Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN INDIVIDU PK 3

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”N”


DENGAN KEHAMILAN 36 MINGGU
DI UPT BLUD PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR

DISUSUN OLEH:

ZULRIFATUL WASI’IN
NIM: 027SYEBID20

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG D.3


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH
SAKIT ISLAM MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kebidanan 3 tentang “ASUHAN KEBIDANAN


KOMPREHENSIF PADA NY.”N” DENGAN KEHAMILAN 36 MINGGU
DI UPT BLUD PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR” ini telah disetujui
untuk diajukan di hadapan pembimbing.

Hari :
Tangal :

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

(Esty Prihartini,Amd.Keb) (Susilia Idyawati,M.kes)


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul “Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.“N” dengan kehamilan 36
minggu di UPT BLUD Puskesmas jembatan Kembar”
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Kebidanan 3 STIKES YARSI Mataram.
Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. H. Zulkahfi S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Ketua STIKES YARSI
Mataram, yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
melakukan Praktik Kebidanan 3 di UPT BLUD Puskesmas Jembatan
Kembar.
2. Ns.Iwan Kusmayadi AS selaku kepala UPT BLUD Puskesmas Jembatan
Kembar yang telah mengizinkan kami Praktik Kebidanan 3 di Puskesmas
Jembatan Kembar.
3. Baiq Ricca Afrida.,M.Keb selaku Kepala Prodi DIII Kebidanan STIKES
YARSI Mataram, yang telah memberikan kami kesempatan untuk Praktik
Kebidanan 3 di UPT Puskesmas Jembatan Kembar.
4. Susilia Idyawati,M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Akademik kami yang
telah meluangkan waktunya untuk selalu mendidik dan membimbing kami
selama praktik.
5. Esty Prihartini,Amd.Keb selaku Pembimbing Lahan di UPT BLUD
Puskesmas Jembatan Kembar yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam Praktik Kebidanan 3.
6. Hj.Novi Kristanti,Amd.Keb selaku bidan koordinator di UPT BLUD
Puskesmas Jembatan Kembar yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam Praktik Kebidanan 3.
7. Seluruh staf UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar yang telah
memberikan bimbingan selama kami praktik.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu penulis
mengucapkan terimakasih telah membantu dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan ini.

Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak


kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap
semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun
pembaca.

