PANDUAN TRIAGE
1
PANDUAN TRIAGE
LEMBAR PENGESAHAN
i
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 002/RSGS/Per/II/2017
TENTANG
PANDUAN TRIAGE
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
ii
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
8. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan
Nomor 01/Per/Dirut/GSLK/XII/2016 Tentang Peraturan
Internal Rumah Sakit Graha Sehat;
9. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan
Nomor 01/Per/Dirut/GSLK/I/2017 Tentang Penetapan
Struktur Organisasi Rumah Sakit Graha Sehat;
10. Keputusan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan
Nomor 01/Kep/Dirut/GSLK/VII/2016 tentang Pengangkatan
dr. Kertodiono sebagai Direktur Rumah Sakit Graha Sehat.
iii
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERTURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG PANDUAN TRIAGE DI LINGKUNGAN RUMAH
SAKIT GRAHA SEHAT
KEDUA : Panduan Triage di Lingkungan Rumah Sakit Graha Sehat
sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Panduan Traige di Lingkungan Rumah Sakit Graha Sehat
digunakan dalam penapisan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Graha Sehat.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 03 Februari 2017
dr. Kertodinoto
iv
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : 002/RSGS/Per/II/2017
Tanggal : 03 Februari 2017
KATA PENGANTAR
Triage merupakan proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cidera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi
selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa
Tujuan dari triage adalah untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan
berdasarkan atas kebutuhan pasien yang ditemukan dari hasil skrining pasien
didalam rumah sakit saat pertama kali pasien datang.
Panduan triage ini dibuat untuk dapat memudahkan petugas medis terutama
perawat dan dokter IGD dalam mengelompokkan penyakit berdasarkan dari
tingkat kegawat daruratanya
TIM PENYUSUN
v
KATA SAMBUTAN DIREKTUR
vi
Kraksaan, 03 Februari
2017
DIREKTUR RS GRAHA
SEHAT
dr. Kertodinoto
vii
DAFTAR ISI
PANDUAN TRIAGE..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
BAB I DEFINISI....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................1
B. TUJUAN UMUM.......................................................................................1
C. TUJUAN KHUSUS....................................................................................1
D. PENGERTIAN...........................................................................................1
E. PRINSIP DASAR TRIAGE......................................................................5
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................11
viii
BAB I DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Istilah Triase berasal dari bahasa Perancis Trier, yang berarti untuk memilih
atau memilah. Triage sistem pertama kali digunakan untuk memprioritaskan
perawatan medis selama perang Napoleon pada abad ke-18. Setelah perang telah
dilakukan penyempurnaan sistem untuk memindahkan secara cepat korban yang
terluka dari medan perang ke tempat perawatan definitif. Sistem First Impression
Triage Mass Casualty Insiden (MCI) juga telah dikembangkan. Prinsip yang
mendasari triase MCI adalah mencapai hasil yang terbaik untuk jumlah korban
yang banyak dalam kondisi dimana kebutuhan klinis melebihi sumber daya yang
tersedia.
Dalam pengobatan sipil, sistem triase telah disempurnakan dan diadaptasi
untuk digunakan dalam berbagai situasi. Dalam semua lingkungan pelayanan
kesehatan, proses triase ditopang oleh pertimbangan bahwa semakin sedikit waktu
yang dibutuhkan untuk memperoleh pelayananan medis yang definitif pasti akan
meningkatkan dampak pelayanan kesehatan bagi pasien.
B. TUJUAN UMUM
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
D. PENGERTIAN
Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cidera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi
selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massal.
Triage adalah tindakan mengkategorikan pasien menurut kebutuhan
perawatan dengan memprioritaskan mereka yang paling perlu didahulukan. Paling
sering terjadi di ruang gawat darurat, namun triage juga dapat terjadi dalam
1
pengaturan perawatan kesehatan di tempat lain di mana pasien diklasifikasikan
menurut keparahan kondisinya. Tindakan ini dirancang untuk memaksimalkan dan
mengefisienkan penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang terbatas.
1. Pasien adalah semua pengunjung Rumah Sakit Graha Sehat yang
membutuhkan pelayanan medis, atau yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi; baik di
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, maupun
Instalasi Penunjang lainnya.
2. Sistem Triage: Proses di mana seorang klinisi menilai tingkat urgensi pasien.
3. Pendaftaran pasien gawat darurat adalah proses administrasi atau prosedur
yang harus dilalui pasien dan atau keluarga pasien yang membutuhkan
pelayanan emergensi atau kegawatdaruratan di rumah sakit.
4. Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan
kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
5. Triage: Sistem triase adalah struktur dasar di mana semua pasien yang datang
dikategorikan ke dalam kelompok tertentu dengan menggunakan standar skala
penilaian urgensi atau struktur .
