Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN

PELAYANAN
ANASTESI
PANDUAN PELAYANAN ANASTESI

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT


PANDUAN PELAYANAN ANASTESI
TANDA
KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Pembuat Dokumen
dr. Nendyo Susilo, Sp. THT - 27 Desember 2021
KL.
Authorized Person
Andreas., S. Sos 28 Desember 2021

dr. Susanti Sugianto Direktur 29 Desember 2021

Panduan Pelayanan Anastesi i


KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan Anastesi


Rumah Sakit Graha Sehat, maka kami susun buku ini dengan judul ”Panduan
Pelayanan Anastesi” yang bisa kita jadikan acuan dalam melaksanakan fungsi
kerja dalam pelayanan anastesi.
Panduan pelayanan anastesi yang disusun sudah dilaksanakan dalam
kegiatan sehari-hari, dalam memberikan pelayanan Anastesi dengan tujuan
tercapainya standart dan mutu pelayanan secara optimal sesuai dengan visi,misi
Rumah Sakit Graha Sehat.
Semoga panduan ini dapat digunakan sebaik-baiknya,sehingga tujuan
tersebut diatas bisa terrwujud demi meningkatkan mutu pelayanan.
Kami mengucapakan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya
padasemua pihak yang telah banyak membantu sehingga penyusunan panduan ini
dapat terlaksana.

Kraksaan, 27 Desember 2021

Tim Penyusun

Panduan Pelayanan Anastesi ii


TIM PENYUSUN

Tim Penyusun Panduan Pelayanan Anastesi :

1. dr. Ardianto Fananai, Sp.An


2. Y. Riza Kurniawan S.Tr, Kes
3. Mega Indah Isnaeni, Amd.Kep
4. Ervan Yulis Bahtiar, Amd.Kep

Panduan Pelayanan Anastesi iii


DAFTAR ISI

PANDUAN PELAYANAN ANASTESI


PANDUAN PELAYANAN ANASTESI ............................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
TIM PENYUSUN ................................................................................................ iii
BAB I DEFINISI ................................................................................................... 1
A. DEFINISI ..................................................................................................... 1
B. TUJUAN ...................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................ 3
A. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN ...................................................... 3
B. LANDASAN HUKUM ................................................................................ 3
C. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA ........................................... 3
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................. 7
A Pelayanan Anestesi .......................................................................................... 7
B. Penanggulangan Nyeri Akut ........................................................................... 9
C. Resusitasi Jantung Paru .................................................................................. 9
D. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan ................................................................ 10
E. Pelayanan Pasien Kritis .............................................................................. 10
F. Pelayanan Pasca – Anestesi ....................................................................... 11
BAB IV TATA LAKSANA SEDASI ................................................................ 14
A. PENGERTIAN SEDASI ............................................................................ 14
B. TINGKATAN SEDASI ............................................................................. 14
C. LANGKAH SEDASI ................................................................................. 15
BAB V DOKUMENTASI .................................................................................. 22

Panduan Pelayanan Anastesi iv


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................................3


Tabel 2. Standart Fasilitas Untuk Pelayanan Anestesi yang Tersedia .....................4
Tabel 3. Panduan puasa untuk pasien pre sedasi .....................................................16
Tabel 4. Respon pada pasien sedasi .........................................................................18
Tabel 5. Bromage Score...........................................................................................20
Tabel 6. Alderet Score .............................................................................................20
Tabel 7. Steward score.............................................................................................21

Panduan Pelayanan Anastesi v


RUMAH SAKIT
GRAHA SEHAT
Jl. Panglima Sudirman No. 2
Telp. (0335) 846500, 846354, 844200 Fax. (0335) 846500
KRAKSAAN – PROBOLINGGO

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 065/RSGS/Per/XII/2021

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN ANASTESI


RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT,


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan tindakan bedah diperlukan
tindakan anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat;
b. Bahwa agar pelayanan anestesi dilaksanakan dengan baik dan
standar serta menjamin keselamatan pasien perlu dibuat
kebijakan pelayanan anestesi;
c. Bahwa penetapan dan pemberlakuan kebijakan tersebut perlu
ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi
danTerapi Intensif di Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;

