Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

T
UMUR 26 TAHUN DI UPTD PUSKESMAS NGAWEN
KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Progran Studi Diploma Tiga Kebidanan

Disusun Oleh:
NADIA NUR SALSABILA
P1337424619001

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Laiporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komperhensif pada

Ny. T Umur 26 Tahun di UPTD Puskesmas Ngawen Kecamatan Ngawen

Kabupaten Blora” telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk

diseminarkan dan di pertahankan di depan Tim Penguji Program Pendidikan

Diploma III Kebidanan Blora, pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 18 Mei 2022

Pembimbing

Dr. Krisdiana Wijayanti, M.Mid


NIP. 197108151994032002

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny. T Umur 26 Tahun di Wilayah Puskesmas Ngawen” telah dipertahankan di

depan dewan penguji pada tanggal 19 Mei 2022 dan dinyatakan telah memenuhi

syarat untuk diterima.

Blora, 19 Mei 2022


Ketua Penguji

Dr. Krisdiana Wijayanti, M.Mid (……………….……………)


NIP. 197108151994032002

Penguji

Novita Ika Wardani, SST., M.Kes (……………………….……)


NIK. 198911050071

Mengetahui
Ketua Program Studi D-III Kebidanan Blora
Poltekkes Kemenkes Semarang

Dr. Krisdiana Wijayanti, M.Mid


NIP. 197108151994032002
ii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nadia Nur Salsabila

NIM : P1337424619001

Tempat / Tanggal lahir : Tangerang, 28 April 2001

Alamat : Perum Puri Permai 1 Tigaraksa Tangerang Banten

Institusi : Program Studi Kebidanan Blora Program Diploma Tiga

Angkatan : 2019

Biografi : TK Islam Azzahra 2007

SD Negeri Tigaraksa III Lulus 2013

SMP Negeri II Tigaraksa Tahun Lulus 2016

SMA Negeri 6 Tigaraksa Tahun Lulus 2019

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Segala puji dan syukur senantiasa saya ucapkan kepada Allah SWT yang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas limpahan rahmat-Nya saya bisa

menyelesaikan studi di Poltekkes Kemenkes Semarang dengan tepat waktu.

Secara khusus saya mengucapkan terimakasih kepada Ibunda Yatinah dan

Ayahanda Pawit yang selama ini selalu mendukung dan memberikan doa

sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan saya. Juga untuk kedua adik, saya,

yang sudah memberikan semangat untuk menyelesaikan laporan ini.

Untuk dosen pembimbing Laporan Tugas Akhir saya Ibu Dr. Krisdiana

Wijayanti, M.Mid Terimakasih sudah mengajar dan membimbing dengan sabar,

ikhlas, dan tulus meluangkan waktunya untuk mengarahkan saya. Terimakasih

banyak Ibu krisdiana semoga ibu sehat selalu dan Allah membalas kebaikan ibu

dengan berkali-kali lipat kebaikan lainnya.

Untuk teman seperjuangan saya Jawa Sunda Rafa, Amelia, Arum, Dilla,

Hema, dan Sheryn terimakasih banyak selalu meluangkan waktu untuk selalu

memberikan semangat dan motivasi agar bisa lulus tepat waktu bersama, semoga

persahabatan ini terus berlanjut meskipun kita dipisahkan karena mengejar impian

masing-masing. Untuk sahabat saya Amanda, Embun, Rizky, Fairuz, Adrian,

Nurul, Farashyella, Anita, Putri, Adinda, Eka, Nuy. Terimakasih untuk selalu

memberi semangat dan motivasi kepada saya dengan ketulusan hati.

iv
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, yang selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. T

Umur 26 Tahun di UPTD Puskesmas Ngawen Kecamatan Ngawen

Kabupaten Blora“ sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Ahli

Madya Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi Kebidanan

Blora Program Diploma Tiga.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini, terimakasih kepada :

1. Dr. Marsum, BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang.

2. Sri Rahayu, S.Kp. Ns, S.Tr.Keb, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan.

3. Dr. Krisdiana Wijayanti, M. Mid selaku Ketua Program Studi Kebidanan

Blora Program Diploma Tiga serta pembimbing yang telah menuntun dan

mengarahkan penulis dalam membuat laporan ini.

4. Staf Pengajar Program Studi Kebidanan Blora Program Diploma Tiga

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang yang telah

memberikan bekal ilmu, sehingga penulis mampu menyusun laporan ini.

5. Semua teman Angkatan 2019 yang bersama dari awal perkuliahan hingga saat

ini.

6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga segala kebaikan dibalas

berkali lipat oleh Allah SWT.

v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih

jauh dari sempurna dan menyadari kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Penulis sangat menyambut saran atau umpan balik sebagai rujukan untuk

penyempurnaan laporan ini.

vi
Poltekkes Kemenkes Semarang
Program Studi Kebidanan Blora Program Diploma III
2022

ABSTRAK
Nadia Nur Salsabila1, Krisdiana Wijayanti2
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. T Umur 26 Tahun di Wilayah
Puskesmas Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora
xii + 120 halaman + 10 tabel + 9 lampiran

Proses kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir adalah proses
fisiologis. Dalam proses ini tidak sedikit ibu mengalami problem Kesehatan yang
dapat meningkatkan jumlah morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. AKI dan
AKB di Indonesia masih tinggi. Tujuan dari studi kasus yaitu memberikan asuhan
secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan KB, bayi baru
lahir.
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dalam bentuk studi kasus dengan
menggunakan pendekatan proses kebidanan menggunakan 5 langkah varney dan
dokumentasi kebidanan menggunakan metode SOAP.
Hasil studi kasus ini diperoleh diagnosis G2P1A0 usia kehamilan 37
minggu fisiologis dengan keluhan nyeri punggung, memberikan Pendidikan
Kesehatan cara mengatasi ketidaknyamanan yang dirasa, tanda bahaya kehamilan,
tanda-tanda persalinan, dengan persalinan fisiologis yang diikuti masa nifas
fisiologis, dan bayi baru lahir fisiologis.
Asuhan yang diberikan dari masa kehamilan tidak ditemukan kesenjangan,
pada prosen persalinan ditemukan kesenjangan yaitu tidak memakai APD sesuai
60 Langkah APN, nifas, KB, dan bayi baru lahir tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik. Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk
menerapkan asuhan Continuity of Care ini di lapangan dan di masyarakat dalam
membantu menurunkan AKI dan AKB di Indonesia.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB, BBL


Pustaka : 48 pustaka (2017-2021)

vii
Health Polytechnic Ministry Health of Semarang
Midwifery Study Program Diploma III Program
2022

ABSTRACT 

Nadia Nur Salsabila1, Krisdiana Wijayanti2


Comprehensive Midwifery Care for Ny. T is 26 Years Old in the Ngawen
Community Health Center, Ngawen District, Blora Regency
xii + 120 pages + 10 tables + 9 appendices

         The process of pregnancy, childbirth, postpartum, and newborn is a


physiological process. In this process, many mothers experience health problems
that can increase the amount of maternal and infant morbidity and mortality.
MMR and IMR in Indonesia are still high. The purpose of the case study is to
provide comprehensive care starting from pregnancy, childbirth, postpartum and
family planning, newborns.
         The writing of this final report is in the form of a case study using the
midwifery process approach using the 5 steps of Varney and midwifery
documentation using the SOAP method.
         The results of this case study obtained a diagnosis of G2P1A0 at 37
physiological weeks of gestation with complaints of back pain, provided health
education on how to deal with discomfort, danger signs of pregnancy, signs of
labor, with physiological delivery followed by a physiological postpartum period,
and physiological newborns.
         There were no gaps in the care provided during pregnancy, during the
delivery process, gaps were found, namely not wearing PPE according to the 60
Steps of APN, postpartum, family planning, and newborns, there were no gaps
between theory and practice. It is hoped that health workers, especially midwives,
will apply this Continuity of Care care in the field and in the community in
helping to reduce MMR and IMR in Indonesia.        

Keywords : Midwifery Care Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Family


Planning, Newborns
Bibliography : 48 bibliography (2017-2021)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................................... vii

ABSTRAK....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Tujuan.............................................................................................. 6

C. Ruang Lingkup................................................................................. 7

D. Manfaat............................................................................................ 8

E. Metode Pengambilan Data............................................................... 9

F. Sistematika Penulisan....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan..................................... 11

B. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan...................................... 20

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas dan KB................................ 31

D. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir............................ 41

ix
BAB III METODE.......................................................................................... 48

A. Rancangan........................................................................................ 48

B. Subyek.............................................................................................. 48

C. Pengumpulan Data dan Analisis Data.............................................. 49

D. Masalah Etika................................................................................... 52

BAB IV TINJAUAN KASUS & PEMBAHASAN....................................... 53

A. Tinjauan Kasus................................................................................. 53

B. Pembahasan...................................................................................... 96

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 105

A. Kesimpulan...................................................................................... 105

B. Saran................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 108

LAMPIRAN.................................................................................................... 111

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Riwayat ANC................................................................................... 56

Tabel 4.2 Riwayat Kehamilan Dahulu.............................................................. 57

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Kehamilan................................................... 65

Tabel 4.4 Catatan Perkembangan Persalinan.................................................... 67

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Nifas............................................................ 77

Tabel 4.6 Nilai APGAR Score.......................................................................... 85

Tabel 4.7 Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir.......................................... 91

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Konsultasi Laporan Tugas Akhir

Lampiran II Lembah Berita Acara Laporan Tugas Akhir

Lampiran III Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran IV Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran V Lembar Informed Consent

Lampiran VI Lembar Partograf

Lampiran VII Lembar Manajemen Terpadu Bayi Muda

Lampiran VIII Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman kematian maternal dan neonatal menjadi masalah utama

di negara berkembang (termasuk Indonesia). Angka Kematian Ibu (AKI)

merupakan indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama

risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil, melahirkan dan nifas. Selain

itu, dimasa pandemic ini dikhawatirkan terjadinya peningkatan AKI

mengingat kehamilan dengan positif COVID-19 dapat mengalami higher

rates of miscarriage, preterm birth, dan preeclampsia. Pencegahan

penularan virus corona pada kehamilan harus ditingkatkan, karena dapat

memperburuk resiko yang bermuara pada meningkatnya angka kematian

ibu (AKI) di Indonesia (Wantania, 2020).

WHO (World Health Organization) mencatat antara tahun 2000

dan 2017 rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun sekitar

38% di seluruh dunia. Negara dengan penghasilan rendah dan menengah

menyumbang 94% dari total kematian global. Wanita yang meninggal

selama atau setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017 sebanyak

295.000 jiwa. Ibu yang meninggal sebanyak 75% disebabkan oleh

Perdarahan post partum (post partum hemoragic), Infeksi post partum,

Preeklamsia dan eklamsia, unsafe abortion, dan sisanya di sebabkan oleh

penyakit tidak menular. AKI dan AKB dapat di turunkan dengan upaya

penanganan WHO berupa mengatasi ketidaksetaraan akses dan

1
2

kualitaspelayanan, memastikan cakupan kesehatan universal untuk

perawatan komprehensif, dan menangani penyebab kematian (WHO,

2018).

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di

Indonesia, indikator derajat kesehatan suatu bangsa yaitu pada dasarnya

dilihat berdasarkan tinggi rendahnya AKI dan kematian bayi (AKB). AKI

dan AKB di Indonesia cukup tinggi oleh karena itu bidan berperan penting

untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Kesehatan ibu dan anak

merupakan salah satu program yang memberikan pelayanan kesehatan

yang terlibat langsung dengan masyarakat. Ibu dan anak merupakan

anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas penyelenggaraan

kesehatan, karena mereka termasuk kelompok yang sangat rentan. Sampai

saat kini, Indonesia termasuk dalam negara dengan AKI dan AKB

tertinggi di ASEAN (Associaton Of South East Asian Nations). Indikator

ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu dan anak, tetapi

juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2019 AKI di Indonesia sebanyak 712/100.000 KH sedangkan AKB

di Indonesia tercatat 10,29/1000 KH. Penyebab terbanyak kematian Ibu

disebabkan oleh pre eklampsia, infeksi, gangguan sistem perdarahan

darah, gangguan metabolik dan lain-lain. Pada tahun AKI dan AKB

mengalami penurunan yaitu AKI sekitar 305/100.000 KH dan AKB

32/1000 KH. Pada tahun 2019 AKI dan AKB masih sama dengan tahun
3

2018. Penyebab terbanyak kematian bayi disebabkan oleh bayi berat lahir

rendah (BBLR) dan Asfiksia. (Kemenkes RI, 2019).

Selama tahun 2019 sampai tahun 2021 jumlah AKI di Provinsi

Jawa Tengah mengalami kenaikan sebanyak 530 kasus atau 98,6/100.000

KH, sedangkan AKB sebanyak 4.189 kasus atau 7,79/1.000 KH. Penyebab

utama AKN dan AKB yaitu BBLR, asfiksia dan infeksi. Untuk

menurunkan AKI dan AKB pemerintah mendorong agar setiap persalinan

di tolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Dinkes Jawa

Tengah, 2021).

Jumlah AKI Kabupaten Blora di tahun 2021 sebanyak 23 kematian

dan 13 diantaranya karena COVID-19. Penyebab AKI di Kabupaten Blora

tahun 2021 yaitu perdarahan 4 kasus, preeklamsia atau eklamsia 1 kasus,

dan penyakit penyerta lainnya sebanyak 8 kasus. Jumlah AKB Kabupaten

Blora di tahun 2021 mencapai 118 kematian. Penyebab kematian bayi

yaitu BBLR (bayi berat lahir rendah), asfiksia, dan kelainan kongenital

(cacat bawaan) (Dinkes Blora, 2020).

Upaya penurunan AKI dan AKB memerlukan inovasi dan

dukungan dari semua pihak. Pemerintah Indonesia memberikan solusi bagi

masalah tingginya AKI dan AKB yang bekerja sama dengan Pemerintah

USA yaitu Program Momentum. Harapan dari Program Momentum yakni

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi lahir serta menurunkan AKI

dan AKB hingga setidaknya 5% setiap tahunnya di wilayah kerja USAID

MOMENTUM dan target di tahun 2030 yaitu mengurangi rasio AKI


4

hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup bisa dicapai

(Kemenkes RI, 2021).

Kementerian Kesehatan RI mengusung tema safe maternal and

newborn care menghasilkan upaya preventif dalam menangani kematian

ibu dan bayi dengan meningkatkan tiga langkah baru yaitu meningkatkan

cakupan imunisasi, meningkatkan jumlah kunjungan antenatal care (ANC)

dan memastikan infrastruktur USG di setiap puskesmas. Upaya tersebut

memiliki kelemahan yaitu kurangnya hubungan timbal balik antara tenaga

kesehatan dengan pasien sehingga sering terjadi kesenjangan, oleh karena

itu dibutuhkan asuhan secara menyeluruh yang mampu menciptakan

hubungan timbal balik yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien.

(Kemenkes RI, 2021).

Pada beberapa penelitian terdahulu pemberian asuhan kebidanan

komprehensif telah terbukti mampu menurunkan angka kematian ibu dan

bayi. Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir,

nifas, neonatal sampai keluarga berencana. Selama pandemi COVID-19

pemberian asuhan kebidanan secara komprehensif dilakukan dengan tetap

menerapkan protokol kesehatan. Prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir meliputi universal precaution

yaitu membuat janji temu, selalu menggunakan masker, mencuci tangan,

istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, dan menjaga jarak

(Kemenkes RI, 2020).


5

Permasalahan dan kondisi tersebut melatarbelakangi penulis untuk

melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien sejak

hamil sampai nifas. Asuhan yang diberikan berdasarkan pedoman terbaru,

sesuai dengan evidence-based yang telah teruji, dan sesuai dengan

program pemerintah yang mendukung penurunan angka kematian ibu dan

bayi. Dengan asuhan kebidanan secara komprehensif ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan derajat kesehatan Ny. T dan anak di Kabupaten

Blora.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan kebidanan fisiologis dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan dan memberikan asuhan

kebidanan komprehensif pada Ny. T sejak usia kehamilan 36

minggu, bersalin, nifas, BBL, dan Keluarga Berencana.

2. Tujuan khusus

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan dari pengkajian

sampai evaluasi dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan meliputi:

a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil NY. T secara

komprehensif.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin NY. T secara

komprehensif.
6

c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan KB NY. T

secara komprehensif.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan neonatus

NY. T secara komprehensif

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir sasaran khusus tertuju pada

ibu hamil trimester III dengan usia kehamilan minimal 36 minggu

dengan TD : 120-100/80-60 mmHg, Hb : >11% gr/dL, LiLa :

>23,5cm, TB : > 145cm, HbSAg : (-), Sifilis (-), B-20 : (-), GDS :

(-), COVID-19 : (-) (Wantania, 2020). Serta yang tidak mengalami

komplikasi atau penyulit dalam kehamilan, diikuti dengan asuhan ibu

bersalin, nifas, neonatus dan Keluarga Berencana.

2. Tempat

Lokasi pengambilan kasus di wilayah Puskesmas Wilayah Ngawen

3. Waktu

Waktu pengambilan kasus mulai dari hamil 36 minggu, bersalin,

nifas, bayi baru lahir serta KB yang di lakukan pada tanggal 2

Februari 2022 sampai dengan 25 Maret 2022.


7

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan

dalam rangka menambah wawasan khususnya asuhan kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, masa nifas, neonatus dan keluarga

berencana.

2. Bagi Klien

Klien dapat merasakan kepuasan, aman dan nyaman dengan

pelayanan berkelanjutan dan berkualitas secara berkelanjutan.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai informasi serta bahan masukan dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, KB serta

bayi baru lahir.

4. Bagi Institusi

Sebagai buku acuan dan referensi bagi perpustakaan di institusi

pendidikan.

5. Bagi IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Sebagai pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama

dalam bidang kebidanan dengan perkembangan evidence based.

E. Metode Pengambilan Data

Penulis menggunakan pengambilan data melalui observasi,

anamnesa, pemeriksaan fisik, dan telaah dokumen. Observasi, yaitu


8

melihat keadaan klien secara langsung. Anamnesa, yaitu memberikan

pertanyaan langsung kepada klien dan keluarga klien. Pemeriksaan fisik

dengan memeriksa klien meliputi pemeriksaan status present secara

head to toe, status obstetrik seperti leopold I-IV, dan pemeriksaan hasil

laboratorium, urine dan USG. Telaah dokumen yaitu menelaah

dokumen seperti rekam medik pasien, buku KIA pasien yang bisa

didapatkan dari pasien secara langsung ataupun dari bidan yang

bertanggungjawab atas pasien tersebut

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup,

manfaat, metode pengambilan data, dan sistematika penulisan. Bab II

Tinjauan Pustaka berisi manajemen asuhan kebidanan kehamilan,

manajemen asuhan persalinan, manajemen asuhan kebidanan nifas,

manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir. Kemudian Bab III Metode

yaitu berisi rancangan, subyek studi kasus, metode pengumpulan data, dan

analisa data serta masalah etik. Pada Bab IV berisi tinjauan kasus dan

pembahasan yang telah dilakukan penulis. Pada Bab V berisi kesimpulan

dari hasil studi kasus dan saran yang dapat diberikan penulis. Daftar

pustaka ditulis menggunakan style Harvard dan lampiran di sesuaikan

dengan kebutuhan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan

Asuhan kehamilan pada perawatan kesehatan yang tepat diberikan

kepada wanita hamil selama pandemi Covid-19 untuk mencegah

penyebaran Covid-19. Bentuk upaya bidan adalah memberikan tempat

kepada pengunjung untuk mencuci tangan dengan air keran dan sabun,

memastikan semua peralatan didesinfeksi, dan memberikan informasi

terkait kesadaran penyebaran Covid-19. Bidan tersebut memakai masker

untuk melaksanakan prosedur pencegahan Covid-19, mencuci tangan dan

Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien, pendamping dan tim medis

lainnya. Bidan menggunakan APD sesuai kebutuhan saat memberikan

pelayanan (Nurjasmi, 2020). Dalam pemberian asuhan kebidanan harus

dengan perhatikan protokol kesehatan yang diwajibkan menggunakan alat

pelindung diri (APD) minimal sesuai level 2 untuk pencegah infeksi

(Arthati dan Yuli, 2020).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam

rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus

pada klien. Kehamilan didefinisikan secara berbeda-beda oleh beberapa

ahli, namun pada prinsipnya memiliki inti yang sama. Kehamilan

umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari

9
10

pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 –

42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal

(Prawirohardjo, 2016). Manajemen asuhan kebidanan kehamilan

menggunakan 5 langkah varney yaitu:

1. Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data dasar pasien diperoleh dengan anamnesa

dan observasi langsung ke pasien untuk memperoleh data subyektif

dan obyektif. Yang dilakukan pe rtama kali adalah menanyakan

identitas ibu seperti nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku

bangsa dan alamat. Pengumpulan data subyektif diperoleh melalui

anamnesa langsung kepada klien ataupun melalui keluarga klien

(Widatiningsih dan Dewi, 2017).

Langkah ini dilakukan dengan cara melakukan pengkajian

melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti identitas, riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan

catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data laboratorium dan

membandingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan dari

sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien (Sulfianti dkk,

2020).

Pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan

secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung.

Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber, baik sumber primer


11

(pasien), maupun sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga

kesehatan lain). Teknik pengumpulan data ada 3 yaitu observasi

(melalui panca indera), wawancara (tanya jawab), dan pemeriksaan

(memakai alat). Data diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data

subjektif dan data objektif (Sulfianti dkk, 2020).

a. Data subjektif

Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari

pernyataan maupun keluhan pasien. Pengkajian ini berisi kumpulan

data melalui anamnesa yang diperoleh dari pasien, suami, atau

keluarga meliputi identitas umum, keluhan utama atau alasan

berkunjung, riwayat kesehatan, riwayat menstruasi, riwayat dan

status obstetrik, riwayat persalinan, riwayat perkawinan, riwayat

KB, pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, riwayat alergi,

kebiasaan yang kurang baik, dan tingkat pengetahuan pasien

(Wahyuningsih & Tyastuti, 2016).

