Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan kesehatan yang mencakup
semua aspek kesehatan yang optimal secara menyeluruh pada setiap
daur kehidupan, mulai dari pra konsepsi, konsepsi, kehamilan,
persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), balita, pra sekolah, sekolah,
remaja, dewasa hingga menopause (Rohani et al., 2020). Pada saat ini,
terdapat masalah terkait indikator derajat kesehatan yang ada di
Indonesia salah satunya ialah kematian ibu dan bayi, adanya masalah
kematian ibu dan bayi merupakan masalah utama bagi Indonesia di
bidang kesehatan (Suriati, 2022).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mempengaruhi pembangunan kesehatan di Indonesia (Lestari, 2019).
Hal ini karena AKI dan AKB merupakan tolak ukur yang bertujuan
untuk menilai tingkat kesehatan dan program kesehatan yang telah
dilaksanakan. Adanya kasus kematian ibu dan bayi yang masih tinggi
diartikan bahwa status kesehatan negara tersebut buruk (Madani et al.,
2022). Negara berkembang merupakan negara yang umumnya
mempunyai jumlah angka kematian ibu dan bayi yang tinggi, dan
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah angka
kematian ibu dan bayi yang tinggi (Yuni et al., 2020).
Kasus AKI dan AKB di Indonesia masih berkembang tinggi.
Hal ini tetap menjadi tantangan bagi kita semua, agar mencapai target
Sustainable Development Goals (SGDs) secara dunia pada tahun 2030
diharapkan dapat mengurangi AKI dibawah 70/100000 kelahiran hidup
dan juga AKB 12/1000 kelahiran hidup pada tahun 2020 (Muhida,
2022). Di Indonesia, angka AKI pada bulan Desember 2022 masih
berada di kisaran 305/100000 Kelahiran Hidup, sehingga belum
mencapai target 183/100000 Kelahiran Hidup yang telah ditetapkan
pada tahun 2024. Sedangkan AKB bulan Desember masih di kisaran
24/1000 Kelahiran Hidup, sehingga belum mencapat target 2024 sebesar 16/1000
Kelahiran Hidup (Kemenkes, 2023). Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan,
hipertensi kehamilan, penyakit jantung, infeksi, gangguan metabolik, gangguan sistem
peredaran darah dan abortus, sedangkan jumlah kematian bayi disebabkan karena
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), premature, kelainan kongenital, infeksi dan
tetanus neonatorium (Kemenkes, 2023).
AKI dan AKB semakin diperberat dengan merebaknya pandemi penyakit
Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia dengan adanya batasan dalam hal
akses dan kualitas layanan. Ibu hamil yang terkena COVID-19 memiliki resiko yang
berlipat kali lebih tinggi, maka dari itu upaya pemerintah untuk mengurangi kematian
ibu dan bayi adalah melaksanakan asuhan kebidanan dengan prinsip pencegahan
COVID-19 sebagaimana telah diatur dalam peraturan Kementrian Kesehatan RI
meliputi cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik, hindari
memegang mata, hidung dan mulut, hindari kontak dengan orang sakit, gunakan
masker, etika batuk yang benar, hindari kontak dengan hewan, menghindari pergi ke
negera yang terjangkit COVID-19, serta rutin menggali informasi yang benar dan tepat
di media sosial (P.O.G.I, 2020). Selain menerapkan prinsip pencegahan, pemerintah
juga berupaya untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi yaitu pelaksanaan
vaksinasi, hal ini dikarenakan pada ibu hamil sistem kekebalan tubuh rendah sehingga
lebih mudah terkena infeksi atau penyakit. Oleh karena itu, ibu hamil dapat
melaksanakan vaksinasi COVID-19 pada usia kehamilan diatas 12 minggu dan tidak
lebih dari usia kehamilan 33 minggu (P.O.G.I, 2021).
AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2022 berdasarkan laporan kabupaten/kota
sebanyak 355 kasus, hal ini terjadi penurunan dibandingkan AKI pada tahun 2021
sebanyak 1.011 kasus. Penyebab kamatian tinggi dikarenakan perdarahan, tekanan
darah tinggi selama kehamilan, gangguan sistem peredaran darah, gangguan
metabolisme, infeksi dan lainnya. Sedangkan AKB pada tahun 2022 sebanyak 3.032
kasus, mengalami penurunan bila dibandingkan AKB pada tahun 2021 terdapat 3.997
kasus. Angka kematian bayi ini disebabkan karena diare 41,1%, pneumonia 31%,
demam 26,4%, difteri 0,8% dan campak 0,8% (Dinkes Jateng, 2022).
Di Kabupaten Blora tingkat AKI mengalami penurunan yang signifikan hal ini
dapat ditinjau dari kasus AKI di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora berada di
peringkat 11 pada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yaitu tahun 2021 sebanyak 23
kasus kematian dan saat ini pada tahun 2022 menjadi 6 kasus sehingga dapat
disimpulkan bahwa Kabupaten Blora mengalami penurunan pada jumlah AKI.
Sedangkan AKB di Blora di tahun 2022 juga mengalami penurunan sebanyak 74 kasus
dari tahun 2021 (118 kasus), secara umum kabupaten Blora mengalami penurunan dari
tahun ke tahun (Dinkes Jateng, 2022).
Upaya Pemerintah Provinsi Jateng untuk mengurangi kasus AKI adalah
program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang bertujuan menurunkan kasus
kematian ibu dan bayi. “Nginceng Wong Meteng” yang memiliki tujuan untuk
memonitor kesehatan ibu dan bayi melalui kunjungan antenatal care (ANC) dari K1
hingga K4. Program “5Ng” dilakukan pada 4 fase yaitu fase sebelum hamil, fase
hamil, fase persalinan, dan fase nifas. Program tersebut memberikan dampak positif
dengan menurunkan AKI dan AKB sebesar 14 % per tahun (Dinkes Jateng, 2019).
Program Kabupaten Blora untuk mengurangi kasus kematian ibu dan bayi
antara lain Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) serta Keluarga Berencana
(KB) pasca melahirkan. PIK-R adalah program Genre yang dibentuk untuk mencegah
pernikahan dini, seks pra nikah dan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (NAPZA) sedangkan KB adalah program untuk membatasi jumlah anak dalam
suatu keluarga. Angka kematian ibu dan bayi mengalami penurunan selama tiga tahun
terakhir dan kedua program ini mampu mengurangi kasus angka kematian ibu dan
bayi (Dinkes Blora, 2020).
Berdasarkan jumlah kasus tersebut faktor yang menyebabkan kematian ialah
perawatan yang dilakukan tidak berjalan dengan berkesinambungan. Oleh karena itu,
peran utama bidan dalam memberikan pelayanan yang dasar dan dapat dijangkau oleh
masyarakat ialah memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif yaitu memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu hamil (ANC), meningkatkan pelayanan kesehatan pada
ibu bersalin, perawatan pada ibu nifas dan bayi baru lahir, perawatan khusus serta
rujukan apabila terdapat masalah terkait kebidanan dan pelayanan kontrasepsi (Dinkes
Jateng, 2021).
Salah satu asuhan kebidanan yang berkomprehensif adalah Continuity Of Care.
Continuity Of Care adalah asuhan kebidanan berkesinambungan pada perempuan
dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga berencana. Asuhan kebidanan
bersifat holistik serta membangun kemitraaan yang berkelanjutan dan bertujuan untuk
mendukung serta menjalin hubungan saling percaya diantara bidan dan klien selama
hamil, persalinan dan nifas. Adanya asuhan yang menyeluruh ini, bidan dapat
memantau ibu hamil, bersalin, dan nifas supaya tetap sehat dan pertumbuhan serta
perkembangan janin terpantau dengan baik, tidak hanya itu adanya asuhan ini dapat
mendeteksi penyulit atau komplikasi pada ibu dan janin sehingga dapat menurunkan
resiko komplikasi (Yulita & Juwita, 2019).

Anda mungkin juga menyukai