Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASKEP PRE OPERATIF


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Pembimbing: Sodikin, M. Kep

KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
1. Defindra Yudha Pramana (108116037)

2. Sugiarto Arif Budiman (108116038)


3. Dewi Nur Oktaviani (108116039)
4. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
5. Dewi Apriliani (108116041)
6. Hapsyah Nur Hayati (108116042)
7. Dita Rizky Baerawati (108116043)
8. Riniyanti (108116044)
9. Tria Oktaviana Rahajeng (108116045)

10. Putri Septia Sari (108116046)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 4B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Askep Pre
Operatif” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .

Cilacap, 13 November 2019

Penyusun

Page i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................................... 3
2.1 Pengkajian ..................................................................................................................................... 3
2.2 Diagnosis Keperawatan Pre Operatif .......................................................................................... 14
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operatif ............................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

Page ii
Page iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan pre operatif merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan

yang dimulai sejak ditentukannya persiapan dan berakhir sampai pasien berada dimeja

bedah (Zulfikar, 2016). Dalam fase pre operatif ini banyak terjadi beberapa masalah

keperawatan yang dialami klien misalnya kecemasan. Kecemasan yang terjadi pada klien

diakibatkan karena klien takut terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan pada

dirinya sehingga diperlukan asuhan keperawatan yang berintegrasi dan berkesinambungan.

Asuahan keperawatan pre operatif pada praktiknya yang dilakukan secara

berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif dibagian rawat inap, poliklinik,

bagian bedah atau unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh

perawat pre operatif akan menjadikan masalah keperawatan yang dialami klien dapat

terkontrol. Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik

antara perawat ruangan dengan perawat kamar operasi sehingga proses tindakan

pembedahan dari pre operatif, intra operatif dan post operatif dapat berjalan lancar.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Bagaimana asuhan keperawatan pre operatif ?

Page 1
1.3 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Kritis dengan judul “ Konsep

Asuhan Keperawatan Pre Operatif”.

1.1.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif

Page 2
BAB II

TINJAUAN TEORI

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OPERATIF PRE

2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase pre operatif secara umum dilakukan untuk menggali

permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai

dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi

a. Identitas pasien

Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur

pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis

pembedahan. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.

b. Usia

Perawat harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat

meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut akan membantu perawat untuk

menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan

asuhan keperawatan.

c. Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan

Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai persiapan

umum. Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada kemampuan pasien

dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses pembedahan. Beberapa

jenis pembedahan membutuhkan biaya yang lebih mahal, misalnya pembedahan jantung

dan vascular, bedah saraf dan bedah ortopedi.

Page 3
d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pasien dapat dilakukan perawat melalui

teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan

klasifikasi pembedahan.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam

menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh. Pasien yang

akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan

menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang mungkin akan meningkatkan

resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan. Pengalaman bedah sebelumnya

dapat mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur

pembedahan. jenis pembedahan sebelumnya , tingkat rasa, ketidaknyamanan,

besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang

pernah diberikan adalah factor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasienDi unit

bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat yang

seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien dirawat di

rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan, karena terbatasnya waktu.

Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka

perawat dapat bertanya pada anggota keluarga.

Page 4
e. Riwayat Alergi

Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin

diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau

lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan

tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas

pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi . perawat juga harus

memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang dideritanya.

f. Pengkajian Psikososiospiritual

1) Kecemasan praoperatif

Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan praoperatif adalah untuk menggali

peran orang terdekat , baik dari keluarga, sahabat, adanya sumber dukungan orang

terdekat akan menurunkan kecemasan.

2) Perasaan

Perawat dapat mendeteksi perasaan paien tentang pembedahan dari perilaku dan

perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya , tampak tidak

nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan. Atau secara aktif mencari dukungan

dari teman dan keluarga.

3) Konsep diri

Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang

dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara meminta

pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan dirinya , pasien yang cepat

mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau sedang menguji

Page 5
pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu

kemampuan beradaptasi dengan stress pembedahan dan memperburuk rasa bersalah

atau ketidakmampuannya.

