Anda di halaman 1dari 4

ANALISA PERBAIKAN

RSD DR. A. DADI TJOKRODIPO


A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Komite Mutu
RS yang selanjutnya disebut Komite Mutu adalah unsur organisasi nonstruktural
yang membantu Direktur RS dalam mengelola program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien serta mempertahankan standar pelayanan RS.

Setiap RS wajib menyelenggarakan tata kelola mutu. Tata Kelola mutu


dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien RS dan
mempertahankan standar pelayanan RS.

Tujuan

Penyelenggaraan tata kelola mutu dilakukan oleh Komite Mutu. Tujuan


penyelenggaraan tata Kelola mutu adalah peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung secara menyeluruh
melalui perbaikan mutu berkesinambungan.

Dalam rangka mencapai tujuan, ditetapkan 5 (lima) sasaran sebagai berikut:

1. Terlaksananya pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan


pasien.
2. Terlaksananya pemilihan, pengumpulan, analisis, dan validasi data indicator
mutu.
3. Terlaksananya pelaporan dan analisis Insiden Keselamatan Pasien (IKP).
4. Terlaksananya pencapaian dan mempertahankan perbaikan.
5. Terlaksananya manajemen risiko RS.

Penyelenggaraan tata Kelola mutu selanjutnya akan dievaluasi dan dilaporkan


secara berkala oleh Komite Mutu kepada Direktur RS. Laporan berkala yang
disusun terdiri atas laporan bulanan serta triwulan. Dari laporan tersebut
diharapkan dapat mendapatkan feedback dari Direktur RS guna perbaikan secara
kontinyu.

B. ANALISA PERBAIKAN

Program kerja Komite Mutu terdiri dari program kerja capaian indicator mutu
baik nasional, prioritas maupun mutu unit, laporan Insiden Keselamatan Pasien
(IKP), serta laporan manajemen risiko.

Di dalam pelaksanaan program kerja terkait capaian indikator mutu, Komite


Mutu mengumpulkan data bekerja sama dengan unit dan komite terkait, serta
melakukan supervisi dan pengawasan dalam pelaksanaan program. Data yang
terkumpul akan dilakukan analisa serta perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan.

Setiap rumah sakit memiliki standar untuk berbagai pelayanan, salah satu
standar pelayanan di IGD RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo adalah pasien tidak boleh
menunggu di IGD lebih dari 6 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan
pelayanan di IGD menjadi cepat, tepat, efektif dan efisien. Namun berdasarkan
data bulan Desember 2022 terdapat 14,26% pasien yang menunggu lebih dari 6
jam di IGD. Kondisi tersebut akan menyebabkan masalah seperti komplain dari
pasien, ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan, terjadinya penumpukan pasien
dan menghambat pelayanan pasien emergency lain apabila ada penumpukan
pasien.
Dari data di atas maka dibuat indikator prioritas RS yaitu lama waktu tunggu
pasien rawat inap di IGD < 6 jam dengan target 100%. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat layanan IGD sehingga tidak terjadi keterlambatan layanan maupun
penumpukan pasien di IGD. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibuat
analisis dengan menggunakan metode PDCA (Plan, Do, Check, Action)

PLAN

Sasaran: mempercepat waktu tunggu pelayanan di IGD supaya bisa sesuai dengan
target, yaitu < 6 jam

Metode:

1. Menyiapkan SPO bahwa pelayanan pasien di IGD harus < 6 jam, dimulai dari
pasien datang hingga pasien diantar ke rawat inap atau rawat jalan
2. Menyiapkan SPO bahwa triase pasien di IGD < 5 menit
3. Melakukan supervisi rutin oleh kepala instalasi instalasi gawat darurat

DO

1. Melakukan pelayanan di IGD < 6 jam, dimulai dari triase pasien < 5 menit,
mempercepat penyiapan administrasi termasuk rekam medis, pemeriksaan
fisik, laboratorium, rontgen, dan konsultasi spesialis hingga penetapan pasien
akan rawat inap atau rawat jalan.
2. Melakukan supervise rutin oleh kepala instalasi gawat darurat.

CHECK

1. Dilakukan pengukuran indicator waktu tunggu di IGD < 6 jam dan dilakukan
analisis setiap bulan.
2. Dilakukan pengukuran indicator waktu triase pasien di IGD < 5 menit dan
dilakukan analisis setiap bulan.

ACTION

1. Menetapkan SPO waktu tunggu pasien di IGD < 6 jam sejak pasien datang.
2. Menetapkan SPO waktu triase pasien di IGD < 5 menit sejak pasien datang
3. Sosialisasi kepada seluruh petugas instalasi gawat darurat dan instalasi
terkait, termasuk laboratorium, radiologi dan DPJP.
Pengukuran indikator lama waktu tunggu pasien rawat inap di IGD < 6 jam
dimulai sejak Januari 2023. Berikut adalah grafik capaian lama waktu tunggu
pasien rawat inap di IGD < 6 jam.

LAMA WAKTU TUNGGU PASIEN RAWAT INAP DI


IGD < 6 JAM
120
100
80
60
40
20
0
TARGET JANUARI FEBRUARI MARET

Analisis SUDAH MENCAPAI TARGET


Rekomendasi Dilakukan monitoring dan evaluasi berkala

Tindak lanjut Membantu pelaksanaan supervisi dan evaluasi di


lapangan

Secara umum dengan adanya indikator prioritas lama waktu tunggu pasien
rawat inap di IGD < 6 jam mempercepat pelayanan pasien di IGD. Meskipun
selama triwulan I 2023 indikator ini selalu mencapai target, tetapi pada bulan
Maret 2023 masih ada 4 pasien yang menunggu > 6 jam di IGD. Hal ini terjadi
karena pasien tersebut membutuhkan observasi di IGD sesuai advis DPJP. Pasien
tersebut tidak termasuk dalam perhitungan indikator prioritas karena kondisi
pasien tersebut termasuk dalam kriteria eksklusi.

C. PENUTUP

Demikian laporan analisa perbaikan ini dibuat sebagai bahan evaluasi


berkaitan dengan mutu pelayanan di RSD dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Lampung. Atas perhatian dan kerjasamanya Kami ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Maret 2023

Direktur Ketua Komite Mutu


RSD. dr. A. Dadi Tjokrodipo

dr. Teti Herawati, MH dr. Yurika Martina


NIP. 19710403 200212 2 008 NIP. 19840324 201903 2 005

Anda mungkin juga menyukai