UNITSTERILISASI
RUMAHSAKITGRAHASEHAT
PEDOMANORGANISASIUNIT
STERILISASI
LEMBARPENGESAHAN
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 14 Februari 2017
dr. Kertodinoto
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : /Per/RSGS/II/2017
Tanggal :14 Februari 2017
KATA PENGANTAR
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
Pelayanan UnitSterilisasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah Sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
mutu pelayanan Unit Sterilisasi mengharuskan adanya kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan infeksi Nosokomial di Rumah Sakit,
sehingga Patient safety (Keamanan dan Keselamatan Pasien) dapat diwujudkan.
Oleh karena itu perlu disusun suatu pedoman pelayanan Unit Sterilisasi Rumah Sakit
dalam bentuk Buku Pedoman Pelayanan Unit Sterilisasi Rumah Sakit Graha Sehatyang
akan menjadi acuan bagi semua pelaksana sterilisasi Rumah Sakit dan unit lain yang
terkait.
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan wajib
berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas Rumah
Sakit.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan itu maka perlu
dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Penyusunan pedoman Unit Sterilisasi di Rumah Sakit merupakan upaya yang penting
guna dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pusat sterilisasi. Tujuan dari
penyusunan pedoman ini agar Rumah Sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan
sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
Keberadaan Unit SterilisasiRumah Sakit Graha Sehatsebagai pusat sterilisasi di bawah
Ruang Bedah perlu ditetapkan pola dan mekanisme melalui suatu pedoman. Pedoman
ini meliputi Pendahuluan, Standar Ketenagaan, Standar Fasilitas, Tata Laksana
Pelayanan, Logistik, Keselamatan Pasien, Keselamatan Kerja, Pengendalian Mutu dan
Penutup. Penetapan pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh
komponen yang terlibat dalam kegiatan sterilisasi.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di Rumah Sakit.
2. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di Rumah Sakit.
3. Untuk mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap hasil sterilisasi.
4. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana memberikan pelayanan pusat
sterilisasi.
3
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Autoclave adalah suatu slat / mesin yang digunakan untuksterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
3. Bacillus stearothermophyulus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resistensi terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
uap.
4. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
5. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai
sterilisasi
6. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas)
atau kimia.
7. Kacamata Google adalah alat proteksi mata.
8. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna.
9. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
10. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada
saat masuk Rumah Sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
11. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah.
12. Point of use menunjukkan tempat pemakaian alat.
13. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
14. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia.
15. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/Menkes/SKII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4
BAB IISTANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Unit Sterilisasi
F. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Unit Sterilisasi
NO JENIS TENAGA PAGI SIANG MALAM LIBUR JUMLAH
1. Kepala Unit CSSD 1 1
2. Petugas 1
1
Administrasi
3. Staf Dekontaminasi,
Sterilisasi dan 1 1
Produksi
4. Petugas Mutu dan 1
1
K3
5. Petugas 1
1
Administrasi
JUMLAH 5 5
5
6
BAB IIISTANDAR FASILITAS
Gambar denah
G. STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan di pusat sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan di pusat sterilisasi Rumah Sakit. Dalam merencanakan sarana fisik dan
peralatannya, sebaiknya melibatkan staf pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi
merupakan jantung Rumah Sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah
menerima alat/bahan medik dari semua unit-unit di Rumah Sakit untuk kemudian di
proses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam
menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan.
1. Bangunan Unit Sterilisasi
Pembangunan Unit Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat
ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain
menurut tipe/kapasitas Rumah Sakit.
2. Lokasi Unit Pusat Sterilisasi
Lokasi Unit pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai
alat/bahan steril terbesar di Rumah Sakit. Penetapan/pemilihan lokasi yang tepat
berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu
dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi
lalu lintas transportasi alat steril. Untuk Rumah Sakit yang berukuran kecil, lokasi
pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat / di wilayah kamar operasi sesuai
fungsinya dan diupayakan lokasi dekat dengan laundry.
3. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang
kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan alur
kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang, yaitu :
a. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan di
kontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
melindungi pekerjaan dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,
racun dan hal-hal berbahay lainnya.
1) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu tempat ke tempat lainnya dapat mengkontaminasi alat-alat kesehatan
yang sudah didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan
yang sudah disterilkan. Karenanya, sistem ventilasi harus di desain
sedemikian rupa sehingga pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan
menggunakan kipas angin.
2) Kebersihan
Debu, serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga
kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat pembersih
7
harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihannya. Harus ada peraturan
tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan transportasinya,
dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat maupun yang tidak dapat
menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya. Secara umum, praktek
keberhasilan sebaiknya mencakup :
a) Setidaknya sekali sehari dipel atau di vacum.
b) Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendisinfeksi tempat
mencuci, meja kerja dan peralatan.
c) Langsung membersihkan dan mendisinfeksi tumpahan darah dengan
desinfektan yang terdaftar menurut peraturan yang ada.
d) Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-
langit, ventilasi AC dan lainnya.
e) Setidaknya sehari sekali sampah dibuang.
f) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius
3) Lokasi ruang dekontaminasi harus :
a) Dirancang secara fungsional sehinggabenda-benda kotor langsung
datang/masuk ke ruang dekontaminasi. Benda-benda kotor tersebut
kemudian di bersihkan/didisinfeksi sebelum dipindahkan ke area yang
bersih atau ke area proses sterilisasi.
b) Disediakan peralatan yang memadai dari segi desain, ukuran dan
tipenya untuk pemberian/disinfeksi alat-alat kesehatan.
b. Ruang Pengemasan Alat, Produksi dan Prosesing
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang
maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.Di ruang ini dilakukan
pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Pada
daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup. Selain
linen, pada ruang ini juga dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain
kasa, kapas, cotton swabs dan lain-lain.
c. Ruang Sterilisasi
Diruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. Untuk sterilisasi Etilen
Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam
satu unit pusat sterilisasi dan dengan dilengkapi dengan exhaust.
d. Ruang penyimpanan barang steril
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan
mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan
dengan ruang penyimpanan. Diruang ini penerangan harus memadai, suhu 18-
22 derajat celcius. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus,
kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm
dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan,
serta alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.Akses
ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang
terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai
dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu
lintas utama dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi (sealed).
8
Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari. Beberapa contoh
item yang harus dibersihkan setiap hari recording charts dan jarum penunjuk,
gasket pintu, bagian dalam chamber, dan permukaan luar lainnya. Pembersihan
mingguan dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang disarankan oleh produsen
mesin.
Alasan : pengawasan secara periodic dan pembersihan secara rutin dapat
menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan juga
menurunkan resiko kontaminasi terhadap barang steril.
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan rutin
terhadap alat :
a. Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak
Rumah Sakit setelah mendapatkan pelatihan dan suplier.
b. Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak
yang kompetan melakukannya.
c. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilakukan oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan mesin
sterilisasi. Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh orang yang berkualifikasi.
Perhatian khusus harus ditujukan pada pemeliharaan dan penggantian komponen-
komponen yang aus seperti filter, perangkap steam (steam traps), pipa drainase,
valve dan gasket pintu.
Pemeliharaan dapat dilakukan oleh personal Rumah Sakit yang terlatih, produsen
alat atau perusahaan pemberi jasa pemeliharaan yang berkualifikasi.
Alasan : tidak berfungsinya komponen-komponen kritis dapat menjadi penyebab
kegagalan proses sterilisasi atau kegagalan pembacaan parameter proses
sterilisasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya melakukan pemeliharaan dan
pencegahan kerusakan :
a. Garansi selama masa tertentu akan performa mesin.
b. Suku cadang yang esensial harus tersedia.
c. Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan suplier maupun pihak lain
yang kompeten.
d. Stabilizator Voltage berikut sakelar otomatis ke generator untuk keperluan
darurat.
e. Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.
Bagian pemeliharaan harus memberikan semua informasi yang diperlukan bagi
semua prosedur yang direkomendasikan pada saat pengujian Unit maupun
pemeliharaan rutin dengan menyatakan frekuensi kegiatannya. Instruction manual
harus tersedia di PusatUnit Sterilisasi.