Mataram,Maret-Mei 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2021 AKI
secara global yang terjadi pada pada tahun 2021 mengalami sedikit
penurunan dari tahun 2020. Tahun 2020 terjadi sebnayak 213 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH), sedangkan pada tahun 2021 terjadi sebnayak 208 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH), angka ini masih cukup jauh dari target SDGs
(Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun 2030 AKI
turun menjadi 70 per 100.000 KH dan AKB 12 per 1000 kelahiran hidup.
(sumber: data WHO, 2021).
Data World Health Organitation (WHO) mengenai status kesehatan
nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs)
menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI di
Indonesia sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data WHO
99% kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran. Rasio
AKI masih di rasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. (sumber: WHO, 2018).
Menurut WHO 75% kematian neonatus pada minggu pertama
kehidupan dan 1 juta kematian neonatus pada 24 jam pertama kehidupan
disebabkan prematuritas, asfiksia, infeksi, dan cacat lahir (WHO, 2020).Di
seluruh dunia, sekitar 25% dari semua kematian neonatal disebabkan oleh
asfiksia. Menurut data dari World Health Organization (WHO) setiap
tahunnya sekitar 3% (3,6juta) dari 120 juta bayi baru lahir dinyatakan
mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi tersebut dinyatakan meninggal
akibat asfiksia. (sumber: WHO, 2020).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sebanyak 7.389 ibu di
Indonesia meninggal pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 59,69%
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 4.627 orang. Sebagian besar
kematian ibu pada 2021 disebabkan oleh Covid-19, yakni 2.982 orang.
Sebanyak 1.320 ibu meninggal akibat pendarahan pada tahun lalu. Ada pula
1.077 ibu yang meninggal akibat hipertensi dalam kehamilan. Penyakit
jantung menjadi penyebab kematian dari 335 ibu di Indonesia sepanjang
tahun lalu. Ibu yang meninggal dunia akibat infeksi dan gangguan metabolik
masing-masing sebanyak 207 orang dan 80 orang. Lalu, sebanyak 65 ibu
meninggal akibat gangguan sistem peredaran darah. Sebanyak 14 ibu lainnya
meninggal akibat abortus. Sedangkan, terdapat penyebab lainnya yang
merenggut nawa 1.309 ibu di Indonesia sepanjang tahun lalu. (sumber:
Kementerian Kesehatan 2021).
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017 menunjukkan bahwa angka kematian neonatal sebesar 15 per
1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia Asfiksia menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kematian bayi (AKB). Setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6
juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
meninggal (sumber: Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan laporan dari Kabupaten/Kota, jumlah kasus kematian Ibu
di provinsi NTB terjadi peningkatan, jumlah kasus kematian Ibu pada tahun
2020 sebanyak 122 meningkat sebanyak 25 kasus dibandingkan tahun 2019
sebanyak 97 Kasus Kematian Ibu. Jumlah kasus kematian ibu terbanyak
terdapat di kabupaten Lombok Timur dengan kasus sebanyak 43 dan
kabupaten Lombok Tengah yaitu 29 kasus kematian ibu.Angka kematian ibu
di Provinsi NTB mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 93.92 per
100.000 kelahiran hidup menjadi 119.05 per 100.000 kelahiran hidup.
(sumber: Profil Kesehatan Dikes Provinsi NTB, 2021).
Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi NTB menunjukkan bahwa
jumlah kasus kematian ibu selama tahun 2019 adalah 97 kasus, sedikit
menurun dibandingkan tahun 2018 dengan jumlah kematian ibu 99 kasus.
Kematian ibu pada tahun 2019 pada ibu hamil 17,52%. Berdasarkan
kelompok umur, kematian ibu terbanyak terjadi pada usia 20-34 tahun yaitu
sebanyak 58,77%, usia >35 tahun sebanyak 36,08% dan usia <20 tahun
sebanyak 5,15%. Dari 97 kasus kematian pada tahun 2019, 39 kasus
disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan, 22 kasus oleh karena
perdarahan, 12 kasus karena gangguan metabolik (diabetes melitus dll), 6
kasus disebabkan karena infeksi dan 18 kasus karena penyebab lain-lain.
(sumber: Profil Dikes NTB, 2019).
Berdasarkan profil Kesehatan Provinsi NTB pada tahun 2021-2022
Kasus kematian bayi tahun 2021 lebih rendah dibandingakan tahun 2020.
Kasus kematian bayi dilaporkan tahun 2020 sebesar 858 kasus dan menurun
47 kasus menjadi 811 kasus kematian bayi pada tahun 2021. Pada tahun 2021
jumlah kematian bayi sebesar 811 kematian dan dari jumlah tersebut 611
kematian atau 83,97 persen terjadi pada masa neonatal. Penyebab kematian
neonatal terbesar di sebabkan oleh BBLR dan Asfiksia. Dimana kasus
asfiksia tertinggi pada Kabupaten Lombok Timur sebesar 85 kasus, disusul
Lombok Tengah sebanyak 35 kasus, Lombok Barat 21 kasus asfiksia,
Sumbawa 21 kasus, Lombok Utara 21 kasus, Kota Mataram sebanyak 19
kasus, Bima 13 kasus asfiksia, dan Dompu sebanyak 5 kasus asfiksia.
(sumber: Profil Diskes NTB, 2021-2022).
Berdasarkan laporan surveilans di Kabupaten Lombok Barat, kematian
ibu tahun 2019 tercatat 6 kasus, kasus ini lebih tinggi dalam 4 tahun terakhir.
Faktor penyebab kematian adalah kasus perdarahan sebanyak 2 kasus, 1 kasus
karena hipertensi dan 3 kasus karena penyebab lainnya. Ditinjau dari usia ibu
saat meninggal tahun 2019 ini, sebagia ibu meninggal antara 20-34 tahun (3
orag) dan diatas 35 tahun sebanyak 3 orang. Sedangkan dilihat dari
kondisi/fase maternal, sebagian besar ibu meninggal saat masa nifas (3 orang)
dan saat bersalin 2 orang. (sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat, 2020).
Berdasarkan laporan profil kesehatan di lombok barat dalam 6 tahun
jumlah angka kematian bayi cenderung menurun namun juga fluktuatif.
Tercatat pada tahun 2013 jumlah kematian bayi mencapai 90 kasus, kemudian
pada tahun 2014 turun menjadi 13 kasus dan di 2015 naik lagi menjadi 42
kasus. Angka kematian bayi cenderung fluktuatif setiap tahunnya, tahun 2014
angka kematian bayi mencapai 4,21 kemudian terus menurun sampai tahun
2017 dan naik lagi pada tahun 2018 dengan angka kematian bayi mencapai
1,74. (sumber: Profil Dikes Kabupaten Lombok Barat, 2020).
Berdasarkan rekapitulasi PWS KIA UPT BLUD Puskesmas Jembatan
Kembar, pada Desember tahun 2022, jumlah akses pelayanan KIA untuk
(K1) sebanyak 623 dan jumlah kumulatif sebanyak 122.16%, (K4) sebanyak
586 dan jumlah kumulatif sebanyak 114.90%, (K6) sebanyak 517 dan jumlah
kumulatif sebanyak 111.96%, deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh
masyarakat di puskesmas sebanyak 106 dan jumlah kumulatif sebanyak
103.92%, pelayanan komplikasi maternal ditemukan sebanyak 86 dan jumlah
kumulatif sebanyak 84.31%, pelayanan komplikasi maternal tertangani
sebanyak 86 dan jumlah kumulatif sebanyak 84.31%. sedangkan data
LINAKES yang diperoleh sebanyak 606 dan jumlah kumulatif sebanyak
123.67%, data LIN.NON NAKES sebanyak 0 dan jumlah kumulatif sebanyak
0%, data LIN. FASKES sebanyak 606 dan jumlah kumulatif sebanyak
123.67%. sedangkan data kunjungan nifas sebanyak 604 dan jumlah
kumulatif sebanyak 123.27%. (sumber: Rekapitulasi PWS KIA UPT BLUD
Puskesmas Jembatan Kembar Desember, 2021).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi
komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca
persalinan. Sedangkan upaya percepatan penurunan AKB harus dilakukan
melaului terobosan-terobosan atau program-program yang mempunyai daya
ungkit kuat untuk menurunkan AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap
Usia Harapan Hidup (UHH), penurunan AKB akan meningkatkan UHH.
(Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2019).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif
dengan penerapan manajemen kebidanan pada kehamilan 36 minggu
dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney di UPT BLUD
Puskesmas Jembatan Kembar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada Ny. “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
c. Mahasiswa dapat menentukan diagnose dan masalah potensial pada
Ny. “N” dengan kehamilan 36 minggu.
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada Ny. “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
e. Mahasiswa mampu menentukan rencana asuhan menyeluruh pada
Ny. “N” dengan kehamilan 36 minggu.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana
yang telah dibuat pada Ny. “N” dengan kehamilan 36 minggu.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
pada Ny. “N” dengan kehamilan 36 minggu.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan wawasan dan pengetahuan di bidang Ilmu Kebidanan
khususnya dan pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar
Dengan adanya laporan yang telah disusun ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai salah satu acuan pelayanan kesehatan yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Tercapainya kompetensi yang di targetkan bagi institusi pendidikan
kepada mahasiswa, sehingga benar-benar melahirkan calon bidan
yang berkualitas baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
c. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
dibangku kuliah sebagai upaya pengaplikasian suatu ilmu,
menambah pengalaman dalam memberikan Asuhan Kebidanan
komprehensif dan dapat berinteraksi langsung dengan pasien
sehingga dapat tercipta hubungan yang baik diantara keduanya.
d. Bagi klien
Sebagai sumber informasi mengenai kondisi kesehatan klien,
sehingga dengan adanya laporan ini klien dapat mengetahui
bagaimana kondisi kesehatannya saat ini dan dapat mengetahui
tindakan apa yang harus segera diambil serta keputusan apa yang
harus segera diputuskan terkait hal yang mencakup kesehatan klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar teori Kehamilan


