) Berpartisipasi dalam strategi dan aktivitas untuk mengembangkan
petunjuk kesehatan komuitas
16
2. STANDAR 2
Perawat kritis mempromosikan dan memfasilitasi kenyamanan yang
optimal dan kesejahteraan dalam lingkungan teknologi yang canggih bagi
pasien dan keluarga, dengan kriteria:
a) Mengelola lingkungan untuk mengurangi dampak dari rangsangan
yang berbahaya.
b) Mengkaji antara rasa sakit, kecemasan dan delirium sebagai sumber
ketidaknyamanan dan alat terapi individual (farmakologis dan non
farmakologis) untuk mencegah atau meringankan penderitaan.
c) Menjaga martabat masing-masing individu dengan menghormati
privasi pribadi dan keragaman individu termasuk usia, etnis,
kepercayaan spiritual, jenis kelamin, status perkawinan, orientasi
seksual, gaya hidup dan status sosial ekonomi .
d) Berkomunikasi dengan cara yang mempertahankan harapan yang
realistis dan yang sesuai dengan kebutuhan pasien/ keluarga, tahap
perkembangan dan tingkat pemahaman.
3. STANDAR 3
17
e) Menyediakan akses terbuka kepada pasien dan anggota keluarga
menghormati kebutuhan untuk privasi sebagai lingkungan dan situasi
memungkinkan
4. STANDAR 4
5. STANDAR 5
18
akhir perawatan. Mengidentifikasi calon potensial untuk jaringan dan
donasi organ.
c) Mengakses sumber daya yang tepat untuk membimbing situasi etis
kompleks dan asuh efektif strategi mengatasi dan resolusi mungkin.
d) Menjaga komunikasi terus menerus dengan tim keluarga dan perawatan
kesehatan tentang akhir rencana hidup perawatan.
6. STANDAR 6
7. STANDAR 7
19
a. Menggabungkan standar perawatan profesional, hukum, etika dan kritis
dalam praktek.
b. Menjaga perawatan kritis dan kompetensi profesional dengan terlibat
dalam praktek reflektif (self-assessment) dan dengan berpartisipasi
dalam kegiatan pendidikan.
c. Mempromosikan penelitian dan praktek serta penyebaran pengetahuan
keperawatan.
d. Bertindak sebagai narasumber, pendidik, panutan, advokat atau mentor
untuk mahasiswa, rekan-rekan dan penyedia layanan kesehatan .
e. Berkontribusi dan mendukung inisiatif yang meningkatkan lingkungan
perawatan kritis dan kualitas kehidupan kerja.
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan dan manfaat standar keperawatan pada dasarnya
mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas menejemen
organisasi. Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam
tatanan praktek yang nyata yaitu pemberian asuhan secara langsung
kepada pasien, keluarga, kelompok ataupun komunitas. Untuk menjamin
mutu asuhan yang diberikan diperlukan suatu ukuran untuk
mengevaluasikannya. Profesi keperawatan harus mulai menata diri
dengan membuat standar untuk berbagai keperluan seperti pelayanan,
pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan diterima dan
dipercaya oleh masyarakat bila mutu pelayanannya terjamin melalui
standar yang baku dan selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu.
B. Saran
Profesi perawat diharapkan untuk lebih meningkatkan kulitas kerja
sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional
dibidangnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37504294/KOMPETENSI_DASAR_PERAWAT_INTENSIF_CAR
E_UNIT Tanggal 15/09/2019.
https://steemit.com/keperawatan/@idm/keperawatan-kritis-critical-care Tanggal
15/09/2019.
22