Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN BANTUAN

HIDUP DASAR DAN


LANJUT

Panduan Code Blue ii


PANDUAN BANTUAN HIDUP
DASAR DAN LANJUTAN

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT


PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN LANJUTAN
KETERANGAN TANDA
TANGGAL
TANGAN
dr. Rizky Pembuat
Pramudya Akbar
Dokumen
Authorized
Person

dr. Susanti Direktur


Sugianto

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan iii


RUMAH SAKIT
GRAHA SEHAT
Jl. Panglima Sudirman No. 2
Telp. (0335) 846500, 846354, 844200 Fax. (0335) 846500 KRAKSAAN – PROBOLINGGO

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 211/RSGS/Per/IV/2020

TENTANG

PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN


LANJUTAN
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT,


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, maka diperlukan upaya pemberian Code Blue dalam
penyelenggaraan pelayanan pasien yang bermutu tinggi
dan menjamin keselamatan pasein;
b. Bahwa agar pelaksanaan Code Blue dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Panduan Code Blue sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan pasien;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu
ditetapkan berdasarkan Peraturan Direktur Rumah Sakit .
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan iv


6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/Per/VII/2010 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Dialisis pada fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan ICU di RS;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik
Kedokteran;
11. Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat Nomor
01/RSGS/Per/I/2020 Tentang Peraturan Internal Rumah
Sakit Graha Sehat;
12. Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat Nomor
01/Per/Dirut/GSLK/I/2020 Tentang Penetapan Struktur
Organisasi Rumah Sakit Graha Sehat;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN
LANJUTAN DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT

KEDUA : Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan sebagaimana dimaksud


dalam diktum kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan di Rumah Sakit Graha
Sehat sebagaimana

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan v


dimaksud dalam diktum kedua wajib dijadikan acuan dalam
pemberian pelayanan resusitasi di Rumah Sakit Graha Sehat.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 01 April 2020
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Kertodinoto

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan vi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
karunia dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan ini dapat disusun. Panduan ini
merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam rangka
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Graha Sehat. Dalam
panduan ini diuraikan tentang Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan di
Rumah Sakit Graha Sehat, tidak luput penyusun menyampaikan terima kasih
yang sedalam – dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Di Rumah Sakit
Graha Sehat.

Kraksaan,

Tim Penyusun

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan vii


TIM PENYUSUN

1. dr. Rizky Pramudya Akbar


2. Faid Mursyid Madani, S.Kep.Ns
3. Rifky Fauzi Annur R, Amd.Kep

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan viii


DAFTAR ISI

PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR DAN LANJUTAN.......................ii


KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
Kata Sambutan direktur.....................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP.............................................................................2
BAB III TATA LAKSANA...............................................................................4
A. ASESMEN PASIEN DENGAN HENTI JANTUNG DAN ATAU
HENTI NAPAS...............................................................................................4
B. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA DEWASA...............................7
C. TATA LAKSANA PENGGUNAAN DEFIBRILATOR..........................8
D. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA ANAK.....................................9
E. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA NEONATUS...........................9
F. PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA.................................................................................................10

G. BANTUAN HIDUP LANJUT.................................................................11


BAB IV DOKUMENTASI..............................................................................12
A. PENCATATAN SELURUH KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
PADA REKAM MEDIS................................................................................12
B. REKAM MEDIS PEMBERIAN ASESMEN DAN TINDAKAN
RESUSITASI.................................................................................................12
DAFTAR TABEL

Tabel 1 . Ventilasi dengan alat bantu.......................................................................8

x
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Henti Jantung..........................................................................................4


Gambar 2. Witnessed Arrest....................................................................................5
Gambar 3. algoritme tindakan resusitasi..................................................................6
Gambar 4. Pijat Jantung...........................................................................................7
Gambar 5. head tilt & chin lift.................................................................................7
Gambar 6. Napas Buatan.........................................................................................8
Gambar 7. Circular ACLS Algorithm....................................................................10