4) Citra diri

Perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien anggap akan terjadi akibat

operasi.

5) Sumber koping

Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat

menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stress akibat pembedahan ,perawat

juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa dilakukan pasien sebelumnya.

6) Kepercayaan spiritual

Kepercayaan spiritual memainkan peranan penting dalam menghadapi

ketakutan dan ansietas. Oleh karena itu kepercayaan yang dimiliki oleh setiap pasien

harus dihargai dan didukung. Menghormati nilai budaya dan kepercayaan pasien

dapat mendukung terciptanya hubungan dan saling percaya.

7) Pengetahuan, persepsi dan pemahaman

Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk menghadapi

pembedahan, dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, dan pemahaman

pasien, dapat membantu perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk

mempersiapkan kondisi emosional pasien.

Page 6
g. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital

1. Keadaan Umum

Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei

keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk dan

pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit

yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan. secara ringkas, pengkajian

yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemen-elemen berikut ini:

1) Usia

Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk

berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga

dipengaruhi oleh usia.

2) Tanda distres

Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan

bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat dalam

membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih

dahulu.

3) Jenis tubuh

Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau sangat

kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.

4) Postur

Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh

yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan

atau adanya nyeri.

Page 7
5) Gerakan tubuh

Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat tremor

di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak bergerak.

6) Kebersihan diri dan bau badan

Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan rambut,

kulit dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan

diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan

praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat memengaruhi

konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk

memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan kebersihan area

pembedahan.

7) Afek dan alam perasaan

Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau

status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.

8) Bicara

Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan

sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.

h. Tingkat kesadaran

Penilaian tingkat respons kesadaran secara umum dapat mempersingkat

pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat kesadaran akan memudahkan

perawat dalam melakukan pengkajian. Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan

waktu untuk mengumpulkan data penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh

karena itu, GCS dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. GCS

Page 8
memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat tiga respons utama pasien terhadap

lingkungan, yaitu : membuka mata, mengucapkan kata, dan gerakan.

i. Pemeriksaan tanda –tanda vital

Pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan darah, dan frekuensi

pernapasan. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan

keefektifan sirkulasi, respirasi serta fungsi neurologis dan endokrin tubuh. Peningkatan

tekanan darah pasien bisa dikarenakan karena kecemasan yang dialami. Peningkatan

denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan

kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut

mungkin disebabkan karena kelebihsan volume cairan. Disritmia jantung umumnya

disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit. Peningkatan suhu sebelum pembedahan

merupakan penyebab yang harus diperhatikan. Apabila pasien mengalami infeksi, maka

dokter bedah dapat menunda pembedahan sampai infeksi tersebut teratasi. Peningkatan

suhu tubuh meningkatkan resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit setelah

pembedahan.

j. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pernapasan

Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum sistem peranapasan dan tanda-

tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian

produksi sputum dan lainnya.

1) Inspeksi :

Penilaian bentuk dada secara inspeksi dilakukam untuk melihat seberapa jauh

kelainan yang terjadi pada pasien. Benuk dada normal pada orang dewasa adalah

Page 9
diameter anteropsoterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2.

Kondisi yang tidak normal, seperti barrel chest akan meningkatkan resiko

pembedahan dan memberikan implikasi pada penyuluhan pre operasi tentang

latihan batuk efektif dan latihan napas diafragma.

2) Palpasi:

Pemeriksaan palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan

merasakan perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin didapatkan

pada pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat

penuruanan getaran saura napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara

pada rongga pleura.

3) Perkusi:

Perkusi pada paru yang normal menimbulkan nadan sonor, sedangkan

perkusi pada struktur yang berongga seperti, usus atau pneumotoraks,

menimbulkan nada hipersonor. Pemeriksaan auskultasi praoperatif ditunjukkan

untuk menilai atau mengkaji aliran udara melalui cabang bronkus dan

mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk

menentukan kondisi paru-paru pemeriksa mengauskultasi bunyi napas normal,

bunyi napas tambahan, dan bunyi suara.