Pada ibu hamil trimester III keluhan umum akibat

perubahan fisik sehingga menimbukan ketidaknyamanan seringkali

meliputi masalah pencernaan, kelelahan, bengkak pada kaki, sesak

nafas, sensitifitas kandung kemih, dan nyeri punggung .

Ketidaknyamanan fisik secara umum akan meningkat seiring

bertambahnya usia kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan (Fitriani, 2018) yang menunjukkan bahwa sekitar

70% ibu hamil mengalami sakit pinggang low back pain (LBP)
12

yang mungkin terjadi sejak awal trimester, puncaknya pada

trimester II dan trimester III (Wulandari & Wantini, 2021).

Penyebab nyeri punggung selama kehamilan trimester III ini

karena uterus yang membesar menyebabkan nyeri punggung pada

ibu hamil, ketika ibu tidak memberi perhatian terhadap postur

tubuhnya ia akan berjalan dengan ayunan tubuh ke belakang

mengakibatkan peningkatan lordosis. Lengkung ini mengakibatkan

otot punggung meregang dan menimbulkan rasa nyeri (Saputri,

Rosita, & Dewi, 2020).

b. Data Objektif

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pertama kali yaitu

dengan melakukan pemeriksaan umum yang meliputi keadaan

umum klien, kesadaran klien, tanda-tanda vital pasien seperti

tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan, pemeriksaan payudara,

paru-paru dan jantung. (Prawirohardjo, 2016).

Pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan status present

dilakukan mulai dari muka sampai kaki. Pada pemeriksaan

tersebut, perubahan yang paling menonjol ada pada abdomen

terlihat perut membesar seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan (Prawirohardjo, 2016).

Pemeriksaan status obstetri yaitu dimulai pada wajah ibu

apakah terlihat pucat, adanya pembengkakan pada wajah, terdapat

cloasma gravidarum atau tidak. Keadaan payudara pasien apakah


13

terjadi hiperpigmentasi areola, puting menonjol dan payudara

membesar atau tidak. Pada abdomen apakah terlihat ada luka bekas

jahitan, linea nigra, striae gravidarum atau tidak. Pemeriksaan pada

vulva apakah terdapat varises atau tidak. Status obstetri juga

dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan palpasi di payudara

ibu tujuannya untuk mendeteksi dini adanya penyakit

(Prawiroharjo, 2016).

Pemeriksaan palpasi pada abdomen dengan palpasi leopold,

leopold pertama menentukan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)

pada bagian abdomen untuk menentukan umur kehamilan

berdasarkan minggu dan hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil

pemeriksaan anamnesia hari pertama haid terakhir (HPHT) dan

kapan gerakan janin mulai dirasakan. Leopold kedua untuk

menetapakan punggung janin terdapat di kanan atau kiri perut ibu,

kemudian leopold ketiga untuk menetapkan bagian apa yang

terdapat diatas simphisis pubis apakah kepala atau kaki janin,

selanjutnya leopold keempat untuk menetapkan bagian terendah

janin yang masuk ke pintu atas panggul (PAP), apabila bagian

terendah bawah sudah masuk PAP telah melampaui lingkaran

terbesarnya maka tangan tangan pemeriksa divergen sedangkan

apabila belum masuk PAP tangan pemeriksa konvergen (Manuaba,

2018).
14

Salah satu pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan

laboratorium ada pemeriksaan Hb, urine protein dan urine reduksi,

golongan darah serta gula darah. Pemeriksaan Hb dilakukan secara

rutin selama kehamilan untuk mendeteksi anemia (Prawiroharjo,

2016).

Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan

mengakibatkan penurunan Hb secara progesif sekitar minggu ke 30

yang secara fisiologis masih dianggap normal. Pemeriksaan Hb

dilakukan minimal 2x selama kehamilan yaitu trimester I dan

trimester III. Pada standar pelayanan kebidanan yang keenam

membahas tentang pengelolaan anemia pada kehamilan yang

bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini

dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi

anemia sebelum proses persalinan. Selain menggunakan metode

Sahli pemeriksaaan HB dapat pula dilakukan dengan menggunakan

kertas Talquis (Rukiyah dan Yulianti, 2017).

Pemeriksaan protein urine, dilakukan untuk mengetahui

adanya pre eklamsia pada ibu hamil. Pemeriksaan protein urine

adalah pemeriksaan protein dengan menggunakan asam asetat 5%

dan apabila setelah dipanaskan urine menjadi keruh berarti ada

protein dalam urine. Standar kadar keluhan protein urine adalah

yaitu jika urine jernih maka urine protein negatif (Rukiyah dan

Yulianti, 2017).
15

2. Interpretasi Data

Untuk menentukan diagnosa kehamilan yang dilakukan

menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan

sehingga bisa menegakan diagnosa atau masalah. Merumuskan

analisa mulai dari nama ibu kemudian GPA (Gestasi, Paritas,

Abortiom) umur ibu, usia kehamilan dengan penulisan Ny… G P A

Usia… tahun usia kehamilan… minggu (Mangkuji, dkk, 2012).

3. Menyusun Rencana Asuhan

Merencanakan asuhan yang menyeluruh meliputi hasil

indentifikasi dari klien dan masalah yang ditemukan, komponen

dalam asuhan ini meliputi pengobatan, pendidikan kesehatan, dan

pemeriksaan lanjutan (Subiyatin,2017). Perencanaan yang akan

diberikan yaitu pemeriksaan secara keseluruhan pada ibu hamil

Trimester III, memberikan pendidikan kesehatan tentang

ketidaknyamanan yang dialaminya berupa nyeri punggung merupakan

hal yang umum terjadi pada kehamilan Trimester III, dan

merencanakan pemberian informasi P4K.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan merupakan tindakan yang harus dilakukan

sesuai rencana yang sudah disusun sebelumnya. Dalam melakukan

tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali tidak dilaksanakan

(Subiyatin, 2017).
16

Melakukan pemeriksaan pada ibu dan janin meliputi

pemeriksaan TTV (Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Respirasi), berat

badan, pemeriksaan leopold, pengukuran tinggi fundus uteri,

mendengar DJJ, memberikan pendidikan kesehatan tentang keluhan

nyeri punggung yang dialami ibu. Menurut Varney (2016) bahwa hal

ini umum terjadi pada kehamilan Trimester III karena berat rahim

yang membesar, membungkuk berlebihan, berjalan tanpa istirahat,

dan angkat beban (Agrippina et al., 2017).

Endorphin Massage adalah sebuah terapi sentuhan atau

pijatan ringan yang penting dilakukan ibu hamil pada masa prenatal.

Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan hormon

endorphin yang merupakan pereda nyeri dan dapat menimbulkan

perasaan nyaman. Endorphin massage ini sebaiknya dilakukan oleh

ibu beserta suami pada saat usia kehamilan di atas 36 minggu, karena

hormon oksitosin telah keluar sehingga dapat merangsang terjadinya

kontraksi. Terapi ini juga mendukung terapi relaksasi untuk

membentuk ikatan ibu, suami, dan bayi dalam kandungan.

Endorphine massage dilakukan kurang lebih 30 menit, pelaksanaanya

dapat dilakukan ketika duduk maupun berbaring. Caranya yaitu

usahakan suami berada di samping ibu, kemudian tarik nafas secara

perlahan dan hembuskan dengan perlahan sambil memejamkan mata.

Lalu, minta suami untuk mengelus permukaan kulit pada lengan ibu

dengan lembut menggunakan jari tangan suami. Dimulai dari lengan


17

atas kemudian turun hingga pada lengan bawah. Lakukan hal ini

secara perlahan dan lembut, dan ganti pada tangan lainnya setelah

beberapa menit. Hal ini dapat dilakukan pada bagian tubuh lainnya

seperti bahu, punggung, leher, dan juga paha. (Novita, Wita & Desy,

2020).

Memberikan infomasi kepada ibu tentang Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Selama adanya Covid-

19, pemeriksaan kehamilan disarankan untuk membuat janji terlebih

dahulu agal tidak menunggu lama. Pengisisa stiker Program

Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dipandu

bidan melalui media komunikasi. Ibu hamil wajib memperlajari buku

KIA dan diterapkan dikehidupan sehari-hari. Termasuk memantau

dirinya dan Gerakan janin, jika dirasa terdapat tanda bahaya maka

segera melakukan pemeriksaan ke tenaga Kesehatan. Ibu harus

mengonsumsi makanan yang bergizi, senam ibu hamil atau yoga dan

menjaga kebersihan diri. Ibu hamil wajib meminum tablet tambah

darah sesuai dosis yang diberikan oleh bidan (Kemenkes RI, 2020).

Adanya stiker di depan rumah semua penduduk desa untuk

mengetahui dan diharapkan membantu menyelamatkan ibu hamil dan

melahirkan dengan persiapan taksiran persalinan, tempat persalinan

yang sesuai, pendamping saat persalinan, transportasi yang akan

digunakan, dan calon pendonor darah. Persiapan ini dapat mencegah


18

komplikasi sehingga ibu mendapatkan pertolongan segera (Himalaya

& Maryani, 2020).

5. Evaluasi

Langkah terakhir adalah evaluasi, dilakukan untuk menilai

keefektifan asuhan yang diberikan apakah sudah mampu mengurangi

masalah dan keluhan ibu. Recana tersebut bisa dianggap efektif jika

memang tepat dan terbukti memberikan dampak yang signifikan

dalam pelaksanaannya, namun juga ada kemungkinan Sebagian

rencana asuhan yang belum efektif. Mengingat bahwa proses

manajemen asuhan ini merupakan suatu yang kontinu maka perlu

mengulang Kembali rencana asuhan yang belum efektif (Sulfianti et

al, 2020).

B. Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan atau hampr cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Persalinan dianggap normal pada kehamilan cukup bulan (aterm,

37-42 minggu), pada janin letak memanjang presentasi belakang yang

disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran berakhir


19

dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan pertolongan buatan dan

tanpa komplikasi (Sulfianti, dkk 2020).

1. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala 1

a. Data Subjektif

Keluhan yang biasanya dialami oleh ibu seperti keluar

cairan dari jalan lahir, terdapat lendir bercampur darah, his yang

semakin sering, adanya rasa nyeri yang menjalar dari punggung

sampai perut bagian depan. Hal ini sesuai dengan teori Yuni

&Widi (2018), dimana kala I fase aktif ditandai dengan adanya

kontraksi yang adekuat, serviks yang membuka dari 4 ke 10,

terjadinya penurunan bagian terbawah janin, dan biasanya

berlangsung selama 6 jam (Saputri, Rosita, & Dewi, 2020).

b. Data Objektif

Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan

berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap ibu yaitu pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain

(Utami & Fitriahadi, 2019). Pada ibu bersalin kala I dilakukan

pemeriksaann TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi), leopold,

denyut jantung janin, kontraksi, dan dilakukan pemeriksaan dalam

(vaginal toucher) untuk mengertahui pembukaan serviks, kulit

ketuban, dan penurunan kepala. Pada kala I proses ini memakan

waktu sekitar 18-24 jam, dibagi menjadi 2 tahap yaitu fase laten (8

jam) dari pembukaan 0-3cm, dan fase aktif (7jam) dari pembukaan
20

4-10cm. Dalam fase aktif dibagi menjadi 3 tahapan lain yaitu fase

akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3-4cm, fase

dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4-9cm, dan terakhir fase deselerasi,

dimana pembukaan menjadi lambat dimana dalam waktu 2 jam

pembukaan 9-10cm (Utami & Fitriahadi, 2019).

c. Analisa

Penentuan diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan data

dasar yang sudah dikumpulkan dari hasil pengkajian kepada pasien

selanjutnya diinterprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa

dan masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa

yang dibuat oleh bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi

standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan (Subiyatin,

2017). Diagnosa kebidanan ibu hamil yaitu Ny.T umur 26 tahun

G2P1A0 usia kehamilan 26 minggu, janin tunggal, hidup, intra

uterine, preskep, puki/puka, inpartu kala I fase aktif/laten.

d. Penatalakasanaan

Penatalaksanaan asuhan persalinan pada kala I diawali

dengan memberikan informasi kepada ibu tentang hasil

pemeriksaan. Memberikan informasi kepada ibu cara mengatasi

keluhan yang dirasakan ibu. Memberikan anjuran pada ibu tidur

miring ke kiri untuk mempercepat penurunan kepala janin.

Mengajarkan pada ibu cara meneran yang benar yaitu saa ada
21

kontraksi dagu ditempelkan ke arah 23 dada, kaki ditekuk ke arah

dada, tangan memegang tungkai kaki, kencangkan oto perut dan

mulai mengejan seperti BAB. Memberi tahu keluarga untuk

menemani ibu dan memberikan dukungan pada ibu. Menyiapkan

partus set, bahan habis pakai, dan obat esensial untuk proses

persalinan. Melakukan observasi kemajuan persalinan (Ririn,

2021).

Memberitahu ibu untuk mengurangi rasa nyeri ketika

kontraksi dengan melakukan teknik relaksasi yang benar yaitu

mengambil nafas panjang dan minta suami untuk mendampingi

sehingga ibu dapat merasa sedikit lega dan lebih tenang dalam

menghadapi proses persalinan. Menurut Hilmansyah dalam

(Puspitasari, 2019) bahwa dukungan yang baik akan membantu ibu

mengurangi rasa sakit yang harus mereka alami. Dukungan suami

akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan menikmati setiap

proses persalinan, semakin rileks ibu maka tidak lagi fokus pada

nyeri persalinan. Selain itu dukungan suami dapat diekspresikan

dalam berbagai cara seperti menenangkan istri, membelainya,

memotivasi istri untuk menjalani proses persalinan (Podungge,

2020).

Intensitas nyeri kala I fase aktif pada ibu bersalin dapat

diberikan kompres hangat pada punggung bagian bawah untuk

mengurangi nyeri. Menurut Sulistiawati, Fitri & Desi tahun (2020),


22

kompres hangat pada kelompok intervensi suhu 50°C-60°C lebih

efektif dari pada kompres hangat pada kelompok dengan suhu

46°C-51,5°C. Kompres hangat dilakukan dengan cara memasukkan

air kedalam kantong kompres dengan suhu 50°C-60°C,

pengompresan dilakukan selama 20 menit pada daerah punggung

sehingga nyeri yang dirasakan dapat dihambat. Panas yang

ditimbulkan meningkatkan sirkulasi darah ke area tersebut

sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh

tekanan.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada

primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam (Marmi,

2016). Saat kala II ibu dianjurkan mengejan dengan posisi baring

miring kiri untuk mempercepat penurunan kepala janin. Selain itu,

berdasarkan hasil penelitian (Aisyah, 2015), posisi berbaring miring

kekiri memberikan kemudahan bagi ibu untuk istirahat diantara

kontraksi jika ibu mengalami kelelahan, dan mengurangi risiko

terjadinya laserasi perineum (Sukarta & Rosmawaty, 2019).

a. Data Subjektif

Keluhan yang biasanya dialami oleh ibu pada persalinan

kala II yaitu ibu mengatakan ingin meneran. Hal ini sesuai dengan

teori menurut Yuni & Widi (2018) dimana kala II adalah tahap
23

yang dimulai ketika serviks dengan pembukaan lengkap 10cm dan

berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin, lama kala II adalah

50 menit untuk primigravida dan 30 menit untuk multigravida, dan

ditandai dengan adanya dorongan untuk meneran, adanya tekanan

pada spinter anus, adanya dorongan untuk meneran, vulva

membuka, kepala turun ke dasar panggul, ibu merasa ingin buang

air besar (Saputri, Rosita, & Dewi, 2020).

b. Data Objektif

Pada persalinan kala II data objektif diperoleh dengan

melakukan pemeriksaan umum yang terdiri dari keadaan umum,

kesadaran, dan TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi),

pemeriksaan dalam untuk menilai keadaan serviks, efficement,

kulit ketuban, presentasi, dan menghitung DJJ (Yulizawati et al,

2019).

Selain itu, observasi langsung apakah ditandai dengan

adanya dorongan untuk meneran, adanya tekanan pada spinter

anus, perineum menonjol, vulva membuka, kepala turun kedasar

panggul, dan ibu merasa ingin buang air besar (Saputri, Rosita, &

Dewi, 2020).

c. Analisa

Diagnosa pada kala II ditegakkan atas dasar hasil

pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah

lengkap dan terlihat bagian kepala janin pada interoitus vagina atau
24

sudah tampak di vulva. Berdasarkan data subyektif dan obyektif,

maka diagnosa kebidanan dirumuskan menjadi Ny… G… P… A…

umur… tahun hamil… 22 minggu, janin tunggal, hidup intrauteri,

letak membujur, preskep, puka/puki, konvergen, inpartu kala II

(Handayani & Triwik, 2017).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan manajemen aktif kala II mengacu pada 60

Langkah APN dengan cepat dan tepat yaitu dengan mengenali

gejala dan tanda kala II. Langkah selanjutnya adalah memastikan

kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan sesuai untuk

menolong persalinan, memakai celemek, melepaskan perhiasan

yang dipakai kemudian cuci tangan dan memakai sarung tangan

DTT, lalu memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik

menggunakan teknik one hand (Diana, 2019).

Menurut Azizah (2017) salah satu asuhan sayang ibu pada saat

proses persalinan adalah memilih posisi mengejan yang nyaman, biarkan

ibu memilih posisi sesuai keinginannya karena akan memberi banyak

manfaat termasuk lebih sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama

kala II yang lebih singkat, laserasi yang lebih sedikit, dan nilai APGAR

score yang lebih baik pada bayi. Pada saat persalinan, bidan dapat

memberikan asuhan dengan mengajarkan kepada ibu untuk melakukan

teknik mengejan yang benar yaitu pada saat terjadi kontraksi ibu

dianjurkan unruk mengikuti dorongan secara alami dan tidak menahan

pernapasannya (Sukarta & Rosmawaty, 2019).


25

Pada saat menolong persalinan kala II, ibu dianjurkan untuk

mencoba posisi yang nyaman selama persalinan karena akan

memudahkan bidan untuk melahirkan bayi. Pada penelitian yang

dilakukan oleh (Simbolon, Pangaribuan, & Sinaga, 2020) terdapat

perbedaan efektivitas lama kala II posisi setengah duduk dan

miring kiri . Lama kala II pada posisi setengah duduk adalah 26,87

menit, sedangkan lama kala II posisi miring kiri adalah 23,60

menit. Posisi miring kiri sendiri mempunyai keuntungan

memberikan rasa santai pada ibu untuk mengeluarkan bayinya.

Karena ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran, juga

membantu perbaikan oksiput yang melintang untuk berputar posisi

menjadi oksiput anterior dan memudahkan ibu untuk istirahat

diantara kontraksi jika mengalami kelelahan. Tak hanya itu, posisi

miring kiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior

sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia

karena suplay oksigen tidak terganggu, juga dapat mencegah

terjadinya laserasi/robekan pada jalan lahir.

Dalam kondisi pandemi harus dilakukan upaya untuk

meminimalkan jumlah anggota staf yang memasuki ruangan dan

unit harus mengembangkan kebijakan lokal yang menetapkan

personil yang ikut dalam perawatan. Hanya satu orang

(pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani pasien. Orang

yang menemani harus diinformasikan mengenai risiko penularan


26

dan mereka harus memakai APD yang sesuai saat menemani

pasien. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi

Standar Contact dan Droplet Precautions termasuk menggunakan

APD level 2 (penutup kepala, goggles, face shield, masker N95,

handscone, aprone, alas kaki) yang sesuai dengan panduan PPI

(Wantania, 2020). Ruptur perineum merupakan robekan yang

terjadi pada saat proses persalinan. Menurut Evi, Susilorini, dan

Amalia, (2017) hubungan teknik meneran dengan kejadian ruptur

perineum pada primigravida, bahwa pada ibu primigravida yang

bersalin mengalami ruptur perineum karena teknik meneran yang

salah.

Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan

PDP atau konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya,

dan apabila memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko

penularan sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah

teratasi. Apabila operasi tidak dapat ditunda maka operasi sesuai

prosedur standar dengan pencegahan infeksi sesuai standar APD

lengkap (googles, masker N95, handscone cover all jumpsuits,

boots) (Erna, 2020).

3. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Marni, 2016).


27

a. Data Subyektif

Data Subjektif merupakan pernyataan atau keluhan dari

yang berupa pendokumentasian dan pengumpulan data kelien

melalui anamesa. Ibu merasa bahwa mengeluarkan semburan darah

dari jalan lahir. Terdapat semburan darah mendadak. Dilanjut

dengan pengkajian data melalui data objektif (Muchtar, 2014)

b. Data Objektif

Pada tahapan ini dilakukan observasi terdapat tanda

pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah, uterus yang

globuler, tali pusat memanjang, dan TFU setinggi pusat (Saputri,

Rosita, & Dewi, 2020).

Pada kala III, otot rahum berkontraksi akibat mengecilnya

ukuran rongga rahim setelah bayi lahir. Pengurangan ukuran ini

menyebabkan penurunan tempat perlekatan plasenta. Saat tempat

perlekatan menjadi lebih kecil, sementara ukuran plasenta tetap

tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian

terpisah dari dinding rahim. Setelah terpisah, plasenta bergerak

turun ke bagian bawah rahim atau vagina (Yulizawati et al, 2019).

c. Analisa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dibuat oleh bidan

dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata

nama) diagnosis kebidanan (Subiyatin, 2017). Diagnosa kebidanan

ibu hamil yaitu Ny… umur … tahun P..A.. Inpartu Kala III.
28

d. Penatalaksanaan

Melakukan manajemen aktif kala III dengan menjepit dan

menggunting tali pusat. Melakukan MAK III yaitu memberikan

oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus, suntik oksitosin 10

intra unit (IU) secara IM di sepertiga bawah dan laternal paha.

Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), lalu

melahirkan plasenta dan melakukan Masase uterus kurang lebih 15

detik (JNPK-KR,2016).