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan xi


Lampiran Peraturan Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : 211/RSGS/Per/IV/2020
Tanggal : 01 April 2020

BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
1. Resusitasi (atau Resusitasi Jantung Paru/RJP) adalah upaya untuk
menyediakan oksigen melalui aliran darah ke otak dan organ-organ vital
lainnya melalui suatu tindakan pemijatan jantung dan ventilasi yang
adekuat. Tindakan ini merupakan tindakan kritis dan life saving yang
dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan sistem pernapasan dan
sistem kardiovaskuler, yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu
singkat (4-6 menit).
2. Pelayanan Tindakan Resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien
atau orang yang berisiko mengalami henti jantung, meliputi bantuan hidup
dasar, lanjut dan jangka panjang.

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan standar tindakan resusitasi bagi karyawan non medis
dan atau tenaga medis lainnya.
2. Mengupayakan penyelamatan nyawa segera mungkin untuk meningkatkan
angka keberhasilan penanganan henti jantung mendadak.

1
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
BAB II RUANG LINGKUP

A. UNIT KERJA
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Pelayanan Intensif
3. Unit Kamar Operasi
4. Unit Rawat Inap
5. Unit Kamar Bersalin
6. Unit Neonatologi

B. KEWENANGAN PELAKSANA
1. Dokter Spesialis Anestesi
Dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program studi dokter
spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau lulusan
luar negeri dan yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktik (SIP) untuk melakukan tindakan resusitasi dasar, lanjut
dan jangka lama, dengan menggunakan obat-obatan dan atau peralatan
life saving, termasuk alat bantu hidup (ventilator mekanik)
2. Dokter Umum
Dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan dokter di institusi
pendidikan yang diakui dan yang telah mendapatkan Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dan atau pelatihan Basic
Life Support yang memadai untuk melakukan tindakan resusitasi dasar,
lanjut.
3. Perawat
Tenaga keperawatan yang telah menyelesaikan pendidikan dan ilmu
keperawatan dan atau mendapatkan pelatihan Basic Life Support yang
memadai.
4. Tenaga Non Medis
Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan non klinis di rumah sakit dan
telah mendapatkan Basic Life Support untuk awam.

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 2


C. WAKTU PELAKSANAAN
1. Indikasi Pelayanan Code Blue
a. Pasien koma.
b. Pasien dengan henti jantung dan/atau napas.
c. Pasien dengan mati batang otak.

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 3


BAB III TATA LAKSANA

A. ASESMEN PASIEN DENGAN HENTI JANTUNG DAN ATAU


HENTI NAPAS
1. Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest/SCA) sangat bervariasi
kondisi maupun penyebabnya, sehingga tidak ada satu tindakan resusitasi
yang dapat mengatasi semua keadaan henti jantung mendadak.
Gambar 1.Henti Jantung

2. Henti jantung mendadak dapat dikelompokkan berdasarkan


etiologic/penyebabnya (cardiac dan non-cardiac), lingkungan sekitar (ada
saksi dan tidak ada saksi) dan setting kejadiannya (intra Rumah Sakit dan
ekstra Rumah Sakit).
3. Penilaian atau asesmen awal pasien dengan indikasi tindakan resusitasi,
meliputi: pasien yang tidak sadar dan tidak respon terhadap stimulasi
penolong, tidak bernapas, atau bernapas tidak normal (gasping, dll.), dan
tidak ada denyut nadi pada palpasi selama 10 detik.
4. Penegakan diagnosis henti jantung meliputi:
a. Henti jantung dengan saksi (witnessed arrest)