A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu (9 atau 10 bulan).( Prawiharjo 2013).
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin
mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita
melepaskan satu sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang
ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrae) dan masuk kedalam sel telur.
Saat melakukan hubungan seksual, cairan sperma masuk ke dalam
vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim
lalu masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasa
terjadi dibagian yang mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel
telur banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling
mudah untuk dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah
dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar
tuba menuju ruang rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk
selanjutnya bersarang diruang rahim, Peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira
6-7 hari (Restyana, 2012 )
B. Proses Terjadinya Kehamilan
Proses kehamilan diawali dengan proses konsepsi (pembuahan).
Konsepsi ini sering juga disebut dengan fertilisasi. Fertilisasi adalah
penyatuan sperma laki-laki dengan ovum perempuan dituba falopi.
(Hutahaean, 2013).
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi
adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan
(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari di hitung dari
hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38
minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal
bersatunya sel sperma dengan telur) yang terjadi dua minggu setelahnya
(Sulistyawati, 2010:4).
C. Fisiologi Kehamilan Proses fertilisasi, implantasi, plasentasi.
1. Fertilisasi

Gambar 1.1

Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mulamula


harus melewati korona radiata dan zona pelusida. Enzimenzim
akrosom, yang terpajan saat membran akrosom rusak saat sperma
berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat
terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma
pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran
plasma ovum, memicu suatu perubahan kimiawi di membran yang
mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus
sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi
sperma ke dalam sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir
oosit sekunder. Nucleus sperma dan ovum menyatu membentuk
zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus sudah
bisa dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi
implantasi di dinding endometrium. Fertilisasi berlangsung di
oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang diletakkan
di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis.

Gambar 1.2

Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi


menjadi sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Sementara itu, endometrium telah mengalami peningkatan
vaskularisasi dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah
pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista terbenam di lapisan
yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini mencernakan
jaringan endometrium kaya nutrient, melaksanakan dua fungsi
yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi blastokista
sementara pada saat yang sama membebaskan nutrient dari sel
endometrium agar dapat digunakan oleh mudigah yang sedang
berkembang. (Fatimah,2017)
2. Implantasi

Gambar 1.3

Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama


perjalannya dalam tuba falopii. Bila kelompok sel yang dsebut
sebagai morula mencapai cavum uteri maka terbentuklah ” inner
cell mass”. Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus
dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel tersebut terjadi produksi
hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga membentuk
EPF (early pregnancy factor) yang mencegah reaeksi hasil
konsepsi .Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi
untuk memperoleh nutrisi dan oksigen yang memadai. Terjadi
perkembangan “inner cell mass” kedalam lapisan ektodermal dan
endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan
mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk membentuk
mesoderm ekstra embrionik.Pada stadium ini terbentuk 2 rongga
yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung amnion berasal dari
ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum
amnion masih amat kecil.2 rongga yang terbungkus oleh
mesoderm bergerak kearah blastosis. Batang mesodermal akan
membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri dari ektoderm –
endoderm dan mesoderm akan membentuk janin.Cavum anion
semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai dinding
blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya
membentuk tabung yang akan menyatu dengan tangkai
mesodermal. (Fatimah,2017)
3. Plasentasi

Gambar 1.4

Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan


demikian membesarnya blastosis, desidua superfisial (desidua
kapsularis) akan tertekan dan kehamilan akan semakin
mengembang ke arah dalam cavum uteri.
Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap
memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan
atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis
menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada
sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan
pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum. Dengan
semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel
dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi.
(Fatimah,2017)
D. Perubahan Fisiologi pada Wanita Hamil
Perubahan Fisiologis Kehamilan Menurut Rukiah (2013),
perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil adalah sebagai
berikut:
1. Perubahan Uterus

