Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TIDUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AKHMAD BERAHIM


Jl. Padat Karya RT.01 RW.01, Desa Tideng Pale Timur Kec. Sesayap Kab. Tana Tidung, 77152, Kalimantan Utara
email : rsudab.only@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AKHMAD BERAHIM


KABUPATEN TANA TIDUNG
NOMOR : 445/314/RSUD-AB/IX/2022

TENTANG

KEBIJAKAN KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI DALAM


PEMBANGUNAN DAN RENOVASI DI RSUD AKHMAD BERAHIM

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AKHMAD BERAHIM,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Rumah Sakit Akhmad Berahim,
maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan Pencegahan Pengendalian
Infeksi yang bermutu tinggi saat
melakukan renovasi bangunan.
b. bahwa agar implementasi pengkajian
resiko infeksi dalam pembangunan dan
renovasi bangunan di RS Akhmad Berahim
dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Panduan Kajian Resiko
Pengendalian Infeksi Dalam Pembangunan
dan Renovasi sebagai landasan
pencegahan infeksi saat pembangunan dan
renovasi gedung.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur RSUD Akhmad Berahim.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit Umum Akhmad
Berahim dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
M E M U T U S K A N
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD AKHMAD
BERAHIM TENTANG KEBIJAKAN KAJIAN
RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI DALAM
PEMBANGUNAN DAN RENOVASI DI RSUD
AKHMAD BERAHIM
KESATU : Kebijakan Kajian Resiko Pengendalian Infeksi
dalam Pembangunan dan Renovasi Di RSUD
Akhmad Berahim sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Tideng Pale Timur,


Pada Tanggal 27 September 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan
risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi
melalui air kotor dalam fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi,
renovasi dan kegiatan maintenance. Kegiatan ICRA merupakan
multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi jenis/macam kegiatan
konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat.
B. Tujuan ICRA (Infection Control Risk Assessment)
Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko
terjadinya Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang
dapat terjadi bilajamur atau bakteri tersebar ke udara melalui debu atau
air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi, atau proses pemeliharaan di
area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu dari
komponen bangunan selama renovasi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program ICRA yaitu :
1. Tim PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan
pendidikan dan pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan
perundangan dan perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu
limbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang
keamanan dan keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana
BAB II
TATA LAKSANA