4
Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
Pasien yang tidak sadar atau tidak berespon terhadap stimulus, dengan
pernapasan yang normal, berkurang, atau tidak bernapas. Selama henti
jantung mendadak, gasping kadang kala diinterpretasikan sebagai
usaha untuk bernapas. Petunjuk ini tidak dapat diaplikasikan selama
proses anestesi umum (general anaesthesia).
Gambar 2. Witnessed Arrest

b. Dilatasi pupil.
c. Sianosis sentral.
d. Tidak ada perdarhan dari luka operasi.
e. Hipotensi.
f. Berkurangnya end tidal CO2 secara tiba-tiba.
g. Interpretasi ECG yang tidak normal (fibrilasi ventricular).
5. Temuan tersebut berlaku pada pasien dewasa, anak, maupun bayi.
6. Apabila menjumpai pasien dengan kondisi tersebut, maka segera aktifkan
segera kondisi darurat atau “code blue”.
7. Apabila tersedia defibrillator dalam jangkauan Anda dan Anda mampu
melakukan terapi elektrikal, segera pergunakan defibrillator.
8. Atau, mulailah melakukan resusitasi dengan pijat jantung terlebih dahulu.
9. Perhatikan bahwa tahapan airway-breathing-circulation (ABC) telah
berubah menjadi circulation-airway-breathing (CAB), sehingga kegiatan

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 5


“lihat – dengar – rasakan” (look, listen, and feel) telah dihilangkan dalam
algoritme tindakan resusitasi.
Gambar 3. algoritme tindakan resusitasi

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 6


B. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA DEWASA
1. Lakukan pijat jantung dengan frekuensi pijatan 100 kali per menit, dengan
kedalaman pijatan kurang lebih 5 cm.
Gambar 4. Pijat Jantung

2. Pijatan dilakukan pada bagian bawah tulang dada/sternum, dengan kedua


telapak tangan ditautkan, dan lengan atas dan bawah dalam keadaan satu
garis lurus. Kekuatan pijatan pada bahu.
3. Buka jalan napas dengan cara angkat dagu dan tengadahkan kepala (head
tilt & chin lift)
Gambar 5. head tilt & chin lift

4. Berian napas buatan dua kali, dengan rasio pijatan dengan napas
buatan 30:2

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 7


Gambar 6. Napas Buatan

5. Ventilasi dengan menggunakan alat bantu bag & mask, harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Tabel 1 . Ventilasi dengan alat bantu

6. Periksa apakah muncul denyut nadi, bila belum muncul denyut nadi
ulangi proses di atas dengan selang waktu dua menit.

C. TATA LAKSANA PENGGUNAAN DEFIBRILATOR


1. Resuitasi Jantung dengan menggunakan Automated External Defibrillator
(AED) yang ditempatkan pada area public direkomendasikan oleh
American Heart Association (AHA) untuk meningkatkan angka
keberhasilan resusitasi pada kasus henti jantung di luar RS.
2. Apabila dijumpai kasus henti jantung mendadak, maka segera lakukan
kompresi/pijat jantung, dan apabila tersedia AED dalam jangkauan segera
gunakan defibrilasi.
3. Gunakan dosis 120-200 Joule pada defibrillator bifasik (bila tidak
diketahui gunakan dosis maksimum alat), penggunaan kedua dengan dosis

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 8


sama; sedangkan penggunaan defibrillator mohofasik dengan dosis 360
Joule.
4. Letakkan pad pada posisi anterior-lateral, anterior-posterior, anterior-left
infrascapular, dan anterior-right infrascapular).

D. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA ANAK


1. Indikasi resusitasi dilakukan pada anak dengan kondisi tidak sadar atau
tidak bernapas, dengan denyut nadi tidak teraba dalam waktu sepuluh
detik.
2. Inisiasi resusitasi dengan kompresi/pijat jantung daripada pemberian napas
(C-A-B daripada A-B-C) dengan tujuan untu mencegah penundaan
pemberian kompresi/pijatan pertama.
3. Pijatan sedalam sepertiga diameter anterior-posterior dada atau 1,5 inci
atau 4-5 cm pada anak
4. Prosedur “look, listen, and feel for breathing” dihilangkan.
5. Penggunaan defibrillator pada anak dilakukan dengan dosis 2-4 Joule per
kilogram berat badan, dengan dosis selanjutnya 4 Joule per kilogram berat
badan, tidak melebihi dosis 10 Joule per kilogram berat badan atau dosis
maksimum dewasa.