Gambar 1.5

Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan


progesteron yang kadarnya meningkat. Pada akhir kehamilan (40
minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30
gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Ketika usia
kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, maka pada
kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri (TFU) 25 cm, pada 32
minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm, pada kehamilan 40 minggu
TFU turun kembali dan terletak 3 jari dibawah Prosessus Xyfoideus
(PX).
2. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan
setelah konsepsi itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks
menjadi lunak (tanda goodel), pembuluh darah meningkat, lendir
menutupi ostium uteri serviks sehingga menjadi lebih mengkilap.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis
servikalis setinggi ostium interna bersama-sama istmus uteri.
Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak
serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir kehamilan
sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung janin.
Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah
persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa
rasa nyeri di sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali
membantu sirkulasi darah dalam plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina
dan vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda
Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatemammotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak
sehingga mammae menjadi lebih besar, mammae akan membesar,
lebih tegang dan aerola mammae tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting
susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
colostrums.
7. Sistem Endokrin
Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya
menurun dan penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi
kelenjar endokrin (khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan
adrenal). Kadar hormon hipofise, prolaktin meningkat secara
berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan, namun fungsi
prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi sampai plasenta
dilahirkan dan kadar esterogen menurun.
8. Sistem Kekebalan
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai
macam fungsi imunologi secara hormonal dan seluler untuk
menyesuaikan diri dengan graft janin. Titer antibodi humoral
melawan beberapa virus misalnya herves simpleks, campak, dan
influenza A menurun selama kehamilan.
9. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi
karena pergerakan diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita
hamil bernafas lebih dalam, dengan meningkatnya volume tidal dan
kecepatan ventilasi sehingga memungkinkan pencampuran gas dan
konsumsi oksigen meningkat.
10.Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP
(Pintu Atas Panggul), keluhan sering kencing timbul karena
kandung kencing mulai tertekan. Pada ginjal seorang wanita hamil
bertambah besar, misalnya menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih
panjang selama masa nifas awal dari pada yang diukur 6 bulan
kemudian. Kecepatan fitrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
bertambah pada awal kehamilan, pada awal trimester kedua
sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk meningkatnya hal-hal
ini pada kehamilan belum diketahui.
11.Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus
bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung
yang menyebabkan rasa terbakar di dada. Sekresi isi lambung
berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-otot
usus relaksi disertai dengan penurunan motilitas.
Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak,
sehingga menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil. 12. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
menyolok, peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring ke depan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang
(realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke
depan.
E. Perubahan Psikologi dan adaptasi dalam kehamilan
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan
psikologis dan emosional.Seringkali kita mendengar seorang wanita
mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu
dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir
kalau terjadi masalah dalam kehamilannya khawatir kalau ada
kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada
kemungkinanbayinya tidak normal.
Sebagai seorang bidan anda harus menyadari adanya
perubahan perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat
memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran,
ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan.
1) Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan estrogen
dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya
mual dan muntah pada pagi hari ,lemah,lelah dan membesarnya
payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan dan kesedihan .Seringkali, biasanya pada
awal kehamilannya, ibu berharap tidak hamil. Pada trimester
pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan
yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan
seksama.
Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain
atau dirahasiakannya.
2) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat ,tubuh ibu
sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa
tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum
terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban, ibu
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
dan pikiran nya secara lebih konstruktif .Pada trimester ini pula
ibu dapat merasakan gerakan bayinya.Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
3) Trimester ketiga
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.Kadang
kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu
waktu .Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinnan .Ibu
seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal.Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa
saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian
khusus yang diterima selama hamil.Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami keluarga dan
bidan.
F. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

Gambar 1.6

Pada trimester ini memiliki kemampuan perkembangan yang


semakin pesat sehingga harus diimbangi dengan asupan nutrisi. Pada
perkembangan minggu ke 13 hingga minggu ke 18 terjadi
perkembangan tumbuh kembang organ janin yang sangat penting. Pada
awal memasuki trimester kedua asupan kalori memang masih perlu
ditingkatkan mengingat banyaknya organ yang akan tersusun. Jangan
lupakan asupan zat besi dan vitamin C dalam mengoptimalkan
pembentukan sel sel darah merah dalam mendukung jantung dan sistem
peredaran darah janin yang sedang berkembang pada minggu ke 17.
Asam lemak omega 3 dibutuhkan dalam pembentukan otak janin di
trimester kedua akhir. Hindari makanan dengan kandungan kafein yang
tinggi, makanan dengan kandungan garam yang berlebih dapat memicu
kaki bengkak menahan cairan tubuh. Konsumsi pula air yang cukup
setiap harinya untuk menghindari sembelit dan wasir yang banyak
diderita oleh ibu hamil.
G. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
Kebutuhan kesehatan ibu hamil menurut Nugroho (2014)
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan
berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru oleh
karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus
mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–kadang
merasakan sakit kepala, pusing ketika berada di keramaian
misalnya di pasar, hal ini disebabkan karena kekurangan O2.
Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu hamil
menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk memenuhi
kecukupan O2 yang meningkat, supaya melakukan jalan–jalan
dipagi hari, duduk– duduk di bawah pohon yang rindang, berada
di ruang yang ventilasinya cukup.
2. Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa
hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar
dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB
bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa
Tubuh) / BMI (Body Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung
dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm
m)2misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50
kg,TB 150 cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).

Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI atau IMT sebelum hamil.


Kategori BMI Rentang Kenaikan BB yang
dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg Normal
Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg
Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg

Tabel 1.1

Untuk memenuhi penambahan BB tadi maka kebutuhan zat gizi


harus dipenuhi melalui makanan sehari-hari dengan menu
seimbang seperti contoh dibawah ini.
Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu hamil dan ibu menyusui.
Kondisi ibu hamil
Nutrien Tak hamil Hamil Menyusui

Kalori 2.000 2300 3000


Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg

Tabel 1.2

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan


triwulan kedua harus menjadi perhatian, besar kemungkinan ada
hal yang tidak wajar sehingga sangat penting untuk segera
memeriksakan ke dokter.

3. Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena
badan yang kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil
karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil
cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu
menjaga kebersihan badan secara ekstra disamping itu menjaga
kebersihan badan juga dapat untuk mendapatkan rasa nyaman
bagi tubuh.
a. Mandi
Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi
pancuran dengan shower atau mandi berendam tidak
dilarang. Pada umur kehamilan trimester III sebaiknya tidak
mandi rendam karena ibu hamil dengan perut besar akan
kesulitan untuk keluar dari bak mandi rendam. Menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dan
dikeringkan. Pada saat mandi supaya berhati–hati jangan
sampai terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah dikunci,
dapat digantungkan tulisan”ISI” pada pintu. Air yang
digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin.
b. Perawatan vulva dan vagina
Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina
setiap mandi, setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari
depan ke belakang kemudian dikeringkan dengan handuk
kering. Pakaian dalam dari katun yang menyerap keringat,
jaga vulva dan vagina selalu dalam keadaan kering, hindari
keadaan lembab pada vulva dan vagina Penyemprotan
vagina (douching) harus dihindari selama kehamilan karena
akan mengganggu mekanisme pertahanan vagina yang
normal, dan penyemprotan vagina yang kuat (dengan
memakai alat semprot) ke dalam vagina dapat menyebabkan
emboli udara atau emboli air. Penyemprotan pada saat
membersihkan alat kelamin ketika sehabis BAK/BAB
diperbolehkan tetapi hanya membersihkan vulva tidak boleh
menyemprot sampai ke dalam vagina.Deodorant vagina
tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dermatitis
alergika.Apabila mengalami infeksi pada kulit supaya
diobati dengan segera periksa ke dokter.
c. Perawatan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena
konsumsi kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-
hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan
timbunan kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat
hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat
menjadi sumber infeksi, perawatan gigi juga perlu dalam
kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin
pencernaan yang sempurna. Untuk menjaga supaya gigi
tetap dalam keadaan sehat perlu dilakukan perawatan
sebagai berikut:
1) Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil
2) Makan makanan yang mengandung cukup kalsium
(susu, ikan) kalau perlu minum suplemen tablet
kalsium.
3) Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang
lembut.
d. Perawatan kuku.
Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu
dipotong secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki
mungkin perlu bantuan orang lain. Setelah memotong kuku
supaya dihaluskan sehingga tidak melukai kulit yang
mungkin dapat menyebabkan luka dan infeksi.
e. Perawatan rambut.
Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu
sering mencuci rambut untuk mmengurangi ketombe. Cuci
rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam satu minggu
dengan cairan pencuci rambut yang lembut, dan
menggunakan air hangat supaya ibu hamil tidak kedinginan.
4. Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang
longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan
bagian perut atau pergelangan tangan karena akan mengganggu
sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering dikenakan sebagian
wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah.
Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang longgar dan
mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang makin
berkembang. Dalam memilih BH supaya yang mempunyai tali
bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada
bahu.Sebaiknya memilih BH yang bahannya dari katun karena
selain mudah dicuci juga jarang menimbulkan iritasi.
Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah menyerap
airsehingga untuk mencegah kelembaban yang dapat
menyebabkan gatal dan iritasi apalagiibu hamil biasanya sering
BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran
uterus.Korset dapat membantu menahan perut bawah yang
melorot dan mengurangi nyeri punggung. Pemakaian korset tidak
boleh menimbulkan tekanan pada perut yang membesar dan
dianjurkan korset yang dapat menahan perut secara lembut.
Korset yang tidak didesain untuk kehamilan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus, korset seperti ini tidak
dianjurkan untuk ibu hamil.
5. Eliminasi (BAB dan BAK)
a. Buang Air Besar(BAB) Pada ibu hamil sering terjadi
obstipasi. Obstipasi ini kemungkinan terjadi disebabkan
oleh :
1) Kurang gerak badan
2) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang
makan
3) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
4) Tekanan pada rektum oleh kepala
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul
terisi dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya
rahim, maka dapat menimbulkan bendungan di dalam
panggul yang memudahkan timbulnya haemorrhoid. Hal
tersebut dapat dikurangi dengan minum banyak air putih,
gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat seperti
sayuran dan buah-buahan.
b. Buang Air Kecil (BAK)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan
cukup lancar dan malahan justru lebih sering BAK karena
ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran uterus.
Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga
daerah kelamin menjadi lebih basah. Situasi ini
menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur sehingga
ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal sangat
mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan
saat berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan
terjadinya infeksi.kandung kemih. Untuk melancarkan dan
mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan banyak
minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.
6. Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah
:
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut.
Posisi perempuan diatas dianjurkan karena perempuan
dapat mengatur kedalaman penetrasi penis dan juga dapat
melindungi perut dan payudara. Posisi miring dapat
mengurangi energi dan tekanan perut yang membesar
terutama pada kehamilan trimester III.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan
dengan hati – hati karena dapat menimbulkan kontraksi
uterus sehingga kemungkinan dapat terjadi partus prematur,
fetal bradicardia pada janin sehingga dapat menyebabkan
fetal distress tetapi tidak berarti dilarang.
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan
janin
d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena
apabila meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan
emboli udara yang dapat menyebabkan kematian.
e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan
memakai kondom supaya dilanjutkan untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada
ibu hamil bila:
1) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan
disertai rasa nyeri atau panas.
2) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
3) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
4) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
5) Serviks telah membuka
6) Plasenta letak rendah
7) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan
preterm, mengalami kematian dalam kandungan atau
sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
Gerak tubuh yang harus diperhatikan oleh ibu hamil
adalah:
1) Postur tubuh.
Posisi tubuh supaya dengan tulang belakang tetap
tegak
2) Mengangkat beban dan mengambil barang.
Mengangkat beban dan mengambil barang tidak boleh
sambil membungkuk, tulang belakang harus selalu
tegak, kaki sebelah kanan maju satu langkah, ambil
barang kemudian berdiri dengan punggung tetap
tegak. Ketika mengangkat beban hendaknya dibawa
dengan kedua tangan, jangan membawa beban dengan
satu tangan sehingga posisi berdiri tidak seimbang,
menyebabkan posisi tulang belakang bengkok dan
tidak tegak.
3) Bangun dari posisi berbaring.
Ibu hamil sebaiknya tidak bangun tidur dengan
langsung dan cepat, tapi dengan pelan – pelan karena
ibu hamil tidak boleh ada gerakan yang menghentak
sehingga mengagetkan janin. Kalau akan bangun dari
posisi baring, geser terlebih dahulu ketepi tempat
tidur, tekuk lutut kemudian miring (kalau
memungkinkan miring ke kiri), kemudian dengan
perlahan bangun dengan menahan tubuh dengan
kedua tangan sambil menurunkan kedua kaki secara
perlahan. Jaga posisi duduk beberapa saat sebelum
berdiri.
4) Berjalan.
Pada saat berjalan ibu hamil sebaiknya memakai
sepatu / sandal harus terasa pas, enak dan nyaman.
Sepatu yang bertumit tinggi dan berujung lancip tidak
baik bagi kaki, khususnya pada saat hamil ketika
stabilitas tubuh terganggu dan edema kaki sering
terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku bukan
sepatu yang aman untuk ibu hamil.
5) Berbaring.
Dengan semakin membesarnya perut maka posisi
berbaring terlentang semakin tidak nyaman. Posisi
berbaring terlentang tidak dianjurkan pada ibu hamil
karena dapat menekan pembuluh darah yang sangat
penting yaitu vena cava inferior sehingga
mengganggu oksigenasi dari ibu ke janin. Sebaiknya
ibu hamil membiasakan berbaring dengan posisi
miring ke kiri sehingga sampai hamil besar sudah
terbiasa. Untuk memberikan kenyamanan maka
letakkan guling diantara kedua kaki sambil kaki atas
ditekuk dan kaki bawah lurus.
6) Exercise/senam hamil