Alasan : karena masalah pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi mungkin dapat
dilakukan oleh orang selain dari supplier informasi yang mendalami tentang mesin
sterilisasi.
6. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah :pengukuran
suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus
dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami perbaikan.Kalibrasi alat
harus dilakukan oleh orang yang terlatih khususnya terhadap jenis mesin
sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin sterilisasi dilakukan minimal
sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
(BPFK) Departemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang merek alat. Kalibrasi
terhadap mesin sterilisasi sangat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi
bekerja dengan baik dan efektif serta dapat diandalkan.
7. Pendokumentasian
9
Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumentasi riwayat
pemeliharaan / perawatan mesin. Dokumentasi ini harus tersedia pada supervisor
mesin sterilisasi, teknisi Rumah Sakit atau pihak yang telah melakukan perawatan
mesin. Beberapa informasi yang harus tersedia meliputi:
a. Tanggal permohonan servis mesin
b. Model dan nomor seri mesin sterilisasi
c. Nama pemohon dan pemberi izin servis
d. Alasan pemohon servis
e. Deskripsi servis yang dilakukan (missal : Kalibrasi)
f. Jenis dan kuantitas suku cadang yang diganti
g. Nama orang yang melakukan servis
h. Tanggal perbaikan yang dilakukan.
8. Alat Pelindung Diri
Unit pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti, penutup
kepala, masker high filtration dan tight fitting google khususnya dipakai oleh staf
saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya percikan atau
kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus
ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu
tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan google harus
dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun
pelindung, dan google harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang
harus dilaundry setelah setiap pemakaian.
Jenis alat pelindung diri yang dapat dipakai sekali saja disposable, tujuannya
mengurangi kontaminasi.
10
BAB IVTATA LAKSANA PELAYANAN
11
menampung alat-alat pakai ulang untuk membungkus, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah untuk berpengaruh terhadap
keamanan dan efektifitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab
utama Unit Sterilisasi.
1) Prinsip-prinsip pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan :
a) Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh
permukaan kemasan dan isinya.
b) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan
dibuka.
c) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa
penyebab kontaminasi.
2) Persyaratan Bahan Pengemas :
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus dengan proses
sterilisasi yang dipilih :
1. Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
2. Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar.
3. Sterilan pada proses uap harus dapat menyerap dengan baik pada
seluruh permukaan dan serat semua isi.
4. Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi.
3) Tipe-tipe Bahan kemasan
a) Kertas
b) Film plastik
c) Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkusnampan-nampan
operasi.
Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang
cukup, baik, mudah digunakan dan sangat baik untukdock up.
Kelemahannya :
(1) Bahan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
(2) Suhu panas menyebabkan mudah robek, sebaiknya memakai kain
yang baru di laundry.
(3) Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan dan kerusakan lainnya.
(4) Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap.
(5) Pembungkus kain harus bahan yang berkualitas tinggi dengan
spesifikasi 140 thread count, dan harus dipakai 2 lembar.
d) Kain Campur
d. Prosedur-prosedur langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup :
1) Nama alat-alat yang akan dikemas
2) Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat,
sesuai instruksi prosedur dan spesifikusinya.
3) Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
4) Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas.
5) Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan.
6) Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia eksternal dan
internal, sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi.
7) Metode atau teknik mengemas.
8) Metode pemberian sangat segel pada setiap kemasan
9) Metode dan penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi.
10) Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan dan
penggunaan setelah proses sterilisasi. Informasi mengenai aplikasi
12
pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu, uap, vermin dan
sebagainya.
11) Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan atau untuk
distribusikan ke tempat pemakaian.
12) Informasi untuk pemakaian untuk mencegah kemungkinan
kontaminasi, misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan
penanganan kemasan sterili, inspeksi segel dan metode yang tepat unuk
membuka alat-alat steril.
