Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan suatu negara. Sekitar 99% dari semua kematian ibu terjadi di negara
berkembang. Sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau
persalinan di seluruh dunia setiap hari. Salah satu target di bawah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 3 adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu
bersalin global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, dengan tidak ada
negara yang memiliki angka kematian ibu lebih dari dua kali rata-rata global.
Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah
tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari
persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2018).
Data World Health Organization (WHO) status kesehatan nasional pada
capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara global
sekitar 877 wanita meninggal setiap hari karena mengenai komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 221 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2020) Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang. Resio
AKI masih dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2020). Kejadian Angka Kematian Ibu
tahun 2019 indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup
(Susiana, 2019). Pada tahun 2019, penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi dalam kehailan (Kemenkes
RI, 2019).
Perdarahan postpartum merupakan salah satu msalah penting karena
berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun ke tahun dengan
adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan di rumah sakit serta
adanya fasilitas transfuse darah, namun perdarahan masih tetap merupakan factor
utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup

1
2

setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat


kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan (Kemenkes, 2015).
Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
gangguan atau komplikasi kehamilan yang dialami oleh wanita 15-49 tahun yang
memiliki kelahiran hidup terakhir dalam 5 tahun sebelum survei. Delapan dari
sepuluh (81%) wanita tidak mengalami komplikasi selama hamil. Di antara wanita
yang mengalami komplikasi kehamilan, 5 persen mengalami perdarahan
berlebihan, masing-masing 3 persen mengalami muntah terus menerus dan
bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala yang disertai kejang, serta
masing-masing 2 persen mengalami mulas sebelum 9 bulan dan ketuban pecah
dini. 8 persen wanita mengalami keluhan kehamilan lainnya, di antaranya demam
tinggi, kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi.(Base et al., 2018)
Persentase wanita yang tidak mengalami komplikasi selama hamil menurun
dari 89 persen pada SDKI 2007 menjadi 81 persen pada SDKI 2017. Pendarahan
berlebihan masih menjadi gejala komplikasi kehamilan terbanyak yang dilaporkan,
dengan persentase yang sedikit meningkat dari SDKI 2007 dari 3 persen menjadi
5 persen SDKI 2017. Salah satu dari pola karakteristik dan latar belakang
komplikasi pada kehamilan tersebut adalah sepuluh persen wanita yang
mengalami pendarahan berlebihan, bayinya meninggal saat umur 1 bulan dan 8
persen bersalin melalui metode bedah caesar.
Kondisi kesehatan ibu saat hamil, tidak hanya mempengaruhi pihak ibu,
namun bayi yang akan dilahirkan juga akan terpengaruh. Kondisi kesehatan bayi
diukur dengan Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan tolak ukur yang
sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di
bidang kesehatan (Dinas Kesehatan, 2018). AKB berdasarkan data terbaru
berasal dari data SDKI 2012, angka ini masih berada di atas angka nasional
sebesar 32 per 1000 kelahiran (Sadewa, 2014). Sejak tahun 2015 hingga 2018
jumlah kematian bayi mengalami penurunan hampir 100 kasus. Pengurangan
kasus ini juga dipengaruhi oleh tindakan antenatal yang dilakukan oleh ibu hamil.
Menurut data program di Dinas Kesehatan NTB (2013), sebagian besar
kasus kematian ibu (32%) disebabkan secara langsung oleh perdarahan dan
kasus kematian neonatal sebagian besar (43%) karena kasus BBLR. Penyebab
yang lebih mendasar adalah masih tingginya angka pernikahan dini. Menurut
3