Panduan Pelayanan Anastesi vi


7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;

9. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan


Nomor 047/Per/Dirut/GSLK/XII/2021 tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit Graha Sehat;

10. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan


Nomor 001/Per/Dirut/GSLK/I/2020 tentang Penetapan
Struktur Organisasi Rumah Sakit Graha Sehat.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA
SEHAT TENTANG PANDUAN PELAYANAN ANESTESI
DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT.
KEDUA : Panduan Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan iniakan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Panduan Pelayanan Anastesi vii


Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 29 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Susanti Sugianto


NIP. 67012013

Panduan Pelayanan Anastesi viii


Lampiran Peraturan Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : 065/RSGS/Per/XII/2021
Tanggal : 29 Desember 2021

BAB I DEFINISI

A. DEFINISI
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit merupakan salah satu bagian
dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang anestesia. Peningkatan
kebutuhan pelayanan anestesi ini tidak diimbangi dengan jumlah dan
distribusi dokter spesialis anestesiologi secara merata. Keadaan tersebut
menyebabkan tindakan anestesia di rumah sakit dilakukan oleh perawat
anestesi sehingga tanggung jawab terhadap pelayanan ini menjadi tidak jelas
khususnya untuk rumah sakit yang tidak memiliki dokter spesialis
anestesiologi.
Pelayanan anestesia di rumah sakit, antara lain meliputi pelayanan
anestesia/analgesia di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan
kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi
jantung paru dan otak, pelayanan kegawat daruratan dan terapi intensif yang
tersedia 24 jam. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
anestesia di Rumah Sakit, disusunlah Panduan Pelayanan Anestesi di Rumah
Sakit.

B. TUJUAN
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesia dan sedasi yang efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani
pembedahan, prosedur medis atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri,
aman kecemasan dan stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan,peredaran
darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman
nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis,trauma atau
penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup
dasar, lanjutan dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa

Panduan Pelayanan Anastesi 1


dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih,
ruang terapi intensif/ICU).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme
tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena
menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat
pembedahan, trauma, maupun nyeri persalinan).
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri dan
penyakit kronis).

Panduan Pelayanan Anastesi 2


BAB II RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN


1. Pelayanan anestesi mencakup tindakan anestesi (pra anestesi, intra anestesi
dan paska anestesi).
2. Penanggulangan nyeri.
3. Resusitasi jantung paru.
4. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan.
5. Pelayanan Pasien Kritis.
6. Pelayanan Paska – Anestesi.

B. LANDASAN HUKUM
Peraturan menteri kesehatan Nomor 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah
sakit.

C. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pelayanan anestesi dan terapi intensif di rumah sakit dilaksanakan dengan
pendekatan tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi serta dapat
dibantu oleh perawat anestesia/perawat. Staf Medis Fungsional (SMF)
anestesiologi dan terapi intensif dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi.
Jumlah kebutuhan tenaga anestesiologi dan terapi intensif disesuaikan dengan
beban kerja dan klasifikasi pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang
diselenggarakan.
Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
KLASIFIKASI
N0 JENIS TENAGA
RUMAH SAKIT TYPE C
1 Dokter spesialis anestesiologi +
2 Dokter PPDS -
3 Dokter lain -

Panduan Pelayanan Anastesi 3


KLASIFIKASI
N0 JENIS TENAGA
RUMAH SAKIT TYPE C
4 Perawat anestesi +

Pelayanan anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter spesialis
anestesiologi dan atau dokter spesialis aneisiologi konsultan, dan dibantu oleh
perawat serta dapat dibantu oleh dokter umum.
1. Dokter spesialis Anestesiologi adalah dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan program dokter spesialis anestesiologi di pusat pendidikan yang telah
diakui dan telah mendapatkan kompetensi sesuai standart pendidikan.
2. Perawat anestesi adalah perawat yang terlatih dibidang medik yang telah
menyelesaikan program D III anestesi atau telah mengikuti pelatihan anastesi
sekurang-kurangnya 6 bulan.
3. Pengaturan jaga dokter anestesi di rumah sakit adalah dr. Ardianto Fanani
Sp.An dengan system oncall.