6. Re-triase: Status klinis adalah merupakan kondisi yang dinamis. Jika terjadi
perubahan status klinis yang akan berdampak pada perubahan kategori triase,
atau jika didapatkan informasi tambahan tentang kondisi pasien yang akan
mempengaruhi urgensi (lihat di bawah), maka triage ulang harus dilakukan.
Ketika seorang pasien kembali diprioritaskan, kode triase awal dan kode triase
selanjutnya harus didokumentasikan. Alasan untuk melakukan triage ulang
juga harus didokumentasikan.
7. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul.
8. Survey Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
9. Survey Sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari
perubahan–perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah
2
dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam
jiwa bila tidak segera diatasi.
10. Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
11. Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
12. Pasien Gawat darurat adalah pasien dengan keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan CAB (Circulation / sirkulasi, Airway / pernafasan,
jalan nafas / Breathing,), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau
menimbulkan kecacatan.
13. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba
tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
14. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan yang tidak mengancam jiwa dan dapat ditunda
pelayanannya, misalnya pasien dengan ulcus kronis, TBC kulit, dan
sebagainya.
15. False Emergency adalah pasien yang tidak dalam keadaan gawat dan darurat
yang berkunjung ke IGD untuk mendapatkan pelayanan pengobatan. Pasien ini
tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera, dapat menunggu sesuai
antrian sambil tetap dilakukan observasi longgar oleh petugas.
16. Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai
faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cidera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cidera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
3
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
17. Cidera adalah masalah kesehatan yang didapat atau dialami sebagai akibat
kecelakaan.
18. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu sistem / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
Trauma / cidera
Infeksi
Keracunan (poisoning)
Degerenerasi (failure)
Asfiksia
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of
water and electrolit)
Dan lain-lain.
Kegagalan sistem susunan saraf pusat , kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4–6),
4
sedangkan kegagalan sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
A. SASARAN
Seluruh pasien IGD
1. Kode warna hijau diberikan untuk pasien yang tidak gawat. Pasien kode hijau
tidak membutuhkan tindakan darurat. Memang pasien ini sedang sakit tapi
pengobatannya tidak secara darurat. Misalkan ; pasien yang cukup diobati secara
rawat jalan. Tidaklah sama antara tindakan darurat dengan tindakan
penyembuhan.
2. Kode warna kuning diberikan untuk pasien gawat namun masih ada jeda
waktu untuk melakukan tindakan darurat untuk mengatasi kegawatannya.
Misalnya ; pasien patah tulang tertutup, maka tindakan reposisinya boleh ditunda
namun menghilangkan nyeri harus segera dilakukan. Mengatasi nyeri adalah
tindakan darurat karena nyeri yang sangat akan berpotensi terjadinya neurogenik
syok yang bisa membawa kematian.
4. Kode warna merah diberikan untuk pasien gawat yang membutuhkan
tindakan darurat langsung segera. Misalnya ; pasien dengan luka yang
berdarah sehingga darah mengalir maka tindakan darurat untuk menghentikan
perdarahan harus segera dilakukan. Pasien dengan Infark Mioakard Akut harus
dilakukan tindakan segera untuk mengatasi / mencegah ventrikel fibrilasi yang
seringkali menjadi sebab kematian. Kode warna merah diberikan juga untuk
pasien sangat gawat yang membutuhkan tindakan resusitasi. Resusitasi
diupayakan dengan melakukan tindakan life support berupa CPR dan atau DC
Shock.
6
Berikut ini adalah kondisi yang menyebabkan pasien bisa tergolong sebagai
pasien gawat sehingga membutuhkan tindakan darurat untuk menanggulangi dan
mengkoreksi penyebabnya :
- Sumbatan jalan nafas
- Sesak. Frekuensi nafas > 30 atau < 8 x permenit
- Perdarahan
- Dehidrasi
- Temperatur ≥ 38o C
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Nyeri dengan skala NRS ≥ 7
- Retensio urine
- Urine < 0,5 ml/kgbb/jam
- Abdomen distended
- Patah tulang terbuka
- Dislokasi sendi.
Penyakit dasarnya mungkin belum bisa disembuhkan di IGD namun tindakan
darurat harus segera dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Selanjutnya
pengobatan dan tindakan penyembuhan dilakukan secara terencana.
5. Kode warna hitam diberikan untuk pasien datang sudah dalam keadaan
meninggal .
Tidak ada respon terhadap semua rangsang
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada aktifitas jantung
Tidak ada respon pupil
C. PELAKSANAAN
1. Kapan Dilakukan
Saat pasien datang di IGD
2. Siapa yang melakukan
a. Dokter
b. Perawat
3. Dimana
Instalasi Gawat Darurat
7
BAB III TATA LAKSANA
9
Gambar 1. Alogaritma prosedur First Impression Triage (FIT)
10
BAB IV DOKUMENTASI
Proses dokumentasi dilakukan dengan mengisi form assasment medis pasien gawat
darurat
dr. Kertodinoto
11