Riskesdas 2010, sebanyak 41,6% perempuan di NTB menikah pertama kali di usia
15-19 tahun. (Dikes Provinsi NTB, 2020)
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di
Provinsi NTB selama tahun 2018 adalah 99 kasus, meningkat dibandingkan
dibandingkan tahun 2017 dengan jumlah kematian ibu 85 kasus. Selama periode
tahun 2014-2017 terjadi penurunan jumlah kematian ibu di provinsi NTB sebesar
26 orang, namun kembali meningkat 14 kasus ditahun 2018 menjadi 99 kasus.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2018 kematian ibu terbanyak terjadi
di Kabupaten Lombok Timur yaitu 34 kasus dan untuk Kabupaten Dompu menjadi
satu-satunya Kabupaten dengan 0 kasus kematian ibu tahun 2018.
Kematian ibu terbanyak pada tahun 2018 terjadi pada ibu nifas sebesar
48,8%. Kemudian pada ibu bersalin 29,9% dan pada ibu hamil 22,22%.
Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun
yaitu sebanyak 61,62%, usia 35 tahun sebanyak 31,31% dan usia < 20 tahun
sebanyak 7,07%. Dari 99 kasus kematian pada tahun 2018, 29 kasus disebabkan
oleh hipertensi dalam kehamilan, 23 kasus oleh karena perdarahan, 11 kasus di
sebabkan karena gangguan system peredaran darah (jantung, stroke, dll), 9 kasus
disebabkan karena infeksi, 3 kasus karena gangguan metabolic (Diabetes Mellitus,
dll) dan 24 kasus oleh karena penyebab lain-lain.
Berdasarkan data pemantauan wilayah setempat (PWS) KIA UPT
Puskesmas Narmada tahun 2021. Capaian K1 878 dengan jumlah sasaran 954
sehingga K1 belum tercapai. Capaian K4 817 dengan target 954 sehingga K4
belum tercapai. Capaian Linakes 854 dengan target 909 sehingga linakes belum
tercapai. Capaian KF 846 dengan target 909 sehingga KF belum tercapai.
Capaian KN1 849 dengan target 867 sehingga KN1 belum tercapai. Capaian KN3
853 dengan target 867 sehingga KN 3 belum tercapai. Capaian KB Aktif 7971
dengan target 8686 sehingga KB Aktif belum tercapai. AKI pada tahun 2021
sebanyak 0 kasus dan AKB pada tahun 2021 sebanyak 0. (PWS KIA UPT
Puskesmas Narmada,2021).
Mengingat masih adanya angka kematian ibu dan bayi di UPT Puskesmas
Narmada maka harus dicetak tenaga yang terampil dalam memberikan asuhan
ANC, INC, PNC, BBL, dan KB. Pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan
berbagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
bersalin, sehingga melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan ibu dan
4

anak yang berkualitas mampu menurunkan AKI serta AKB yang telah lama
diupayakan pemerintah.
Dari penjabaran diatas sebagai bentuk aplikasi ilmu yang berkembang di
dapat selama kuliah maka para mahasiswi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Mataram Jurusan Kebidanan diwajibkan untuk melakukan asuhan kebidanan yang
komprehensif mulai dari kehamilan minimal 32 minggu (ANC), persalinan (INC),
masanifas (PNC), perawatan bayi baru lahir (BBL), sampai KB, secara standar
sehingga dengan pendidikan dan pengetahuan yang di dapatkan dapat membantu
pemerintah dalam upaya menurunkan AKI dan AKB sehingga terciptanya tujuan di
antaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang disegala usia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan pendekatan
Manajemen Kebidanan pada kasus normal mulai dari ANC (Umur Kehamilan
atau UK ≥ 32 minggu), INC, PNC, BBL, KB dengan menggunakan SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dengan benar pada
Ny.”W” mulai dari ANC, INC, PNC, BBL, serta KB.
b. Mampu melakukan pengumpulan data obyektif pada Ny ”W” mulai dari
ANC, INC, BBL, PNC, serta KB.
c. Mampu menganalisa diagnosa, masalah, kebutuhan dan masalah potensial
dan mengantisipasi penanganan pada Ny ”W” mulai dari ANC, INC, BBL,
PNC, serta KB.
d. Mampu melaksanakan penatalaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada
Ny ”W” mulai dari ANC, INC, BBL, PNC, serta KB.

C. Maanfaat Penulisan
1. Bagi Institusi pendidikan
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan dalam
pelaksanaan kasus 32 minggu bagi mahasiswa.
b. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
5

c. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan


antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan kasus 32
minggu yang akan datang.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dengan penulisan ini dapat memberikan masukan bagi institusi
pelayanan kesehatan tentang kendala dan masalah-masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat, khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
3. Bagi Penulis
a. Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir dan neonatal serta keluarga berencana sehingga nantinya pada
saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
b. Belajar menerapkan langsung pada masyarakat di lapangan
perkembangan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di dalam kelas.
c. Mendapatkan pengetahuan tentang ada atau tidaknya kesenjangan antara
teori dengan praktek di pelayanan kesehatan.

4. Bagi Masyarakat
a. Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat
umumnya dalam perawatan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas
dan keluarga berencana.
b. Klien atau masyarakat dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan resiko
terhadap kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatal dan
keluarga berencana.
c. Klien khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat melakukan
perawatan kesehatan pada dirinya sendiri terhadap perubahan fisiologis
dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir dan
keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai