KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
1. Defindra Yudha Pramana (108116037)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Askep Pre
Operatif” ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada
umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan .
Penyusun
Page i
DAFTAR ISI
Page ii
Page iii
BAB I
PENDAHULUAN
yang dimulai sejak ditentukannya persiapan dan berakhir sampai pasien berada dimeja
bedah (Zulfikar, 2016). Dalam fase pre operatif ini banyak terjadi beberapa masalah
keperawatan yang dialami klien misalnya kecemasan. Kecemasan yang terjadi pada klien
diakibatkan karena klien takut terhadap tindakan pembedahan yang akan dilakukan pada
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif dibagian rawat inap, poliklinik,
bagian bedah atau unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh
perawat pre operatif akan menjadikan masalah keperawatan yang dialami klien dapat
terkontrol. Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik
antara perawat ruangan dengan perawat kamar operasi sehingga proses tindakan
pembedahan dari pre operatif, intra operatif dan post operatif dapat berjalan lancar.
Page 1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Page 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase pre operatif secara umum dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
a. Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur
pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis
b. Usia
Perawat harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat
menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan
asuhan keperawatan.
umum. Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada kemampuan pasien
dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses pembedahan. Beberapa
jenis pembedahan membutuhkan biaya yang lebih mahal, misalnya pembedahan jantung
Page 3
d. Riwayat kesehatan
klasifikasi pembedahan.
akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan
pernah diberikan adalah factor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasienDi unit
bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat yang
rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan, karena terbatasnya waktu.
Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka
Page 4
e. Riwayat Alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau
lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan
tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas
pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi . perawat juga harus
memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang dideritanya.
f. Pengkajian Psikososiospiritual
1) Kecemasan praoperatif
peran orang terdekat , baik dari keluarga, sahabat, adanya sumber dukungan orang
2) Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan paien tentang pembedahan dari perilaku dan
perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya , tampak tidak
nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan. Atau secara aktif mencari dukungan
3) Konsep diri
Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara meminta
mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau sedang menguji
Page 5
pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu
atau ketidakmampuannya.
4) Citra diri
Perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien anggap akan terjadi akibat
operasi.
5) Sumber koping
juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa dilakukan pasien sebelumnya.
6) Kepercayaan spiritual
ketakutan dan ansietas. Oleh karena itu kepercayaan yang dimiliki oleh setiap pasien
harus dihargai dan didukung. Menghormati nilai budaya dan kepercayaan pasien
Page 6
g. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
1. Keadaan Umum
1) Usia
2) Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan
membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih
dahulu.
3) Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau sangat
kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.
4) Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh
yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan
Page 7
5) Gerakan tubuh
di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak bergerak.
kulit dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan
diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan
konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk
pembedahan.
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau
8) Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan
h. Tingkat kesadaran
pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat kesadaran akan memudahkan
perawat dalam melakukan pengkajian. Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan
waktu untuk mengumpulkan data penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh
karena itu, GCS dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. GCS
Page 8
memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat tiga respons utama pasien terhadap
Pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan darah, dan frekuensi
keefektifan sirkulasi, respirasi serta fungsi neurologis dan endokrin tubuh. Peningkatan
tekanan darah pasien bisa dikarenakan karena kecemasan yang dialami. Peningkatan
denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan
kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dan keras, hal tersebut
merupakan penyebab yang harus diperhatikan. Apabila pasien mengalami infeksi, maka
dokter bedah dapat menunda pembedahan sampai infeksi tersebut teratasi. Peningkatan
pembedahan.
j. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum sistem peranapasan dan tanda-
tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian
1) Inspeksi :
Penilaian bentuk dada secara inspeksi dilakukam untuk melihat seberapa jauh
kelainan yang terjadi pada pasien. Benuk dada normal pada orang dewasa adalah
Page 9
diameter anteropsoterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2.
Kondisi yang tidak normal, seperti barrel chest akan meningkatkan resiko
2) Palpasi:
Pemeriksaan palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan
pada pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat
penuruanan getaran saura napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara
3) Perkusi:
untuk menilai atau mengkaji aliran udara melalui cabang bronkus dan
mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk
4) Auskultasi:
kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban
pada jalan napas akan memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti
Page 10
anestesi dapat menyebabkan spasme otot laring. Oleh karena itu, jika perawat
mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada pemeriksaan pre
2. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung sebelumnya akan
menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Pemeriksaan tekanan darah pre operatif
pascaoperatf. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna serta
suhu ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler
3. System saraf
pasien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan dapat mengingat kejadian yang
4. Sistem Pencernaan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar.
anestesi umum, maka peristalik tidak akan kembali normal dan bising usus akan
Page 11
5. Sistem Perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam
akut dengan oliguri atau anuri, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau
pembedahan merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk
6. Sistem Muskuloskeletal
kemampuan dalam melakukan rentang gerak sendi. Periksa adanya kondisi kelemahan
7. Sistem Integumen
utama ditujukan pada daerah tonjolan tulang seperti siku, sakrum, dan skapula.
Selama pembedahan, pasien harus berbaring dalam satu posisi tertentu dan bisanya
sampai beberapa jam. Dengan demikian, pasien rentan mengalami ulkus tekan atau
dekubitus terutama jika kulit pasien tipis, kering, dan turgor kulintya buruk. Kondisi
keseluruhan kulit juga menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia berisiko mangalami
gangguan integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas meja ruang operasi
yang dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan palpasi dengan mencubit
Page 12
kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh. Kaji kondisi jari untuk menilai adanya
tanda sianosis perifer. Perawat juga perlu mengkaji adanya jari tubuh (clubbing
finger) pada kuku jari tangan pasien, yang mengindikasikan adanya penyakit paru dan
8. Sistem endokrin
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup
akibat asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat atau pemberian obat insulin
yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam pasien tetapi onsetnya tidak secepat
Page 13
2.2 Diagnosis Keperawatan Pre Operatif
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi.
proses operasi
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ancaman kehilangan organ atau fungsi
Page 14
tindakan yang akan
dilakukan
5) Diskusikan pilihan terapi
6) Jelaskan penjelasan tentang
pentingnya ambulasi
7) Jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin akan muncul
3 Koping individu tidak Tujuan: 1) Kaji perubahan dari
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan gangguan persepsi dan
dengan ancaman keperawatan selama 1 x 24 jam hubungan dengan derajat
kehilangan organ atau pasien mampu ketidakmampuan
fungsi tubuh dari mengembangkan koping yang 2) Identifikasi arti dari
prosedur pembedahan positif. kehilangan atau disfungsi
pada pasien.
Kriteria evaluasi: 3) Anjurkan pasien untuk
1) Pasien kooperatif pada mengekspresikan perasaan
setiap intervensi 4) Catat ketika pasien
keperawatan. menyatakan sekarat,
2) Pasien mampu menyatakan mengingkari, dan
atau mengomunikasikan menyatakan inilah kematian.
dengan orang terdekat 5) Dukung prilaku atau usaha
tentang situasi dan seperti peningkatan minat
perubahan yang terjadi. atau partisipasi dalam
3) Pasien mampu menyatakan aktivitas rehabilitasi.
peneriamaan diri terhadap 6) Mengingatkan pasien
situasi. tentang fakta dan realita
4) Pasien mengakui dan bahwa pasien masih dapat
menggabungkan perubahan menggunakan sisi yang sakit
ke dalam konsep diri dan belajar mengontrol sisi
dengan cara yang akurat yang sehat.
tanpa harga diri yang 7) Kolaborasi dengan ahli
negatif. neuropsikologi dan
konseling bila ada indikasi
Page 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Dalam fase pre
operatif terdapat beberapa persiapan diantaranya adalah persiapan fisik, persiapan mental,
mendapatkan data yang valid dalam menegakkan diagnosa dan merencanakan asuhan
keperawatan. Pada fase pre operatif terdapat beberapa masalah keperawatan diantaranya
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat seharunya dapat mengetahui konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan pre operatif serta dapat memberikan asuhan keperawatan secara intensif mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada fase pre operatif yang dialami
klien.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. ( 2002 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 8 Vol. 1. Jakarta:
EGC
Marilynn E. Doenges. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
https://id.scribd.com/document/369478845/Askep-Pre-Operatif
https://id.scribd.com/document/374187197/Askep-Pre-Operatif-Bu-Sukini-New
Page 17