E. TATA LAKSANA RESUSITASI PADA NEONATUS


1. Mengingat sebagian besar neonatal cardiac arrest adalah kasus asfiksia,
maka penatalaksanaan resuitasi pada neonates menggunakan prinsip A-B-
C dengan rasio kompresi dan ventilasi adalah 3:1, kecuali penyebabnya
dapat dipastikan penyebab cardiac.
2. Tindakan suction perlu dilakukan segera setelah bayi lahir apabila
diketahui neonates mengalami gangguan napas spontan karena obstruksi
atau membutuhkan ventilasi tekanan positif.
3. Ventilasi dengan tekanan positif perlu dilakukan dengan tekanan yang
cukup adekuat untuk meningkatan denyut jantung dan menambah ekspansi

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 9


dada (perlu diingat, pemberian tekanan berlebihan akan merusak paru
neonates preterm).
4. Pemberian ventilasi tekanan positif disarankan untuk neonates preterm.
5. Penggunaan laryngeal-mask airways dapat dipergunakan apabila face-
maskventilation dan tracheal intubation tidak berhasil atau tidak
dimungkinkan.
6. Rasio kompresi dan ventilasi adalah 3:1 atau apabila penyebab cardiac
diketahui, dapat digunakan rasio 15:2.
7. Apabila setelah tindakan resusitasi selama 10 menit, denyut nadi tetap
tidak terdeteksi, perlu dipertimbangkan penghentian resusitasi.

F. PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI KEPADA


PASIEN DAN KELUARGA
1. Indikasi
2. Jenis tindakan dan pengobatan yang diberikan
3. Risiko atas tindakan yang diberikan
Gambar 7. Circular ACLS Algorithm

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 10


G. BANTUAN HIDUP LANJUT
Alat Bantu Stabilitas Jalan Nafas
1. Oropharyngeal dan Nasopharyngeal airways
Merupakan alat bantu tambahan untuk mempertahankan saluran udara tetap terbuka.
Oropharyngeal digunakan pada kondisi pasien tidak sadar ( tidak ada reflek muntah).
Pengukuran dilakukan dengan cara menaruh pada bibir ke arah angulus
mandibularis. Nasopharyngeal airways akan lebih baik di toleransi pada korban yang
masih sadar.
2. Laryngeal Mask Airways (LMA)
Merupakan alat bantuan nafas ketika intubasi endotrakeal tidak dapat dilakukan, LMA
adalah salah satu alat menjaga patensi jalan nafas yang harus dilakukan oleh petugas
berpengalaman.

Pernafan : oksigenasi dan Ventilasi Bantuan


1. Oksigen
Gunakan 100% oksigen selama resusitasi. Monitor kadar oksigen penderita. Ketika
sudah stabil, dapat dihentikan secara bertahap dan dipertahankan.
2. Pulse oxymetry
Jika penderita mempunyai 1 irama perfusi, memonitor saturasi oksigen secara kontinyu
dengan pulse oxymetry. Alat ini tidak dapat digunakan pada kondisi perfusi periferal
yang lemah
3. Bag-Valve Mask (BVM)
BVM sama efektifnya dengan ventilasi melalui tabung endotracheal untuk waktu yang
singkat dan lebih aman. Penggunaan BVM memerlukan pelatihan periodik tentang
bagaimana memilih ukurn mask yang benar, membuka jalan nafas, membuat segel
ketat antara masker dan wajah, dan mengkaji efektivitas ventilasi yang diberikan
Pencegahan Overventilated
Pada kasus korban henti jantung sering terjadi overventilated selama proses resusitasi.
Ventilasi berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intratorakal dan menghalangi pengembalian
pembuluh darah, menurunkan output jantung, aliran darah ke otak, dan gangguan perfusi jantung.
Ventilasi berlebihan juga menyebabkan barotrauma, meningkatkan inflasi perut yang berakibat
regurgitasi dan aspirasi sehingga menjadi penyulit tindakan resusitasi. Ventilasi ditentukan oleh
perbandingan kompresi ventilasi, berhenti setelah 30 kali kompresi (1 penolong) atau setelah 15
kompresi (2 penolong) dengan memberikan 2 kali ventilasi menggunakan alat bantu.