13
sterilisasi kualitas uap sebaiknya antara 97-100%. Kualitas uap dibawah 100%
tidak akan mempengaruhi proses sterilisasi tetapi dapat menyebabkan
pembasahan pada pembungkus atau packing. Kualitas uap yang rendah dapat
disebabkan oleh :
a. Boiler yang bekerja kurang baik
b. Pemeliharaan distribusi uap yang kurang baik
c. Kegagalan jaket pemerangkap uap pada mesin sterilisasi
8. Apabila panas diberikan pada uap jenuh suhu akan meningkat tetapi tekanan
relatif tidak akan banyak berubah. Kondisi seperti ini akan menyebabkan
terciptanya superheated steam (yang efisiensi kerjanya mirip dengan sterilisasi
panas kering) di mana kondensasi dan transfer energi laten tidak akan terjadi
sebelum energi uap superheat dilepaskan dan suhu turun ke posisi suhu uap jenuh.
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sterilisasi Uap
Beberapa faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan proses sterilisasi uap
adalah :
a. Faktor Waktu
1) Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap
jenuh pada suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan
terbunuh pada saat yang bersamaan. Jumlah mikroorganisme yang
bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu pemaparan dan akan
menghasilkan kurva survivor (survivor curve). Terminologi D-value
digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan untuk
membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap mikroorganisme akan
mempunyai D-value yang berbeda dan tentunya D-value akan bergantung
pada suhu.
2) Untuk menguji daya bunuh dari mesin sterilisasi biasanya digunakan
mikroorganisme tertentu sebagai penantang. Untuk mesin sterilisasi
mikroorganisme yang digunakan sebagai penantang adalah Bacillus
Stearothermopbilus karena jenis mikroorganisme ini adalah yang paling
resisten atau paling tahan terhadap proses sterilisasi uap/steam.
3) Ahli mikrobiologi sterilisasi pada umumnya sependapat bahwa 6 nilai D-
value untuk Bacillus Stearothermophilus sudah menjamin keamanan proses
sterilisasi uap, karena pada D-value pertama jumlah mikroorganisme yang
terbunuh adalah 90%, pada nilai D-value ke-2 jumlah mikroorganisme
yang terbunuh menjadi 99,9% dan seterusnya sehingga pada nilai D-value
ke-6 jumlah mikroorganisme yang terbunuh menjadi 99,99%.
Kesimpulannya adalah kita dapat menyatakan bahwa barang yang
mengalami proses sterilisasi 99,99% kemungkinan steril.
b. Faktor Suhu
Faktor kritis yang kedua adalah suhu dari uap jenuh. Peningkatan suhu akan
menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis sebagai gambaran waktu
yang diperlukan untuk membunuh 1 juta Bacillus Stearothermophilus pada
115,60C adalah 42,6 menit, tetapi dengan menaikkan suhu sampai 140,6 0C
waktu yang dibutuhkan hanya 8 detik. Namun tentunya hal ini terjadi pada
kondisi uap yang jenuh, sementara pada kondisi uap tidak jenuh
mikroorganisme mungkin tidak akan terbunuh secara sempurna walaupun kita
menaikkan suhu sterilisasi.
c. Faktor Kelembaban
1) Pentingnya kelembaban dalam proses sterilisasi dapat diilustrasikan
dengan membandingkan proses sterilisasi uap dengan panas kering pada
suhu yang sama. Basillus Stearothermophilus akan terbunuh dalam waktu
15 menit pada sterilisasi panas kering dibutuhkan waktu sampai 6 jam.
Sementara agar diperlukan waktu 15 menit untuk proses sterilisasinya
pada sterilisasi panas kering, diperlukan peningkatan suhu sampai 1600C.
14
2) Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan karena
kelembaban akan menurunkan suhu yang diperlukan untuk terjadinya
denaturasi dan koagulasi protein. Sementara pada sistem panas kering
mikroorganisme akan terdehidrasi terlebih dahulu, baru kemudian suhu
akan naik untuk terjadinya denaturasi protein seluler.
3) Adanya cairan dalam uap mengindikasikan istilah kualitas uap. Untuk
proses sterilisasi uap kualitas uap yang diharapkan adalah minimum 97%.