Standart fasilitas untuk pelayanan anestesi yang tersedia di rumah sakit


adalah :
Tabel 2. Standart Fasilitas Untuk Pelayanan Anestesi yang Tersedia
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Mesin anesthesi yang mempunyai anti hipoksi device 2
dengan circle syatem dengan O2 dan N2O dan udara tekan (
air ) dengan vaporizer untuk volatine agent, sirkuit bisa
untuk anak - anak dan dewasa
2 Set anestesi pediatrik 2

Panduan Pelayanan Anastesi 4


NO JENIS PERALATAN JUMLAH
3 Nasopharingeal airway ukuran dewasa (semua ukuran), 2
Oropharingeal airway
4 Laringoskop dewasa dengan daun lengkang ukuran 1-4, 2
bougie dan LMA
5 Laringoskop bayi 1
6 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin 2
anestesi
7 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff (plain endotraeheal 2
tube) no. 2 ½, 3, 3 ½, 4,5
8 Pipa trakea spiral no. 5, 5 ½, 6, 6 ½,7, 7 ½, 8 2
9 Pipa orotrakea dengan cuff (cuff orotracheal tube) no. 5 ½, 2
6, 6 ½, 7, 7½, 8,
11 Pipa nasotrakea dengan cuff no. 5 ½,6, 6 ½, 7, 7 ½, 8 2
12 Magill forceps ukuran dewasa -
13 Magill forceps ukuran anak -
14 Stetoskop 3
15 Tensimeter non invansif 1
16 Timbangan berat badan 1
17 Termometer 1
18 Infusion standard 6
19 Perlengkapan anastesia regional 1
20 Suction pump 3
21 Medicine troley + +
22 Defibrilator with monitor -
23 CVP Set -
24 Monitor 3
25 Tabung N2O +
26 Sistem pemberian oksigen portable +
27 Sungkup muka -

Panduan Pelayanan Anastesi 5


NO JENIS PERALATAN JUMLAH
28 Alat memonitoring gas anestesi, O2 dang gas medik +
29 Anestesi Eperidural -
30 Alat pemanas infuse -
31 Syringe Pump 1

Panduan Pelayanan Anastesi 6


BAB III TATA LAKSANA

A Pelayanan Anestesi
1. Pelayanan Pra Anestesi
a) Anamnesa Awal
1) Anamnesa
(a) Identifikasi pasien
(b) Riwayat penyakit yang pernah atau yang sedang di derita pasien
(c) Riwayat obat yang sedang digunakan atau telah digunakan
(d) Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami
(e) Kebiasaan sehari-hari
(f) Keadaan psikologis pasien
(g) Status gizi pasien
(h) Tanda-tanda penyakit saluran pernafasan, jantung dan kardiovaskuler
(i) Sistem mulut (gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol)
(j) Sistem mandibula (sikatrik, fraktur, dagu kecil, trismus)
(k) Sistem hidung (obstruksi, jalan nafas Q/polip, tonsil dsb)
(l) Sistem leher (pendek/panjang, ada struma dsb)
(m) Pemeriksaan laborat (Hb, Leucosit, Hitung jenis, CT/BT, UL)
(n) Pemeriksaan X-Thorax
(o) ECG terutama pasien berusia diatas 40 tahun

2) Penjelasan mengenai prosedur


Pasien dan keluarga diberi pengarahan dan penjelasan tentang tindakan
anestesi yang akan dilakukan,resiko dan efek samping yang mungkin
terjadi setelah dilakukan tindakan anestesi.

3) Mengisi informed consent


Pasien dan keluarga setelah diberi pengarahan dan penjelasan tentang
tindakan anestesi yang akan dilakukan,pasien dan keluarga mengisi
informed concent untuk persetujuan tindakan.
(a) Perencanaan Anastesi
(b) Menentukan Prognosis

Panduan Pelayanan Anastesi 7


2. Pelayanan Intra Anestesi
a. Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesi umum dan regional serta prosedur yang memerlukan
tindakan sedasi.
b. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara
kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan,
serta didokumentasikan pada catatan anestesi.
c. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi,
suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan stabil.