A. Peran Tim PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak
darirenovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua Tim
PPI, pimpinan/ departemen/ unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada
penggunaan Personal Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh
tim.
B. Kegiatan Pembangunan
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih
dahulu tipe/jenis aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya
aerosol udara, durasi dari aktifitas, dan jumlah sistem HVAC. Pedoman
Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi
type/jeniskonstruksi kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non invasif Termasuk, tetapi tidak
terbatas pada :
a. Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi
visual saja. Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon
A per 50 meter persegi.
b. Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
c. Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan
kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau
memerlukan pembongkaran dinding atau akses ke
langit-langit selain untuk pemeriksaan yang
kelihatan.
Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
termasuk, tapi tidak terbatas pada :
a. Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau
penutup dinding
b. Pembongkaran dinding, merobohkan
dinding kering atau menyelesaikan
bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
c. Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok
baru
B d. Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit
(tidak termasuk pembongkaran atau instalasi);
e. Renovasi ruangan yang ada
f. Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur
akses yang dibutuhkan
g. Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam
shift kerja tunggal.
h. Setiap aktifitas yang tidak memerlukan
penutup/barrier yang tidak memenuhi syarat sebagai
tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi
utama namun tidak terbatas pada :
a. Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi
pasien
b. Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa,
perlengkapan gas, atau sistem listrik
C c. Pembongkaran komponen gedung utama
d. Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung
Rumah Sakit (sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA
primer)
e. Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar
pasien dari area perawatan (yang telah ditetapkan oleh
TIM ICRA primer )
f. Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan
bangunan Rumah Sakit (sebagaimana telah
ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)
g. Pengamplasan dinding basah akses ke ruang terbuka
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah
Area  Cardiology  HCU  Tempat
perkantoran  Echocardigraphy  IGD Perawatan
Koridor  Endoscopy  Laboratorium Pasien
Umum  Nuclear Klinik, Imunosupresan
Medicine Spesien  Bank Darah
 Physical Therapy  Medical Units  Klinik Lab
 Radiologi/MRI  Ruang RR Mikrobiologi,
 Respiratory  Farmasi Virologi
Therapy  Ruang Anak  HCU
 Surgical Units  Ruang Isolasi
 Ruang Tekanan Negatif
Perawatan  Oncology
Bayi  Ruang Operasi
 Rawat Jalan
3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION
PROJECT BY PATIENS RISK
Patiens Risk Group Contruction Project type
Type A Type B Type C Type
D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV
Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan
tingkat risiko menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur
pengendalian diperlukan.
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Kelas Selama Pembangunan Setelah Penyelesaian Proyek
Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan 1. Bersihkan area kerja
dengan metode setelah menyelesaikan
meminimalisasi tugas.
timbulnya debu dari
pelaksanaan kegiatan
konstruksi
2. Segera meletakkan
kembali ke tempat
semula plafon atap yang
diganti untuk
pemeriksaan yang
kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana 1. Lap permukaan kerja
aktif untuk mencegah dengan
debu udara dari pembersihan/desinfektan;
penyebaran ke atmosfer; 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan konstruksi sebelum di
kerja untuk transportasi harus tertutup
mengendalikan debu rapat
pada waktu 3. Pel basah dan/atau
pemotongan; vakum dengan HEPA filter,
3. Seal pintu yang tidak vakum sebelum
terpakai dengan lakban; meninggalkan area kerja;
4. Blokir dan tutup 4. Setelah selesai,
ventilasi udara; mengembalikan sistem
5. Tempatkan tirai debu di HVAC dimana pekerjaan
pintu masuk dan keluar dilakukan.
area kerja;
6. Hilangkan atau isolasi
sistem HVAC (Heating,
Ventilation, dan Air
Conditioning) yang
sedang dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah 1. Jangan menghilangkan
kontaminasi dari sistem barrier dari area kerja
saluran maka sampai proyek selesai
hilangkan/lepaskan diperiksa oleh Komite
atau isolasi sistem PPIRS, dibersihkan oleh
HVAC di area, dimana bagian kebersihan RS.
pekerjaan sedang 2. Hilangkan barrier material
dilakukan; dengan hati-hati untuk
2. Lengkapi semua barrier meminimalisasi
penting yaitu sheetrock, penyebaran dari kotoran
playwood, palstik untuk dan puing-puing yang
menutup area dari area terkait dengan konstruksi;
yang tidak untuk kerja 3. Vakum area kerja
atau menerapkan dengan HEPAfiltered
metode pengendalian vacuums
kubus (gerobak dengan 4. Area untuk lap basah
penutup plastik dan dengan
koneksi disegel ke pembersih/disinfektan/
tempat bekerja dengan cleane r
HEPA vakum untuk 5. Setelah selesai,
menyedot debu sebelum kembalikan sistem HVAC
keluar) sebelum
konstruksi dimulai;
3. Menjaga tekanan udara
negatif di dalam tempat
kerja dengan
menggunakan HEPA
unit yang dilengkapi
dengan penyaringan
udara;
4. Wadah tempat limbah
konstruksi sebelum di
transportasi harus
tertutup rapat
5. Tutup wadah
transportasi atau
gerobak. Pita penutup,
jika tidak tutup yang
kuat;

Identifikasi Daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial


Unit Unit Lateral Lateral Behind Front
Below Above
Risk Risk Risk Risk Risk Risk
Group Group Group Group Group Group

5. Langkah Ke 5, Identifikasi kegiatan di tempat khusus, misalnya ruang


perawatan ruang farmasi /obat,dst.
6. Langkah Ke 6, Identifikasi masalah yang berakitan dengan :
ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan
pemadaman.
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan,
menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya
barriernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter
diperlukan atau tidak. Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka
area yang direnovasi/konstruksi seharusnya diisolasi dari area yang
dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air.
Apakah ada risiko akibat merusak kesatuan struktur (misalnya :
dinding,atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan
selama bukan jam pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk
jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah
dan tipe tempat/bak cuci tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum
bak/tempat cuci tangan tersebut.
13. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif
terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan
tersebut dengan tim proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga,
pembersihan puing, bagaimana dan kapan).
C. Persyaratan Kinerja
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas
konstruksi, renovasi, dan pemeliharaan karena menyebabkan
gangguan debu yang ada, atau menciptakan debu baru, sehingga
harus ditutup dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke
daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini,
sehingga sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus
mengadakan pertemuan terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat
menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA
sesuai yang diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak
mengubah maksud dan kebijakan yang ada.
D. Produk Dan Bahan
1. Tipe Barrier :
Untuk menghindari kebakaran Polyethylene, biasanya ketebalan 6-
mil, dinding gypsum, fiberglass diperkuat plastik (mirip dengan Api-X
Glassboard ), kayu lapis dan masonite (harus dicat dengan cat tahan
api) sebagaimana ditentukan dalam ijin kerja ICRA.
2. Bleach : Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium
hipoklorit, biasanya dengan ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air
(1 ¾ cangkir pemutih dalam 1 galon air). Harus dibuat baru setiap 24
jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu : Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam,
handel pintu dipolietilena, atau polietilena masuk tumpang/tindih
ganda sebagaimana ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang : Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPAVacuum : Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @
0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif : Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik
permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif : Bertekanan udara tinggi, tekanan statis,
tanpa filter.
10. Walk-off mats : Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci
dibasahi dengan larutanpemutih untuk akses jalan petugas sehingga
mencegah debu keluar dari zona.