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 11


Jika sudah terpasang alat endotrakeal, maka selam dilakukan RJP lakukan ventilasi udara dengan
kecepatan 8-10 kali/menit tanpa menghentikan kompresi dada. Sementara jika perfusi penderita baik
tetapi tidak ada usaha bernafas, diberikan bantuan nafas saja dengan kecepatan 12-20 kali/menit

Akses Vaskular
Akses vaskular merupakan salah satu tindakan penting dalam mengelola pengobatan dan
pengambilan sampel darah. Pada keadaan darurat akses pembuluh darah mungkin sulit dilakukan pada
penderita bayi dan anak anak, sedangkan intraosesseus lebih mudah dilakukan namun memerlukan
tenaga terlatih.
Akses Intraoseus (IO)
Akses IO adalah salah satu cara cepat, aman, dan rute efektif untuk pemberian obat dan cairan
serta mungkin digunakan untuk memperoleh contoh darah selama resusitasi. Melalui akses ini bisa
dengan aman memberikan epinefrin, adenosine, cairan produk darah, dan katekolamin.
Cairan dan Obat Resusitasi
1. Cairan resusitasi
Gunakan cairan kristaloid isotonik (misalnya ringer laktat atau NaCl fisiologis) untuk
menanggulangi syok. Terapi bolus cairan glukosa apabila diketahui pasien
mengalami hipoglikemia
2. Amiodaron
Digunakan memperlambat konduksi AV, memperpanjang periode refrakter AV dan
interval QT, dan memperlambat konduksi ventrikular. Monitor tekanan darah dan
berikan secara perlahan dengan penderita dengan denyut nadi, tetapi dapat diberikan
secara cepat pada penderita henti jantung atau fibrilasi ventrikel. Efek samping dari
obat ini adalah dapat menyebakan hipotensi

3. Sulfat Atropin
Adalah salah satu obat parasimpatolitik yang bertujuan mengakselerasi pacu jantung
sinus atau atrial dan meningkatkan konduksi AV.
4. Epinefrin
Memberikan efek vasokontriksi melalui jalur alpha adrenergik sehingga meningkatkan
tekanan diastolik dan tekanan perfusi koroner yang merupakan salah satu faktor
penentu penting keberhasilan resusitasi.

Stabilisasi Pasca Resusitasi

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 12


Tujuan dari perawatan pasca resusitasi adalah memelihara fungsi otak, menghindari kerusakan
sekunder organ tubuh lain, mendiagnosis dan mengobati penyebab penyakit. Menilai kembali secara
berkala fungsi kardiorespirasi karena keadaan penderita dapat berubah sewaktu waktu.

Pengentian Upaya Resusitasi


Resusitasi Jantung paru dapat diakhiri jika sirkulasi telah kembali normal, dan korban dapat
bernafas secara spontan, atau jika sirkulasi tidak dapat kembali dengan kegagalan terhadap seluruh
tindakan bantuan hidup dasar dan bantuin hidup lanjut ataupun tidak respon setelah dua kali
pemberian epinefrin. Usaha resusitasi dapat dihentikan setelah 30 menit tindakan bantuan hidup dasar
sirkulasi tidak kembali.

BAB IV DOKUMENTASI

A. PENCATATAN SELURUH KEGIATAN YANG


DILAKSANAKAN PADA REKAM MEDIS
1. Dicatat oleh pemberi pelayanan resusitasi yang berkompeten.
2. Dicatat pada lokasi yang seragam.

B. REKAM MEDIS PEMBERIAN ASESMEN DAN TINDAKAN


RESUSITASI
1. Catatan oleh Dokter.
2. Catatan oleh Perawat.

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 13


Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Susanti Sugianto

Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan 14

Anda mungkin juga menyukai