Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN STERILISASI

Revisi 0
Tahun 2018

Jln. W.R. Supratman No. 183 Cangkrep Lor,Purworejo, Jawa Tengah


Telepon : (0275) 3128272
Email : rumahsakit.budisehat@gmail.com

i
Jln. W.R. Supratman No. 183 Cangkrep Lor,
Purworejo, Jawa Tengah
Telepon : (0275) 3128272
Email : rumahsakit.budisehat@gmail.com

PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT PURWOREJO
NOMOR : 111/RSBS/PER-DIR/I/2018

TENTANG
PANDUAN STERILISASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT PURWOREJO,

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi


serta meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Budi
Sehat, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
CSSD (Central Sterile Supply Department);
b. Bahwa agar mutu sterilisasi di CSSD Rumah Sakit Budi
Sehat dapat tercapai dengan baik, maka perlu adanya
panduan sterilisasi sebagai petunjuk dalam melakukan
kegiatan sterilisasi di CSSD;
c. Bahwa untuk melaksanakan sebagaimana yang dimaksud
di atas, perlu menetapkan Peraturan Direktur Utama
Rumah Sakit Budi Sehat tentang Panduan Sterilisasi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 );
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
ii
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
8. Peraturan Direktur Rumah Sakit Budi Sehat Nomor
110/RSBS/PER-DIR/I/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Central Sterile Supply Department.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI SEHAT


PURWOREJO TENTANG PANDUAN STERILISASI.

Pasal 1

Panduan Sterilisasi di Rumah Sakit Budi Sehat sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 2

Panduan Sterilisasi di Rumah Sakit Budi Sehat harus


dijadikan acuan kesempurnaan kegiatan.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila


ada hal-hal yang tidak sesuai akan dilakukan revisi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Ditetapkan di : Purworejo
Pada tanggal : 02 Januari 2018
Direktur
RS Budi Sehat Purworejo,

dr. Putri Sayekti M, M.P.H.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN STERILISASI...................... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iv
iii
BAB I DEFINISI.................…..………………………………………...................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ..................………………………....…....….………… 2
BAB III TATA LAKSANA………………….……………………..……..…………….. 7
A. Penerimaan Alat Kotor................................................................. 7
B. Dekontaminasi dan Disinfeksi...................................................... 8
C. Pencucian..................................................................................... 9
D. Pengeringan, Pengemasan, dan Pelabelan.................................. 9
E. Sterilisasi........................................................................................ 10
BAB IV DOKUMENTASI…………...…………………………………..………….... 14

iv
Lampiran : Peraturan Direktur Rumah Sakit Budi Sehat Purworejo
Tentang : Panduan Sterilisasi

BAB I
DEFINSI

Definisi dari beberapa istilah dan kegiatan yang ada di dalam Panduan
Penatalaksanaan Sterilisasi ini adalah sebagai berikut :
1. Dekontaminasi adalah proses secara fisika atau kimia yang digunakan untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
2. Disinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit
atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia dan biasanya tidak
termasuk penghancuran spora.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses disinfeksi yang mampu membunuh
spora.
4. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia.
5. Autoclave adalah suatu alat/ mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
6. Oven/ dry heat adalah suatu alat/ mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan udara panas kering.
7. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll. pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
8. Autoclave/ Indikator tape adalah kertas tape yang ditempel di permukaan
pembungkus/kemasan alat/ bahan yang akan berubah warna jika permukaannya
sudah terpapar uap/ panas sterilisasi. Indikator ini sebagai tanda bahwa alat
sudah disterilkan atau belum.
9. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
10. Alat kritikal adalah alat medis yang masuk kedalam jaringan tubuh steril atau
sistem pembuluh darah.
11. Alat semikritikal adalah alat yang masuk/ kontak dengan membran mukosa
tubuh.

BAB II
RUANG LINGKUP
5
Ruang lingkup dalam Panduan Penatalaksanaan Sterilisasi ini meliputi :
1. Penerimaan alat kotor
2. Dekontaminasi dan disinfeksi
3. Pencucian
4. Pengeringan, pengemasan, dan pelabelan
5. Sterilisasi
6. Penyimpanan alat/barang steril
7. Distribusi alat/barang steril

BAB III
TATA LAKSANA

6
Penatalaksanaan sterilisasi dilakukan sesuai dengan alur sebagai berikut :
ALUR CSSD
RS BUDI SEHAT

Penerimaan alat kotor

Dekontaminasi dan
disinfeksi

Pencucian

Pengeringan,
Pengemasan, pelabelan

Sterilisasi

Penyimpanan

Distribusi

A. Penerimaan alat kotor


1. Pengirim membawa perlatan kotor dengan box kontainer warna hijau.
2. Petugas penerima menerima perlatan kotor.
3. Petugas penerima mendata peralatan (Jumlah, nama alat, ruang)
4. Bila lengkap maka diterima, bila tidak dikembalikan
5. Petugas penerima dan pengirim menandatatangani ceklist barang
6. Petugas membawa perlatan ke ruang dekontaminasi.
B. Dekontaminasi dan disinfeksi
Alat kotor bekas digunakan untuk tindakan medik segera dilakukan
dekontaminasi dengan merendamnya di dalam larutan enzymatic atau

7
disinfektan selama 10-15 menit. Dekontaminasi dilakukan agar lebih aman untuk
tindakan/ proses selanjutnya, yaitu pencucian/ pembilasan, disinfeksi, dan
pengeringan alat.

Bahan untuk dekontaminasi dan disinfeksi yang digunakan adalah Gigazym


(enzymatic) dan/ atau kaporit cair. Sebelum membuat larutan untuk
dekontaminasi dan disinfeksi, lakukan cuci tangan dan gunakan APD.

1. Gigazym (enzymatic)
Jika menggunakan Gigazym, maka untuk membuat larutan perendaman
alat kotor dengan volume 1.000 ml, siapkan container box berisi 995 ml air
dan tuangkan 5 ml Gigazym ke dalamnya. Larutan ini dibuang jika telah
digunakan hingga 5 (lima) kali perendaman atau sesuai dengan kondisi
kekotorannya.
2. Kaporit cair
Jika perendaman alat kotor menggunakan kaporit cair, maka dibuat larutan
kaporit 0,5%. Konsentrasi kaporit cair dari logistik 12%, maka diencerkan
dengan perbandingan 250 ml kaporit cair dan 3.750 ml air sehingga
diperoleh 4 liter larutan kaporit 0,5%. Perendaman dengan menggunakan
kaporit cair menggunakan container box berbahan plastik selama 15 menit.
Kaporit cair ini dapat dibuang jika telah digunakan satu hari.
Kaporit cair menyebabkan alat medik yang terbuat dari logam lebih cepat
mengalami korosi sehingga mudah rapuh/rusak.

Kegiatan dekontaminasi mengikuti petunjuk sebagai berikut :


1. Lakukan cuci tangan
2. Gunakan APD yang sesuai
3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
4. Rendam alat kotor selama 10-15 menit
5. Cuci dan bilas dengan air bersih dan keringkan
6. Buang larutan yang digunakan untuk dekontaminasi sesuai ketentuan
pemakaian ke saluran air limbah yang tertutup dan dialirkan ke IPAL.
7. Lepaskan APD setelah selesai melakukan dekontaminasi
8. Lakukan cuci tangan

Alat kritikal dan semikritikal tidak tahan disteril dengan suhu panas
sehingga harus melalui proses Disinfeksi Tingkat Tinggi yaitu dengan
menggunakan disinfektan yang dapat menghancurkan mikroorganisme
termasuk sporanya. Disinfektan yang digunakan adalah Gigasept.

Disinfeksi dengan Gigasept dilakukan sebagai berikut :


1. Lakukan cuci tangan
2. Gunakan APD yang sesuai
3. Siapkan container box dan Gigasept

8
4. Buat larutan Gigasept 1.000 ml dengan perbandingan 40 ml Gigasept dan
960 ml air.
5. Masukkan alat kritikal dan/atau semi kritikal yang telah bersih
6. Rendam selama 10-15 menit
7. Tiriskan dan keringkan
8. Lepaskan APD
9. Cuci tangan
10. Letakkan alat di ruang pengemasan
11. Kemas dengan linen steril atau pouches
12. Beri label dan simpan
13. Cuci tangan setelah selesai melakukan kegiatan

C. Pencucian
1. Pencucian linen kotor dilakukan oleh Unit Laundry dan dikirim ke CSSD jika
sudah bersih.
2. Lakukan cuci tangan
3. Gunakan APD yang sesuai
4. Petugas CSSD melakukan pencucian alat yang telah didekontaminasi
5. Jika terdapat sambungan, lepaskan sambungannya
6. Lakukan pencucian dengan menggunakan sabun dan sikat bila perlu
7. Bilas alat dengan air bersih kemudian tiriskan
8. Lepaskan APD
9. Cuci tangan
10. Letakkan alat yang telah bersih di ruang pengeringan dan pengemasan

D. Pengeringan, pengemasan dan pelabelan


1. Alat yang sudah bersih dikeringkan secara manual dan dilakukan
pengecekan ulang kondisinya (masih ada sisa kotoran atau rusak). Jika
masih ada kotoran yang menempel pada alat, maka ulangi pencucian
hingga bersih.
2. Petugas CSSD melakukan pengecekan jenis/ nama dan jumlah alat serta
pemberian label dan indikator kimia
3. Petugas CSSD melakukan pengemasan dan pemberian label/ segel
(autoclave/ indikator tape, identifikasi isi kemasan, nomor load, tanggal, dan
nama petugas) di setiap kemasan kemudian melakukan sterilisasi
4. Pengemasan dengan menggunakan linen dan/ atau pouches
5. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah kegiatan pengemasan.
6. Gunakan APD yang sesuai

Pengemasan linen steril untuk set linen operasi terdiri atas : 5 duk besar, 1
duk sedang, 4 duk kecil, 1 sarung mayo, 1 pasang duk kaki, dan 4 baju operasi
kemudian dimasukkan ke dalam kantong yang terbuat dari kain/ linen juga.