E. Barrier / Penghalang
Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek
dengan paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan
memperhatikan kontruksi ruang, jenis kegiatan, dan kelompok risiko.
1. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan
lain- lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
2. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam
menggunakan semprot perekat, sekrup,dan lain-lain;
3. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup
ditutupi atau disegel;
4. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke
tempat kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter;
5. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang,
sebuah mesin udara 2000 CFM negatif yang besar harus digunakan
untuk memastikan 100 kaki permenit udara keluar dari ruang kerja,
ini dapat dimodifikasi dengan ruangan yang kecil;
6. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE
area. Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu,
pengecualian dibuat untuk pengiriman barang besar. Dua pintu
dibuka secarabersamaan harus diminimalkan.
F. Prosedur Pengendalian Infeksi Secara Umum
1. Fasilitas (pelaksana) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal
perencanaan atau desain tahap dari proyek;
2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, TIM ICRA primer kalau perlu tim
Ad hoc ICRA akan meninjau proyek lingkup pekerjaan, desain, lokasi
sekitar dan dampak dari sistem utilitas. Konstruksi jenis kegiatan,
group risiko, dan klasifikasi tingkat akan ditugaskan;
3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi,
tergantung kondisi;
4. TIM ICRA Primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA
dan menyikapi kebutuhan lain diluar ICRA;
5. Pengawas proyek (PM) akan mengevaluasi setiap proyek untuk
menentukan klasifikasi peringkat. PM dan IC akan mengevaluasi
setiap III tingkat dan IV tingkat.
6. Fasilitas pemeliharaan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA
untuk proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi
atau izin kerja. Untuk tingkat II dan IV proyek mereka harus
mendapatkan izin kerja ICRA dari PM atau IC;
7. Jika mesin udara negatif bermasalah, PM, IC, dan kontraktor
akan meninjau intalasi sebelum koneksi;
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA
sebelum memulai bekerja, posting dipintu masuk zona kerja,
informasikan persyaratan ICRA kepada orang sekitar yang terkena
dampak;
9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan
peralatan sesuai yang disyaratkan oleh ICRA;
10. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka
termasuk penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter;
11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan,
dan lokasi pembuangan udara tanpa filter udara negatif dapat
diizinkan;
12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA
sesuai standar;
13. Pada setiap awal shift, ketika tekanan udara diperlukan petugas
harus dapat memenuhi semuanya;
14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja
sesuai kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga dapat
mencegah akumulasi debu dan puing;
15. Penetrations (pipa, saluran, kabel), dan lain-lain harus disegel;
16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja;
17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit-
langit harus segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika
tanpapengawasan;
18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bisa diberi penghalang
sementara, tapi harus segera dipindahkan dan dibersihkan setelah
proses selesai;
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat
mesi udara negatif harus digunakan;
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat
danharus dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki
atau ditingkatkan untuk mencegah debu dan puing-puing keluar dari
zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped
kecuali khusus disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara
statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus
bebas dari debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat
dan diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh
ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus
ditunjuk elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja,
jika menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum
keluar keruang ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau
lebih sering lebih efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih
untuk mencegah debu keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona
kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum
HEPA disaring.
G.Izin Kerja Icra
1. Tulis ICRA IMTA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV, tapi
bisa juga mungkin untuk tingkat II;
2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan (ICRMR) untuk semua
konstruksi baru dan renovasi besar dari kamar pasien, atau ruang
perawatan;
3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi
sesuai yang diperlukan;
4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja, dan kemudian
memberikan kepada PM;
5. Izin kerja akan ditanda tangani oleh PM, disimpan di file proyek dan
ICakan diberi salinannya;
6. Salinan akan ditempel ditempat kerja, dan akan ditampilkan untuk
durasiproyek;
7. PM dan IC dapat menambahkan rincian komentar atau
persyaratan yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu;
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan,
persyaratan kalau perlu intervensi tambahan Pengendalian Infeksi.
H. Implementasi Prosedur Pengendalian Infeksi
1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan,
peralatan, mebel, dan lain-lain dari zona kerja sebelum penghalang
dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk
meminimalkan infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja
berada dibawah tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja
sebelum penghalang dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area
debu ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan
yang disetujui ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih
melalui serambi dan masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan
udara negatif diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi
tekanan negatif diterima;
I. Penyelesaian Prosedur Pengendalian Infeksi
PM akan memverifikasi bahwa utilitas serta sistem mekanik yang
ditugaskan dan/atau berfungsi sesuai spesifikasi :
1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan
mengecek semua pipa dengan membilas semua perlengkapan selama