Apabila kualitas uap berada di bawah 97% maka dianggap uap tidak jenuh
sehingga daya bunuh mikroorganisme akan berkurang.
Melihat pentingnya peranan kelembaban pada proses sterilisasi, adanya
instrumen pengukur kelembaban uap pada mesin sterilisasi akan
membantu memprediksi kualitas uap yang terjadi, tetapi sebenarnya hal ini
tidak terlalu mutlak diperlukan karena kita dapat mempredeksikan
kualitas uap dari korelasi antara suhu dan tekanan yang terbaca pada
mesin sterilisasi. Dengan memanfaatkan tabel korelasi suhu tekanan kita
dapat memprediksi uap yang dihasilkan dengan rumusan :
P (absolut) = P (gauge) + P (atmosfer)
P (absolut) dapat diketahui dari tabel sesuai dengan suhunya
P (gauge) dapat dibaca pada mesin sterilisasi
P (atmosfer) diketahui dari pengukur tekanan udara barometer
4) Apabila penjumlahan dari tekanan udara barometer ditambah tekanan
udara gauge menghasilkan angka yang berbeda dengan tekanan absolut
maka dapat diprediksi kualitas uap yang dihasilkan menyimpang dari yang
diharapkan.
d. Disamping faktor-faktor kritis di atas faktor tambahan lain yang
mempengaruhi proses sterilisasi adalah :
1) Faktor kontak dengan obyek
2) Untuk dapat tersterilisasikan secara sempurna maka uap sebagai sterilan
harus kontak dengan obyek yang akan disterilkan. Kesempurnaan kontak
ini dipengaruhi antara lain oleh keberhasilan pencucian alat, karen adanya
lapisan protein atau kotoran dapat melindungi mikroorganisme dari
kontak langsung dengan uap. Pengemasan/packing yang terlalu padat dan
diikat terlalu kuat juga akan menyebabkan sulitnya uap tembus dan
berpenetrasi ke dalam kemasan bahkan kemasan tadi akan memerangkap
udara sehingga terbentuk kantung udara yang tidak dapat bercampur
dengan uap sehingga sterilisasi pada daerah kantung uap tidak terjadi.
3) Adanya udara dalam chamber
4) Faktor tambahan lain yang juga mempengaruhi efektifitas sterilisasi adalah
dari segi mikroorganismenya itu sendiri baik dari daya tahan alamiahnya,
jumlahnya, maupun ada tidaknya pelindung yang meningkatkan daya
tahannya.
10. Tipe Mesin Sterilisasi Uap
Pada dasarnya mesin sterilisasi uap yang digunakan di Rumah Sakit dibagi menjadi
2 tipe berdasarkan mekanisme pengeluaran udara yang dilakukan yaitu :
a. Tipe pengeluaran udara berdasarkan gaya gravitasi
Mekanisme pengeluaran udara berdasarkan gaya gravitasi dimulai ketika pintu
chamber mesin sterilisasi ditutup dan uap masuk ke dalam chamber. Pada saat
uap masuk dari sumber uap di luar mesin maka sebagian besar udara dalam
chamber akan terdorong keluar, sementara sisanya akan terdorong oleh uap
secara gradual karena sifat udara yang lebih berat dibandingkan dengan steam
sehingga ketika makin banyak steam yang masuk kedalam chamber, ruang
untuk udara semakin berkurang dan akhirnya keluar melalui bagian drainase
di bagian bawah mesin. Satu hal yang perlu diperhatikan dengan pemakaian
15
mesin jenis ini adalah penataan yang baik kemasan di dalam chamber yang
memungkinkan udara dapat terdorong melalui mekanisme gravitasi.
b. Tipe pengeluaran udara dinamis (prevacuum atau pulsing gravity)
Pada mekanisme pengeluaran udara secara dinamis, udara akan secara aktif
dikeluarkan dari chamber dengan menggunakan pompa vakum. Pada awal
siklus steam diinjeksikan ke dalam chamber dengan posisi valve drainase
terbuka sehingga udara yang yang ada terdorong keluar. Kemudian valve
drainase ditutup kembali dan uap diinjeksikan kembali sehingga terjadi
campuran udara sisa dan uap dengan tekanan tertentu. Berikutnya valve
dibuka kembli sehingga campuran uap udara keluar dan pada saat bersamaann
pompa vakum bekerja untuk menyempurnakan pengeluaran udara. Proses
seperti ini dilakukan secara berulang untuk pengeluaran udara secara
maksimal.