3. Pelayanan Pasca Anestesi


a. Setiap pasien paska tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih
kecuali atas perintah khusus dokter spesialis anestesi atau dokter yang
bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien juga dapat dipindahkan
langsung ke HCU.

b. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan


yang berlaku.

c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di


antaranya memerlukan perawatan di HCU.

d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis


anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesi. Selama pemindahan,
pasien harus dipantau/dinilai secara kontinual dan diberikan bantuan sesuai
dengan kondisi pasien.

e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih sadar dan disertai laporan kondisi pasien.

f. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.

g. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari


ruang pulih.

Panduan Pelayanan Anastesi 8


B. Penanggulangan Nyeri Akut
Pelayan Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa
tidak nyaman yang berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun
kronis. Pada nyeri akut, rasa nyeri timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat
pembedahan, trauma, persalinan dan umumnya dapat diobati. Pada nyeri
kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan seringkali tidak
responsif terhadap pengobatan.
Kelompok pasien di bawah ini merupakan pasien dengan kebutuhan
khusus yang memerlukan perhatian:
1. Anak-anak.
2. Pasien obstetrik.
3. Pasien lanjut usia.
4. Pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik.
5. Pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis.
6. Pasien yang mempunyai risiko menderita nyeri kronis.
7. Pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan lainnya.

Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan


standar prosedur operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang
disusun mengacu pada standar pelayanan kedokteran

C. Resusitasi Jantung Paru


1. Pelayanan tindakan resusitasi meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan
jangka panjang.
2. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi dan dalam melatih
dokter, perawat serta tenaga non medis.
3. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru
mengikuti ILCOR ( International Liaison Committee On Resuscition )
4. Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang
berkelanjutan.

Panduan Pelayanan Anastesi 9


D. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan
1. Pelayanan anestesi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalan
tindakan pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan
minimal serta tidak menjalani rawat inap.
2. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 serta ASA 3 yang terkendali sesuai
penilaian dokter spesialis anestesi dan disiapkan dari rumah.
3. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan
unit/fasilitas pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan
akses layanan perioperasi.

E. Pelayanan Pasien Kritis


1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan
organ yang terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele
dari regimen terapi yang diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang
timbul sampai pasien tidak dalam kondisi kritis lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu
koordinasi yang baik dalam penanganannya.
5. Seorang dokter anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
diperlukan untuk menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara
keseluruhan mengenai semua aspek penanganan pasien, komunikasi
dengan pasien, keluarga dan dokter lain.
6. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi
prognosis pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus
dengan dokter lain yang terkait untuk membuat keputusan penghentian
upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat bagi pasien, faktor
emosional keluarga pasien dan menjelaskannya kepada keluarga pasien
tentang sikap dan pilihan yang diambil.
7. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.

Panduan Pelayanan Anastesi 10


8. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga
yang memerlukan energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka
dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berhak
mendapat imbalan yang seimbang dengan energy dan waktu yang
diberikannya.
9. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
berperan dalam masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien
dan keluarganya dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang
pengobatan dan hak pasien untuk menentukan nasibnya terutama pada
kondisi akhir kehidupan.
10. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi
mempunyai peran penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat
kebijakan administratif, kriteria pasien masuk dan keluar, menentukan
standar prosedur

F. Pelayanan Pasca – Anestesi


Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secara kontinual dan
diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.

1. Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih


sadar kecuali atas perintah khusus dokter spesialis anestesi atau dokter
yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut, pasien juga dapat
dipindahkan langsung ke HCU.

2. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan


yang berlaku.

3. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa


di antaranya memerlukan perawatan di HCU.

4. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis


anestesi atau anggota tim pengelola anestesi.

Panduan Pelayanan Anastesi 11


5. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
6. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
7. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari
ruang pulih.

Selain itu pelayanan tindakan anestesi juga memberikan pelayanan


anestesia regional yang mencakup :
1. Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk
memblok saraf sehingga tercapai anestesia dilokasi operasi sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Analgesi regional dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang kompeten
ditempat yang tersedia sarana dan perlengkapan untuk tindakan anestesia
umum sehingga bila diperlukan dapat dilanjutkan atau digabung dengan
anestesi umum.
3. Pada tindakan analgesi regional harus tersedia alat pengisap tersendiri
yang terpisah dari alat penghisap untuk operasi.
4. Sumber gas oksigen diutamakan dari sumber gas oksigen sentral agar
tersedia dalam jumlah yang cukup untuk operasi yang lama atau bila
dilanjutkan dengan anestesi umum.
5. Analgesi regional dimulai oleh dokter spesialis anestesi dan dapat dirumat
oleh dokter atau perawat anestesi/perawat yang mendapat pelatihan
anestesi dibawah supervisi dokter spesialis anestesi
6. Pemantauan fungsi vital selama tindakan analgesi regional dilakukan
sesuai standar pemantauan anestesi.
7. Analgesi regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca
bedah atau nyeri kronik.
8. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat
dilakukan oleh dokter atau perawat anestesi/perawat yang mendapat
pelatihan anestesi dibawah supervisi dokter spesialis anestesi.

Panduan Pelayanan Anastesi 12


Layanan anestesi regional juga diberikan pada pasien obsterik, yang mencakup:
1. Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian
anestetik lokal kepada wanita dalam persalinan.
2. Anestesi regional hendaknya dimulai dan dirumat hanya di tempat tempat
dengan perlengkapan resusitasi serta obat-obatan yang tepat dan dapat
segera tersedia untuk menangani kendala yang berkaitan dengan prosedur.
3. Anestesi regional diberikan oleh dokter spesialis anestesi setelah pasien
diperiksa dan diminta oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan
kandungan atau dokter yang merawat.
4. Anestesi regional dimulai oleh dokter spesialis anestesi dan dapat dirumat
oleh dokter spesialis anestesi atau dokter/bidan/perawat anestesi/perawat di
bawah supervisi dokter spesialis anetesiologi.
5. Anestesi regional untuk persalinan per vagina disyaratkan penerapan
pemantauan dan pencatatan tanda-tanda vital ibu dan laju jantung janin.
Pemantauan tambahan yang sesuai dengan kondisi klinis ibu dan janin
hendaknya digunakan bila ada indikasi. Jika diberikan blok regional
ekstensif untuk kelahiran per vagina dengan penyulit, maka standar
pemantauan dasar anestesi hendaknya diterapkan.
6. Selama pemulihan dari anestesi regional, setelah bedah sesar dan atau blok
regional ekstensif diterapkan standar pengelolaan pasca anestesi.
7. Pada pengelolaan pasca persalinan, tanggung jawab utama dokter spesialis
anestesi adalah untuk mengelola ibu, sedangkan tanggung jawab
pengelolaan bayi baru lahir berada pada dokter spesialis lain. Jika dokter
spesialis anestesi tersebut juga diminta untuk memberikan bantuan singkat
dalam perawatan bayi baru lahir, maka manfaat bantuan bagi bayi tersebut
harus dibandingkan dengan risiko terhadap ibu.

Panduan Pelayanan Anastesi 13


BAB IV TATA LAKSANA SEDASI

A. PENGERTIAN SEDASI
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinua, sehingga tidak
dapat di predikasi bagaimana respon pasien yang mendapatkan sedasi. Oleh
karena itu petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan
penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat
daripada efek yang seharusnya terjadi.
Layanan sedasi di rumah sakit dilaksanakan tidak hanya di kamar operasi
tetapi juga di laksanakan pada unit lain seperti pada unit radiologi .Untuk
layanan sedasi yang di kerjakan di unit lain adalah layanan sedasi ringan.

B. TINGKATAN SEDASI
1. Sedasi Ringan : Obat yang digunakan pada tingkat ini, yang mana
pasien masih menunjukkan respon yang normal pada perintah suara.
Meskipun fungsi dan koordinasinya terganggu / berkurang. Fungsi
ventilasi dan kardiovaskuler mungkin kurang efektif. Contoh sedasi
minimal adalah : anestesi local atau topical,pemberian 1 jenis obat
sedative / analgesic oral dengan dosis yang sesuai untuk penanganan
insomnia, ansietas atau nyeri.
2. Sedasi Moderate : Obat yang digunakan pada tingkat ini, menyebabkan
depresi yang mana pada tahap ini pasien masih mudah merespon
terhadap perintah suara maupun stimulasi tactil. Tidak diperlukan
intervensi untuk management airway, ventilasi spontan masih adekuat.
Fungsi kardiovaskuler biasanya terpelihara.
3. Sedasi Dalam : Obat yang menginduksi untuk mendepresi kesadaran
dan pasien tidak dapat dibangunkan secara, tetapi dapat merespon apabila
di bangunkan secara berulang dan nyeri. Kemampuan untuk bernafas
mungkin akan turun. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
menjaga jalan nafas dan bernafas secara secara spontan. Fungsi kardio
vaskuler biasanya terjaga dengan baik.

Panduan Pelayanan Anastesi 14


C. LANGKAH SEDASI
1. Pre sedasi
Dalam pre sedasi ada bebarapa hal yang perlu diperhatikain,hal ini untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien. Sering kali rasa
cemas pasien dapat di kurangi dengan memberika penjelasan dan
pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien. Hal – hal yang
perlu dilaksanakan pada pre sedasi antara lain :
a. Persetujuan tindakan
Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan informasi tentang
komponen rencana tindakan sedasi yang mencakup: resiko,
keuntungan dan alternative dari tindakan sedasi. Poin penting pada
pemberian informasi kepada pasien dan keluarganya mencakup :
1) Durasi / lamanya dari tindakan sedasi
2) Respon terhadap reaksi sedasi yang bervarias
3) Kemungkinan terjadinya kegagalan pada saat dilakukan tindakan
sedasi
4) Kemungkinan timbulnya efek samping dari tindakan sedasi
5) Alternative lain apabila pasien tidak bisa / kegagalan saat
dilakukan tindakan sedasi
6) Kemungkinan observasi ketat yang akan dilakukan oleh perawat
setelah tindakan sedasi
7) Adanya penilaian/kreteria apabila pasien pulang
Pemberian persetujuan tindakan sedasi ini harus dilengkapi dan di
dokumentasikan pada medical record pasien.
b. Status ASA
Status ASA pasien di nilai sebelum dilakukan tindakan sedasi.
c. Riwayat pemberian obat
Riwayat pemberian obat sedasi yang pernah di dapatkan pasien,
termasuk reaksi yang ada ( termasuk reaksi alergi ).
d. Status puasa

Panduan Pelayanan Anastesi 15


Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi harus di
puasakan sesui dengan panduan dari Directorate of Anaesthesia.
Panduan puasa sebelum pasien menjalani prosedur sedasi
menurut AMERICASOCIETY OG ANESTHESIOLOGIST.
Tabel 3. Panduan puasa untuk pasien pre sedasi
PERIODE PUASA
JENIS MAKANAN
MINIMAL
Cairan bening / jernih 2 jam

Air susu Ibu ( ASI ) 4 jam


Susu formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam

Instruksi tentang puasa di berikan pada pasien sebagai persiapan


sebelum tindakan sedasi dan harus di lakukan pengecekan dengan
memberikan pertanyaan pada pasien mencakup jam berapa pasien
terakhir kali makan dan minum. Dan data ini harus di dokumentasikan.
e. Berat badan dan tanda vital
f. Pemeriksaan fisik yang lengkap
g. Pengaturan saat pasien pulang
Untuk pasien yang poliklinis / rawat jalan, harus ada orang dewasa /
keluarga yang mendampingi dan berpertanggungjawab saat tindakan
dan saat pasien pulang dan harus didampingi sepanjang malam saat di
rumah

2. Intra sedasi
Selama proses sedasi dilakukan penilaian dan pencatatan yang meliputi ;
a. Pengecekan kembali identitas pasien pasien yang disesuaikan dengan
gelang pasien

b. Semua pasien yang akan mendapatkan sedasi melaluiinjeksi


intranenous harus sudah terpasang akses intravenous catheter.

Panduan Pelayanan Anastesi 16


c. Pada setiap tahapan sedasi yang dilakukan harus dilakukan managemen
yang tepat meliputi :
1. Tepat obat yang dipakai, tepat dosis, tepat rentang waktu pemberian
obat.
2. Penggunaan obat antagonis dan reserval.
3. Managemen / pengelolaan pasien apabila terjadi kegagalan dalam
tindakan pemberian sedasi.
4. Tepat pemberian resep untuk obat sedasi
d. Pada prosedur yang melibatkan pemakaian instrument pada saluran
pernafasan atas seperti : bronchoscopy, transoephageal
echocardiography, mungkin akan membutuhkan obat local anestesi.
Catat secara tepat pemakaian local anestesi, termasuk :
1.Pemakaian obat, dosis obat
2.Teknik pemberian obat
Pasien yang dilakukan tindakan sedasi harus mempunyai data
monitoring, termasuk monitoring sebelum dilakukan tindakan
pemberian sedasi. Monitoring ini harus dilakukan secara kontinua, yang
meliputi : Tingkat kesadaran pasien, SpO2, Tekanan darah pasien setiap
5 menit selama 30 menit pertama, Jumlah pernafasan dalam 1 menit(
paling tidak dilakukan setiap 5 menit ), ECG monitor (terutama pada
pasien dengan riwayat penyakit jantung )
Untuk prosedur tindakan yang lama, perhatikan :
1) Posisi pasien
2) Cairan ( Pemasangan infus wajib dilakukan )
3) Kontrol suhu tubuh pasien
4) Gunakan pelindung untuk melindungi bgian tubuh yang tertekan

3. Post sedasi
Penilaian setelah pemberian sedasi :
a. Pasien di observasi di ruang pemulihan selama 30 menit, atau sampai
dengan efek sedasi menghilang.

Panduan Pelayanan Anastesi 17


b. Biasanya tidak ada efek lanjutan / ikutan setelah pemberian sedasi. Akan tetapi
terdapat kemungkinan terjadinya gengguan, reflek / reaksi dan ingatan jangka
pendek selama 24 jam pasca-sedasi.
c. Pasien tidak di perbolehkan untuk mengemudi sehingga diperlukan orang dewasa
lainnya untuk mendampingi pasien pulang ke rumah.
d. Pasien juga di sarankan untuk tidak mengoperasikan peralatan yang berbahaya,
membuat keputusan penting atau menandatangani dokumen resmi apapun dalam 24
jam pasca- sedasi.

Karena pemberian obat sedasi dapat menimbulkan efek yang lebih


dari yang diharapkan, dari yang ringan sampai dengan berat, tergantung
dari respon pasiennya, maka pemberian obat – obatan sedasi seharusnya
bisa menolong pasien bila terjadi kejadian yang tidak diharapkan,
penolong yang dimaksud harus bisa membebaskan airway, member nafas
buatan untuk mencegah terjadinya hipoksi maupun hipoventilasi, bisa
mengatasi gangguan cardiovascular misalnya hipotensi dan
mengembalikan keadaan pasien ke level sedasi yang dikehendaki.
Tabel 4. Respon pada pasien sedasi

RESPON SEDASI SEDASI


SEDASI BERAT
PASIEN RINGAN SEDANG
Respon Normal Merespon terhadap Merespon setelah
terhadap stimulus sentuhan diberikan stimulus
stimulus verbal berulang / stimulus
nyeri
Jalan Nafas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu
berpengaruh intervensi intervensi
Ventilasi Tidak Adekuat Dapat tidak adekuat
spontan terpengaruh
Fungsi Tidak Biasanya dapat Biasanya dapat
Kardiovaskuler terpengaruh dipertahankan dipertahankan dengan

Panduan Pelayanan Anastesi 18


RESPON SEDASI SEDASI
SEDASI BERAT
PASIEN RINGAN SEDANG
dengan baik baik

Dalam proses pemberian tindakan sedasi maka kita harus menyiapakan


peralatan yang diperlukan. Prosedur peralatan yang disiapkan antara lain :
1. Alat resusitasi dasar maupun lanjutan;
2. Oksigen;
3. Suction high pressure, suction kateter;
4. Trolley obat obat emergency;
5. Pulse oxymetri, ECG, Tensimeter automatic;
6. Iv canul;
7. Cairan infuse;
8. Obat obat sedasi, antidontum dan obat obat lain seperti anti emetic,anti
anaphilatic;
9. Alat alat penghangat;
10. Catatan rekam medis.

Untuk pasien rawat jalan atau one day surgery maka diperlukan suatu kriteria
pemulangan pasien agar pasien aman. Kriteria pasien pulang mencakup :
1. Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien dengan
gangguan status mental harus kembali ke status semula / awal ( sebelum
menjalani prosedur tindakan ). Dokter dan pasien anak – anakyang memiliki
resiko obstruksi jalan nafas harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke
depan.
2. Tanda vital harus stabil
3. Penggunaan sistem skoring dapat membantu pencatatan kreteria pemulangan
pasien
4. Telah melewati waktu yang cukup ( hingga 2 jam ) setelah pemberian terakhir
dosis antagonis ( nalokson , flumazenil ), untuk memastikan bahwa pasien
tidak masuk ke fase sedasi kemblai, setelah efek obat antagonis menghilang.

Panduan Pelayanan Anastesi 19


5. Pasien rawat jalan boleh dipulangkan dengan didampingi oleh orang dewasa
yang dapat mengantarkan pasien sampai ke rumah dan melaporkan jika
terjadi komplikasi paska – prosedur.
6. Pasien rawat jalan dan pendampingnya harus di berikan instruksi tertulis
mengenai diet paska – prosedur, obat – obatan, aktivitas, dan nomor telepon
yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan emergensi.
Beberapa scoring system yang digunakan adalah :

Tabel 5. Bromage Score


SCORE PARAMETER
0 Gerakan penuh dari tungkai
1 Tidak mampu ekstensi tungkai
2 Tidak mampu fleksi lutut
3 Tidak mampu fleksi pergrlangan kaki
5 Tidur,respon minimal dengan rangsangan taktil dan perintah suara
6 Tidur,tidak respon
Bromage score≤ 2 boleh pindah keruangan
Tabel 6. Alderet Score
PARAMETER SCORE
Aktivitas Motorik :
2
1. Seluruh ekstremitas dapat digerakkan
1
2. Dua ekstremitas dapat digerakan
0
3. Tidak dapat bergerak

Respirasi:
1. Dapat bernapas dalam dan batuk 2
2. Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
3. Apneu atau obtruksi 0
Sirkulasi :
1. Tekanan darah menyimpang < 20 mmHg dari 2
tekanan darah pre anestesi
2. Tekanan darah menyimpang 20 - 50 mmHg 1

Panduan Pelayanan Anastesi 20


PARAMETER SCORE
dari tekanan darah pre anestesi
3. Tekanan darah menyimpang > 50 mmHg dari 0
tekanan darah pre anestesi
Kesadaran :
1. Sadar, siaga, orientasi 2
2. Bangun namun cepat kembali tertidur 1
3. Tidak berespon 0
Saturasi oksigen :
1. SaO2 >90% dengan oksigen ruangan 2
2. SaO2 >90% dengan oksigen tambahan 1
3. SaO2 <90% dengan oksigen tambahan 0

Tabel 7. Steward score


SCORE PERNAFASAN KESADARAN AKTIVITAS
2 Batuk,menangis menangis Gerak bertujuan
Pertahankan jalan Menangis dengan Gerak tidak
1
nafas rangsangan bertujuan
0 Perlu bantuan Tidak ada respon Tidak ada aktivitas

Jika jumlah >5,pasien dapat dipindahkan ke ruangan atau dipulangkan untuk


pasien ambulatory.

Panduan Pelayanan Anastesi 21


BAB V DOKUMENTASI

Pendokumentasian dari semua asesmen yang diberikan kepada pasien


adalah suatu tindakan yang penting. Semua informasi yang penting harus di
dokumentasikan, termasuk catatan klinis yang mencakup :
1. Penilainan pre – prosedur harus lengkap
2. Proses persetujuan harus lengkap
3. Catat semua pemberian obat – obatan
4. Catat semua hasil observasi, pre, intra, dan post prosedur
5. Catat semua kejadian yang merugikan selama prosedur atau hasil dari
pemberian sedasi
6. Catatan dari proses pelaksanan dan fakta bahwa pasien telah memenuhi
kreteria pelaksanan dalam tindakan sedasi

Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Susanti Sugianto


NIP. 67012013

Panduan Pelayanan Anastesi 22

Anda mungkin juga menyukai