4) Auskultasi:

Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan apakah pasien mengalami

kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban

pada jalan napas akan memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti

paru yang serius dapat menyebabkan ditundanya pembedahan. Beberapa obat

Page 10
anestesi dapat menyebabkan spasme otot laring. Oleh karena itu, jika perawat

mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada pemeriksaan pre

operatif, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien berisiko mengalami

penyempitan jalan napas yang lebih lanjut selama pembedahan.

2. Sistem Kardiovaskular

Inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung sebelumnya akan

menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Pemeriksaan tekanan darah pre operatif

dilakukan untuk menilai adanya peningkatan tekanan darah di atas normal

(hipertensi) yang berperngaruh pada kondisi hemodinamik intraoperatif dan

pascaoperatf. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna serta

suhu ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler

dikaji untuk menilai kemampuan perfusi perifer.

3. System saraf

Selama mengkaji riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, perawat

mengobsevasi tingkat orientasi, kesadaran, mood pasien serta memperhatikan apakah

pasien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan dapat mengingat kejadian yang

baru dan kejadian masa lalu.

4. Sistem Pencernaan

Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar.

Perawat juga menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila

pembedahan memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien diberikan

anestesi umum, maka peristalik tidak akan kembali normal dan bising usus akan

hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah operasi.

Page 11
5. Sistem Perkemihan

Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam

basa dan metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam pemberian anestesi.

Pembedahan dikontraindikasikan bila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal

akut dengan oliguri atau anuri, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau

pembedahan merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk

memperbaiki fungsi urinari, seperti pada obstruksi uropati.

6. Sistem Muskuloskeletal

Periksa adanya deformitas atau kelainan bentuk pada seluruh ekstremitas,

meliputi adanya benjolan, ketidaksejajaran pada seluruh fungsi skeletal dan

kemampuan dalam melakukan rentang gerak sendi. Periksa adanya kondisi kelemahan

atau kelumpuhan dari fungsi seluruh ekstremitas. Ditemukannya kelainan akan

memberikan data dasar untuk pemenuhan informasi pascabedah terutama dalam

melakukan latihan pergerakan sendi pascabedah.

7. Sistem Integumen

Perawat menginspeksi kulit di seluruh permukaan tubuh secara teliti. Perhatian

utama ditujukan pada daerah tonjolan tulang seperti siku, sakrum, dan skapula.

Selama pembedahan, pasien harus berbaring dalam satu posisi tertentu dan bisanya

sampai beberapa jam. Dengan demikian, pasien rentan mengalami ulkus tekan atau

dekubitus terutama jika kulit pasien tipis, kering, dan turgor kulintya buruk. Kondisi

keseluruhan kulit juga menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia berisiko mangalami

gangguan integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas meja ruang operasi

yang dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan palpasi dengan mencubit

Page 12
kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh. Kaji kondisi jari untuk menilai adanya

tanda sianosis perifer. Perawat juga perlu mengkaji adanya jari tubuh (clubbing

finger) pada kuku jari tangan pasien, yang mengindikasikan adanya penyakit paru dan

mungkin dapat menimbulkan kesulitan setelah pasien diberikan anestesi..

8. Sistem endokrin

Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup

adalah hipoglikemia. Hipoglikemia perioperatif mungkin terjadi selama anestesi,

akibat asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat atau pemberian obat insulin

yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam pasien tetapi onsetnya tidak secepat

hipoglikemia adalah asidosis atau glukosuria.

Page 13
2.2 Diagnosis Keperawatan Pre Operatif
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi.

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang penyakit dan

proses operasi

c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ancaman kehilangan organ atau fungsi

tubuh dari prosedur pembedahan.