11. Fase Siklus Sterilisasi Uap
Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi :
a. Fase pemanasan (conditioning)
Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap. Fase awal ini
selain terjadi proses pemvakuman chamber (seperti dijelaskan pada
mekanisme pengeluaran uap) juga jacker chamber mengalami pemanasan.
Pemanasan ini dimaksudkan agar ketika steam masuk maka berbeda suhu
antara chamber dan uap tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir
terbentuknya kondensat.
b. Fase pemaparan uap (exposure)
Steam akan terus masuk ke dalam chamber, namun kali ini pada kondisi ruang
yang tertutup secara rapat. Tekanan akan naik, demikian pula dengan suhu
ruangannya sampai tercapai suhu sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian
sistem pengontrolan pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan
tekanan ruangan. Pada fase inilah sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu
yang biasanya digunakan antara lain 1210C dan 1340C.
c. Fase pembuangan (exhaust)
Setelah waktu pemaparan pada suhu tertentu tercapai, valve drainase akan
terbuka sehingga terjadi penurunan kembali tekanan dalam chamber.
d. Fase pengeringan
Baru kemudian udara secara grandual di introduksi kembali sampai tercapai
tekanan atmosfer sehingga terjadi pengeringan dari alat yang disterilkan.
12. Memasukkan Barang pada Mesin.
Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan keberhasilan proses
sterilisasi. Penataan barang yang benar akan memudahkan proses pengosongan
udara dari chamber, memudahkan steam untuk berpenetrasi ke dalam kemasan
dan akan mencegah terbentuknya kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal
untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya
memanfaatkan 75 % dari kapasitas chamber.
13. Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap.
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin steriusasi sampai
semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah mengalami proses
pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas atau blower AC tidak
diperkenankan. Barang-barang yang sedang mengalami pendinginan harus
ditempatkan pada daerah yang tidak terlalu ramai dengan berbagai aktivitas
kegiatan lain. Untuk mencegah masuknya lembab (dapat membawa
mikroorganisme) ke dalam kemasan barangbarang steril hanya boleh ditangani
setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan,
16
barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi
proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.
14. Load berisi barang steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin.
17
BAB VLOGISTIK
18
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
19
BAB VIIKESELAMATAN KERJA
Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan UNIT
Sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi setelah dilakukan pembekalan
terhadap petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi.
Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat
ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik
bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara
signifikan.
A. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia
dilingkungan pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi
yang ekstrim menyebabkan kematian . Upaya pencegahan dapat dilakukan secara
efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup
kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun google mata. Penyediaan alat
pelindung diri menjadi tanggung jawab Rumah Sakit Graha Sehat, tetapi adalah
tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan
menggunakan alat pelindung diri secara benar.
B. Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit.
Saran Tindakan Aman
1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi.
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrument satu per satu. Pastikan agar bagian yang runcing dari
instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam (jarum, suntik, blide) ke dalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
4. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain
dan diposisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
luka pada petugas lainnya dengan penanganan normal.
C. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan
membrane mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
D. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi
lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-rambu
peringatan.
E. Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
F. Penyiapan Proses Sterilisasi
1. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar steriiisasi dan Cara
menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan
barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
2. Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun
akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta
barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrumen / alat
listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat lindung
mata diperlukan.
20
3. Saran tindakan aman
a. Gunakan sarung tangan pada saat menangani kereta mesin sterilisasi atau
pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi.
b. Letakkan kereta mesin sterilisasi (trolley) di luar daerah lalu lalang petugas
Pusat Sterilisasi lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang
panas ini.
c. Tindakan hatihati harus diperhatikan pada saat menggunakan "sealer panas"
dan pemotongan kantung sterilisasi (pouches).
d. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh digunakan oleh petugas terlatih.
21
BAB VIIIPENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Unit Sterilisasi Rumah Sakit Graha Sehatdalam
memberikan pelayanan adalah menghindarkan terjadinya infeksi pada pasien yang
diakibatkan oleh tidak sterilnya peralatan yang digunakan oleh pasien.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada TimMutu RS dan Kepala Unit Sterilisasi.
b. IndikatorKimia
1) Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi (misalnya : uap pangs atau gas etilen oksida) pada obyek yang
disterilkan, dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia diproduksi
dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial), serta sensitive terhadap
satu atau Iebih parameter sterilisasi.
2) Indikator kimia memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada
tiap kemasan (pack by pack basis), sehingga selain digunakan di luar, ada
juga yang diletakkan di dalam kemasan.
3) Klasifikasi indikator kimia :
Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO),
indikator kimia dibagi menjadi enam kelas terpisah.
a) Kelas 1 : Indikator eksternal dan indikator internal
(1) Indikator eksternal Contoh: Pounch
(a) Indikator eksternal berbentuk bungkus plastik dan
digunakan di bagian luar kemasan.
(b) Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini
memberikan informasi bahwa bagian luar kemasan benda
yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi. Indikator
ini tidak memberikan respons terhadap semua paramater,
sterilisasi, namun demikian dalam prakteknya sangat
bermanfaat karena :
i. memberikan bukti visual benda yang sudah melewati
proses sterilisasi.
ii. dapat membedakan antara benda yang sudah dan
belum disterilisasi berfungsi sebagai segel/pengaman
kemasan.
(c) Keterbatasan indikator eksternal:
(d) Informasi yang hanya pada kemasan bagian luar, sedangkan
tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam
kemasan bagian dalam.
(2) Indikator internal Contoh: Comply (3M)
Indikator internal berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan
dalam setiap kemasan. Indikator internal memberikan informasi
bahwa benda di dalam kemasan telah melewati proses
sterilisasi. Informasi diketahui dengan adanya perubahan warna
indikator. Indikator internal memberikan respons terhadap
beberapa parameter sterilisasi, sehingga dengan terjadinya
perubahan warna dapat diketahui sterilan telah berpenetrasi ke
dalam kemasan.
(3) Rekomendasi pemakaian menurut Association for the
Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) :
(a) Indikatoreksternal Pada setiap kemasan, kecuali bila
indikator internal dapat terlihat dari luar.
(b) Indikator internal: Dalam setiap kemasan, atau pada daerah
yang paling sulit dicapai sterilan.
b) Kelas 3 : Indikator single paramater
(1) Contoh : tabung temperatur
(2) Indikator jenis ini berupa tabung temperatur berisi bahan kimia
yang akan meleleh dan berubah warna bila temperatur yang
sesuai telah tercapai. Hanya digunakan pada metode sterilisasi
uap panas atau sterilisasi panas kering.
c) Kelas 4: Indikator multi paramater Contoh : Sterilometer plus
Pada indikator multi parameter, terdapat sejenis tinta yang akan
berubah warnanya bila terpapar pada kombinasi parameter
sterilisasi yang tepat. Indikator ini memberikan respons terhadap
lebih dari satu parameter sterilisasi. Dapatjuga memberikan respons
terhadap semua parameter sterilisasi asalkan pada temperatur
spesifik tertentu yang tertera pada indikatortersebut.
4) Dari berbagai macam indikator kimia di atas indikator eksternal dan
indikator internal direkomendasikan oleh beberapa organisasi (AAMI,
AORN, CDC, JC) sebagai bagian dari (untuk digunakan pada) program
jaminan sterilisasi (sterility assurance).
5) Kelebihan indikator kimia:
a) Dapat memberikan informasi dengan segera bahwa suatu benda
sudah melewati proses sterilisasi dan bahwa parameterparameter
atau kondisi yang diperlukan untuk proses sterilisasi sudah
terpenuhi.
b) Memberikan informasi secara spesifik pada setiap kemasan.
BAB IXPENUTUP
dr. Kertodinoto