5 menit kemudian disiram ke toilet selama beberapa kali;
2. Setelah pembilasan pipa, penghalang, peralatan dan seluruh zona
kerja dibersihkan.
3. Setelah membersihkan penghalang, IC atau PM yang ditunjuk akan
melakukan pemeriksaan;
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup, serta dimatikan. Penutup udara
pasokan akan dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas.
Jika tindakan ini menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan
pemeriksaan akan diulang;
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi daerah sekitarnya;
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan
hambatan,polietilena mungkin ringan semprot dengan larutan
pemutih;
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang
mungkin bertebaran;
8. Puing-puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses
transportasi;
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan
diambil;
10. Bersihkan mesin udara negatif;
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan
saat pembersihan;
12. Seimbangkan sistem HVAC;
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh IC atau PM yang
ditunjuk;
J. Intervensi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat
1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika
diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
tingkat intervensi yang berlaku, jika belum jelas bisa
berkonsultasi denganIC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek
yang dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika
diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
intervensi tingkat II,jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
3. Tingkat 3
a. Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk
semuakonstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan
sepatudibersihkan;
5. Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone
Transplantasi Sumsum/BMT, dan lain-lain):
a. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus
mematuhiintervensi pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah
berisiko tinggi yang ditetapkan oleh Tim ICRA Primer;
b. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus
dilakukan
penyekaan dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
c. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan
ketetapan Ruang Operasi atau CSSD;
d. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus
dijadwalkan oleh PM dan perawat manager atau yang ditunjuk
oleh mereka;
e. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau
pekerjaan yang menciptakan debu dan air aerosolisasi harus
dilakukan dalam pengawasanatau Control Cube memanfaatkan
HEPA mesin udara negatif yang bersertifikat;
K. Pemantauan Lingkungan
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling
udara diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif
pada Negatif Air Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh
proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap
hari Check List monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi
sehari- hari.
L. Pendidikan Fasilitas Dan Kontraktor Icra
1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk
menggunakan non-kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui
oleh ICdalam presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat
yang berlaku selama satu tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang
bersangkutan telah dipelajari.
M. Pengawasan
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam
menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk
menghentikan semua pekerjaan jika kegiatan berisiko terhadap
pasien, staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid
diminta untuk meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi
dari ICRA dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi
verbal dan kemudian melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran
akan dikirim ke PM, IC, dan Fasilitas Departemen dan akan
ditempatkan di fileproyek. Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam
proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai
kontraktor yang berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika
kontraktor melakukan pelanggaran ulang;
N. Yang Bertanggung Jawab Dalam Prosedur
1. Epidemiologi Rumah Sakit;
2. Koordinator IC;
3. Fasilitas yang ditunjuk oleh PM;
4. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi;
5. Direktur Pemeliharaan Fasilitas;
6. Direktur Keselamatan
O.Keterlibatan Tim PPI dalam Aspek Pengendalian Infeksi saat
Renovasi/Pembangunan Dan Desain Rumah Sakit
1. Prinsip Dasar
Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja
bangunan dan pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan
saatrenovasi/pembangunan dan sesudahnya, selain itu desain harus
memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPCGuidelines).
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit
adalah:
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu
dengan konsentrasi spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman
(Legionella sp) tinggi (CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS).
b. Kontaminasi Air dan Sistem Pendingin Udara;
Saat renovasi terkontaminasi patogen Legionella Sp
(CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).
c. Pasien “High Risk”.
1) Pasien Transplantasi;
2) Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi Neutropenia;
3) Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
4) Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).
2. Sumber Mikroorganisme Penyebab Infeksi
a. Debu dan Tanah;
b. Pipa Saluran Air;
c. Sistem Ventilasi.
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
c. Ruangan yang Tersedia;
d. Jumlah dan Jenis Kamar;
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, Listrik dan Sanitasi;
h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dalam pedoman ICRA


1. IPCD Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap
Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL
INFECTIONS”
a. Aspergillosis;
b. Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
a. Lingkungan Sekitar Area;
b. Sistem Pipa Air;
c. Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan
Kualitas Udara yang Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
a. Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
b. Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
c. Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
d. Sanitasi Untuk :
1) Pasien;
2) Pengunjung;
3) Staf Rumah Sakit;
4) Lantai dan Permukaan;
5) Bahan yang Mudah Dibersihkan.

Ditetapkan di Tideng Pale Timur,


Pada tanggal, 18 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai