Anda di halaman 1dari 13

RESUME

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KRITIS BESERTA


EVIDANCE BASED PRACTICE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
Dosen pengampu: Nunung Liawati S.Kep.,Ners.,M.kep

Disusun oleh :

Yulia Rosmawati

(C1AA20121)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KRITIS
1. Konsep Keperawatan Kritis
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara
khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan konperhensif. Dalam keperawatan kritis waktu adalah vital.
Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat dan
hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.

Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab
untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima
kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses)

Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh,
tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien kritis adalah pasien
dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan kematian. Pasien
dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.
Suatu perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus
dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat
pasien yang sedang kritis. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif
oleh karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan
fungsi organ-organ tubuh lainnya.

Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian
optimal (AACN, 2006). American Association of Critical Care Nurses (AACN, 2012)
juga menjelaskan secara spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis
dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit aktual atau potensial yang
mengancam kehidupan.

2. Ruang Lingkup Keperawatan Kritis


Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis,
pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat
untuk pemberian perawatan.

Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan keperawatan


intensif untuk berbagai masalah kesehatan. Serangkaian gejala memiliki rentang dari
pasien yang memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi
sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem yang memerlukan intervensi untuk
mendukung fungsi hidup yang mendasar.

Pada umumnya lingkungan yang mendukung rasio perbandingan perawat – pasien yaitu
1:2 (tergantung dari kebutuhan pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien dan,
terkadang seorang pasien memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat
bertahan hidup.

3. Prinsip Keperawatan Komunitas


Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat
menyebabkan kecacatan maupun kematian sedangkan penanganan antara dari permulaan
suatu kejadian gawat darurat hingga ditanggapi oleh petugas kesehatan dengan kata lain
dapat disebut waktu tanggap, waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5 menit
(Menteri Kesehatan RI, 2008 dalam Ade 2018 ).
Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat
(UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah
bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit
perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU,
maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat
terjadi secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
Kelainan pada pasien kritis dibagi atas 9 rangkai kerja:
1. Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian resusitasi cardiac
pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk mengevaluasi, amannya
transportasi, akses telepon ke pusat.

2. Triage, yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan. Pasien-
pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama. pertolongan
memberikan hasil secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat dan
harapan hidup yang tinggi

3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat kegawatan
yang berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan prioritas yang berbeda.
Oleh karena itu diklasifikasikan pasien kritis atas:
a. Exigent : pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan
pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini dalah pasien dengan obstruksi
jalan nafas, fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest.
b. Emergent : yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan pertolongan
secepat mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
miocard infark, aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c. Urgent : yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang
dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2 akantetapi tetap memerlukan pertolongan
yang cepat oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
d. Minora tau non urgent : yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua penyakit
yang tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan

4. Asuhan Keperawatan Kritis


A. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).

B. Pengkajian
Pengkajian awal didalam keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu
dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-spiritual,
Pengkajian airway, breathing, dan circulation penting halnya untuk diperhatikan pada
pasien kritis. Selain itu, pengkajian tingkat kesadaran pasien juga penting adanya untuk
dilakukan secara berkala

C. Diangnosa Keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui
untuk mencegah kerusakan atau gangguan yang lebih luas.

D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan perencanaan ini adalah untuk
membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan mengoptimalkan
penyelesaian masalah. Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan
terhadap status yang selalu berubah.

E. Implementasi
Ditunjukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk mencegah krisis yang
secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan
tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.

F. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien sesuai
dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan Tindakan keperawatan
dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, Tindakan kolaboratif dan
pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu pengawasan terus menerus terhadap kondisi
pasien termasuk evaluasi prilaku.

G. Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing-masing tindakan atau terapi, secara terus menerus menilai kriteria
hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.

H. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan keperawatan
atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai penanggungjawaban
dan bertanggung gugatan terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan perawat
kepada pasien dari kebijakan.

Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan


keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang sakit kritis
dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data yang
dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari
identifikasi masalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus – menurus

5. Fungsi dan Peran Perawat


Perawat Critical Care Mempunyai Berbagai Peran Formal, Yaitu :
a. Bedsite nurse : peran dasar dari perawatan kritis. Hanya mereka yang selalu bersama
24 jam dari 7 hari seminggu.
b. Pendidik critical care : mengedukasi pasien.
c. Care manajer : mempromosikan perawat yang sesuai dan tepat waktu.
d. Manager unit atau departemen (kepala bagian) : menjadi pengarah.
e. Perawat klionis spesialis : dapat membantu membuat rencana asuhan keperawatan.
f. Perawat praktisi : mengelola terapi dan pengobatan.

Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinasikan dengan tim


mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan :
a) Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau mengganti
pasien yang ditunjuk membuat keputusan.
b) Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien.
c) Mendukung keputusan dari pasien atau menganti yang di tunjuk, atau perawatan
transfer pasien kritis sama-sama berkualitas.
d) Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara untuk mereka sendiri.
e) Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien.
f) Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga, dan professional
kesehatan lainya.
6. Dampak Kondisi Kritis Terhadap Pasien
Efek Psikologis
1. Stres akibat kondisi penyakit
2. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3. Perasaan isolasi
4. Depresi
5. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional
6. Perasaan Kesepian
8. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri

Pasien yang dirawat diruang ICU akan mengalami stres yang berhubungan dengan 3 tema
besar, yaitu:
a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka
b. Stres berkaitan dengan ruangan ICU
c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain

Adapun Dampak non psikologis terhadap pasien kritis antara lain :


a. Ketidakberdayaan
b. Pukulan (perubahan) konsep diri
c. Perubahan citra diri
d. Perubahan pola hidup
e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial
pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi).

Respon terhadap kecemasan:


a. Respon fisologis : frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah, peningkatan
pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan vasokontriksi perifer dapat tidak
terdeteksi
b. Respon sosiopsikologis : respon perilaku yang menandakan kecemasan seringkali
didasari oleh sikap keluarga dan budaya.

7. Dampak Kondisi Kritis Terhadap Keluarga

Efek Psikologis
1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)

Efek Non Psikologis


1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga
5. Perubahan pola hidup keluarga

Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :


1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi keluarga karena
ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki yaitu memikirkan
kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang terjadi pada pasien
yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.