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operatif

No DX. Keperawatan NOC NIC


1 Ansietas berhiubungan Tujuan: Penurunan Kecemasan
dengan krisis Setelah dilakukan tindakan 1) Bina Hubungan Saling
situasional operasi. keperawatan selama 1 x 24 jam Percaya dengan klien dan
keccemasan klien dapat keluarga
terkontrol 2) Kaji tingkat kecemasan klien
3) Tenangkan klien dengan
Kriteria Hasil: dengarkan keluhan klien
1) Secara Verbal dapat 4) Jelaskan semua prosedur
menemonstrasikan teknik tindakan kepada klien setiap
menurunkan cemas dan akan melakukan
2) Mencari informasi yang tindakan
dapat menurunkan cemas 5) Dampingi klien dan ajak
3) Menggunakan teknik berkomunikasi yang
relaksasi untuk trerapeutik
menurunkan cemas 6) Ajarkan teknik relaksasi
4) Menerima status kesehatan 7) Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
pemberian obat penenang
2 Kurang pengetahuan Tujuan: etelah dilakukan Pendidikan Kesehatan: Proses
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama 1 Penyakit
keterbatasan informasi x 24 jam pengetahuan klien 1) Kaji tingkat penegtahuan
tentang penyakit dan tentang penyakitnya bertambah klien
proses operasi Kriteria Hasil: 2) Jelaskan proses terjadinya
1) Pasien mampu penyakit, tanda gejala serta
menjelaskan penyebab, komplikasi yang mungkin
komplikasi dan cara terjadi
penceghannya 3) Berikan informasi kepada
2) Klien dan keluarga keluarga tentang
kooperatif saat perkembangan klien
dilakukan tindakan 4) Berikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang

Page 14
tindakan yang akan
dilakukan
5) Diskusikan pilihan terapi
6) Jelaskan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi
7) Jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin akan muncul
3 Koping individu tidak Tujuan: 1) Kaji perubahan dari
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan gangguan persepsi dan
dengan ancaman keperawatan selama 1 x 24 jam hubungan dengan derajat
kehilangan organ atau pasien mampu ketidakmampuan
fungsi tubuh dari mengembangkan koping yang 2) Identifikasi arti dari
prosedur pembedahan positif. kehilangan atau disfungsi
pada pasien.
Kriteria evaluasi: 3) Anjurkan pasien untuk
1) Pasien kooperatif pada mengekspresikan perasaan
setiap intervensi 4) Catat ketika pasien
keperawatan. menyatakan sekarat,
2) Pasien mampu menyatakan mengingkari, dan
atau mengomunikasikan menyatakan inilah kematian.
dengan orang terdekat 5) Dukung prilaku atau usaha
tentang situasi dan seperti peningkatan minat
perubahan yang terjadi. atau partisipasi dalam
3) Pasien mampu menyatakan aktivitas rehabilitasi.
peneriamaan diri terhadap 6) Mengingatkan pasien
situasi. tentang fakta dan realita
4) Pasien mengakui dan bahwa pasien masih dapat
menggabungkan perubahan menggunakan sisi yang sakit
ke dalam konsep diri dan belajar mengontrol sisi
dengan cara yang akurat yang sehat.
tanpa harga diri yang 7) Kolaborasi dengan ahli
negatif. neuropsikologi dan
konseling bila ada indikasi

Page 15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau

pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Dalam fase pre

operatif terdapat beberapa persiapan diantaranya adalah persiapan fisik, persiapan mental,

pemeriksaan anstesi, pemeriksaan penunjang dan informen consent. Proses asuhan

keperawatan pre operatif membutuhkan ketelitian dalam proses pengkajian agar

mendapatkan data yang valid dalam menegakkan diagnosa dan merencanakan asuhan

keperawatan. Pada fase pre operatif terdapat beberapa masalah keperawatan diantaranya

ansietas, kurang pengetahuan dan ketidakefektifan koping individu.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat seharunya dapat mengetahui konsep teori dan konsep asuhan

keperawatan pre operatif serta dapat memberikan asuhan keperawatan secara intensif mulai

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada fase pre operatif yang dialami

klien.

Page 16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. ( 2002 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 8 Vol. 1. Jakarta:
EGC

Marilynn E. Doenges. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

https://id.scribd.com/document/369478845/Askep-Pre-Operatif

https://id.scribd.com/document/374187197/Askep-Pre-Operatif-Bu-Sukini-New

Page 17

Anda mungkin juga menyukai