Penundaan penjepitan tali pusat satu sampai tiga menit

dapat mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan

cadangan zat besi sampai usia enam bulan. Hal ini telah dibuktikan

dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustini dan Roeslani (2016)

yang mengatakan bahwa penundaan penjepitan tali pusat dapat

mencegah anemia pada bayi baru lahir.

IMD yaitu bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Dengan meletakkan bayi baru lahir tengkurap di dada ibu dalam

waktu minimal 1 jam hingga menimbulkan kontak kulit ibu dan

kulit bayi sampai dapat menyusu sendiri, hentakan kepala bayi ke

dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu dan sekitarnya,

emutan dan jilatan bayi pada putting ibu merangsang pengeluaran

hormon oksitosin, dimana hormon oksitosin membantu uterus

berkontraksi sehingga membantu mempercepat pelepasan dan

pengeluaran ari-ari (placenta) dan menurunkan resiko pendarahan


29

pasca persalinan serta mempercepat kembalinya uterus ke bentuk

semula hormon oksitosin juga merangsang produksi hormon lain

yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya,

meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia (Qonitun

& Novitasari, 2018).

3. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala IV

Pemantauan kala IV setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan

setia 30 menit setiap 1 jam kedua. Pemeriksaan pada pengawasan kala

IV persalinan meliputi pemeriksaan keadaan umum, tekanan darah,

pernapasan, suhu, nadi, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah

darah. Penjahitan perineum dilakukan jika ada robekan dan adanya luka

episiotomi, guna mencegah kehilangan darah yang tidak perlu,

kewenangan bidan pada laserasi grade 1 dan 2, berikut derajat laserasi

perineum dan vagina (Muchtar, 2014).

a. Data Subjektif

Pada persalinan kala IV, pasien mengetahui bahwa ari-ari

sudah lahir, perutnya terasa mules, ibu merasa lelah dan capek,

namun bahagia karena kelahiran anaknya secara normal (JNPK-

KR, 2016).

b. Data Objektif

Setelah plasenta lahir diberikan asuhan diantaranya periksa

TTV (tekanan darah, nadi, dan pernapasan, suhu), kontraksi uterus,

kandung kemih, robekan perineum, dan lochea. Robekan perineum


30

dapat disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat

badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya,

riwayat persalinan (Prawirohardjo, 2016).

c. Analisa

Diagnosa kebidanan ditegakkan oleh profesi bidan dalam

praktik kebidanannya dan memenuhi tata nama diagnosis

kebidanan (Subiyayin, 2017). Setelah mengumpulkan data

subyektif dan data obyektif, langkah selanjutnya menentukan

diagnosa menggunakan nomenklatur. Penulisan Analisa yaitu

Ny… umur … tahun P..A.. tahun inpartu kala IV.

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asuhan kala IV yaitu dilakukannya

pemantauan kontraksi uterus, perdarahan, nadi, tinggi fundus

uterus, kontraksi uterus, dan kandung kemih pada 1 jam pertama

setiap 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan pemantauan setiap

30 menit pada jam kedua (Podungge, 2020).

Kejadian rupture perineum sering terjadi pada kala IV

persalinan. Pemberian zinc merupakan salah satu cara untuk

membantu penyembuhan luka perineum karena zinc merupakan

mineral utama yang dibutuhkan tubuh untuk penyembuhan luka.

Zinc berperan dalam sintesa protein dan degradasi kolagen

pembentukan kulit, metabolism jaringan ikat dan penyembuhan

luka serta proses perkembangan sel-sel tubuh. Sehingga pemberian


31

zinc dapat menekan kejadian rupture perineum (Kartikasari,

Nikmawati, Pujiastuti, 2021). Selama pandemi COVID-19 semua

proses persalinan menggunakan APD level 2 yaitu penutup kepala,

kacamata/google, masker N95, face shield, sarung tangan,

apron/gown, dan sepatu boot (Kemenkes RI, 2020).

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Purperium yaitu

kata pur yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium artinya

berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum

sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara

pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Rini &

Susilo,2017).

1. Masa nifas 6 jam – 2 hari (KF 1)

a) Data Subjektif

Data Subjektif merupakan data yang diperoleh dari

pernyataan maupun keluhan pasien. Pengkajian ini berisi kumpulan

data melalui anamnesa yang diperoleh dari pasien, suami, atau

keluarga meliputi identitas umum, keluhan utama atau alasan

berkunjung, riwayat kesehatan, riwayat menstruasi, riwayat dan


32

status obstetrik, riwayat persalinan, riwayat perkawinan, riwayat

KB, pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, riwayat alergi,

kebiasaan yang kurang baik, dan tingkat pengetahuan pasien

(Wahyuningsih & Tyastuti, 2016). Pada pemantauan 6 jam,

biasanya ibu masih merasakan sedikit nyeri pada perineum.

b) Data objektif

Data obyektif diperolehkan dengan melakukan pemeriksaan

pada ibu meliputi TTV (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah) dan

dilakukan pemeriksaan fisik yaitu keadaan payudara (simetris atau

tidak, ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol atau lecet

atau tidak), pemeriksaan abdomen (uterus dan kandung kemih),

pemeriksaan genetalia (lochea, keadaan perineum, anus, keadaan

ekstremitas) dan pemeriksaan penunjang (Maryunani,2016).

c) Analisa

Diagnosa pada masa nifas 6 jam dapat ditentukan setelah

pengumpulan data subyektif dan obyektif. Dilanjut dengan

menentukan masalah dan kebutuhan ibu. Contoh Diagnosa : nama,

umur, P... A... 6 jam post partum fase taking in (Maryunani 2016).

d) Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada ibu nifas 6-8 jam yaitu

mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri,

mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika

perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah


33

satu anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, memberikan ASI awal, menjaga bayi tetap

sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi, menganjurkan

ibu untuk melakukan early ambulation dan bounding attachment.

Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi

setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang

merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus.

Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan

terbentuk ikatan batin antara orang tua dan bayinya (Maryunani,

2016).

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Erawati, Wiwin, Handayani (2017) yang

mengatakan bahwa keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh

dukungan suami. Keluarga dan suami diharapkan dapat

memberikan partisipasi psikologi terutama pada perubahan fisik

dan emosional ibu menyusui, misalnya dengan memberikan

perhatian dan kasih sayang, mendorong ibu agar memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan.

Pemeriksaan kehamilan pertama kali di era pandemi

COVID-19 disarankan untuk membuat janji dengan dokter

terlebih dahulu agar tidak menunggu lama. Pengisian stiker

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) dipandu bidan melalui media komunikasi. Kelas ibu hamil


34

ditunda atau dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol

kesehatan (Kemenkes RI, 2020).

2. Masa Nifas 3-7 hari/KF 2

a) Data subjektif

Melakukan pengkajian meliputi keluhan yang dirasakan ibu

saat ini, pada tahap nifas ini ibu sedang berada di fase taking hold,

dimana ia mulai belajar untuk melakukan perawatan kepada

bayinya. Periode ini biasanya berlangsung selama 3-10 hari. Pada

masa ini ibu menjadi sensitive, sehingga membutuhkan bimbingan

untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu (Azizah & Rosyidah,

2019).

b) Data Objektif

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi keadaan umum ibu,

tanda-tanda vital, pemeriksaan payudara (kekenyalan, suhu, warna

merah, nyeri puting atau pecah-pecah pada ujungnya), pemeriksaan

abdomen (tinggi fundus uteri, kekokohan, kelembutan), lochea

(warna, banyak, bau, bekuannya), perineum (nyeri, edema,

peradangan, jahitan, pus atau nanah, infeksi) dan tungkai atau betis

(tanda-tanda homan, gumpalan darah pada otot yang menyebabkan

nyeri) (Maryunani, 2016).

c) Analisa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dibuat oleh

bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur


35

(tata nama) diagnosis kebidanan (Subiyatin, 2017). Diagnosa

kebidanan ibu hamil yaitu Ny… umur … tahun P..A.. 6 hari post

partum fase taking hold

d) Penatalaksanaan

Asuahan yang diberikan adalah memastikan proses

involusi uterus berjalan normal (ditandai dengan uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal dan tidak berbau), menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal (Maryunani, 2016).

Menurut Sabrina (2018) sebelum dilakukan mobilisasi dini

ibu nifas belum mengalami penurunan TFU (Tinggi Fundus Uteri),

setelah dilakukan mobilisasi dini ibu akan mengalami penurunan

TFU secara bertahap dan mengembalikan organ-organ ke bentuk

semula seperti sebelum hamil, mobilisasi dini akan memperlancar

pengeluaran lochea sehingga dapat mempercepat penurunan TFU

atau involusi uteri. Involusi uterus adalah peristiwa kembalinya

uterus pada kondisi sebelum hamil. Memastikan ibu mendapatkan

nutrisi yang cukup, memberikan konseling tentang asuhan pada

bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

perawatan bayi sehari-hari, mengajarkan ibu personal hygiene yang

baik dan benar, perawatan luka perineum, memastikan ibu

menyusui bayinya dengan baik (Maryunani, 2016).


36

Asuhan selanjutnya yaitu mengajari ibu pijat oksitosin

dapat meningkatkan produksi asi, pijat ini dilakukan dengan cara

memposisikan ibu senyaman mungkin, memberikan pijatan pada

kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan ibu jari, memijat

dengan gerakan melingkar, memijat kembali sisi tulang belakang

ke arah bawah sampai sebatas dada sampai tulang belikat dengan

durasi waktu 3-5 menit atau sampai ibu merasa nyaman sesuai

dengan penelitian. Pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi

hormon oksitosin (PKRS RSU, 2018). Oksitosin bekerja memacu

refleks pengeluaran ASI atau refleks oksitosin yang disebut juga

Let Down Reflex (LDR). Pijat oksitosin selain bermanfaat untuk

merangsang hormon oksitosin juga bermanfaat untuk membuat ibu

rileks, lebih nyaman, mengurangi kelelahan setelah melahirkan

(Ani, Novita & Septalia, 2017).

3. Masa nifas 8 Hari – 28 hari/KF 3

a) Data Subjektif

Masa nifas ini biasanya ibu mengatakan sudah merasa

segar, sudah terbiasa merawat bayinya dan sudah bisa melakukan

aktifitas sehari-hari walaupun masih dibantu keluarga. Ibu

mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi minum ASI dengan

kuat (Maryunani, 2016).


37

b) Data Objektif

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu meliputi kesehatan atau

keadaan umum ibu, tanda-tanda vital , pemeriksaan payudara

(kekenyalan, suhu, warna merah, nyeri puting atau pecah-pecah

pada ujungnya), pemeriksaan abdomen (tinggi fundus uteri,

kontraksi uterus), lochea (warna, banyak, bau, bekuannya),

perineum (edema, peradangan, jahitan, pus atau nanah), dan

tungkai atau betis (tanda-tanda homan, gumpalan darah pada otot

yang menyebabkan nyeri) (Maryunani,2016).

c) Analisa

Diagnosis pada masa nifas kunjungan kedua dapat

ditentukan setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, masalah

dan kebutuhan ibu juga telah dikaji. Contoh diagnosis: Nama,

umur, P… A… 5 hari postpartum fase ….. (Sulfianti dkk, 2021).

d) Penatalaksanaan

Fokus asuhan nifas yaitu memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, jaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari, penyulit dalam proses menyusui, ibu

mendapatkan makanan, minuman dan istirahat yang cukup, tidak

ada tanda-tanda infeksi, atau perdarahan abnormal, involusi uterus,

dan kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan abnormal

(Maryunani, 2016). Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui

meningkat 25% yaitu untuk memproduksi ASI dan memenuhi


38

kebutuhan cairan yang meningkat 3 kali dari biasanya. Ibu

menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan

ibu untuk minum setiap kali menyusui). Keberhasilan pemberian

ASI eksklusif juga di pengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai

manfaat ASI.

3. Masa nifas 29 Hari – 42 hari/KF 4

a) Data Subjektif

Ibu nifas pada masa ini, sudah terbiasa dengan peran

barunya sebagai orang tua yang terlatih mulai dari menjaga

kebersihan, kesehatan diri dan bayinya serta melakukan

aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan orang lain ( Febi, dkk.

2020).

b) Data Objektif

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik pada

ibu meliputi kesehatan atau keadaan umum ibu, tanda-tanda vital

(TTV), pemeriksaan payudara (kekenyalan, suhu, warna merah,

nyeri puting atau pecah-pecah pada ujungnya), pemeriksaan

abdomen (tinggi fundus uteri, kontraksi uterus), lochea (warna,

banyak, bau, bekuannya), perineum (edema, peradangan, jahitan,

pus atau nanah), dan tungkai atau betis (tanda-tanda homan,

gumpalan darah pada otot yang menyebabkan nyeri)

(Maryunani,2016).
39

c) Analisa

Diagnosis pada masa nifas kunjungan kedua dapat

ditentukan setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, masalah

dan kebutuhan ibu juga telah dikaji. Contoh diagnosis: Nama,

umur, P… A… 8 minggu postpartum fase …… (Sulfianti dkk,

2021).

d) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan masa nifas periode ini yaitu dengan

memberikan konseling pada ibu nifas untuk menggunakan alat

kontrasepsi secara dini. Menganjurkan ibu untuk memilih alat

kontrasepsi yang tepat.Banyak cara untuk KB misalnya kontrasepsi

yang aman dan tidak mengandung hormon, digunakan untuk ibu

menyusui yaitu MAL (Metode Amenorea Laktasi) yaitu dengan

cara sesering mungkin. Ibu harus menyusui bayi secara eksklusif,

yang berarti penuh atau hampir penuh selama 24 jam dalam sehari

termasuk malam hari. Ibu harus menyusui bayi selama 8 kali sehari

atau lebih, biasanya sebanyak 10-12 kali dalam sehari. Hindari

jarak antar menyusui lebih dari 4 jam. Bayi harus menghisap

payudara ibu secara langsung. Angka kegagalan MAL adalah 1

dari 100 kehamilan dalam 6 bulan pasca persalinan. Memberikan

pengetahuan kepada ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif untuk

mengurangi pemberian kegagalan ASI eksklusif. Hal ini sesuai

dengan penelitian Astuti (2018) bahwa pengetahuan ibu yang


40

kurang mengenai ASI eksklusif adalah salah satu faktor utama

yang menyebabkan kegagalan memberikan ASI eksklusif.

Ibu yang sering memberikan ASI masa infertilitas lebih

lama tetapi kesuburan tidak dapat diperkirakan, mini pil, suntik

progestin, implan, dan IUD (Intra Uterine Device) Unmet Need

KB adalah pasangan usia subur yang ingin menunda anak atau

tidak ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan alat atau cara

kontrasepsi apapun. Mengetahui hubungan antara pengetahuan istri

dan dukungan suami terhadap kejadian unmet need KB. Mini pil,

suntik progestin dan implant adalah kontrasepsi hormonal yang

hanya mengandung progesteron, sehingga pada masa laktasi atau

menyusui aman untuk digunakan karena tidak berpengaruh pada

produksi ASI. IUD merupakan jenis kontrasepsi non hormonal

sehingga tidak mempengaruhi proses laktasi yang berjangka

panjang. Menganjurkan ibu untuk sesegera mungkin ber KB

setelah 6 minggu postpartum (Maryunani, 2016).

Menurut penelitian Sari (2020) suami berperan penting

dalam menentukan kontrasepsi yang akan dipakai sebagai aplikasi

program KB yaitu dengan berdiskusi untuk menggunakan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti implant atau IUD dan

kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik.Memberitahu ibu

mengenai imunisasi dasar yang wajib diberikan untuk bayi, hal ini

harus diberitahukan kepada ibu karena tingkat pengetahuan ibu


41

mengenai imunisasi dasar lengkap pada bayi mempengaruhi

keberhasilan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Memberikan

pendidikan kesehatan tentang KB pada ibu.

D. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi baru lahir

Bayi baru lahir disebut juga neonatus, neonatus adalah individu

yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri

dari kehidupan intrauterinr ke kehidupan reksrauterine. Selain itu,

neonatus adalah indicidu yang sedang bertumbuh. (Sembiring, 2019).

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan empat

minggu atau 28 hari sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau

berumur 0 sampai dengan usia satu bulan sesudah lahir. Masa neonatus

terdiri dari neonatus dini yaitu bayi berusia 0-7 hari, dan neonatus lanjut

yaitu bayi berusia 7-28 hari (Kemenkes RI, 2020).

Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2 bulan. Pada usia ini, bayi

sangatlah rentan terserang penyakit. Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana

bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang

datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga

kesehatan pada saat kunjungan neonatal. Manajemen Terpadu Bayi Muda

(MTBM) diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga

bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu

yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.


42

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24

jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28 hari setelah melahirkan (Kemenkes RI, 2020).

Catatan perkembangan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir

adalah sebagai berikut:

1) Kunjungan Neonatus 6-48 jam (KN 1)

a) Data Subyektif

Data subyektif diperoleh dari anamnesa pada ibu maupun

pada anggota keluarga. Pengkajian yang dilakukan yaitu meliputi

pemenuhan kebutuhan dasar seperti pola minum (berapa frekuensi

bayi menyusu), BAK dan BAB, pola tidur. Dalam pola minum

yang dikaji apakah bayi sudah dapat menghisap dan sesuaikan

dengan kehendak bayi atau keinginan bayi setiap 2-3 jam (paling

sedikit 4 jam), pola BAK yang dikaji frekuensi (4-5X dalam

sehari), warna jernih kekuningan , pola BAB dengan konsistensi

(lunak), warna (kuning), untuk pola tidur (16jam dalam sehari)

(Marmi, 2018).

b) Data Obyektif

Data Objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan meliputi pemeriksaan fisik

bayi baru lahir dengan melakukan pengukuran antropometri,

pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan sistem organ dari kepala

hingga kaki. Dengan karakteristik frekuensi jantung

120-160x/menit, RR 30-60 x/menit, tidak ada pernafasan cuping


43

hidung maupun retraksi dinding dada, dan bayi bisa BAK dan

BAB (Sinaga, 2017).

c) Analisa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dibuat oleh

bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

(tata nama) diagnosis kebidanan (Subiyatin, 2017). Diagnosa

kebidanan bayi baru lahir adalah mulai dari nama bayi, umur bayi,

normal atau tidak dengan penulisan analisa By. Ny … umur …

fase …

d) Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan sebelum bayi pulang kerumah

adalah memberi pendidikan kesehatan pada ibu untuk memberikan

ASI sesuai kebutuhan bayi yaitu tiap 2-3 jam sekali dan bergantian

antara sebelah kanan mauun kiri (on demand), menjaga kebersihan

dengan segera mengganti popok apabila basah, dan menjelaskan

kepada ibu dan keluarga bahwa bayinya dan kondisi sehat dan

normal (Sinaga, 2017). Tak hanya itu, menurut Kemenkes KN 1

penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi

pernapasan, warna kulit, keaktifan gerakan, berat badan, panjang

badan, lingkar lengan, lingkar dada, serta pemberian salep mata,

vitamin K, dan hepatitis B (Rohana, 2020).


44

2) Kunjungan Neonatus 3 hari-7 hari (KN 2)

a) Data Subyektif

Pengkajian data subyektif didapatkan dari ibu, suami,

keluarga, atau yang mengantar bila rujukan dari bidan, dukun,

maupun lainnya terkait kondisi bayi dan menanyakan pemberian

ASI pada bayinya. Biasanya bayi umur 6 hari sudah mulai banyak

menyusu, dan sering buang air kecil serta buang air besar masih

jarang, konsistensi cair dan berwarna kuning (Setyorini, 2017).

b) Data Obyektif

Data objektif pada bayi baru lahir 6 hari adalah melakukan

pemeriksaan fisik dan tanda vital bayi termasuk pemeriksaan tali

pusat dan tanda vital bayi, mendeteksi adanya tanda bahaya pada

bayi yang salah satunya ada pada keadaan tali pusat, dan

mengobservasi apakah bayi sudah diberi ASI atau belum

(Kholilawati, 2017).

c) Analisa

Analisa adalah menentukan diagnosa dan masalah

kebidanan dari hasil data subjektif dan objektif (Subiyatin, 2017).

Maka dapat disimpulkan dengan By… Umur… hari normal.

d) Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes, pelaksanaan KN 2 merupakan tahap

lanjutan pemeriksaan fisik, penampilan, perilaku bayi, serta

pemantauan kecukupan nutrisi sehingga dapat meningkatkan akses


45

neonates terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini

mungkin bila ada kelainan atau masalah pada bayi menggunakan

pendekatan komprehensif MTBM meliputi pemeriksaan tanda

bahaya (infeksi bakteri, ikterus, diare, dan berat badan rendah),

serta perawatan tali pusat (Rohana, 2020).

Asuhan yang diberikan pada neonatus berusia 3-7 hari yaitu

memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu bahwa bayi pada

usia 4-6 hari membutuhkan ASI sebanyak 45-60ml dalam satu kali

mium dan dapat menghabiskan 400-600 ml atau ½ gelas untuk satu

hari karena adanya growthspurp yang pertama pada bayi sehingga

kebutuhan ASI meningkat, memberitahu ibu jika maksimal

menyimpan ASI di udara terbuka bertahan selama 8 jam, dan 3-6

bulan di dalam freezer, memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan

genitalia dengan segera mengganti popok yang basah setelah BAK

maupun BAB, melatih bayi bahwa malam hari adalah waktu untuk

tidur dan siang hari adalah waktu untuk bangun, dan memberitahu

ibu apa saja tanda bahaya pada bayi yaitu sulit bernapas dengan

frekuensi >60x/menit, suhu badan >38oC atau <36oC, isapan

menyusu yang lemah, sering muntah, rewel, tali pusat merah,

bengkak, keluar cairan, berbau busuk dan bernanah (Sinaga, 2017).