9
E. Sterilisasi
Alat/ bahan yang sudah dikemas dilakukan sterilisasi yaitu dengan
menggunakan autoclave (sterilisator dengan uap panas).

1. Sterilisasi dengan autoclave


Sterilisasi dengan autoclave menggunakan uap panas bertekanan.
Kegiatan sterilisasi dengan autoclave sebagai berikut :

a. Mempersiapkan alat-alat atau bahan yang hendak disterilkan


b. Memeriksa air di dalam chamber, kemudian cek bata air, jika
kondisinya dibawah batas heater maka perlu ditambahkan air sampai
diatas heater tetapi tidak melebihi pembatas (penyaring) antara ruang
sterilisasi dengan ruang heater
c. Kemudian pasang kembali pemabatas (saringan) pada autoclave
d. Susun bahan atau alat-alat yang akan disterilkan di dalam heater
(sebelumnya dibungkus dulu dengan kain)
e. Tutup kembali dan kencangkan pengunci pada autoclave
f. Tekan saklar power pada posisi ON
g. Pilih suhu untuk sterilisasi dengan memutar selektor pemilih suhu
h. Atur timer untuk sterilisasi
i. Setelah suhu yang diatur tercapai timer akan ON. Pada saat timer ON,
heater akan mengkondisikan suhu di dalam chamber. Setelah suhu
mencapai kurang lebih 1200C dan stabil pada suhu pengaturan.
j. Setelah waktu pada timer diatur kurang lebih 40 menit, setelah waktu
habis maka kontaktor timer akan putus dengan power.
k. Heater akan berhenti bekerja, indicator heater akan mati kemudian
buka kontrol valve guna membuang uap yang ada di dalam chamber
l. Proses sterilisasi selesai
m. Mengambil barang/ alat steril
1) Pastikan chamber sudah tidak ada tekanan
2) Gunkan sarung tangan tahan panas
3) Buka pintu autoclave
4) Ambil barang/ alat steril dari dalam chamber
5) Letakkan barang/ alat steril ke tempat yang bersih dan kering
6) Tutup kembali pintu autoclave
7) Cuci tangan

2. Penyimpanan alat/ barang steril


Alat/ bahan yang sudah disterilkan diletakkan/ disimpan di tempat khusus
dan siap digunakan. Penyimpanan alat steril pada suhu 22-30 ⁰C dengan
kelembaban 35-60%.

10
Alat steril yang dikemas dengan linen disimpan maksimal selama 3 (tiga)
hari dan jika belum digunakan akan disteril ulang.

Pemeriksaan sterilitas alat/ bahan yang tersimpan dilakukan setiap 6


(enam) bulan sekali. Sampel alat steril yang dikemas dibawa ke Balai
Laboratorium Kesehatan Jawa Tengah untuk diketahui ada atau tidaknya
pertumbuhan kuman.

3. Distribusi alat/ barang steril


a. Pendistribusian barang steril melalui loket distribusi barang steril dan
dilakukan serah terima dengan petugas CSSD
b. Pada saat serah terima, dilakukan pencatatan tentang jenis/ nama
dan jumlah alat, tanda tangan, dan nama terang dari petugas ruangan
dan petugas CSSD
c. Dilakukan pengecekan kembali terhadap setiap kemasan alat untuk
mengetahui indikator tape sudah menunjukkan bahwa alat tersebut
sudah/ belum disterilkan
a. Petugas ruangan yang mengambil alat/ bahan steril langsung
membawa kembali ruangan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kontaminasi.
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah cuci tangan.
c. Transportasi alat steril menggunakan container box yang berbeda
dengan container box alat kotor.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dilakukan di CSSD adalah pencatatan dan pelaporan, yaitu :


1. Pencatatan serah terima alat kotor yang akan disterilisasi

11
2. Pencatatan serah terima pendistribusian alat steril ke ruangan
3. Pencatatan jumlah linen steril yang tersedia untuk IBS
4. Pelaporan indikator mutu CSSD tiap bulan
5. Pelaporan pemeriksaan sterilitas sampel alat steril setiap enam bulan sekali

Ditetapkan di : Purworejo
Pada tanggal : 02 Januari 2018
Direktur
RS Budi Sehat Purworejo,

dr. Putri Sayekti M, M.P.H.

12

Anda mungkin juga menyukai