Tugas keluarga pasien kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan


mendapatkan ketahan. Menurut Mc Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )
No. Topik Peneliti Tahun Metode Populasi Dan Sampel Hasil Kesimpulan
1. HUBUNGAN CARING Ikdafila1, AR, 2023 Jenis dan Populasi pada Hasil dari Dari hasil
PERAWAT DENGAN Arni; r1, metode penelitian ini adalah penelitian penelitian yang
TINGKAT KECEMASAN Yamma; penelitian ini terdiri dari 26 menunjukkan dilakukan
KELUARGA PASIEN Barangkau; menggunaka responden . Penelitian bahwa ada dengan judul
DIRUANG ICU RSUD Hardianti n kuantitatif ini menggunakan teknik hubungan caring Hubungan
LAMADDUKELLENG Arafah, Eka dengan sampling yaitu total perawat dengan Caring Perawat
pendekatan sampling. tingkat kecemasan Dan Kecemasan
metode pada keluarga pasien (p Keluarga Pasien
penelitian ini = 0,000 berarti α< di ICU RSUD
yaitu cross 0,05). Lamaddukelleng
sectional Kabupaten Wajo
study, Tahun 2022,
maka
kesimpulannya
adalah ada
hubungan caring
perawat dengan
tingkat
kecemasan
keluarga pasien
di ruang ICU
RSUD
Lamaddukelleng,
frekuensi caring
perawat
seluruhnya
2. HUBUNGAN PERILAKU Intani, 2023 Desain Jumlah populasi Mayoritas Hasil penelitian
CARING PERAWAT Safaatul ; Sri penelitian ini penelitian ini sebanyak responden ini menunjukkan
DENGAN TINGKAT Wahyuningsih, merupakan 84 orang. Sampel yang memiliki perilaku adanya
KECEMASAN Indah; penelitian didapat sebanyak 83 caring cukup hubungan antara
KELUARGA PASIEN DI Ikhlasul Amal, kuantitatif responden dengan sebanyak 72 perilaku caring
RUANG INTENSIVE Ahmad. dengan tiknik purposive (86,7%) responden, perawat dengan
CARE UNITE RSI pendekatan sampling. dan tingkat tingkat
SULTAN AGUNG cross kecemasan kecemasan
SEMARANG sectional. keluarga pasien keluarga pasien
dengan kecemasan di ICU dengan p
berat 70 (84,3%) value = 0,004.
responden.
3. HUBUNGAN LAMA Widiastuti, 2023 Desain Populasi dalam Hasil penelitian Ada hubungan
RAWAT DENGAN Leonita ; penelitian penelitian ini adalah menunjukkan lama rawat
TINGKAT KECEMASAN Gandini, Andi menggunaka keluarga yang bahwa dengan tingkat
KELUARGA PASIEN Lis Arming ; n metode menunggui pasien di Hubungan lama kecemasan
YANG DIRAWAT DI Setiani, Diah observasional ruang tunggu ICU RSD rawat dengan keluarga pasien
RUANG ICU RSD dr. H. dengan dr. H. Soemarno tingkat kecemasan yang dirawat di
SOEMARNO pendekatan Sosroatmodjo sebanyak keluarga pasien Ruang ICU RSD
SOSROATMODJO cross- 43 orang. Teknik yang dirawat di dr. H. Soemarno
sectional. pengambilan sampel ruang ICU (pValue Sosroatmodjo.
dalam penelitian ini = 0,00), lama rawat
menggunakan lebih dari 3 hari
purposive sampling. (73,3%) dan tingkat
Jumlah sampel dalam kecemasan
penelitian ini adalah 30 keluarga pada
orang. kategori sedang
(46,7%).
4. HUBUNGAN ANTARA Rosidawati, 2019 Metode yang Sampel dalam Hasil penelitian Kesimpulan dari
LAMA RAWAT DENGAN Ida; Hodijah, digunakan penelitian ini adalah menunjukkan hasil penelitian
TINGKAT KECEMASAN Siti adalah keluarga pasien yang bahwa pasien ini adalah ada
KELUARGA PASIEN DI kuantitatif menunggu di ruang ICU, dengan lama hari hubungan antara
RUANG INTENSIVE korelatif dengan teknik rawat baru (< lama rawat
CARE UNIT RSUD DR dengan pengambilan sampling mean=3.81) dengan tingkat
SOEKARDJO KOTA metode menggunakan sebanyak 7 orang, kecemasan
TASIKMALAYA pendekatan accidental sampling keluarga pasien keluarga pasien.
cross yang berjumlah 16 tidak mengalami
sectional, orang selama 2 minggu. cemas sebanyak 5
orang (71%) dan
keluarga yang
mengalami cemas
sebanyak 2 orang
(29%). Sedangkan
pasien dengan
lama hari rawat
lama (≥
mean=3.81)
sebanyak 9 orang,
keluarga pasien
semuanya
mengalami cemas
(100%). Hasil uji Chi
Square
menunjukkan nilai
p Value sebesar
0.005 < α 0.05.
5. HUBUNGAN Mulyana1*, 2023 Penelitian ini Pengambilan sampel Hasil: 30 keluarga Kesimpulan:
KECEMASAN DENGAN Budi; Anita, merupaka menggunakan teknik didapatka denga Terdapat
KEPUASAN KELUARGA Sonia ; penelitian purposive sampling. purposive hubungan antara
PASIEN DENGAN Sukarno;, analitik Jumlah sampel sampling. kecemasan dan
PENYAKIT JANTUNG DI Pamungkas4, korelasi sebanyak 40 keluarga Mayoritas pasien kepuasan
HIGH CARE UNIT Rian Adi dengan pasien yang memenuhi berusia lansia awal dimana semakin
RUMAH SAKIT Erwin5, rancangan kriteria inklusi dan dan berjenis puas pasien
JANTUNG DAN Nuraeni6, cross- eklusi. Sample kelamin laki-laki. maka kecemasan
PEMBULUH DARAH Nunuy ; sectional ditentukan Rerata lama menurun.
HARAPAN KITA Wariani, menggunakan software perawatan pasien
Wiwik G-Power version di HCU adalah 5-6
3.1.9.7. hari. Mayoritas
keluarga pasien
adalah perempuan
yang berusia
dewasa akhir.
Pekerjaan keluarga
adalah pegawai
dan memiliki
pendidikan sarjana.
Rerata nilai
kecemasan
responden adalah
26.55 (kecemasan
sedang). Rerata
nilai kepuasan
responden adalah
15.03 (puas). P-
value sebesar
0.029 den nilai
korelasi -0.344.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jevon, Philip. Ewens, Beverley. 2009. Pemantauan Pasien Kritis Edisi Dua.
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Jakarta: EGC.
Friedman, et al. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Morton, et al. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8. Volume
1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai