PELAYANAN
ANASTESI
PANDUAN PELAYANAN ANASTESI
LEMBAR PENGESAHAN
Tim Penyusun
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 065/RSGS/Per/XII/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA
SEHAT TENTANG PANDUAN PELAYANAN ANESTESI
DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT.
KEDUA : Panduan Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan iniakan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB I DEFINISI
A. DEFINISI
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit merupakan salah satu bagian
dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang anestesia. Peningkatan
kebutuhan pelayanan anestesi ini tidak diimbangi dengan jumlah dan
distribusi dokter spesialis anestesiologi secara merata. Keadaan tersebut
menyebabkan tindakan anestesia di rumah sakit dilakukan oleh perawat
anestesi sehingga tanggung jawab terhadap pelayanan ini menjadi tidak jelas
khususnya untuk rumah sakit yang tidak memiliki dokter spesialis
anestesiologi.
Pelayanan anestesia di rumah sakit, antara lain meliputi pelayanan
anestesia/analgesia di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan
kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi
jantung paru dan otak, pelayanan kegawat daruratan dan terapi intensif yang
tersedia 24 jam. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
anestesia di Rumah Sakit, disusunlah Panduan Pelayanan Anestesi di Rumah
Sakit.
B. TUJUAN
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesia dan sedasi yang efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani
pembedahan, prosedur medis atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri,
aman kecemasan dan stres psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan,peredaran
darah dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman
nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis,trauma atau
penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup
dasar, lanjutan dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa
B. LANDASAN HUKUM
Peraturan menteri kesehatan Nomor 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah
sakit.
Pelayanan anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter spesialis
anestesiologi dan atau dokter spesialis aneisiologi konsultan, dan dibantu oleh
perawat serta dapat dibantu oleh dokter umum.
1. Dokter spesialis Anestesiologi adalah dokter yang telah menyelesaikan
pendidikan program dokter spesialis anestesiologi di pusat pendidikan yang telah
diakui dan telah mendapatkan kompetensi sesuai standart pendidikan.
2. Perawat anestesi adalah perawat yang terlatih dibidang medik yang telah
menyelesaikan program D III anestesi atau telah mengikuti pelatihan anastesi
sekurang-kurangnya 6 bulan.
3. Pengaturan jaga dokter anestesi di rumah sakit adalah dr. Ardianto Fanani
Sp.An dengan system oncall.
A Pelayanan Anestesi
1. Pelayanan Pra Anestesi
a) Anamnesa Awal
1) Anamnesa
(a) Identifikasi pasien
(b) Riwayat penyakit yang pernah atau yang sedang di derita pasien
(c) Riwayat obat yang sedang digunakan atau telah digunakan
(d) Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami
(e) Kebiasaan sehari-hari
(f) Keadaan psikologis pasien
(g) Status gizi pasien
(h) Tanda-tanda penyakit saluran pernafasan, jantung dan kardiovaskuler
(i) Sistem mulut (gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol)
(j) Sistem mandibula (sikatrik, fraktur, dagu kecil, trismus)
(k) Sistem hidung (obstruksi, jalan nafas Q/polip, tonsil dsb)
(l) Sistem leher (pendek/panjang, ada struma dsb)
(m) Pemeriksaan laborat (Hb, Leucosit, Hitung jenis, CT/BT, UL)
(n) Pemeriksaan X-Thorax
(o) ECG terutama pasien berusia diatas 40 tahun
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih sadar dan disertai laporan kondisi pasien.
A. PENGERTIAN SEDASI
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinua, sehingga tidak
dapat di predikasi bagaimana respon pasien yang mendapatkan sedasi. Oleh
karena itu petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan
penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam / berat
daripada efek yang seharusnya terjadi.
Layanan sedasi di rumah sakit dilaksanakan tidak hanya di kamar operasi
tetapi juga di laksanakan pada unit lain seperti pada unit radiologi .Untuk
layanan sedasi yang di kerjakan di unit lain adalah layanan sedasi ringan.
B. TINGKATAN SEDASI
1. Sedasi Ringan : Obat yang digunakan pada tingkat ini, yang mana
pasien masih menunjukkan respon yang normal pada perintah suara.
Meskipun fungsi dan koordinasinya terganggu / berkurang. Fungsi
ventilasi dan kardiovaskuler mungkin kurang efektif. Contoh sedasi
minimal adalah : anestesi local atau topical,pemberian 1 jenis obat
sedative / analgesic oral dengan dosis yang sesuai untuk penanganan
insomnia, ansietas atau nyeri.
2. Sedasi Moderate : Obat yang digunakan pada tingkat ini, menyebabkan
depresi yang mana pada tahap ini pasien masih mudah merespon
terhadap perintah suara maupun stimulasi tactil. Tidak diperlukan
intervensi untuk management airway, ventilasi spontan masih adekuat.
Fungsi kardiovaskuler biasanya terpelihara.
3. Sedasi Dalam : Obat yang menginduksi untuk mendepresi kesadaran
dan pasien tidak dapat dibangunkan secara, tetapi dapat merespon apabila
di bangunkan secara berulang dan nyeri. Kemampuan untuk bernafas
mungkin akan turun. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
menjaga jalan nafas dan bernafas secara secara spontan. Fungsi kardio
vaskuler biasanya terjaga dengan baik.
2. Intra sedasi
Selama proses sedasi dilakukan penilaian dan pencatatan yang meliputi ;
a. Pengecekan kembali identitas pasien pasien yang disesuaikan dengan
gelang pasien
3. Post sedasi
Penilaian setelah pemberian sedasi :
a. Pasien di observasi di ruang pemulihan selama 30 menit, atau sampai
dengan efek sedasi menghilang.
Untuk pasien rawat jalan atau one day surgery maka diperlukan suatu kriteria
pemulangan pasien agar pasien aman. Kriteria pasien pulang mencakup :
1. Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien dengan
gangguan status mental harus kembali ke status semula / awal ( sebelum
menjalani prosedur tindakan ). Dokter dan pasien anak – anakyang memiliki
resiko obstruksi jalan nafas harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke
depan.
2. Tanda vital harus stabil
3. Penggunaan sistem skoring dapat membantu pencatatan kreteria pemulangan
pasien
4. Telah melewati waktu yang cukup ( hingga 2 jam ) setelah pemberian terakhir
dosis antagonis ( nalokson , flumazenil ), untuk memastikan bahwa pasien
tidak masuk ke fase sedasi kemblai, setelah efek obat antagonis menghilang.
Respirasi:
1. Dapat bernapas dalam dan batuk 2
2. Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
3. Apneu atau obtruksi 0
Sirkulasi :
1. Tekanan darah menyimpang < 20 mmHg dari 2
tekanan darah pre anestesi
2. Tekanan darah menyimpang 20 - 50 mmHg 1
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,