46

3) Kunjungan Neonatus 8-28 hari (KN 3)

a) Subyektif

Data subyektif didapat dari hasil anamnesa atau wawancara

pada ibu atau anggota keluarga lainnya. Kunjungan neonatus sama

dengan kunjungan sebelumnya. Bayi dengan usia 8-28 hari

biasanya sudah aktif menyusu, sering BAK kurang lebih 7 –10

kali, BAB 2 –3 hari sekali dengan warna kuning dan berbentuk

cair, waktunya dihabiskan untuk tidur, semua reflek positif

(Marmi, 2018).

b) Obyektif

Data obyektif didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yang

telah dilakukan meliputi keadaan umum bayi, kesadaran,denyut

nadi bayi, pernapasan bayi, dan suhu tubuh bayi. Pemeriksaan fisik

dari ujung kepala hingga kaki atau secara head to toe, serta

pemeriksaan antropometri pada bayi (berat bayi naik paling tidak

160 gram pada minggu berikutnya atau minimal 300 gram pada

bulan pertama). Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai

kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan bila menyusui

tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari. Kenaikan berat badan

bayi yang mendapat cukup ASI pada minggu pertama yaitu antara

200-2500 gram. Pemberian ASI sesuai dengan permintaan bayi (on

demand) (Rini & Nadhiroh, 2015).


47

c) Analisa

Analisa adalah menentukan diagnosa dan masalah

kebidanan dari hasil data subjektif dan objektif (Subiyatin, 2017).

Maka dapat disimpulkan dengan By… Umur… hari normal.

d) Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes, dalam KN 3 terdapat beberapa hal

yang harus dilakukan, diantaranya yaitu pemeriksaan fisik,

penampilan dan perilaku bayi, pemantauan kecukupan nutrisi bayi,

penyuluhan, identifikasi gejala penyakit, serta edukasi atau

konseling terhadap orang tua dalam perawatan neonatal (Rohana,

2020).

Perawatan bayi baru lahir yang dimaksud antara lain seperti

perawatan tali pusat, memandikan bayi, memberi minum,

membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan

menggunting kuku. Dalam perawatan tali pusat ibu harus mencuci

tangan terlebih dahulu, dan apabila tali pusat terkena kotoran,

maka segera cuci dengan air bersih dan sabun, kemudian keringkan

dengan kain bersih sampai kering. Kemudian dalam memandikan

bayi tidak perlu dimandikan dan keramas setiap hari, cukup 2-3x

seminggu selama area genital dan wajah dibersihkan setiap hari,

karena jika keramas setiap hari maka akan menyebabkan kulit

kepala bayi kering. Saat memandikan bayi, gunakan waslap yang

lembut dan tak lupa untuk perhatikan lipatan leher dan sela-sela
48

jari. Selanjutnya dalam membersihkan alat kelamin, setiap kali

bayi buang air besar maka segera bersihkan daerah bokong bayi,

agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika

daerah bokong lembab dan kotor maka bayi akan mudah

mengalami lecet di bokong, dan nantinya bayi akan rewel. Untuk

membersihkan daerah bokong, sebaiknya memakai air besih hangat

dan sabun, kemudian segera keringkan dengan handuk secara

lembut. Tak hanya itu, penting bagi ibu untuk menggunting kuku

bayi, untuk menjaga agar kuku bayi baru lahir tetap pendek adalah

hal yang penting untuk perlindungan bayi itu sendiri. Selama bayi

bermain dengan jari-jarinya, dengan mudah dapat mencakar

wajahnya sendiri jika kuku jarinya tidak pendek dan dipotong

dengan rata. Seiring dengan makin besarnya bayi, kuku jari yang

pendek adalah untuk perlindungan ibu (Rahmawati, 2017).

Penatalaksanaan pada bayi usia 8-28 hari yaitu

memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayi, pendidikan kesehatan

untuk memberikan ASI Ekslusif selama minimal 6 bulan dan

imunisasi dasar wajib untuk bayi. Menurut WHO ASI merupakan

makanan terbaik bagi bayi karena memiliki kandingan gizi yang

paling sesuai untuk pertumbuhan optimal pada 6 bulan pertama,

oleh karena itu WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya

diberikan ASI selama paling sedikit 6 bulan dan dilanjutkan

sampai anak berusia 2 tahun (Rini & Nadhiroh, 2015).


49

Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan

bayi atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai

kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit 4 jam), dan berikan

secara bergantian (Rahmawati, 2017)

Memberi anjuran kepada ibu untuk pergi ke puskesmas

secara rutin untuk mendapatkan imunisasi pada bayinya. Imunisasi

yang harus diberikan pada bayi berusia 8-28 hari yaitu BCG.

Manfaat imunisasi BCG pada bayi adalah memberikan

perlindungan pada bayi dari penyakit tuberculosis karena bayi

tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tuberculosis. Program

imunisasi mewajibkan setiap bayi untuk mendapatkan imunisasi

dasar lengkap HB-0 satu kali, BCG satu kali, DPT-HB tiga kali,

polio empat kali, dan campak satu kali (Yulinda, 2018).


BAB III

METODE

A. Rancangan

Rancangan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan penulis dengan

metode studi kasus. Studi kasus yang dilakukan berfokus pada satu sample

dengan pendekatan asuhan kebidanan secara komperehensif mulai dari

masa kehamilan terimester III, persalinan, nifas, pelayanan KB dan bayi

baru lahir.

B. Subjek

Subyek yang diambil pada laporan tugas akhir ini adalah ibu hamil

fisiologis yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen. Diikuti

secara berkelanjutan dan diberikan asuhan secara komprehensif selama

masa kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana, serta bayi baru

lahir. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari sempel yang diambil, yaitu:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2015). Kriteria inklusi dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu hamil trimester III fisiologis dengan usia kehamilan minimal

36 minggu

b. Umur ibu tidak >35 tahun

50
51

c. Tinggi badan >155cm

d. LILA >23,5cm

e. HB >11,5 gr/dL

f. Tekanan darah <130/90 mmHg

g. HbsAg (-)

h. Sifilis (-)

i. Tidak ada riwayat SC (Sectio Caesarea)

j. Hasil rapid test (negatif)

2. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2015). Kriteria eksklusi dalam studi kasus ini adalah ibu hamil yang

memenuhi kriteria inklusi tetapi pergi saat studi kasus sedang

berlangsung atau menolak dilakukan asuhan kebidanan. Setelah

menentukan populasi dan kriteria sampel, maka dapat ditentukan

subjek studi kasus yaitu Ny. T Wilayah Puskesmas Ngawen.


52

C. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh penulis terbagi menjadi 2, yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

dikumpulkan dari klien pada saat melakukan wawancara atau

anamnesa. Artinya, data primer ini didapatkan dari hasil wawancara

dan hasil pemeriksaan. Sedangkan data sekunder menurut adalah data

yang diperoleh dengan mempelajari atau memahami melalui media

lain seperti dokumen, dalam hal ini artinya data sekunder berupa data

dari catatan dokumentasi seperti buku KIA, dan kohort ibu

(Febriansyah, 2017).

2. Prosedur Pengumpulan

Langkah-langkah pengumpulan data dalam studi kasus ini,

penulis melakukan beberapa tahapan yaitu penulis melakukan

perizinan tempat dengan Bidan Desa sesuai dengan tempat praktik

yang sudah ditentukan sebelumnya, kemudian menentukan subjek

studi kasus sesuai kriteria yang ditentukan. Penulis melakukan

informed concent pada subjek yang akan dijadikan sampel dengan

menjelaskan maksud dan tujuan pada studi kasus ini. Apabila subjek

tersebut menyetujui untuk menjadi sampel, maka studi kasus tersebut

dapat segera dilaksanakan mulai dari asuhan kehamilan, asuhan

persalinan, asuhan nifas dan pelayanan KB, serta asuhan bayi baru
53

lahir secara komprehensif serta didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai dari pengambilan sampel dan

pengumpulan data yang disajikan dalam bentuk tertulis. Data diolah

menggunakan manajemn kebidanan dalam bentuk 5 langkah varney

yaitu: pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk

mengidentifikasikan diagnose atau masalah berdasarkan kondisi klien,

Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, penatalaksanaan

langsung dengan asuhan yang efisien dan aman serta mengevaluasi

perkembangan dengan metode SOAP.

4. Analisis Data

Penulis melakukan Analisa data dengan cara mengumpulkan

data lalu melakukan implementasi di lapangan. Penulis melakukan

pengkajian dan penentuan diagnosa, menentukan perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Setelah itu melakukan analisa data dengan

membandingkan antara teori dan juga praktik, apabila terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik maka dapat dimasukkan kedalam

pembahasan.

D. Masalah dan Etika

Sebelum menjadikan klien sebagai bahan dalam studi kasus ini,

penulis memberikan Informed Consent yang merupakan lembar


54

persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap tindakan medis yang akan

dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan

dari tenaga medis. Tujuan dari Informed Consent adalah untuk melindungi

pasien dari tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien,

tindakan medis yang tidak sepenuhnya diperlukan dan tidak dapat

dibenarkan secara medis, tindakan medis yang bertentangan dengan hak

pasien dan standar medis professional, penyalahgunaan peralatan canggih

dan mahal yang sebenarnya tidak perlu (Siti Patimah, 2016).

Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan penulis tidak

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode yang

disebut Anonymity / tanpa nama. Penulis juga harus menjaga semua

privacy pasien, berupa informasi tentang penyakit, dan tindakan yang

telah, sedang, dan akan dilakukan, kecuali jika pasien mengizinkan atau

diperintahkan oleh hukum untuk kepentingan bukti di pengadilan atau

disebut Confidentially / Kerahasiaan (Purnama, 2016).


BAB IV

TINJAUAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan kasus

1. Pengumpulan Data Dasar

Tanggal : 7 Februari 2022

Jam : 08.00 WIB

Tempat : Puskesmas Ngawen

a. Data Subyektif

Identitas Pasien Penanggung Jawab

No. Register : 0055 Hub dg pasien : Suami

Nama : Ny. T Nama : Tn. SM

Umur : 26 tahun Umur : 31 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Suku bangsa : Jawa, IDN Suku bangsa : Jawa, IDN

Alamat : Karangjong 9/3 Alamat : Karangjong 9/3

1. Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan

kehamilannya

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan punggungnya nyeri sejak 2

hari lalu

55
56

3. Riwayat :

Kesehatan

Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita

penyakit menurun seperti asma, diabetes

melitus, dan hipertensi. Tidak sedang

menderita penyakit menular seperti hepatitis,

Tuberculosis (TBC), Human Immuno

Deficiency Virus/Acquired Immuno

Deficiency Syndrom (HIV/AIDS). Tidak

sedang menderita penyakit sistemik seperti

ginjal, paru-paru, jantung.

Yang lalu : Ibu mengatakan tidak sedang menderita

penyakit menurun seperti asma, diabetes

melitus, dan hipertensi. Tidak sedang

menderita penyakit menular seperti hepatitis,

TBC, HIV/AIDS. Tidak sedang menderita

penyakit sistemik seperti ginjal, paru-paru,

jantung.

Keluarga : Ibu mengatakan tidak sedang menderita

penyakit menurun seperti asma, diabetes

melitus, dan hipertensi. Tidak sedang

menderita penyakit menular seperti hepatitis,

TBC, HIV/AIDS. Tidak sedang menderita


57

penyakit sistemik seperti ginjal, paru-paru,

jantung.

2. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Haid

Menarche : 14 tahun Nyeri Haid : Tidak ada

Siklus : 28 hari Warna : Merah hingga

Darah coklat

Banyaknya : Hari ke 1-3 ganti pembalut 4-5x/hari

Hari ke 4-7 ganti pembalut 2-3x/hari

Lama : 7 hari

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

G2P1A0, hamil 37 minggu

HPHT : 24 Mei 2021

HPL : 28 Februari 2022

Gerak janin aktif, mulai umur kehamilan 20 minggu, dan ibu

mengatakan tidak merasakan sakit saat janin bergerak

Pemberian Fe : 90 tablet

TT : 3 kali

Pemberian imunisasi TT 4 kali, TT 1 dan 2 pada saat SD, TT 3 saat

hamil anak pertama di tahun 2016, TT 4 di tahun 2017

Vaksin Covid-19 :

Vaksin Dosis 1 : (Pfizer) 7 Desember 2021


58

Vaksin Dosis 2 : (Pfizer) 10 Januari 2022

Kekhawatiran khusus : tidak ada

Minum jamu/obat : Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu

dan hanya minum obat dari bidan.

Riwayat ANC : 6 kali

Tabel 4.1 Riwayat ANC


Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
ANC 28/6/21 9/8/21 20/10/21 20/12/21 20/1/22 7/2/22
5 mg 11 mg 21+2 mg 30 mg 34+3 mg 37 mg
Keluhan Mual Mual Tidak ada Tidak ada Tidak ada Nyeri
muntah keluhan keluhan keluhan punggung
BB 60 kg 61 kg 65 kg 69 kg 71 kg 74 kg
TB 160 cm 160 cm 160 cm 160 cm 160 cm 160 cm
TD 110/70 120/80 120/60 110/70 110/76 110/66
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
TFU Tegang ball 16 cm 26 cm 30 cm 31 cm
FE - - XXX XXX XX X
TT TT4 TT4 TT4 TT4 TT4 TT4
Hb - 13,0% 12,8%
VDRL PP test HIV: NR
(+) Sifilis:
NR
HbSag:
NR
Protein Negatif Negatif
Urine
Urine Negatif Negatif
Reduksi
Konseling Makan Makan Tanda Nutrisi Tanda Persiapan
dan sedikit sedikit bahaya ibu hamil, persalinan, persalinan,
Therapy tapi tapi kehamilan, Fe 30 Fe 20 tablet Fe 10 tablet
sering, sering. pengaturan tablet
Asam Vit B6, gizi ibu
folat, Kalk, hamil, Fe 30
Kalk, Antasid tablet
Antasid
59

c. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang lalu

Tabel 4.2 Riyawat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Jenis Keadaan Anak


No UK AB Penolong Komplikasi Nifas
Persalinan JK U BB
1 38 mg - Spontan Bidan - Baik L 5th 2900 gr
3. Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan menikah secara sah menurut agama dan hukum.

Menikah pada usia 20 tahun, lamanya 6 tahun, hubungan dengan

suami baik.

4. Riwayat KB

Ibu mengatakan menggunakan suntik KB 3 bulan lamanya 4 tahun,

berhenti karena ingin mempunyai anak lagi.

5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Pola Nutrisi

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan

porsi 1 piring nasi, sayur, lauk. Minum air

putih ± 8 gelas/hari.

Selama Hamil : Ibu mengatakan makan 4x/hari dengan

porsi 1 piring nasi, sayur, lauk. Minum air

putih ± 10 gelas/hari.

Pola Eliminasi

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan BAB 1x/hari dengan

konsistensi lembek kecoklatan. BAK 4-

5x/hari dengan konsistensi jernih.


60

Selama Hamil : Ibu mengatakan BAB 1x/hari dengan

konsistensi lembek kecoklatan. BAK 6-

7x/hari dengan konsistensi jernih.

Pola Aktivitas

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah

tangga seperti memasak, mencuci, tanpa

dibantu suami atau keluarga.

Selama Hamil : Ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah

tangga seperti memasak, mencuci, dengan

dibantu suami atau keluarga.

Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang,

tidur malam ± 7 jam/hari

Selama Hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 30 menit/hari,

tidur malam ± 8 jam/hari

Pola Sexual

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 3x/minggu

Selama Hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 1x/minggu
61

Pola Hygiene

Sebelum Hamil : Ibu mengatakan mandi 4x/hari, gosok gigi

2x/hari, keramas 4x/minggu, ganti pakaian

2x/hari

Selama Hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi

3x/hari, keramas 2x/minggu, ganti pakaian

3x/hari

Pola Hidup Sehat

Sebelum dan : Ibu mengatakan tidak pernah merokok;

Selama Hamil minum alkohol; narkoba; obat bebas; dan

jamu

Psiko, Social, Spiritual

Sebelum dan : Ibu mengatakan hubungan dengan suami,

Selama Hamil keluarga, dan masyarakat baik. Ibu sholat

5 waktu dan berdoa.

Tingkat Pengetahuan Pasien:

Ibu mengatakan mengetahui tentang kehamilan dan persalinan.

Ibu belum mengetahui penyebab punggungnya nyeri dan tanda

bahaya kehamilan.
62

1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Tensi : 110/60 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 80 x/mnt
BB Sebelum/Selama : 60/74 kg Suhu /T : 36,5 °C
TB : 160 cm RR : 20 x/mnt

IMT : 23,4 LILA : 25 cm


B. Data Obyektif
c. Status Obstetri
Inspeksi
Muka : Tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mammae : Simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi
areola, ASI belum keluar
Abdomen : Simetris, ada linea nigra, ada striae gravidarum
Vulva : Tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan
skene
Palpasi
Leopold I : Bagian fundus teraba satu bagian kurang bundar,
lunak, dan kurang melenting, TFU teraba
pertengahan prosesus xifoideus dan pusat
Leopold II : Bagian kanan teraba keras memanjang. Bagian
kiri teraba kecil-kecil
Leopold III : Bagian bawah teraba satu bagian bundar, keras,
melenting
Leopold IV : Divergen
TFU : 31 cm
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
DJJ : Punctum maksimum di kanan bawah frekuensi
DJJ 150x/menit
Reflek Patella : +/+
63

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

I. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa

Ny. T umur 26 tahun G2P1A0 hamil 37 minggu, janin tunggal, hidup,

intrauterine, puka, prekskep, dan divergen.

B. Masalah

Ibu belum mengetahui penyebab punggungnya nyeri dan belum tahu

tanda bahaya kehamilan

C. Kebutuhan

1. Penkes tentang penyebab nyeri punggung bagian bawah dan cara

mengatasnya pada ibu trimester III

2. Penkes cara mengatasi keluhan dan tanda bahaya kehamilan

trimester III

3. Penkes tentang persiapan persalinan

II. RENCANA TINDAKAN

Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022

Waktu : 08.30 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan mengenai keadaan ibu dan

kehamilannya dalam keadaan baik


64

2. Berikan pendidikan kesehatan pada ibu penyebab dan cara mengatasi

ketidaknyamanan yang dirasa

3. Berikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang tanda bahaya pada

trimester 3

4. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi, cairan, dan istirahat

yang cukup

5. Berikan tablet Fe 60 mg 1kali/hari sebanyak 10 tablet dan Kalk 500

mg 1kali/hari sebanyak 10 tablet

6. Berikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan

7. Berikan penjelasan pada ibu tentang program perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi

8. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ke rumah 1 minggu

lagi atau ibu dapat ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan.

III. PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022

Waktu : 08.35 WIB

1. Memberitahu Ibu tentang hasil pemeriksaan, Ibu dalam keadaan

normal

TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit

N : 80 x/menit T : 36,5oC

2. Memberitahu Ibu penyebab nyeri punggung yang dialaminya adalah

normal mengingat janin bertambah besar dan kebutuhan kalsium ibu


65

bertambah, cara mengatasinya adalah :

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang Endorphine Massage

untuk mengurangi nyeri punggung, Endorphine Massage dapat

dilakukan ketika duduk maupun berbaring. Dilakukan kurang lebih

30 menit, caranya yaitu suami berada di samping ibu, kemudian

ibu tarik nafas secara perlahan dan hembuskan dengan perlahan

sambil memejamkan mata. Kemudian, minta suami untuk

mengelus permukaan kulit pada punggung ibu dengan lembut

menggunakan jari tangan. Dimulai dari punggung atas kemudian

turun hingga pada punggung bawah, ganti pada tangan lainnya

setelah beberapa menit.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang body mekanik yang

benar, yaitu : posisi saat tidur sebaiknya miring kiri dengan perut

diganjal bantal, posisi duduk yaitu tegak, punggung diberi

sandaran, kaki jangan menggantung, jongkok terlebih dahulu saat

mengambil barang yang jatuh, berdiri dari jongkok harus

berpegangan dan bertumpu pada kaki yang kuat, miring terlebih

dahulu saat bangun dari posisi tidur, selanjutnya duduk baru

berdiri.

3. Menjelaskan kepada Ibu tanda bahaya trimester 3 yaitu perdarahan

pada vagina, pusing sangat hebat, pandangan kabur, bengkak di

tangan, wajah, kaki. Apabila hal tersebut terjadi, menganjurkan Ibu

untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat.


66

4. Menjelaskan kepada Ibu untuk makan dengan gizi seimbang, istirahat

yang cukup, jangan kelelahan, serta minum air minimal 10 gelas/hari

5. Memberikan ibu terapi tablet Fe 60 mg 1 kali/hari sebanyak 10 tablet

untuk menjaga kadar haemoglobin ibu dan Kalk 500 mg 1kali/hari

sebanyak 10 tablet untuk menambah kadar kalsium dalam tubuh ibu.

6. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang tanda-tanda

persalinan yaitu perut terasa kenceng-kenceng yang semakin sering

dan semakin lama, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, dan

keluar cairan ketuban dari jalan lahir.

7. Memberikan penjelasan pada ibu tentang program persiapan persalinan

dan pencegahan komplikasi yaitu dengan persiapan mengetahui

taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan,

pendamping persalinan, transportasi yang digunakan, dan calon

pendonor darah.

8. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ke rumah 1

minggu lagi atau ibu dapat ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan.

IV. EVALUASI

Hari/Tanggal : Senin, 7 Februari 2022

Waktu : 08.45 WIB

1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan

2. Ibu paham tentang cara mengatasi nyeri punggung dan akan mengikuti

anjuran bidan
67

3. Ibu paham tentang tanda bahaya trimester III dan akan segera ke fasilitas

kesehatan jika hal tersebut terjadi

4. Ibu akan tetap menjaga makanan dengan gizi seimbang, istirahat cukup,

dan memenuhi kebutuhan cairan

5. Ibu bersedia untuk meminum obat yang diberikan bidan

6. Ibu mengerti tentang tanda-tanda persalinan

7. Ibu mengerti tentang program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi

8. Ibu bersedia jika dilakukan kunjungan ke rumah 1 minggu lagi atau segera

ke fasilitas kesehatan jika ada keluhan

Tabel 4.3 Catatan Perkembangan Kehamilan

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T S Ibu mengatakan tidak ada keluhan, nyeri punggung bagian bawah sudah
14 Februari berkurang
2022/15.30 WIB O Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg RR : 20x/menit
N : 100x/menit S : 36,6°C

Status Obstetrik
1. Inspeksi
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak edema
Mammae : Pembesaran simetris, ada hiperpigmentasi
areola, kolostrum belum keluar, putting
menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi SC dan
pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
Vulva : Tidak edema, tidak ada varises, tidak ada flour
albus

2. Palpasi
Leopold I : Bagian fundus teraba satu bagian bulat,
lunak, tidak melenting. TFU teraba
pertengahan PX dan pusat
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba satu bagian
keras dan memanjang (punggung). Bagian
kiri perut ibu teraba satu bagian kecil-kecil
(ekstremitas)
68

Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, sudah tidak


melenting (kepala), dan tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV : Divergen (kepala sudah masuk pintu atas
panggul)
3. TFU : 31 cm
4. TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
5. DJJ : Punctum maksimum di kanan bawah perut
ibu dengan frekuensi DJJ 130x/menit
A Ny. T umur 26 tahun G 2P1A0 umur kehamilan 38 minggu, janin tunggal,
hidup, intrauterine, puka, preskep, dan divergen
Tanggal/Jam: 14 Februari 2022/15.40 WIB

P 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan


janinnya baik
Hasil: Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi untuk menenangkan
pikiran dan mengurangi sakit ketika ada kontraksi
Hasil: Ibu bisa menenangkan pikiran dan melakukan teknik relaksasi
dengan benar
3. Menganjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan 1 minggu lagi atau
jika ada keluhan
Hasil: Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
4. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan kebutuhan persalinan
(P4K) jika sewaktu-waktu ibu merasakan akan bersalin seperti
pencatataan ibu hamil, taksiran persalinan, persiapan pendonor
darah, rencana penolong, dan trasnportasi. Serta memberitahu ibu
untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Hasil: Ibu mengatakan sudah mempersiapkan kebutuhan persalinan
dan selalu mematuhi protocol kesehatan.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
Hasil: Ibu bersedia melakukan anjuran dari bidan
6. Menganjurkan ibu untuk tetap mengonsumsi makanan dengan gizi
seimbang yakni terditi dari karbohidrat, protein, lemak, serat,
mineral, dan vitamin.
Hasil: Ibu paham dan bersedia melakukan anjuran bidan
7. Menganjurkan ibu untuk selalu memantau kesejahteraan bayi
dengan cara menghitung Gerakan janin minimal harus 10x dalam 12
jam.
Hasil: Ibu paham dan bersedia untuk selalu memantau kesejahteraan
bayi
8. Mengingatkan Kembali kepada ibu mengenai tanda-tanda
persalinan, yaitu: kontraksi semakin kuat, teratur, durasinya lama,
keluar lender bercampur darah, keluar cairan ketuban, dan
menganjurkan ibu untuk segera dating ke fasilitas kesehatan jika
merasakan hal tersebut.
Hasil: Ibu paham dengan penjelasan bidan, dan akan dating ke
fasilitas kesehatan jika merasakan tanda-tanda tersebut.
9. Mendokumentasikan hasil Tindakan yang dilakukan.
Hasil: Telah didokumentasikan
69

Tabel 4.4 Catatan Perkembangan Persalinan


Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng sejak pukul 12.00 WIB serta
Ngawen, 23 keluar lendir darah. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah.
Februari
2022/14.00 WIB O Tanda-tanda vital
TD : 111/82 mmHg RR : 22x/menit
N : 100x/menit S : 36,6°C

Status Obstetrik
1. Inspeksi
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak edema
Mammae : Pembesaran simetris, ada hiperpigmentasi
areola, kolostrum belum keluar, putting
menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi SC dan
pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
Vulva : Tidak edema, tidak ada varises, tidak ada flour
albus
3. Palpasi
Leopold I : Bagian fundus teraba satu bagian bulat, lunak,
tidak melenting. TFU teraba pertengahan PX
dan pusat
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba satu bagian
keras dan memanjang (punggung). Bagian kiri
perut ibu teraba satu bagian kecil-kecil
(ekstremitas)
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba satu bagian
bulat, keras, melenting dan tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : Divergen (kepala sudah masuk pintu atas
panggul)
4. TFU : 31 cm
5. TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
6. DJJ : Punctum maksimum di kanan bawah perut
ibu dengan frekuensi DJJ 140x/menit
7. Pemeriksaan Dalam (3 Maret 2022/18.00 WIB)

Vulva : Tidak oedema, tidak ada pembesaran kelenjar


bartolini, tidak ada varises, ada PPV lendir
darah
70

Serviks
Keadaan : Lunak, tipis
Pembukaan : 6 cm
Effacement : 50%
Ketuban : KK (+)
Presentasi : Kepala
POD : UUK
Penurunan
kepala : Hodge II
Moulage : 0
Bagian : Tidak ada
menumbung

8. Pemeriksaan Penunjan:
Rapid COVID-19: Non Reaktif
A Ny. T G2P1A0 umur 26 tahun hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup
intrauterine, letak membujur, preskep, puka, inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimal
Tanggal/Jam: 23 Februari 2022/15.40 WIB
P 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan
janinnya normal
Hasil: Ibu senang dengan hasil pemeriksaan
2. Mengajari ibu cara mengatasi nyeri saat kontraksi berlangsung yaitu
dengan tarik napas yang panjang dan dalam, ambil nafas dari hidung dan
keluarkan dari mulut.
Hasil: Ibu paham dengan teknik relaksasi pernapasan
3. Memberikan kompres hangat pada bagian nyeri, kompres hangat
menggunakan bantalan pemanas dengan suhu 40-45°C pada punggung ibu
selama 20 menit untuk mengurangi intensitas nyeri yang di rasakan ibu
Hasil: Ibu bersedia diberikan kompres hangat pada punggung bagian
bawahnya.
4. Mengajari ibu teknik relaksasi sebagai manajemen nyeri yaitu tarik nafas
dalam dari hidung lalu dikeluarkan lewat mulut saat ada kontraksi,
kemudian mengajarkan keluarga untuk melakukan pijatan lembut pada
punggung, dan menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mempercepat
pembukaan.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan.
5. Mengajari ibu cara meneran yang benar yaitu ketika ada kontraksi, dagu
ditempelkan ke arah dada, kaki ditekuk ke arah dada, tangan memegang
tungkai kaki, kencangkan otot perut dan mulai mengejan seperti BAB
Hasil: Ibu paham cara meneran yang benar
6. Memberitahu keluarga untuk menemani ibu dan memberikan dukungan
pada ibu
Hasil: Keluarga memberi dukungan pada ibu
7. Menyiapkan partus set, bahan habis pakai, dan obat esensial
Hasil: Semua alat telah disiapkan
8. Mengobservasi kemajuan persalinan
Jam KU TD N RR S DJJ HIS PPV VT Bundle
Ring
14.00 Baik 120/ 80 20 36,5 140 3x10’ Lendir Portio tipis, Ø 6 (-)
70 X40’’ darah cm,
KK (+), hodge
II
14.30 Baik 90 20 140 3x10’ Lendir
X40’’ darah
71

15.00 Baik 98 20 145 4x10’ Lendir


x40’’ darah
15.30 Baik 100 20 144 5x10’ Lendir
x40’’ darah
16.00 Baik 120/ 96 20 150 5x10’ Lendir (-)
70 x40’’ darah,
air
ketuban
16.30 Baik 120/ 102 18 36,5 140 5x10’ Lendir Portio tidak (-)
80 x40’’ darah teraba, Ø10cm,
KK (-)

KALA II

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan merasakan perutnya mules dan ingin mengejan
Ngawen, 23 seperti BAB. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
Februari vagina dan jalan lahir
2022/16.30 WIB O 1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 85 x/menit
S : 36,4°C
RR : 20 x/menit
DJJ : 140 x/menit
3. Pemeriksaan Dalam
Vulva/Vagina : Tidak oedema, tidak ada
pembesaran kelenjar Bartolini,
tidak ada varises, ada, ada PPV
lender darah, perineum menonjol,
vulva dan vagina membuka, ada
tekanan pada spincter anus
Perineum : menonjol
Pembukaan : 10 cm
Efficement : 0%
Ketuban : KK (-)
Presentasi : Kepala bagian belakang
POD : UUK
Penurunan kepala : Hodge IV
Moulage : 0
Bagian menumbang : Tidak ada
A Ny. T umur 26 tahun G 2P1A0 umur kehamilan 39+2 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterine, puka, preskep, divergen, inpartu kala II.
P Tanggal/Jam : 23 Februari 2022/16.00 WIB
1. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set
serta memakai APD level 2 yaitu topi, googleglass, masker N95,
handscoon, gown, dan alas kaki.
Hasil : perlengkapan telah disiapkan dan telah memakai APD
72

lengkap.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pastikan
sebelum mencuci tangan seluruh perhiasan maupun jam tangan
yang dipakai dilepas terlebih dahulu, setelah itu keringkan
tangan , menggunakan kain/ handuk kering
Hasil : mencuci tangan sudah dilakukan dan tangan sudah
dikeringkan.
3. Memakai sarung tangan steril untuk melakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui pembukaan ibu
Hasil : telah memakai sarung tangan
4. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
Hasil : oksitosin 10 IU telah di spuit
5. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.
Hasil : ibu telah dilakukan vulva hygiene
6. Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
Hasil : pembukaan 10 cm dan ketuban sudah pecah
7. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit dan mencuci kedua tangan.
Hasil : telah dilakukan dekontaminasi dan mencuci kedua tangan
8. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120
– 160 kali / menit) dan mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
Hasil : DJJ bayi 140x/menit dan telah di dokumentasikan dalam
patograf.
9. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
Hasil : DJJ bayi 140x/menit
10. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman). Posisi setengah duduk
73

dengan mengangkat kedua kaki lebih dari 45° dapat membuka


vulva lebih lebar. Bidan dapat menahan kuat perineum saat
kepala keluar, dan posisi ini memberikan kenyamanan pada ibu
Hasil : ibu telah pada posisi setengah duduk yang nyaman
11. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
Hasil : ibu meneran ketika ada kontraksi
12. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
Hasil : handuk telah diletakkan di atas perut ibu
13. Meletakkan underpad dan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di
bawah bokong ibu.
Hasil : underpad dan kain dilipat dibawah bokong ibu
14. Membuka partus set.
Hasil : partus set telah dibuka
15. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Hasil : sarung tangan telah digunakan
16. Menolong kelahiran bayi
Lahirnya Kepala:
a. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernapas cepat saat kepala lahir.
b. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
c. Memeriksa adanya lilitan tali pusat
d. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
Lahir bahu
a. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas
dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
a. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah
perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan
bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
b. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki
bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
74

Hasil : telah dilakukan pertolongan kelahiran bayi


17. Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaian sepintas
pada bayi
Hasil : Bayi lahir spontan, menangis kuat, kulit kemerahan,
gerakan aktif pada jam 16.45 WIB tanggal 23 Februari 2022,
jenis kelamin perempuan, ibu senang atas kelahiran anaknya.
18. Mengeringkan dan memposisikan bayi diatas perut ibu.
Hasil : Bayi telah dikeringkan dan berada diatas perut ibu dan ibu
senang dengan kelahiran anaknya.

KALA III

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir dan mengatakan perutnya
Ngawen, 23 masih mulas
Februari O Tanda-tanda vital
2022/16.45 WIB KU : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 RR : 20x/menit
N : 100x/menit S : 36,6°C

A Ny.T umur 26 tahun P2A0 inpartu kala III.


P Tanggal/Jam : 23 Februari 2022/17.00 WIB
1. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu,menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat (IMD).
Hasil : Bayi sudah berada pada dada ibu dan sudah hangat.
2. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan janin tunggal.
Hasil : Janin tunggal
3. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
Hasil : ibu bersedia disuntik oksitosin
4. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM dipaha atas bagian distal
lateral dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.
Hasil : oksitosin 10 IU telah disuntik pada ibu
5. Melakukkan penjepitan tali pusat dengan klem tali pusat dan
memotong tali pusat bayi yang sebelumnya telah dilakukan
penundaan selama 2 menit sampai tali pusat tak berdenyut.
Hasil : tali pusat telah diikat dan di potong
6. Memeriksa apakah ada tanda-tanda pelepasan plasenta
Hasil : Ada semburan darah, tali pusat memanjang, uterus globuler.
7. Memindahkan klem tali pusat dengan jarak 5 -10 cm didepan
vulva.
Hasil : klem telah dipindahkan didepan vulva
8. Meletakan tangan kiri diatas perut ibu ditepi atas sympisis untuk
mendeteksi pelepasan plsenta dan tangan kanan melakukan PPT.
Hasil : Tangan kiri sudah berada diatas perut dan tangan kanan
melakukan PTT.
9. Melakukan PTT dan gerakan dorso kranial.
Hasil : Telah dilakukan PTT dan gerakan dorso kranial.
75

10. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan memegang plasenta dan


memutarnya searah jarum jam hingga selaput terpilih saat muncul
di introitus vagina.
Hasil : Plasenta lahir lengkap jam 16.50 WIB
11. Melakukan masase fundus ± 15 detik dengan gerakan sirkuler
hingga uterus kontraksi menggunakan tangan kiri, dan tangan
kanan memeriksa kelengkapan plasenta.
Hasil : Massase telah dilakukan dan plasenta dalam keadaan
lengkap, kotiledon lengkap berjumlah 18, selaput plasenta utuh,
tali pusat insersi sentral, tebal ± 2 cm, berat ± 500 gram, panjang
50 cm.
12. Memeriksa jumlah perdarahan.
Hasil : PPV = 100cc

KALA IV

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan lega bayi dan plasentanya sudah lahir secara normal
Ngawen, 23 dan lengkap
Februari O Tanda-tanda vital
2022/17.05 WIB KU : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 111/70 RR : 20x/menit
N : 80x/menit S : 36,6°C
PPV : 30 cc
A Ny. T umur 26 tahun P2A0 inpartu kala IV.
P Tangal/Jam : 23 Februari 2022/17.15 WIB
1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam, tekanan darah, nadi, suhu, dan tfu
normal, serta kandung kemih kosong.
Hasil : Ibu dalam kondisi baik dan normal, dengan hasil
pemeriksaan tercantum dalam partograf.
2. Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara masase uterus sambal
melanjutkan IMD
Hasil : Ibu dan keluarga dapat melakukan masase uterus sambil
melanjutkan IMD
3. Memeriksa jumlah perdarahan.
Hasil : PPV 40cc
4. Memeriksa laserasi pada vagina dan evaluasi perdarahan.
Hasil : Terdapat robekan perineum derajat 1
5. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi
Hasil : Telah di rendam dalam larutan klorin
6. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
Hasil : Bahan-bahan yang terkontaminasi telah dibuang.
7. Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu
yang kotor dengan pakaian yang bersih.
Hasil : Ibu merasa bersih dan nyaman.
8. Membersihkan peralatan dan tempat persalinan.
Hasil : Peralatan dan tempat persalinan telah bersih kembali.
9. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
76

Hasil : Tangan telah bersih kembali.


10. Mengisi dan melengkapi partograf
Hasil : partograf telah diisi dan dilengkapi
11. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali untuk membantu merangsang hormon oksitosin alamiah
sehingga membantu uterus berkontraksi dengan baik dan
mengurangi jumlah darah kala IV post partum
Hasil: Ibu paham dan bersedia melakukannya
12. Menulis dalam buku register dan melengkapi partograf
Hasil: telah dicatat dalam buku register dan melengkapi partograf

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Nifas

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan perutnya masih sedikit mulas dan senang bayi sudah lahir
Ngawen, 23 secara normal dan lengkap
Februari 2022/ Pola Kebutuhan Sehari-hari
23.00 WIB 1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan sudah makan 2x dengan nasi, sayur, lauk telur dan
tempe, minum air putih 5 gelas
2. Pola Elininasi
Ibu mengatakan belum BAB dan sudah BAK 1 kali warna kuning
jernih
3. Pola Istirahat
Ibu mengatakan pasca melahirkan baru tidur 2 jam
4. Pola Hygiene
Ibu mengatakan sudah mandi, ganti pakaian, dan ganti pembalut 2 kali
5. Psikologi
a. Ibu mengatakan merasa senang bayinya lahir
b. Ibu selalu menceritakan proses persalinan yang dialami
O 1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5°C
RR : 20 x/menit
3. Pemeriksaan
obstetri
a. Muka
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Edema wajah : Tidah ada
b. Abdomen
Pembesaran : Membesar simetris
mammae
Areolla mammae : Hiperpigmentasi areolla
77

Putting susu : Menonjol


ASI : Keluar
c. Abdomen
Pembesaran : TFU 2jari dibawah pusat
Bekas luka : Tidak ada
Kontraksi Uterus : Keras
d. Genetalia
PPV : Darah
Jumlah : 50 cc
Jenis lochea : Rubra
Warna : Merah segar
Bau : Anyir
Laserasi : Derajat 1
Keadaan luka : Masih basah, masih terasa nyeri
hecting
A Ny. T umur 26 tahun P2A0 postpartum 6 jam fase taking in
P Tanggal/Jam : 23 Februari 2022/ 23.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kondisi ibu pada
saat ini dalam keadaan baik. TD : 110/80mmHg RR : 22x/menit N :
80x/menit T : 36,20C Kontraksi : keras Perdarahan : normal
Hasil : ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan senang
mendengarnya.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ia rasakan merupakan
hal yang normal, karena rahim yang mules adalah rahim sedang
berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada masa
nifas dan nyeri pada bekas jahitan akan berkurang seiring waktu
Hasil : Ibu paham tentang penyebab keluhan yang ia rasakan
3. Mengajarkan ibu ambulasi dini, yaitu setelah 6 jam pertama setelah
melahirkan dengan cara bangun dari tempat tidur, duduk, kemudian
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan keluarga, untuk BAK atau
BAB.
Hasil : ibu sudah melakukan ambulasi dini, yaitu dengan cara pergi ke
kamar mandi dengan bantuan keluarga.
4. Menjelaskan pada ibu cara perawatan luka perineum dengan vulva
hygiene yaitu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, melakukan
cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) supaya bibit
penyakit yang bersarang di sekitar anus tidak terbawa ke dalam vagina,
karena hal tersebut dapat menimbulkan infeksi, peradangan, dan
rangsangan gatal, selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan
tidak lembab, tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak
akan menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh di sekitar vagina
Hasil : Ibu paham dan bersedia melakukan cara-cara tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan bounding attachment untuk
membentuk ikatan antara ibu dan bayinya, yang merupakan dasar
intraksi antara keduanya.
Hasil: Ibu melakukan bounding attachment dengan baik
6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar, yaitu perut ibu
dan perut bayi menempel berhadapan, posisi ibu duduk dengan
punggung rendah pada kursi atau berbaring santai, masukan puting ke
mulut bayi sehingga atas dan bawah terbuka dan bayi menghisap,
menyendawakan bayi setelah menyusu, untuk mengeluarkan udara
lambung
Hasil : Ibu bisa melakukannya dengan baik sesuai yang diajarkan oleh
bidan dan bayi sudah dapat menghisap dan menelan dengan baik.
78

7. Memberikan penkes tentang nutrisi dan hidrasi yaitu menganjurkan


ibu untuk makan teratur 3x/hari dan mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang seperti daging, telur, buah dan sayuran, serta
memperbanyak minum yaitu 9 sampai 10 gelas/hari agar pencernaan
ibu dan produksi ASI lancar.
Hasil : ibu sudah makan 1 kali makan nasi dengan telur dan sayur,
serta minum 3 gelas air putih.
8. Melakukan konseling tentang tanda tanda bahaya masa nifas, yaitu
uterus teraba lembek atau tidak berkontraksi, perdarahan pervaginam
> 500cc, sakit kepala berat, rasa sakit atau panas saat BAK,
penglihatan kabur, pengeluaran pervaginam berbau busuk, demam
tinggi, depresi postpartum, berkurangnya nafsu makan.
Hasil : ibu mengerti dan apabila ada salah satu tanda tersebut ibu akan
segera datang ke tempat pelayanaan kesehatan.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, serta
menjelaskan kepada ibu tentang mungkin terganggunya pola tidur
karena adanya bayi, jadi ibu bisa ikut tidur apabila bayi sedang tidur
agar stamina dan kesehatan ibu terjaga.
Hasil : ibu mengerti dan mengatakan akan melakukannya sesuai
anjuran yang diberikan
10. Memberikan ibu terapi Fe 60 mg sebanyak X tablet 1x1 diminum pada
malam hari untuk menjaga kadar haemoglobin dalam tubuh,
Paracetamol dan Amoxicillin 500 mg sebanyak X tablet untuk
mencegah infeksi dan mengurangi nyeri, dan Vitamin A 2 x 200.000
IU untuk menjaga kesehatan mata.
Hasil : Ibu bersedia meminum obat yang diberikan
11. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah tanggal 27
Februari 2022, tetapi apabila ibu ada keluhan ibu dapat datang ke
pelayanan kesehatan kapan saja.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia bahwa akan diadakan kunjungan
rumah 3 hari serta akan datang ke tempat pelayanan kesehatan apabila
ada keluhan.
12. Memulangkan ibu pada tanggal 24 Februari 2022 pukul 08.00 WIB.
Hasil : ibu boleh pulang pada tanggal 24 Februari 2022 pukul 08.00
WIB dengan hasil pemeriksaan sebelum pulang : KU : baik,
kesadaran : composmentis, TD : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit,
respirasi : 20x/menit, suhu : 36,5°C, TFU : 2 jari bawah pusat dan
perdarahan lochea rubra, sebanyak 20 cc tidak berbau.

Tabel 4.5 Catatan Perkembangan Nifas 3 Hari


Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T, S Keluhan Utama
27 Februari 1. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah berwarna merah bercampur
2022/ 15.30 darah
WIB 2. Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar, belum lancar
Pola Kebutuhan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk telur dan
tempe, minum air putih 12 gelas/hari
2. Pola Elininasi
Ibu mengatakan sudah BAB dan BAK 5-6x/hari
3. Pola Istirahat
79

Ibu mengatakan tidur malam 5 jam dan tidur siang 1 jam


4. Pola Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, ganti pembalut 3x/hari, gosok gigi
3x/hari
5. Pola Psikologi
Ibu mengatakan berusaha merawat bayinya sendiri, ibu masih terlihat
masih dibantu keluarga dalam merawat bayinya
O 1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36,5°C
RR : 20 x/menit
3. Pemeriksaan obstetri
a. Muka
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Edema wajah : Tidah ada
b. Abdomen
Pembesaran : Membesar simetris
mammae
Areolla mammae : Hiperpigmentasi areolla
Putting susu : Menonjol
ASI : Keluar, Belum lancar
c. Abdomen
Pembesaran : TFU pertengahan pusat dan simfisis
Bekas luka : Tidak ada
Kontraksi Uterus : Keras
d. Genetalia
PPV : Darah
Jenis lochea : Sanguilenta
Warna : Merah bercampur putih
Bau : Anyir
Laserasi : Derajat 1
Keadaan luka : Sudah kering tidak ada infeksi
hecting
A Ny. T umur 26 tahun P2A0 postpartum 3 hari fase taking hold
P 1. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini untuk membantu
mengembalikan organ organ kebentk semula dan memperlancar
pengeluaran lochea.
Hasil : Ibu bersedia melakukan mobilisasi dini.
2. Memberikan intervensi kepada ibu yaitu pijat oksitosin yang fungsinya
merangsang hormon oksitosin dalam memproduksi ASI. Pijat ini
dilakukan dengan cara memposisikan ibu senyaman mungkin,
memberikan pijatan pada kedua sisi tulang belakang kea rah bawah
sampai sebatas dada sampai tulang belikat dengan durasi waktu 3-5
menit atau sampai ibu merasa nyaman.
Hasil: Ibu telah dipijat
3. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi
yaitu makan teratur 3x/hari dan mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang seperti daging, telur, buah dan sayuran, serta memperbanyak
minum yaitu 9 sampai 10 gelas/hari agar pencernaan ibu dan produksi
80

ASI lancar.
Hasil: ibu sudah makan 1 kali makan nasi dengan telur dan sayur, serta
minum 3 gelas air putih.
4. Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup dan
memberitahu pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur
yang menjadi kurang karena terganggu oleh bayi yaitu dengan cara
ikut tidur saat bayi tertidur.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang disarankan
5. Menganjurkan kepada ibu untuk menghabiskan obat yang telah
diberikan (Fe 1x1 60mg).
Hasil : Ibu bersedia menghabiskan tablet Fe yang diberikan.
6. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah
kembali pada tanggal 13 Maret 2022, tetapi apabila ibu merasa ada
keluhan ibu dapat menemui bidan atau ke tempat pelayanan kesehatan
kapan saja.
Hasil : Ibu mengerti dan akan kunjungan ulang, serta akan ke bidan
atau ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasa ada
keluhan
Catatan Perkembangan Nifas 10 Hari

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T, 4 S Keluhan Utama
Maret 2022/ 1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan sudah mampu melakukan
15.30 WIB aktivitas sehari –hari.
2. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah berwarna kuning kecoklatan
3. Ibu mengatakan ASI sudah lancar setelah di lakukan pijat oksitosin pada
kunjungan sebelumnya.
Pola Kebutuhan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk telur dan
tempe, minum air putih 12 gelas/hari dan belum mengetahui makanan
apa saja yang sebaiknya di konsumsi pada masa nifas
2. Pola Elininasi
Ibu mengatakan BAB 1x/hari dan BAK 5-6x/hari
3. Pola Istirahat
Ibu mengatakan pola istirahat mengikuti pola istirahat bayi.
4. Pola Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, ganti pembalut 3x/hari, gosok gigi
3x/hari
5. Pola Menyusui
Ibu mengatakan ASI nya lancar, menyusui setiap 2 jam atau saat bayi
menangis
6. Pola Psikologi
Ibu mengatakan berusaha merawat bayinya sendiri, ibu masih terlihat
masih dibantu keluarga dalam merawat bayinya
O 1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 115/69 mmHg
N : 67 x/menit
S : 36,5°C
RR : 20 x/menit
81

3. Pemeriksaan obstetri
a. Muka
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Edema wajah : Tidah ada
b. Abdomen
Pembesaran : Membesar simetris
mammae
Areolla mammae : Hiperpigmentasi areolla
Putting susu : Menonjol
ASI : Keluar, Lancar
c. Abdomen
Pembesaran : TFU tidak teraba diatas simfisis
Bekas luka : Tidak ada
Kontraksi Uterus : Keras

d. Genetalia
PPV : Darah
Jenis lochea : Serosa
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Anyir
Keadaan luka : Sudah kering tidak ada infeksi
hecting
A Ny. T umur 26 tahun P2A0 postpartum 10 hari fase letting go
P Tanggal/Jam : 4 Maret 2022/ 15.30 WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa saat
ini ibu dalam keadaan baik.
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang dengan keadaannya sekarang.
2. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tidak ada perdarahan abnormal.
Hasil : Involusi uteri normal, tidak ada perdarahan abnormal.
3. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan pola makan seperti makan
tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran,
daging, kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih.
Penambahan jumlah air yang harus dikonsumsi ibu menyusui adalah
850-1000 ml per hari atau setara dengan 12-13 gelas. Menu makanan
yang wajib dikonsumsi adalah porsi tidak berlebihan dan teratur, dan
berfungsi untuk mempercepat pemulihan kekuatan dan kesehatan.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran bidan.
4. Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup dan
memberitahu pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur
yang menjadi kurang karena terganggu oleh bayi yaitu dengan cara
ikut tidur saat bayi tertidur.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang disarankan
5. Melakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif
selama 6 bulan dengan menjelaskan kepada ibu pentingnya ASI
Eksklusif bagi bayi, selain bermanfaat sebagai nutrisi bayi, ASI
Eksklusif juga terbukti meningkatkan kecerdasan anak dan ikatan
batin ibu dan anak.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan.
6. Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah
kembali pada tanggal 25 Maret 2022, tetapi apabila ibu merasa ada
82

keluhan ibu dapat menemui bidan atau ke tempat pelayanan kesehatan


kapan saja.
Hasil : ibu mengerti dan akan kunjungan ulang, serta akan ke bidan
atau ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasa ada keluhan

Catatan Perkembangan Nifas 29 Hari

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T, 25 S Ibu mengatakan darah nifas sudah tidak keluar, hanya ada lendir putih
Maret 2022/ 15.30 jernih, ibu merasa bahagia
WIB Pola Kebutuhan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan nasi, sayur, lauk telur dan
tempe, minum air putih 12 gelas/hari
2. Pola Elininasi
Ibu mengatakan BAB 1x/hari dan BAK 5-6x/hari
3. Pola Istirahat
Ibu mengatakan pola istirahat mengikuti pola istirahat bayi.
4. Pola Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, ganti pembalut 3x/hari, gosok
gigi 3x/hari
5. Pola Menyusui
Ibu mengatakan ASI nya lancar, menyusui setiap 2 jam atau saat
bayi menangis
6. Pola Psikologi
Ibu mengatakan dapat merawat bayinya sendiri dengan bahagia
O Tanda – tanda vital
KU : Baik Kesadara : Composmentis
n
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit S : 36,5oC

Status Obstetrik
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak edema
Mammae : Pembesaran simetris, ada hiper pigmentasi
areola, putting menonjol, ASI lancar
Abdomen : TFU tidak teraba
Genetalia : PPV lendir putih jernih (lochea alba)
83

A Ny. T umur 26 tahun P2A0 postpartum 29 hari fase letting go


P Tanggal/Jam : 25 Maret 2022/ 15.30 WIB
7. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
saat ini ibu dalam keadaan baik.
TD : 120/80mmHg N : 80x/menit T : 36,5°C RR : 20x/menit
TFU : tidak teraba, PPV : lochea alba (normal)
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang dengan keadaannya
sekarang.
8. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi dengan
gizi seimbang dan cukup cairan.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran bidan.
9. Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup
dan memberitahu pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat
dan tidur yang menjadi kurang karena terganggu oleh bayi yaitu
dengan cara ikut tidur saat bayi tertidur.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang
disarankan
10. Menjelaskan kepada ibu pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi,
selain bermanfaat sebagai nutrisi bayi, ASI Eksklusif juga
terbukti meningkatkan kecerdasan anak dan ikatan batin ibu dan
anak.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan.
11. Memberikan pendidikan kesehatan pada Ibu tentang pentingnya
KB dan menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi melalui
media lembar balik. Menganjurkan Ibu menggunakan kontrasepsi
IUD karena Ibu hanya menginginkan 2 anak dan kontrasepsi ini
sangat efektif. Alat kontrasepsi IUD memiliki kefektifitasan
sampai 99% yang dapat melindungi hingga 10 tahun (Tcu 380A).
IUD juga tidak mengganggu aktivitas seksual dan menyusui,
sehingga ibu dapat melakukan ASI Eksklusif
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan bidan dan akan memakai
KB IUD pada tanggal 1 April 2022 di Puskesmas Ngawen.
84

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


BY. NY. T USIA 1 JAM BBL FISIOLOGIS
DI UPTD PUSKESMAS NGAWEN

A. PENGKAJIAN

Tanggal : 23 Februari 2022

Jam : 18.00 WIB

Tempat : Puskesmas Ngawen

1. IDENTITAS

a. Identitas Bayi

Nama : By. Ny. T

Tanggal/jam lahir : 23 Februari 2022/ 16.45 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. SM

Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Alamat : Karangjong Alamat : Karangjong


85

A. DATA SUBJEKTIF

1. Riwayat kehamilan ibu

1. Umur kehamilan : 39+2 minggu

2. Riwayat Penyakit dalam hamil : tidak ada

3. Kebiasaan selama hamil

1) Merokok

Ibu mengatakan, ibu dan suami tidak merokok.

2) Konsumsi alcohol

Ibu mengatakan tidak ada yang mengonsumsi alkohol

3) Jamu-jamuan, narkoba, maupun obat-obatan bebas

Ibu mengatakan tidak konsumsi jamu-jamuan, narkoba, maupun

obat-obatan bebas.

4. Riwayat Natal

Tanggal lahir : 23 Februari 2022

BB : 3100 gram

PB : 50 cm

Jenis Kelamin : Perempuan

Tunggal/gemeli : Tunggal

Lama persalinan kala I dan kala II : 6 jam

Komplikasi Persalinan : Tidak ada


86

5. Riwayat Perinatal
Tabel 4.6 Nilai APGAR Score
Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory Score
1 Menit
2 2 2 1 2 9

5 Menit ke-1
2 2 2 2 2 10
5 Menit ke-2
2 2 2 2 2 10

2. Pola kebutuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Kebutuhan nutrisi/cairan bayi sementara diperoleh dari pemberian ASI

eksklusif oleh ibu karena reflek isap bayi yang baik.

b. Pola Eliminasi

BAB : Bayi sudah BAB dalam waktu 1 jam pertama (mekonium,

warna kehitam-hitaman, frekuensi 1x)

BAK : Bayi sudah BAK dalam 30 menit pertama (warna kuning jernih,

bau khas, frekuensi 1x)

c. Pola Istirahat

Bayi lebih banyak tidur.

d. Pola aktivitas

Aktivitas bayi normal, bergerak aktif

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis
87

c) Vital Sign

N : 110x/mnt ; RR : 40x/mnt ; S : 36,7°C

d) Pengukuran antropometri :

BB : 3.100 gram

PB : 50 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 30 cm

Lingkar Lengan : 11 cm

e) Status Present

1) Kepala : Bentuk simetris, UUB membuka,

berdenyut, tidak cekung dan tidak

cembung, tidak ada molase.

2) Mata : Bentuk simestris, konjungtiva tidak

anemis, sklera putih, terdapat secret,

gerak bola mata baik, reflek pupil

terdapat cahaya baik, tidak ada

pembengkakan pada kelopak mata.

3) Hidung : Bentuk simetris, tidak terdapat

atreksia lubang hidung, tidak terdapat

pernafasan cuping hidung,

kemampuan bernafas melalui hidung

baik.
88

4) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada kelainan,

bentuk sejajar.

5) Leher : Bentuk simetris, tidak ada kelainan,

bentuk sesuai.

6) Dada : Bentuk semetris, tidak ada tarikan

dinding dada, gerakan nafas baik,

puting susu dan aerola simetris.

7) Jantung

Palpasi : Tidak ada fraktur klavikula

Auskultasi suara : Tidak ada ronchi pada akhir inspirasi,


jantung
frekuensi dan bunyi nafas norrmal.

8) Abdomen

Inspeksi : Simetris, ukuran dan kontur abdomen

normal, keadaan tali pusat segar

basah.

Auskultasi : Bising usus normal, gerakan

peristaltik normal.

9) Genetalia : Bersih, penis terdapat lubang (tidak

terdapat fimosis), testis sudah turun ke

scrotum, tidak terdapat hipospadia

maupun epispadia.

10) Punggung Keadaan tulang pungung, bahu,

skapula, cristal iliaka dan pangkal


89

tulang normal.

11) Anus : Bersih, normal, lubang tidak ada

kelainan.

12) Ekstremitas

Atas : Pergerakan aktif, jumlah jari-jari

lengkap, adanya reflek menggenggam

dengan baik

Bawah : Pergerakan aktif, jumlah jari-jari

lengkap, adanya reflek moro dengan

baik.

13) Kulit

Warna : Kemerah-merahan

Keadaan : Bersih, normal, tidak ada kelainan

14) Reflek

Rooting reflek : Baik, saat diberi rangsangan pada pipi,

bayi langsung kearah rangsangan.

Sucking reflek : Baik, bayi menghisap kuat saat

dilakukan IMD.

Grasp reflek : Baik, pada saat telapak tangan

disentuk, bayi menggenggam.

Reflek moro : Baik, saat diberi rangsangan, kedua

tangan dan kaki seakan merangkul.

Tonic neck reflek : Baik, saat ditengkurapkan bayi akan


90

memiringkan kepala.

Babinski reflek : Baik, saat telapak kaki bayi digores

dengan jari pemeriksa, maka jari kaki

bayi berusaha untuk menggenggam.

I. INTERPRETASI DATA

Bayi Ny. T umur 1 jam BBL fisiologis fase tidur

II. RENCANA TINDAKAN

Tanggal/jam : 23 Februari 2022/18.00 WIB

1. Beritahu hasil pemeriksaan

2. Berikan salep mata antibiotika 0,5% pada kedua mata bayi

3. Berikan vitamin K dengan dosis 0,5ml pada bayi di paha kiri anterolateral

4. Lakukan perawatan tali pusat yaitu membungkusnya dengan kassa steril tanpa

diberikan cairan atau obat apapun.

5. Hangatkan bayi dengan dibedong dan dipakaikan sarung tangan, kaki dan topi

bayi.

6. Lakukan rawat gabung dengan ibu.

7. Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi yaitu

perdarahan tali pusat, tali pusat berbusa, panas/demam, kejang

8. Dokumentasikan asuhan yang dibeikan dibuku KIA dan register.


91

II.PENATALAKSANAAN

Tanggal/jam : 23 Februari 2022/18.00 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan

2. Memberikan salep mata antibiotika 0,5% pada kedua mata bayi

3. Memberikan vitamin K dengan dosis 0,5ml pada bayi di paha kiri

anterolateral

4. Melakukan perawatan tali pusat yaitu membungkusnya dengan kassa steril

tanpa diberikan cairan atau obat apapun.

5. Menghangatkan bayi dengan dibedong dan dipakaikan sarung tangan, kaki

dan topi bayi.

6. Melakukan rawat gabung dengan ibu. Pelaksanaan rooming in dilakukan

dalam satu ruangan dengan tempat tidur bayi yang bersebelahan dengan

tempat tidur ibu. Waktu pelaksanaan rooming in yaitu selama perawatan masa

nifas sampai ibu diperbolehkan pulang

7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi yaitu

perdarahan tali pusat, tali pusat berbusa, panas/demam, kejang

8. Mendokumentasikan asuhan yang dibeikan dibuku KIA dan register.

III. EVALUASI

Tanggal/jam : 23 Februari 2022/18.00 WIB

1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Telah diberikan salep mata antibiotika 0,5% pada kedua mata bayi

3. Telah memberikan vitamin K dengan dosis 0,5ml pada bayi di paha kiri
92

anterolateral

4. Telah melakukan perawatan tali pusat yaitu membungkusnya dengan kassa

steril tanpa diberikan cairan atau obat apapun.

5. Telah menghangatkan bayi dengan dibedong dan dipakaikan sarung tangan,

kaki dan topi bayi.

6. Telah melakukan rawat gabung dengan ibu.

7. Telah memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada bayi

yaitu perdarahan tali pusat, tali pusat berbusa, panas/demam, kejang

8. Telah mendokumentasikan asuhan yang dibeikan dibuku KIA dan register.

Tabel 4.7 Catatan Perkembangan BBL

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN BBL
Tanggal/Jam
Puskesmas S Ibu mengatakan bayinya tertidur setelah IMD dan bayinya dapat
Ngawen, 23 menghisap dengan baik namun ASI nya belum lancar
Februari 2022/ Pola kebiasaan sehari-hari
23.00 WIB 1. Pola nutrisi
Ibu mengatakan bayi telah mendapatkan kolostrum namun ASI
ibu belum lancar
2. Pola eliminasi
Ibu mengatakan bayi sudah BAK 2 kali dan BAB 1x
3. Pola istirahat
Ibu mengatakan saat ini bayi tertidur
4. Pola aktifitas
Ibu mengatakan bayi menangis keras, gerakan aktif
O KU : Baik Kesadaran : Composmentis
N : 100x/menit BB/PB : 3100 gr/50 cm
RR : 42x/menit LK/LD : 34/30 cm
S : 36,7°C Lila : 11 cm
MTBM
1. Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri
Hasil : mungkin bukan infeksi
2. Apakah bayi diare
Hasil : bayi tidak diare
3. Memeriksa ikterus
Hasil : bayi tidak ikterus
4. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian ASI
Hasil : berat badan bayi normal
5. Penilaian tentang cara meneteki
93

Hasil : ibu dapat meneteki dengan benar


A By. Ny. T usia 6 jam bayi lahir normal fase reaktivitas II
P Tanggal/ Jam : 23 Februari 2022/ 23.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
bidan bahwa bayinya dalam keadaan normal.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjaga kehangatan bayi dengan segera mengeringkan tubuh
bayi dengan handuk memberikan minyak telon, memakaikan bayi
pakaian, serta membungkus bayi dengan kain, bersih dan hangat
Hasil : Tubuh bayi sudah dikeringkan dengan handuk,
dipasangkan pakaian bayi serta sudah dibungkus dengan kain
kering, hangat dan bersih
3. Memberitahu keluarga bayi untuk dilakukan pemberian imunisasi
Hb0 dan meminta keluarga untuk menandatangani informed
consent.
Hasil : Informed consent telah ditandatangani ayah bayi.
4. Memberikan imunisasi Hb0 sebanyak 0,5ml pada bayi Ny. T di
paha kanan anterolateral guna untuk mencegah penyakit
hepatitis.
Hasil : Bayi telah mendapatkan imunisasi Hb-0.
5. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang perawatan
tali pusat yaitu membungkus tali pusat dengan kasa steril tanpa
memberikan cairan atau obat apapun, dan menggantikan kassa
jika kasa basah atau kotor.
Hasil : Ibu telah mengetahui cara perawatan tali pusat.
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai tanda
bahaya bayi baru lahir yaitu tidak mau menyusu, warna kulit
kebiruan atau sangat kuning, suhu tubuh bayi terlalu panas atau
dingin.
Hasil : Ibu sudah mengerti dan dapat menyebutkan kembali
tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
memandikan bayi yaitu menyiapkan semua perlengkapan mandi
termasuk sabun bayi, waslap, handuk bersih, air hangat. Bilas
bayi secara perlahan dan lembut, jangan lewatkan bagian lekukan
dan lipatan tubuh bayi. Angkat bayi dengan kedua tangan dan
langsung dihangatkan menggunakan handuk kering.
Hasil : Ibu paham cara memandikan bayi
8. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan dibuku KIA.
Hasil : Asuhan telah didokumentasikan pada buku KIA
94

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T, 27 S Ibu mengatakan bayinya sehat dan tidak ada keluhan
Februari 2022/ Pola kebiasaan sehari-hari
15.30 WIB 1. Pola nutrisi
Ibu mengatakan bayi telah mendapatkan ASI dan bayi sudah
menyusu
2. Pola eliminasi
Ibu mengatakan bayi sudah BAK 2 kali dan BAB 1x
3. Pola istirahat
Ibu mengatakan saat ini bayi tertidur
4. Pola aktifitas
Ibu mengatakan bayi menangis keras, gerakan aktif
O KU : Baik Kesadaran : Composmentis
N : 105x/menit BB/PB : 3.200gr/50 cm
RR : 40x/menit LK/LD : 34/30 cm
S : 36,7°C Lila : 11 cm

MTBM
1. Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri
Hasil: mungkin bukan infeksi
2. Apakah bayi diare
Hasil: bayi tidak diare
3. Memeriksa icterus
Hasil: bayi tidak ikterus
4. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian ASI
Hasil: berat badan bayi normal
5. Penilaian tentang cara meneteki
Hasil: ibu dapat meneteki dengan benar
A By. Ny. T usia 3 bayi normal

P Tanggal/Jam : 27 Februari 2022/ 14.00 WIB


1. Memberitahukan bahwa bayi dalam keadaan sehat.
Hasil : Ibu senang telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengkaji nutrisi pada bayi dengan cara menyusukan bayi ke ibu.
Hasil : bayi dapat menyusu dengan aktif dan baik, seluruh
areola masuk ke mulut bayi dan dagu bayi
menempel pada payudara ibu
3. Memastikan kembali agar ibu tetap menyusui bayinya secara on
demand
Hasil : ibu bersedia melakukannya
4. Memberikan konseling perawatan bayi sehari-hari
Hasil : ibu lebih memahami tentang perawatan bayi sehari-hari
5. Menjaga kehangatan bayi dengan kembali membedong bayi
dengan pakaian dan kain.
Hasil : Bayi telah diberikan kehangatan dengan dipakaikan
pakaian dan kain kembali.
6. Memberikan penkes tanda-tanda bahaya BBL kepada ibu, seperti
bayi tidak mau menyusu, kejang, bayi lemah, merintih, pusar
kemerahan.
Hasil : ibu mengerti penjelasan yang diberikan
95

7. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai


menjaga kebersih, kehangatan dan keamanan bayi, ibu dapat
membaca di buku KIA.
Hasil : ibu bersedia membaca buku KIA.
8. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan di dalam buku
KIA.
Hasil : pendokumentasian sudah dilakukan

Tempat,
CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR
Tanggal/Jam
Rumah Ny. T, 4 S Ibu mengatakan bayinya sehat dan tidak ada keluhan, tali pusat telah
Maret 2022/ 15.30 lepas pada hari keempat
WIB Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Ibu mengatakan bayi telah mendapatkan ASI dan bayi sudah
menyusu
2. Pola eliminasi
Ibu mengatakan bayi sudah BAK 2kali dan BAB 1x
3. Pola istirahat
Ibu mengatakan saat ini bayi tertidur
4. Pola aktifitas
Ibu mengatakan bayi menangis keras, gerakan aktif
O KU : Baik Kesadaran : Composmentis
N : 111x/menit BB/PB : 4100 gr/50 cm
RR : 42x/menit LK/LD : 34/30 cm
S : 36,6°C Lila : 11 cm
Tali pusat : telah lepas dan kering
A By. Ny. T usia 10 hari bayi normal
P 1. Memberitahukan bahwa bayi dalam keadaan sehat dan normal
Hasil : Ibu telah mengetahui seluruh hasil pemeriksaan dan ibu
merasa senang.
2. Mengkaji nutrisi pada bayi dengan cara menyusukan bayi ke ibu.
Hasil : Bayi dapat menyusu dengan aktif dan baik, seluruh areola
masuk ke mulut bayi dan dagu bayi menempel pada
payudara ibu.
3. Menyampaikan kepada ibu tentang kebesihan bayi baru lahir,
diantaranya bayi tidak perlu keramas setiap hari, cukup 2-3x
seminggu karena jika setiap hari maka akan menyebabkan kulit
kepala bayi kering, menjaga daerah bokong agar tetap kering dan
bersih karena jika daerah bokong lembab maka bayi akan mudah
mengalami lecet di daerah bokong, terakhir penting bagi ibu
untuk menggunting kuku bayi untuk melindungi diri ibu dan bayi
Hasil :ibu paham penjelasan bidan dan bersedia melakukannya
4. Memastikan kembali agar ibu tetap menyusui bayinya secara on
demand
Hasil : Ibu bersedia melakukannya.
5. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu mengenai imunisasi
96

dasar yaitu BCG, polio, Pentavalen dan Campak.


Hasil : Ibu mengerti penjelasan bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya di
puskesmas atau posyandu terdekat.
Hasil : Ibu bersedia bayinya dilakukan imunisasi dasar.

II. PEMBAHASAN

Penulis akan membahas asuhan kebidanan komprehensif yang telah

dilakukan pada Ny. T umur 26 tahun di Puskesmas Ngawen, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Blora sebagai berikut Asuhan Kebidanan pada Ny. T.

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, Ny. T

mengeluh nyeri punggung pada bagian bawah. Menurut Suryani & Handayani

(2018), nyeri punggung pada kehamilan trimester III adalah hal yang normal.

Hal ini disebabkan karena janin dalam kandungan ibu semakin membesar,

berat badan ibu meningkat menyebabkan peningkatan tinggi fundus uteri yang

disertai pembesaran perut, membuat beban tubuh lebih ke depan. Untuk

menyesuaikan beban tubuh yang berlebihan, tulang belakang mendorong ke

arah belakang, membentuk postur tubuh lordosis. Hal ini yang menyebabkan

ibu merasakan nyeri pada punggung dan pinggang.

Intervensi yang dilakukan penulis untuk mengatasi keluhan Ny.T

adalah memberikan endorphin massage yaitu sebuah terapi sentuhan atau

pijatan ringan yang penting dilakukan ibu hamil pada masa prenatal. Pijatan

ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan hormon endorphin yang

merupakan pereda nyeri dan dapat menimbulkan perasaan nyaman. Setelah

dilakukan endorphin massage pada Ny. T merasa nyaman dan nyeri


97

punggungnya berkurang. Hal ini sesuai dengan teori (Saputri, Rosita, & Dewi,

2020).

Penulis juga memberikan intervensi endorphin massage untuk

mengurangi nyeri punggung bagian bawah. Endorphine massage dilakukan

kurang lebih 30 menit, pelaksanaannya dilakukan bersama dengan suami ibu.

Caranya dengan ibu berbaring kemudian mengusahakan suami berada di

samping ibu, kemudian tarik nafas secara perlahan dan hembuskan dengan

perlahan sambil memejamkan mata. Lalu, minta suami untuk mengelus

permukaan kulit pada lengan ibu dengan lembut menggunakan jari tangan

suami. Dimulai dari lengan atas kemudian turun hingga pada lengan bawah.

Lakukan secara perlahan dan lembut, dan ganti pada tangan lainnya setelah

beberapa menit. Hal ini sesuai dengan teori Novita, Wita & Desy (2020)

endorphine massage dapat merangsang tubuh untuk melepaskan hormon

endorphin yang merupakan pereda nyeri. Evaluasi dilakukan menggunakan

Visual Analogue Scale (VAS) yaitu skala berupa garis lurus yang panjangnya

10 cm dengan penggambaran angka 0. Dengan rentang makna 0-1 mm (tanpa

nyeri), 2-3 mm (nyeri ringan), 4-7 mm (nyeri sedang), 8-9 mm (nyeri berat),

10 mm (nyeri sangat berat). Penilaian pada Ny. I dilakukan dengan menandai

angka yang menurut ibu paling tepat dalam mendeskripsikan tingkat nyeri

yang dirasakan. Skala nyeri sebelum diberikan endorphine massage adalah 4-7

mm dan setelah dilakukan endorphine massage skala nyerinya berkurang

menjadi 2-3 mm. Sehingga membuktikan bahwa endorphine massage


98

berpengaruh signifikan mengurangi nyeri punggung bagian bawah yang

dialami Ny. T.

Ny. T melakukan pemeriksaan kehamilan 6x yaitu 2x pada trimester II,

1x trimester II, dan 3x pada trimester III. Hal ini sesuai dengan Kemenkes RI

(2020), ANC dilakukan minimal 6x yaitu dilakukan 2x pada trimester I, 1x

trimester II dan 3x pada trimester III. Pemeriksaan kehamilan dilakukan

minimal 6x. Pemeriksaan ANC pertama dilakukan pemeriksaan darah untuk

mengetahui adanya kelainan pada ibu dan janin, pemeriksaan trimester II yaitu

untuk mengetahui adanya kelainan pada ibu dan janin, pada trimester III ibu

hamil dianjurkan untuk lebih sering melakukan ANC guna dilakukan

pemantauan kesejahteraan ibu dan janin, serta faktor risiko persalinan.

Sehingga Ny. T melakukan ANC sesuai anjuran demi meningkatkan

kesejahteraan atan ibu dan bayi, dan mempersiapkan proses persalinan

sehingga dapat melahirkan bayi dengan selamat serta meminimalkan trauma

yang dimungkinkan terjadi pada masa persalinan.

Ny. T mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT1, TT2, TT3, dan

TT4,. Dalam pemberian imunisasi TT jarak aantara TT1 didapatkan sejak

sekolah dasar, TT2 pada saat capeng 2018, TT3 pada saat 6 bulan setelah

capengg , TT4 didapatkan pada hamil pertama tahun 2019 dan TT5 pada

kehamilan kedua pada Trimester II. Menurut Desta dan Anik (2021) interval

pemberian TT2 dengan TT3 adalah 6 bulan dan jarak antara TT3 dan TT4

yaitu 1 tahun dengan lama perlindungan 10 tahun. TT5 dilakukan 1 tahun

setelah TT4 lama perlindungan 25 tahun atau seumur hidup, apabila imunisai
99

diberikan pada ibu hamil fisiologis maka tidak akan mengalami kontra

indikasi akibat jarak pemberian imunisasi TT. Pada kasus ini Ny. T jarak

pemberian TT4 ke TT5 4 tahun, meskipun demikian Ny. T tidak mengalami

kontra indikasi bagi ibu aupun bayi.

Ny. T mengkonsumsi tablet Fe 90 tablet selama masa kehamilan

diberikan selama 90 hari berturut-turut mengkonsumsi sehari 1 tablet Fe pada

malam hari. Menurut Nova dan Irawati, (2021) tablet tambah darah dapat

mengurangi kejadian anemia pada kehamilan untuk mencegah perdarahan

setelah persalinan. Mengonsumsi tablet Fe berpengaruh terhadap kadar HB,

dimana hemoglobin normal pada ibu hamil yaitu ≥11gr/dl. Hal ini dibuktikan

dengan saat dilakukan pemeriksaan, didapatkan kadar HB ibu adalah 11,7 gr

%. Dengan demikian Ny. T tidak mengalami anemia dan mencegah

perdarahan.

Data obyektif didapatkan Ny. T memiliki IMT 23,4, artinya Ny. T

memiliki IMT normal. Berdasarkan teori Ekowati (2020) IMT normal yaitu

IMT 18,5-24,9 rekomendasi peningkatan berat badannya adalah 11,5- 16 kg.

Kenaikan berat badan perlu dipantau pada saat hamil untuk memantau status

gizi ibu agar mempunyai gizi yang cukup. Jika ibu tidak mendapat gizi yang

cukup selama kehamilannya, makan janin yang dikandungnya akan menderita

kekurangan gizi. Jadi, bayi akan lahir dengan 95 berat badan dibawah 2500 gr

(BBLR) sedangkan berat bayi normal adalah 2.500-4.000 gram. Dibuktikan

dengan berat badan lahir pada By. Ny. T normal yaitu 3100 gr. Sehingga
100

kenaikan berat badan selama hamil perlu dipantau untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan janin.

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan persalinan pada kala I dilakukan tanggal 23 Februari 2022

pukul 12.00 WIB. Data subyektif didapatkan keluhan Ny. T perutnya terasa

kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir bercampur darah, rasanya seperti

ingin BAB, kontraksi teratur, dan lokasi ketidaknyamanan berupa nyeri di

perut bagian bawah menjalar kepinggang. Keluhan yang dialami ibu sesuai

dengan teori Kurniarum (2016) bahwa tanda dan gejala inpartu yang dirasakan

ibu antara lain : nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan, kontraksi uterus semakin kuat, teratur, durasinya lama keluar cairan

ketuban.

Asuhan kala I pada persalinan Ny. T yang diberikan yaitu dengan

melakukan kompres hangat, dilakukan dengan cara memasukkan air kedalam

kantong kompres dengan suhu 50℃-60℃, posisi pemberian kompres hangat

yaitu di punggung bawah di area tempat kepala janin menekan tulang

belakang dan dilakukan selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sulistiawati dan Desi (2020) kompres hangat dapat mengurangi nyeri yang

dirasakan. Panas yang ditimbulkan meningkatkan sirkulasi darah ke area

tersebut sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh

tekanan. Setelah dilakukan kompres hangat, nyeri punggung yang dialami Ny.

T berkurang. Penilaian diukur dengan menggunakan Faces Pain Rating Scale


101

yaitu skala nyeri yang hanya dilihat menggunakan ekspresi wajah pasien saat

bertatap muka. Nilai 0 tidak merasa sakit, 2 sakit sedikit, 4 agak mengganggu,

6 mengganggu aktifitas, 8 sangat mengganggu, 10 tak tertahankan. Dimana

Ny. T sebelum diberikan kompres hangat keluhan yang dirasakan

mengganggu aktivitas dengan nilai 6 dan setelah dilakukan kompres hangat

sakitnya agak sedikit yaitu 2. Sehingga kompres hangat mempu mengurangi

nyeri pada persalinan kala I.

Alat pelindung diri (APD) yang digunakan saat menolong persalinan

belum sesuai dengan standar. Masih terdapat kesenjangan pada pemakaian

APD. Berdasarkan Kemenkes RI (2020) bidan dalam menangani persalinan di

era pandemi seharusnya menggunakan APD level 2 yang terdiri dari penutup

kepala, googleglass, masker N95, handscoon, gown, dan alas kaki. Kenyataan

di lahan penulis tidak menggunakan APD yang sesuai yaitu tidak memakai

googleglass untuk menghindari mata dari percikan darah, dan memakai

masker KF94 untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan

bicara, batuk, bersin, dan juga untuk mencegah cipratan darah. Petugas

kesehatan direkomendasikan memakai masker N95 saat kontak erat secara

langsung menangani kasus dengan tingkat infeksius yang tinggi dengan

pasien, karena mempunyai efesiensi penyaringan bakteri sampai 95%. Penulis

menggunakan masker KF94 dikarenakan masker KF94 mempunyai efesiensi

filtrasi bakteri 94% dan adanya keterbatasan sarana prasarana di puskesmas.

Pada pertolongan persalinan sebaiknya menggunakan APD secara lengkap dan


102

sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) dengan tujuan pencegahan

infeksi baik ke diri penolong maupun ke ibu dan bayi.

Intervensi Kala II yang diberikan yaitu posisi setengah duduk. Posisi

setengah duduk dilakukan dengan cara posisi ibu duduk dengan tubuh

membentuk sudut lebih dari 45 dari tempat tidur, kaki ditekuk, dan paha

dibuka ke arah samping, serta mengajari ibu untuk memposisikan tangan

memegang pergelangan kaki saat mengejan. Bidan dapat menahan kuat

perineum saat kepala keluar, dan posisi ini memberikan kenyamanan pada ibu.

Hal ini sesuai dengan teori Indah & Santy (2021) posisi setengah duduk pada

kala II dapat mengurangi kondisi robekan perinium karena lebih memudahkan

penolong persalinan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan menyangga

perineum elistisitas perinium terjaga dan mampu mengurangi kondisi robekan

perinium. Hasil dari asuhan tersebut, Ny. T mengalami robekan jalan lahir

derajat I sehingga intervensi posisi setengah duduk berpengaruh mengurangi

robekan perinium.

Intervensi pada kala III selanjutnya adalah menyuntikkan oksitosin

segera setelah dipastikan tidak ada janin kedua. Kemudian dilakukan

pemotongan tali pusat, penundaan penjepitan tali pusat satu sampai 2 menit

dapat mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan cadangan

zat besi sampai usia enam bulan. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Agustini dan Roeslani (2016) yang mengatakan bahwa

penundaan penjepitan tali pusat dapat mencegah anemia pada bayi baru lahir.
103

Demikian pada saat dilakukan pemeriksaan pada bagian konjungtiva By. Ny.

T berwarna merah muda dan membuktikan By. Ny. T tidak anemia.

Kala IV asuhan yang dilakukan yaitu melakukan IMD pada bayi selama

minimal 1 jam untuk mengurangi jumlah perdarahan kala IV. Hal ini sesuai

dengan teori Setiyani & Nana (2021) ibu bersalin yang melakukan IMD

perdarahan kala IV persalinan jumlahnya lebih sedikit karena IMD

mengeluarkan oksitosin yang merangsang uterus berkontraksi sehingga

menjepit pembuluh darah pada akhirnya dapat mengurangi jumlah darah.

Hasilnya perdarahan kala IV pada Ny. T yaitu 40 cc, hal ini berarti IMD

berpengaruh mengurangi jumlah perdarahan kala IV.

3. Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan nifas pertama dilakukan pada tanggal 23 Februari 2022

pukul 23.00 WIB. Pada data subyektif didapatkan ibu mengeluh perutnya

masih terasa mulas dan nyeri pada bekas jahitan, ibu mengatakan dalam

melakukan kegiatan sehari-hari di bantu oleh suaminya, ibu masih berfokus

pada keadaan dirinya dan masih terkenang pengalaman saat melahirkan. Hal

ini sesuai dengan teori Handayani & Triwik (2017) yang ada bahwa ibu dalam

waktu 6 jam post partum termasuk dalam fase taking in, ditandai dengan

keluhan ibu bahwa ibu belum mampu merawat bayinya. Ny. T mengatakan

masih membutuhkan bantuan untuk merawat bayinya seperti mengganti popok

dan memandikan bayi.


104

Penatalaksanaan yang diberikan pada yaitu penulis mengajari Ny. T

untuk melakukan mobilisasi dini setelahpersalinan. Aktifitas tersebut berguna

bagi semua sistem tubuh, terutama pemulihan fungsi tubuh. Hal itu juga

membantu mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai dan membantu

kemajuan ibu dari ketergantungan peran nyeri dan sakit menjadi sehat.

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas

dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa miring kanan

atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri

dan jalan. Ny. T melakukan mobilisasi 2-4x dalam satu hari. Hasil dari

dilakukannya mobilisasi dini secara berkala pada Ny. T membuat

penyembuhan luka perineum Ny. T berangsur cepat yaitu dalam waktu 4 hari.

Hal ini sesuai dengan teori Marbun (2019) yaitu mobilisasi dini dapat

mempercepat penyembuhan luka perineum dari derajat 1 dan 2. Penyembuhan

luka perineum derajat 1 dengan mobilisasi dini lebih cepat 2-3 hari dari

penyembuhan normal yaitu selama 7 hari.

Penulis juga memberikan pendidikan kesehatan kepada Ny. T dan

suami untuk memberikan ASI Eksklusif. Hal ini dibuktikan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Erawati, Wiwin, Handayani (2017) yang

mengatakan bahwa keberhasilan pemberian ASI dipengaruhi oleh dukungan

suami. Keluarga dan suami diharapkan dapat memberikan partisipasi psikologi

terutama pada perubahan fisik dan emosional ibu menyusui, misalnya dengan

memberikan perhatian dan kasih sayang, mendorong ibu agar memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan. Evaluasi dari dukungan yang diberikan suami Ny. T
105

didapatkan bahwa ASI ibu lancar dan lebih semangat menyusui karena kasih

sayang yang diberikan suaminya.

Intervensi yang diberikan pada kunjungan nifas kedua memberikan

asuhan pijat oksitosin kepada Ny. T untuk membantu meningkatkan produksi

ASI. Pijat ini dilakukan dengan cara memposisikan ibu senyaman mungkin,

memberikan pijatan pada kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan ibu

jari, memijat dengan gerakan melingkar, memijat kembali sisi tulang belakang

ke arah bawah sampai sebatas dada sampai tulang belikat dengan durasi waktu

3-5 menit atau sampai ibu merasa nyaman. Hasilnya setelah diberikan pijat

oksitosin asi nya lancar. Berdasarkan teori Ani, Novita & Septalia (2017) pijat

oksitosin bertujuan untuk meningkatkan 102 produksi asi. Hasilnya asi Ny. T

keluar lancar, hal ini dibuktikan dengan berat badan By. Ny. T mengalami

peningkatan 100 gram dari 3100 gram menjadi 3200 gram. Dimana berat

badan bayi umumnya turun pada 5 hari pertama setelah lahir. Sehingga pijat

oksitosin mampu memperlancar produksi ASI.

Pada kunjungan nifas ketiga pada tanggal 4 Maret 2022 pukul 15.30

WIB. Ny. T mengatakan tidak ada keluhan, badannya sudah lebih sehat, sudah

mampu melakukan aktivitas sehari-hari, namun ibu belum mengetahui

makanan apa saja yang sebaiknya di konsumsi pada mssa nifas ini. Asuhan

yang dilakukan yaitu memberikan KIE nutrisi ibu nifas yang dapat dipenuhi

dengan cara menganjurkan ibu memperhatikan pola makan seperti makan

tepat waktu dan mengkonsumsi makanan secukupnya berupa sayuran, daging,


106

kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan air putih. Penambahan jumlah air

yang harus dikonsumsi ibu menyusui adalah 12-13 gelas per gelas. Hasilnya

Ny. T merasa badannya lebih sehat dan produksi ASI lancar. Hal ini sesuai

dengan Maryunani (2021) kebuthan nutrisi pada ibu menyusui sangat

berpengaruh terhadap produksi ASI ibu dan keberhasilan pemberian ASI

Ekslusif juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai kebutuhan nutrisi

yang baik dan pengetahuan mengenai manfaat ASI.

Pada kunjungan nifas terakhir pada tanggal 25 Maret 2022 pukul 15.30

WIB. Hasil amamnesa menunjukan bahwa darah nifas sudah tidak keluar dan

ibu merasa Bahagia. Penulis memberikan Pendidkan Kesehatan pentingnya

KB dan menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi. Pengkajian ini sesuai

dengan jurnal penelitian (Asmaul dan Nuzulul, 2020) konseling tentang alat

kontrasepsi diberikan kepada ibu diharapkan dapat merencakan alat

kontrasepsi yang akan digunakan untuk menunda kehamilan selanjutnya.

Pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu cara dari keluarga untuk

mewujudkan keluarga berkualitas. Pemakaian alat kontrasepsi maka keluarga

dapat mengatur jarak kelahiran sehingga orang tua dapat memberikan

kebutuhan anak baik secara fisik maupun emosional secara maksimal. Alat

kontrasepsi IUD memiliki kefektifitasan sampai 99% yang dapat melindungi

hingga 10 tahun (Tcu 380A). IUD juga tidak mengganggu aktivitas seksual

dan menyusui, sehingga ibu dapat melakukan ASI Eksklusif sesuai dengan

teori Mulyani (2019). Ny. T berencana akan memakai IUD pada tanggal 1

April 2022 di Puskesmas Ngawen.


107

4. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan pada tanggal 23

Februari 2022 Pukul 18.00 WIB. Pada data subyektif penulis mendapatkan

informasi bayinya tertidur setelah menyusu dan bayi dapat menyusu dengan

baik, baik lahir dengan riwayat kehamilan dan persalinan tanpa penulit.

Sedangkan data obyektif yaitu pemeriksaan umum, status present, mengukur

tanda-tanda vital, dan pengukuran antropometri pada bayi baru lahir.

Pengkajian data yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan teori

Rohana (2020) dan didapatkan hasil semua hasil pemeriksaan normal.

Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada By. Ny. T umur 1 jam yaitu

pemberian imunisasi vitamin K pada 1 jam setelah bayi baru lahir. Manfaat

pemberian imunisasi vitamin K pada bayi yaitu untuk mencegah perdarahan

pada bayi. Menurut Casnuri dan Sari (2018) untuk mencegah terjadinya

perdarahan, bayi baru lahir harus diberi vitamin K injeksi 1 mg intramuscular

pada paha kiri setelah satu jam kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi selesai

menyusu. Sehingga diberikan vitamin K pada By. Ny. T setelah 1 jam bayi

lahir untuk mencegah perdarahan.

Pada kunjungan neonatal pertama pada tanggal 23 Februari 2022 pukul

23.00 WIB, asuhan yang diberikan pada By. Ny. T yaitu pemberian imunisasi

HB0 pada By. Ny. T dimana pemberian imunisasi HB0 sebanyak 0,5 ml di
108

paha kanan anterolateral secara IM dilakukan pada 6 jam pertama. Menurut

Ginting, Melva & Tri (2016) bahwa efektivitas proteksi pemberian imunisasi

HB0 pada bayi yaitu 85%- 95% dalam mencegah infeksi virus hepatitis B dan

kronisitas apabila pemberian imunisasi dalam waktu 12 jam setelah lahir.

Sehingga pemberian HB0 pada By. Ny. T setelah 6 jam bayi lahir normal

karena efektifitas pemberian HB0 yaitu 12 jam setelah lahir dengan tujuan

untuk mencegah mencegah infeksi Hepatitis.

Asuhan neonates kedua dilakukan pada tanggal 27 Februari 2022

pukul 15.30 memberikan pendidikan kesehatan asi ekslusif yaitu asi yang

diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan diberikan secara terus

menerus setiap 2 jam sekali tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain, termasuk air putih. Hal ini sesuai dengan teori

Rahmawati (2017) berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan

bayi atau sesuaidengan kebutuhan bayi setiap 2-3 jam dan berikan secara

bergantian pada payudara kanan dan kiri agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi

dan dapat berkembang dengan optimal. Didapatkan pemeriksaan yang telah

dilakukan dengan hasil berat badan pada kunjungan kedua mengalami

kenaikan 100 gram dari 3100 menjadi 3200 gram dimana biasanya bayi

mengalami penurunan berat badan pada hari ke-5. Dan pada kunjungan ketiga

berat badan bayi menjadi 3350, yang artinya By. Ny. T mengalami kenaikan

berat badan 800 gram dari berat lahir. Hal ini membuktikan bahwa asupan

nutrisi pada bayi telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan teori Siregar & Sukhri

(2020) bahwa pertumbuhan bayi yang mendapatkan asi sebagian besar adalah
109

normal terutama bayi yang mendapat asi eksklusif. Hal ini disebabkan karena

kandungan nutrisi yang terdapat pada asi sudah memenuhi kebutuhan dari

bayi hingga umur 6 bulan.

Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada tanggal 4 Maret 2022

pukul 15.30 WIB di rumah Ny. T. Hasil anamnesa menunjukkan bahwa bayi

sehat, tidak ada keluhan, tali pusat telah lepas pada hari keempat. Ibu

mengatakan bayinya sudah mendapatkan imunisasi Hb0 pada tanggal 23

Februari 2022. Penulis memberikan pendidikan kesehatan pada ibu untuk

memberikan imunisasi dasar pada bayinya. Imunisasi terdekat adalah Bacille

Calmette Guarin (BCG) yang berfungsi untuk memberikan kekebalan

terhadap penyakit tuberculosis. Ny. T berencana memberikan bayinya

imunisasi BCG pada tanggal 2 April 2022 dimana usia bayi telah mencapai 1

bulan. Hal ini sesuai dengan teori Ririn (2021) bahwa imunisasi BCG

diberikan pada bayi usia 1 bulan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan komprehensif yang telah

dilakukan pada Ny. T umur 26 tahun dimulai dari hamil, bersalin, nifas,

dan BBL di UPTD Puskesmas Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten

Blora, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada asuhan kebidanan kehamilan fisiologis trimester III pada Ny. T

G2P1A0, umur 26 tahun hamil 37 minggu penulis mampu memberikan

asuhan kebidanan dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah.

Penulis menyarakan agar mengaplikasikan kompres hangat pada titik

nyeri.

2. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan fisiologis

pada Ny. T G2P1A0, umur 26 tahun hamil 39+2 minggu dengan normal

dan tidak ada penyulit atau komplikasi. Pada kala II tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan nifas fisiologis dan KB

pada pada Ny. T G2P1A0, umur 26 tahun secara komprehensif. Masa

nifas pada Ny. T dalam keadaan normal. Penulis memberikan

penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan yaitu memotivasi ibu untuk

ber KB. Ny. T akan menggunakan alat kontrasepsi IUD.

4. Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis pada Bayi

Baru Lahir normal, yaitu pada By. Ny. T secara komprehensif.

110
111

5. Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.

T umur 26 tahun mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis lebih meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan

pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara

komperehensif (continuity of care) pada ibu hamil, bersalin, nifas,

neonatus dan kontrasepsi dengan menggunakan manajemen kebidanan.

2. Bagi Pasien

Klien mendapatkan Asuhan Kebidanan secara Komperehensif dari

Hamil, Bersalin, Nifas, BBL, Neonatus dan KB.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan terutama bidan dalam memberikan Asukan

Kebidanan secara komperehensif mulai dari kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas dan KB agar lebih optimal dan meningkatkan

kualitas dalam memberikan asuhan kebidanan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi Kebidanan

Blora Program Diploma III.


112

5. IPTEK

Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan

acuan perkembangan ilmu pengetahuan serta informasi dalam

menerapkan asuhan kebidanan secara komperehensif.


DAFTAR PUSTAKA

Agrippina, S. Y. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Bpm
Sri Kabupaten Jombang. Jurnal ilmiah Kebidanan.
Ani, M., Novita, I. W. & Septalia, I. (2017). Efektifitas Pijat untuk Merangsang
Hormon Oksitosin pada Ibu Nifas Primipara. Jurnal Kebidanan Vol. 6

Azizah, N., & Rosyidah, R. (2019). Buku ajar mata kuliah asuhan kebidanan
nifas dan menyusui. Sidoarjo: Umsida Press.
Dewi, P. A. (2020). Peran Serta Suami Dan Perilaku Ibu Hamil Dalam
Perawatan Kehamilan Di Puskesmas Wirosari I. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kebidanan Dan Kesehatan Volume 11 No 1, 01-08.

Dinkes Blora. (2018). Profil kesehatan kabupaten blora. Kabupaten Blora: Dinas
Kesehatan Kabupaten Blora.
Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah . semarang: Dinkes.
Erawati E, W. R. (2014). Partisipasi Suami dalam Pemberian ASI. Magelang:
Jurnal Kebidanan.
Erna. (2020). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir Selama
Social Distancing. Jakarta: Kemenkes RI.
Handayani, S. R. & Triwik, S. M. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Kemenkes (2017). Profil Kesehatan RI. Jakarta:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf.2018.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru
Lahir di Era Pandemi COVID-19. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2019). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2020b). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Kementerian Kesehatan
RI.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman bagi ibu hamil, ibu, nifas, dan bayi baru lahir
selama social distancing .
Kholilawati. (2017). Respon Ibu terhadap Implementasi Tatalaksana Anak Sakit
oleh Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan. Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Univesitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Kusumayanti, N., & Nindya, T. S. (2018). Hubungan dukungan suami dengan
pemberian asi eksklusif di daerah perdesaan. Media Gizi Indonesia, 12(2),
98. https://doi.org/10.20473/mgi.v12i2.98-106

Marmi. (2018). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah .


Yogyakarta: Penebit Pelajar.
Na'imah, A., Lestari, H., Rini, & Wibow, H. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Kala I Fase Aktif Dengan Kompres Pana Guna Mengurangi Rasa
Nyeri. Jurnal Ilmiah Kebidaan.
Novita, N., Wita, A. & Desy, S. (2020). Pemberdayaan Ibu Hamil Trimester III
dan Keluarga Menggunakan Endorphin Massage untuk Mengurangi Nyeri.
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 4(2).

Ningsih, D. A. (2017). Continuity of care kebidanan. Oksitosin : Jurnal Ilmiah


Kebidanan, 4(2). https://doi.org/10.35316/oksitosin.v4i2.362

Nurjasmi, E. (2020). Situasi Pelayanan Kebidanan pada Masa Pandemi COVID-


19. Jurnal Ilmiah Kebidaan. Vol. 5
Nursalam. (2015). Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Nursalam. ILMU
KEPERAWATAN Pendekatan Praktis. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
PKRS RSU Banjar. (2018). Pijat Oksitosin. Banjar : RSUD Banjar Kota.
Podungge, Y. (2020). Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jambura Health and
Sport Journal Vol. 2, No. 2, 68-77.
Prawiroharjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono.
Qonitun, U., & Novitasari, F. (2018). Studi persalinan kala iv pada ibu bersalin
yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) di ruang mina rumah sakit
muhammadiyah tuban. Jurnal Kesehatan, 11(1).
https://doi.org/10.24252/kesehatan.v11i1.457

Rahmawati, D. A. (2017). Perawatan bayi baru lahir (BBL) pada ibu usia
perkawinan kurang dari 18 tahun. Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol.
6.
Rohana, A. S. (2020). Pelaksanaan pelayanan neonatal berdasarkan standar
pelayanan minimal kesehatan bayi baru lahir di puskesmas dukuhseti
kabupaten pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 8,
Nomor 1.

Rini, S. (2017). Panduan Asuhan Nifas Evidence Based Practice. Yogyakarta.


Rini, T. L. F. E., & Nadhiroh, S. R. (2015). Hubungan frekuensi dan lama
menyusu dengan perubahan berat badan neonatus . Media Gizi Indonesia,
10(1).

Sabiyatin, A. (2017). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Santoso, B. J.-K. (2017). Asuhan Persalinan Normal suhan Esensial bagi ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir Serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera
Pasca Persalinan. Dapartemen Kesehatan.
Saputri, R. D., Rosita, E., & Dewi, R. S. (2020). Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ny "S" G2P1A0 36 Minggu Kehamilan Normal dengan Keluhan
Nyeri Punggung di BPM Ririrn Dwi. STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang.
Sembiring. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta.
Setiyani, A. & Nana, U. (2021). Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini, Involusi
Rahim, Pelepasan Plasenta dan Perdarahan Kala IV Persalinan. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol. 12 No. 3.
Setyorini, A. &. (2017). Asuhan Kebidanan Komperhensif Pada Ny. M di BPM
Jumiati Purworejo. Jurnal Komunikasi Kesehatan.
Sinaga, P. N. . (2017). Modul praktek asuhan kebidanan neonatus bayi, balita &
anak pra sekolah. Modul Praktek Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi,
Balita & Anak Pra Sekolah
Subiyatin, A. (2017). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sulfianti, d. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yayasan Kita menulis.
Sulistiawati, R., Fitri, R. D. & Desy, R. (2020). Efektivitas Kompres Hangat
terhadap Intensi Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Normal di Puskesmas
Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Kebidanan Khatulisatiwa,
6, 35-42.
Utami, I., & Fitriahadi, E. (2019). Buku ajar asuhan persalinan & managemen
nyeri persalinan. Universitas Aisyiyiah Yogyakarta
Wahyuningsih, H. P. (2016). Praktikum Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta
Selatan: BPPSDMK Kemenkes RI.
Wantania, J. d. (2020). Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-
19) Pada Maternal (Hamil, Bersalin Dan Nifas). Surabaya: POKJA
INFEKSI SALURAN REPRODUKSI.
WHO. (2019). World Health Statistics. World Health Organization.
Wulandari, S., & Wantini, N. A. (2021). Ketidaknyamanan Fisik dan Psikologis
pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Puskesmas Berbah Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 12 No.1,
54-67.
Yulinda, M. N. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan
Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Usia 0-3 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Bireum Bayeun Kecamatan Bireum Bayeun Kabupaten Aceh
Timur. Jurnal Bidan Komunitas Vol.4, No. 1, 31-38.
Yulizawati et al. (2019). Buku ajar asuhan kebidanan pada persalinan. Sidoarjo:
In Indomedika Pustaka.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Konsultasi Laporan Tugas Akhir

LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Nadia Nur Salsabila


NIM : P1337424619001
Nama Pembimbing : Dr. Krisdiana Wijayanti, M.Mid.

NO HARI/ MATERI SARAN TANDA TANDATANGAN


PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING
TANGGAL MAHASISWA
1 Selasa, 4 Pengarahan a. Pelajari dan
Januari 2022 penyusunan membaca Kembali
proposal buku panduan
LTA b. Susun BAB awal
terlebih dahulu

2 Senin,7 Konsultasi c. Merinci metode dan


Februari 2022 BAB I, II, rangkaian pada
III daftar isi
d. Menambahkan pada
bagian BAB III
inklusi dan ekslusi
3 Minggu, 13 Konsultasi e. Mencari reverensi
Februari 2022 BAB I, II, p4k minimal 10
III tahun terakhir
f. Mengisi pada
bagian lampiran
4 Minggu 13 Konsultasi g. Menambahkantahu
Februari 2022 BAB I, II,III n pada bagian
daftar Pustaka
h. Sudah acc dari
dosen pembimbing

i
Lampiran 2. Berita Acara
BERITA ACARA PERBAIKAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasisa : Nadia Nur Salsabila


NIM : P1337424619001
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. T Umur
26 Tahun di UPTD Puskesmas Ngawen Kecamatan
Ngawen Kabupaten Blora

NO NAMA PENGUJI MASUKAN TANDA


TANGAN
1. Dr. Krisdiana Wijayanti, -Perbaiki dan cek kembali
M.Mid kalimat typo
- Kata serapan cetak miring
- Rapikan penulisan
2. Novita Ika Wardani, S. - Halaman bab dibawah,
ST, M.Kes setelah bab halaman di atas
- Hapus kalimat yang tidak
perlu ditulis pada prosedur
pengumpulan data,
langsung langkah-
langkahnya
- Tambahkan pembahasan
tentang mobilisasi
- Tambahkan pembahasan
mengenai hubungan Fe dan
Hb
- Memberikan pembahasan
dan evaluasi disetiap
evidence based
-1 halaman tidak boleh ada
sumber yang sama -
Tambahkan keterangan
kapan petama gerak
dirasakan pada riwayat
kehamilan
- Perbaikan penulisan
daftar pustaka
- Tambahkan kapan ibu
akan KB - Tambahkan
pembahasan ANC, Fe pada
kehamilan dan APD pada
persalinan
- Tambahkan tujuan pada
bagian abstrak
Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Informed Consent
Lampiran 6. Partograf
Partograf Halaman Belakang
Lampiran 7. Lembar MTBM
FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN

Tanggal kunjungan : 4/3/22

Nama bayi :By Ny. T L / P Nama Orang Tua :Ny. T Alamat : Ny. T

Umur : 7 Hari Berat badan : 4.1000 gram Suhu tubuh : 36,6 0C

Tanyakan: Bayi ibu sakit apa ? ________________Kunjungan pertama?__ Kunjungan ulang?__

PENILAIAN (lingkarilah semua tanda/gejala KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN


yang ditemukan)

MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT


SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
 Bayi tidak mau minum atau memuntahkan
semuanya
 Ada riwayat kejang
 Ada kejang
 Bayi bergerak hanya jika dirangsang
 Hitung napas dalam 1 menit.
____kali/menit.
- Ulangi jika  60 kali/menit, hitung
napas kedua ___ kali/menit. Napas cepat.
- Napas lambat (30 kali/menit).
 Napas berhenti lebih dari 20 detik.
 Bayi tampak biru.
 Tarikan dinding dada ke dalam yang
sangat kuat.
 Pernapasan cuping hidung. Lakukan asuhan dasar bayi
 Bayi merintih. muda
Tidak ada
 Suhu tubuh > 37,5 C
infeksi
 Suhu tubuh < 35,5 C
 Mata bernanah, apakah sedikit atau
banyak?
 Pusar kemerahan meluas sampai ke kulit
perut
 Pusar kemerahan atau bernanah.
 Ada pustul kulit

MEMERIKSA HIPOTERMI
 Suhu tubuh < 35,5 0C
 Suhu tubuh antara 35,5 C – 36 0C
 Seluruh tubuh teraba dingin disertai :
 Mengantuk/letargis
Bayi tidak
 Ada bagian tubuh bayi berwarna merah Lakukan asuhan dasar bayi
hipotermi
dan mengeras (Sklerema) muda
 Kaki tangan teraba dingin disertai gerakan
bayi kurang dari normal

Apakah bayi diare Ya __ Tidak 


 Sudah diare selama _______ hari
 Keadaan umum bayi :
 Letargis atau tidak sadar
 Gelisah / rewel Tidak ada Lakukan asuhan dasar bayi
 Mata cekung diare muda
 Cubitan kulit perut kembalinya :
 Sangat lambat (> 2 detik)
 Lambat
MEMERIKSA IKTERUS
 Bayi kuning. Kuning, timbul pada hari
pertama setelah lahir (<24jam)
 Kuning ditemukan pada umur > 24 jam
sampai <14 hari Tidak ada Lakukan asuhan dasar bayi
 Kuning ditemukan pada umur lebih dari ikterus muda
14 hari
 Kuning sampai lutut/siku atau lebih
 Tinja berwarna pucat .
MEMERIKSA KEMUNGKINAN GANGGUAN
SALURAN CERNA
 Bayi muntah.
- Muntah segera setelah minum.
Muntah berulang. Muntah warna hijau.
 Bayi gelisah/rewel dan perut kembung
atau tegang.
 Teraba benjolan masa di perut. Tidak ada
 Air liur berlebihan atau keluar terus- gangguan Lakukan asuhan dasar bayi
menerus. saluran muda
 Bayi belum buang air besar dalam 24 cerna
jam terakhir **).
 Periksa lubang anus dengan
menggunakan termometer**).
- Tidak terdapat lubang anus.
 Ada darah dalam tinja tanpa disertai
diare.

**) Penilaian ini khusus untuk bayi dalam 48 jam


pertama setelah lahir.
PENILAIAN (lingkarilah semua tanda/gejala yang TINDAKAN/PENGOBATAN
KLASIFIKASI
ditemukan)

APAKAH BAYI MENDERITA DIARE? Ya _ Tidak 


 Sudah diare selama _____ hari.
 Keadaan umum bayi:
- Letargis atau tidak sadar.
- Gelisah atau rewel.
 Mata cekung. Tidak ada
 Cubitan kulit perut kembalinya : diare Lakukan asuhan dasar bayi
- Sangat lambat ( 2 detik)
muda
- Lambat.
 Ada darah dalam tinja tanpa
disertai gangguan saluran cerna.

MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN


RENDAH DAN/ATAU MASALAH PEMBERIAN ASI

 Berat lahir: _______g *)


- Bayi lahir sangat kecil atau berat lahir kurang dari
2000 g
- Bayi lahir kecil atau berat lahir 2000 g sampai
kurang dari 2500 g
 Berat badan menurut umur:
- Berat badan menurut umur di bawah garis merah
(BGM)
- Berat badan menurut umur pada pita kuning KMS
- Tidak ada masalah berat badan rendah
 Bayi tidak bisa minum ASI
 Ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI
 Apakah bayi diberi ASI? Ya  Tidak_____
- Jika ya, berapa kali dalam 24 jam?
______ kali.
 Apakah bayi biasanya diberi
makanan/minuman lain selain ASI? Ya __ Tidak_
- Jika ya, berapa kali dalam 24 jam?
____ kali
- Alat apa yang digunakan untuk
memberi minum bayi? _________________
 Ada luka atau bercak putih (thrush) di mulut
 Ada celah bibir/langit-langit
JIKA BAYI: ada kesulitan pemberian ASI, diberi ASI  8
kali dalam 24 jam, diberi makanan/minuman lain selain
ASI, atau berat badan rendah menurut umur DAN tidak
ada indikasi dirujuk ke rumah sakit.

Berat badan Lakukan asuhan dasar bayi


LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENETEKI: tidak rendah muda
 Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir? dan tidak ada
- Jika TIDAK, minta ibu meneteki bayinya. masalah
pemberian
ASI
- Jika YA, minta ibu untuk menunggu dan
memberitahu saudara jika bayi sudah mau
menetek lagi

Amati pemberian ASI dengan seksama.


Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi
bayi menetek.

 Untuk menilai apakah bayi melekat dengan baik,


lihat:
Dagu bayi menempel payudara ibu - mulut bayi terbuka
lebar - bibir bawah bayi membuka keluar - areola
bagian atas ibu tampak lebih banyak

Tidak melekat sama sekali – tidak melekat dengan baik


– melekat dengan baik

 Untuk menilai apakah posisi bayi benar, lihat:


Seluruh badan bayi tersangga dengan baik - kepala
dan tubuh bayi lurus - badan bayi menghadap ke dada
ibunya - badan bayi dekat ke ibunya

posisi tidak benar – posisi benar

 Untuk menilai apakah bayi mengisap dengan efektif,


lihat dan dengar :
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat – hanya
terdengar suara menelan

Tidak mengisap sama sekali – tidak mengisap dengan


efektif – mengisap dengan efektif

*) Penilaian ini khusus untuk bayi umur 1 hari – 28


hari.

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI (lingkari imunisasi Imunisasi yang diberikan hari


yang dibutuhkan hari ini) ini:

Hepatitis B1  BCG ___ Hepatitis B2 ____

MEMERIKSA MASALAH/KELUHAN LAIN

Tidak ada
keluhan

Nasihati ibu kapan harus segera ke petugas kesehatan


Kembali kunjungan ulang : _______ hari
MEMERIKSA MASALAH/KELUHAN IBU
Tidak ada
keluhan

Lampiran 8. Dokumentasi
Kunjungan Nifas Pertama
Kunjungan Nifas ke 2

Anda mungkin juga menyukai