LEMBAR PENGESAHAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 211/RSGS/Per/IV/2020
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN
LANJUTAN DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 01 April 2020
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,
dr. Kertodinoto
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
karunia dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan ini dapat disusun. Panduan ini
merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam rangka
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Graha Sehat. Dalam
panduan ini diuraikan tentang Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan di
Rumah Sakit Graha Sehat, tidak luput penyusun menyampaikan terima kasih
yang sedalam – dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Di Rumah Sakit
Graha Sehat.
Kraksaan,
Tim Penyusun
x
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. Resusitasi (atau Resusitasi Jantung Paru/RJP) adalah upaya untuk
menyediakan oksigen melalui aliran darah ke otak dan organ-organ vital
lainnya melalui suatu tindakan pemijatan jantung dan ventilasi yang
adekuat. Tindakan ini merupakan tindakan kritis dan life saving yang
dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskuler, yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu
singkat (4-6 menit).
2. Pelayanan Tindakan Resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien
atau orang yang berisiko mengalami henti jantung, meliputi bantuan hidup
dasar, lanjut dan jangka panjang.
B. TUJUAN
1. Memberikan panduan standar tindakan resusitasi bagi karyawan non medis
dan atau tenaga medis lainnya.
2. Mengupayakan penyelamatan nyawa segera mungkin untuk meningkatkan
angka keberhasilan penanganan henti jantung mendadak.
1
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
BAB II RUANG LINGKUP
A. UNIT KERJA
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Pelayanan Intensif
3. Unit Kamar Operasi
4. Unit Rawat Inap
5. Unit Kamar Bersalin
6. Unit Neonatologi
B. KEWENANGAN PELAKSANA
1. Dokter Spesialis Anestesi
Dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program studi dokter
spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau lulusan
luar negeri dan yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktik (SIP) untuk melakukan tindakan resusitasi dasar, lanjut
dan jangka lama, dengan menggunakan obat-obatan dan atau peralatan
life saving, termasuk alat bantu hidup (ventilator mekanik)
2. Dokter Umum
Dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan dokter di institusi
pendidikan yang diakui dan yang telah mendapatkan Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dan atau pelatihan Basic
Life Support yang memadai untuk melakukan tindakan resusitasi dasar,
lanjut.
3. Perawat
Tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan dan ilmu
keperawatan dan atau mendapatkan pelatihan Basic Life Support yang
memadai.
4. Tenaga Non Medis
Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan non klinis di rumah sakit dan
telah mendapatkan Basic Life Support untuk awam.
4
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
Pasien yang tidak sadar atau tidak berespon terhadap stimulus, dengan
pernapasan yang normal, berkurang, atau tidak bernapas. Selama henti
jantung mendadak, gasping kadang kala diinterpretasikan sebagai
usaha untuk bernapas. Petunjuk ini tidak dapat diaplikasikan selama
proses anestesi umum (general anaesthesia).
Gambar 2. Witnessed Arrest
b. Dilatasi pupil.
c. Sianosis sentral.
d. Tidak ada perdarhan dari luka operasi.
e. Hipotensi.
f. Berkurangnya end tidal CO2 secara tiba-tiba.
g. Interpretasi ECG yang tidak normal (fibrilasi ventricular).
5. Temuan tersebut berlaku pada pasien dewasa, anak, maupun bayi.
6. Apabila menjumpai pasien dengan kondisi tersebut, maka segera aktifkan
segera kondisi darurat atau “code blue”.
7. Apabila tersedia defibrillator dalam jangkauan Anda dan Anda mampu
melakukan terapi elektrikal, segera pergunakan defibrillator.
8. Atau, mulailah melakukan resusitasi dengan pijat jantung terlebih dahulu.
9. Perhatikan bahwa tahapan airway-breathing-circulation (ABC) telah
berubah menjadi circulation-airway-breathing (CAB), sehingga kegiatan
4. Berian napas buatan dua kali, dengan rasio pijatan dengan napas
buatan 30:2
5. Ventilasi dengan menggunakan alat bantu bag & mask, harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Tabel 1 . Ventilasi dengan alat bantu
6. Periksa apakah muncul denyut nadi, bila belum muncul denyut nadi
ulangi proses di atas dengan selang waktu dua menit.
Akses Vaskular
Akses vaskular merupakan salah satu tindakan penting dalam mengelola pengobatan dan
pengambilan sampel darah. Pada keadaan darurat akses pembuluh darah mungkin sulit dilakukan pada
penderita bayi dan anak anak, sedangkan intraosesseus lebih mudah dilakukan namun memerlukan
tenaga terlatih.
Akses Intraoseus (IO)
Akses IO adalah salah satu cara cepat, aman, dan rute efektif untuk pemberian obat dan cairan
serta mungkin digunakan untuk memperoleh contoh darah selama resusitasi. Melalui akses ini bisa
dengan aman memberikan epinefrin, adenosine, cairan produk darah, dan katekolamin.
Cairan dan Obat Resusitasi
1. Cairan resusitasi
Gunakan cairan kristaloid isotonik (misalnya ringer laktat atau NaCl fisiologis) untuk
menanggulangi syok. Terapi bolus cairan glukosa apabila diketahui pasien
mengalami hipoglikemia
2. Amiodaron
Digunakan memperlambat konduksi AV, memperpanjang periode refrakter AV dan
interval QT, dan memperlambat konduksi ventrikular. Monitor tekanan darah dan
berikan secara perlahan dengan penderita dengan denyut nadi, tetapi dapat diberikan
secara cepat pada penderita henti jantung atau fibrilasi ventrikel. Efek samping dari
obat ini adalah dapat menyebakan hipotensi
3. Sulfat Atropin
Adalah salah satu obat parasimpatolitik yang bertujuan mengakselerasi pacu jantung
sinus atau atrial dan meningkatkan konduksi AV.
4. Epinefrin
Memberikan efek vasokontriksi melalui jalur alpha adrenergik sehingga meningkatkan
tekanan diastolik dan tekanan perfusi koroner yang merupakan salah satu faktor
penentu penting keberhasilan resusitasi.
BAB IV DOKUMENTASI