Gambar 1.7

Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi


semakin kuat. Selama masa kehamilan olah raga dapat
membantu tubuhnya siap untuk menghadapi
kelahiran. Wanita dapat berolah raga sambil
mengangkat air, bekerja di ladang, menggiling padi,
mengejar anakanaknya dan naik turun bukit. Bagi
wanita yang bekerja sambil duduk atau bekerja di
rumah biasanya membutuhkan olah raga lagi. Mereka
dapat berjalan kaki, melakukan kegiatankegiatan fisik
atau melakukan bentuk-bentuk olah raga lainnya.
Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a) Sering mengalami keguguran
b) Persalinan belum cukup bulan
c) Mempunyai sejarah persalinan sulit
d) Pada kasus infertilitas
e) Umur saat hamil relatif tua
f) Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan
cairan

2.2 Konsep Dasar Persalinan


A. Definisi Persalinan
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Ada beberapa
pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan
bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan
memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan
pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini
akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002). Dalam buku (Kurniarum,Ari.2016)
B. Etiologi Persalinan
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak
diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun
masing-masing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa
teori timbulnya persalinan:
1. Teori penurunan hormone
2. Teori plasenta menjadi tua
3. Teori distensi rahim
4. Teori iritasi mekanik
5. Induksi partus (Rohani,dkk.2010)
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2005) beberapa teori
mengemukakan etiologi dari persalinan adalah
1. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone
2. Pengaruh prostaglandin
3. Struktur uterus
4. Sirkulasi uterus
5. Pengaruh saraf dan nutrisi
Beberapa teori timbulnya persalinan:
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesteron, peningkatan kadar prostaglandin yang berfungsi
meningkatkan kontraksi uterus.
b. Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
frenkenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
C. Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang
komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain
penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron
merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar
hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.
Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale
dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus
berkontraksi .
D. Jenis Persalinan
1. Persalinan Spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibunya sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalinan Buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan
tenaga bantuan dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps/atau
dilakukannya operasi section caesarea
3. Persalinan Anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya
dengan pemberian pitocin dan prostaglandin.(Oktarina, 2016)
E. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas.
Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang
menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron Progesterone menimbulkan relaxasi
otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot
rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan
plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
2. Teori Oxitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas
otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga
terdapat tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot. Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu
terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya
dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.
4. Pengaruh Janin Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-
rupanya juga memegang peranan karena pada anencephalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
5. Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak
umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum
melahirkan atau selama persalinan.(Kurniarum,2016)

F. Tanda Dan Gejala Persalinan


Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala
persalinan, akan dibahas materi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa
kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan
sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri
pada anggota bawah.
b. Pollikasuria Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan
didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari
pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke
dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung
kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering
kencing yang disebut Pollakisuria.
c. False labor Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum
persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang
sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi
Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat: 1) Nyeri yang
hanya terasa di perut bagian bawah 2) Tidak teratur 3)
Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya
waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang 4) Tidak
ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan
cervix menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup,
panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut,
dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun
pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport Beberapa ibu akan mengalami peningkatan
energi kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah
beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena
tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum
persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu
ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga
menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi
panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets Beberapa ibu mungkin akan
mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan
muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.
2. Tanda-tanda persalinan Yang merupakan tanda pasti dari
persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his
persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai
berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi. Kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix Penipisan dan pembukaan
servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah
sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit
ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
d. Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan
banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar. (Kurniarum,2016)
G. Tahapan Persalinan
1. Pengertian
Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan servix secara bertahap, pembukaan servix
kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung di bawah hingga 8
jam
b) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi.
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih
2) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan
lengkap (10 cm)
3) Terjadi penurunan bagian terendah janin
2. Fisiologis kala 1
a. Uterus: Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar
ke depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan
masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi
uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan
kepala janin masuk ke rongga pelvik.
b. Serviks Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi
lembut:
1) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan
kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Panjang
serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah
(beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan
panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai
menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang
sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh
2) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari
serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks
digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari
tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
3) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan
mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks
3. Kala II pengeluaran
a. Pengertian Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan
lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses
ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
b. Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
a. Ibu ingin meneran
b. Perineum menonjol
c. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f. Pembukaan lengkap (10 cm )
g. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan
multipara rata-rata 0.5 jam
h. Pemantauan. Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi
uterus, Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi. Kondisi ibu
sebagai berikut:

Kemajuan persalinan Kondisi pasien Kondisi janin


tenaga penumpang
Usaha mengedan Periksa nadi dan a. Periksa detak
Palpasi kontraksi uterus tekanan darah selama jantung janin setiap
(kontrol tiap 10 menit ) 30 menit. Respons 15 menit atau lebih
a. Frekuensi keseluruhan pada kala sering dilakukan
b. Lamanya II: dengan makin
c. Kekuatan a. Keadaan dehidrasi dekatnya kelahiran
b. Perubahan b. Penurunan
sikap/perilaku presentasi dan
c. Tingkat tenaga perubahan posisi
(yang memiliki) c. Warna cairan
tertentu
Tabel 1.3

4. Fisiologis kala III


a. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit
b. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan
keluarnya cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan
banyak
c. Pasien mulai mengejan
d. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di
dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan
rectum terbuka
e. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan
hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak
lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”
f. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva
sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun
telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut
“Kepala keluar pintu”
g. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun
besar, dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini
untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat
tersebut
h. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar
lendir dan cairan
i. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan
disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan
paksi jalan lahir
j. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak
keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah
k. Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit
(Kurniarum,2016)
5. Kala uri
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(Wiknjosastro, 2008).Dimulai segera setelah bayi lahir sampai
dengan lahirnya placenta ( 30 menit).Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi
lahir dan plasenta keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah tiba – tiba
Manejemen aktif kala III : Tujuannya adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah
terjadinya retensio plasenta.Tiga langkah manajemen aktif kala III
:
a. Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah
bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
c. Segera lakukan massase pada fundus uteri setelah plasenta
lahir.
6. Kala IV ( 2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan
amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak
diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan
pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post
partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya
karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior
(Rohani,dkk.2010). Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta
telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Pemantauan Selama 2 jam pertama pascapersalinan :Pantau
tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan
yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua yang tidak
normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
Tabel lamanya persalinan pada primigravida dan
multigravida
Kala Persalinan Primigravida Multrigravida
KALA I 10-12 JAM 6-8 JAM
KALA II 1,5-2 JAM 0,5-1 JAM
KALA III 30 MENIT 30 MENIT
KALA IV 2 JAM 2 JAM
Jumlah (tanpa memasukkan kala 12-14 JAM 8-10 JAM
IV yang bersifat observasi)
tabel 1.4 lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida (Asuhan
Persalinan Normal, 2008)

H. Faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan


1. Power : His dan tenaga mengejan.
2. Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
3. Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
4. Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses
persalinan.
5. Provider (penolong) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga
terlatih dalam bidang kesehatan (Wijaksono , 2005)
I. Mekanisme persalinan
1. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu
bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.Hipomoklion
adalah titik putar atau pusat pemutaran.
2. Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala
janin mulai turun pada umur kehamilan kira – kira 36 minggu,
sedangkan pada multigravida pada kira – kira 38 minggu,
kadang – kadang baru pada permulaan partus. (Wiknjosastro,
2005).
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai
Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak
dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah – olah
terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering
juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala
dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang
sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong.
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura
sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut
Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis :
1) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura
sagitalis bergeser mendekati promontorium.
2) Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila
sutura sagitalis mendekati symphisis.
b. Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor –
faktor yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban,
dorongan langsung fundus uteri padabokong janin, kontraksi
otot – otot abdomen, ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum
sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito
bregmatikus ( 9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala
terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir.Pada
waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas
mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun
kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang
mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk
jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul
sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada
waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan
suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah
symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar,
dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan sumbu
badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
Gambar 1.8 mekanisme persalinan letak belakang kepala
(Wiknjosastro, 2005).

J. Konsep Dasar Asuhan Persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan : Mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal (Asuhan persalinan normal, 2008).
1. Kala I
a. Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan
b. Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk,
jongkok, berbaring miring, merangkak dapat membantu
turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu
persalinan
c. Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan
memberikan lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi.Apabila dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
d. Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering
jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan:
1) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan
mungkin menyebabkan partus macet
2) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
3) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri
4) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
5) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca
persalinan
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan
menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi
penolong persalinan terhadap resiko infeksi. Pantau
kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai
partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
2. Kala II
a. Berikan terus dukungan pada ibu
b. Menjaga kebersihan ibu
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
d. Mengatur posisi ibu
e. Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk
berkemih
f. Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
g. Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk
mengambil nafas diantara kontraksi
h. Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
i. Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di
introitus vagina
j. Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
k. Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
l. Lahirkan kepala
m. Periksa adanya lilitan tali pusat
n. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan
sendirinya
o. Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
p. Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk
melahirkan bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu
posterior.
q. Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian
dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai
seluruhnya lahir.
r. Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai
pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama
s. Lakukan pemotongan tali pusat
t. Pastikan bayi tetap hangat
Menolong persalinan sesuai dengan standar yaitu 60 langkah APN:
Melihat tanda dan gejala kala II
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
1. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set
2. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
4. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
5. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua
sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,
langkah # 9).
2. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
3. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan (seperti di atas).
4. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali /
menit ).
e. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
f. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyipakan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
3. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan
untuk meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang)
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap lima menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
i. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
j. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika
k. Ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu
untuk mulai meneran pada
l. puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
m. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit
n. meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
1. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
3. Membuka partus set.
4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
Lahirnya kepala
1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
a. Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan
hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee
disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih.
2. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. Lahir bahu
5. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
6. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
7. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati membantu kelahiran kaki
Penangan bayi baru lahir
1. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan)
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
5. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
mengambil tindakan yang sesuai.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
Penangan bayi baru lahir
Oksitosin
1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
2. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
1. Memindahkan klem pada tali pusat
2. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
3. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengluarkan plasenta.
4. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
b. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan
c. Menggunakan teknik aseptik jika perlu.
d. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
e. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
f. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
5. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
6. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
1 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
2 Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pasca persalinan
1. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
2. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
3. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama
5. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5 %.
6. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering
7. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
8. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
9. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
10. Mengevaluasi kehilangan darah.
11. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
a. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi
b. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
c. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
d. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
e. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
f. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
g. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.Dokumentasi
h. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
3. Kala III
a. Pastikan tidak ada bayi yang kedua
b. Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi
lahir.
c. Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD
d. Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan
tali pusat sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial
mencengkram uterus.
e. Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali
pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai
plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta
kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada
selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan lahir.
f. Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus
uteri untuk menimbulkan kontraksi
g. Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
h. Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga
perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan
4. Kala IV
a. Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
b. Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
c. Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
d. Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
1) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraks
2) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
f. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama

2.3 Konsep Dasar Nifas (Post Partum


A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan
ketidaknyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020)
B. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami
oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
1. Immediate puerperium , yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan
ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
2. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah
melahirkan pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung
selama 6- minggu
3. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan,
inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat
sempurna. Waktu sehat bisa berminggu-minggu, bulan dan tahun
C. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post
partum menurut Sutanto (2019)
1. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
a. Perasaan ibu berfokus pada dirin
b. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
c. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
d. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu mela
e. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal
f. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi
g. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian
kondisi tubuh tidak berlangsung normal
2. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 1
a. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat
bayi, muncul perasaan sedih(baby blues)
b. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK, BAB dan daya tahan tubuh
d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti
popok
e. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan
pribadi.
f. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena
merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
g. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan
ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran. Dianjurkan
untuk berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan
perlu di berikan support.
3. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa
a. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya
b. Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian keluarganya.
c. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayinya
D. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami
perubahan setelah melahirkan antara lain Risa & Rika (2014) :
1. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi
Fundus Uterinya (TFU)

Tabel 1.6 Perubahan Uterus Masa Nifas (Risa & Rika, 2014)

2. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea


berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya
infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena
adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari
ke- 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisa- sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium
b. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan
dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
c. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.
d. Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda- tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.
3. Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.
Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsurangsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
4. Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang
bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum hamil.
5. Perubahan Sistem Pencernaan biasanya ibu mengalami konstipasi
setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan
kurangnya aktivitas tubuh.
6. Perubahan Sistem Perkemihan setelah proses persalinan
berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24
jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis”.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal otot-otot uterus berkontraksi
segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, sertafascia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi
ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler setelah persalinan, shunt akan
hilang tiba- tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai
kelima postpartum.
9. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital
yang melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi,
infeksi atau perdarahan post partum. Tekanan darah Tekanan darah
biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat postpartum menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda- tanda
syok.
E. Kebutuhan Masa Nifas
1. Nutrisi dan cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui
adalah sebagai berikut:
a. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
b. Diet berimbang protein, mineral dan vitamin.
c. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)
d. Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari persalinan.
e. Kapsul Vit. A 200.000 unit.
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar
secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun
dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu
post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini
tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya
anemia, penyakit jantung penyakit paru- paru, demam dan
sebagainya. Keuntungan dari ambulasi dini:
a. Ibu merasa lebih sehat.
b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan
akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
air susu ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium.
d. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Denyut nadi yang Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk
merawat bayinya.
e. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca
persalinan,tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak
menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan
prolapsus atau retrotexto uteri.
3. Eliminasi
Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika
kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih
disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan
kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum.
a. Berkurangnya tekanan intra abdominal.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Edema dan utera.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
e. Ibu postpartum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar
setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi
bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.
4. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutam
b. Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun
dan air dari depan ke belakang.
c. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan alat kelamin.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit
pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah
tersebut (Elisabeth Siwi Walyani, 2017).
F. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba- tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung sakit kepala yang
terus menerus. nyeri epigastrium atau masalah penglihatan.
4. Pembengkakan pada wajah dan tangan deman muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan payudara
yang memerah panas dan/atau sakit.
5. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan rasa
sakit. warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
6. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau
bayi.
7. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng &
Hartati, 2018).
G. Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat-alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persa linan
disebabkan oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi
penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI)(Anik Maryunani, 20
1. Tanda dan Gejala Masa nifas
Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas,
Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk
diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa
nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks
kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu
38℃ atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan
suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10 hari pertama
masa nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:
a. Infeksi Lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan
warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi
terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.
b. Infeksi Umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan
terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan koma,
terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau dan bernanah
kotor.
2. Faktor Penyebab Infeksi
a. Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban
terlebih dahulu.
b. Pecah ketuban sudah lama sebelum waktunya.
c. Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan,
khususnya untuk kasus pecah ketuban.
d. Teknik aseptik tidak sempurna.
e. Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
f. Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran
plasenta manual).
g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang
tidak diperbaiki.
h. Hematoma.
i. Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000
ml.
j. Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
k. Retensi sisa plasenta atau membran janin.
l. Perawatan perineum tidak memadai.
m. Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.
H. Perawatan Ibu Nifas
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan
pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun
setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa
nifas menurut Sri Wahyuningsih, (2019) adalah:
1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas tujuan perawatan masa
nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya
pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus
waspada, sekurang- kurangnya satu jam post partum untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila
partus berlangsung lama
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh
penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva
dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan skrining secara komprehensif melaksanakan
skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang
meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan
PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila
ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai
dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu post
partum harus diberikan pendidikan pentingnya di antara lain
kebutuhan gizi ibu menyusui.
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum sebelum menyusui).
d. Memberikan pendidikan tentang laktasi
5. Perawatan payudara.
6. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
7. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
8. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan mulai dan putting susu yang tidak lecet.
9. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan.
I. Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan I (6 - 8 jam setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena
atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
2. Kunjungan I (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan 21 tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap
3. Kunjungan I (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehat.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau
bayi alam.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018).

2.4 Konsep dasar Bayi Baru Lahir


A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada
semua sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi
dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa
penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes RI, 2020).
Periode ini merupakan periode yang sangat rentan terhadap suatu
infeksi sehingga menimbulkan suatu penyakit. Periode ini juga masih
membutuhkan penyempurnaan dalam penyesuaian tubuhnya secara
fisiologis untuk dapat hidup di luar kandungan seperti sistem
pernapasan, sirkulasi, termoregulasi dan kemampuan menghasilkan
glukosa (Juwita, 2020).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat (Jamil et al., 2017).
Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37
minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000 gram,
panjang badan: 48–52 cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai Apgar 7–10
dan tanpa cacat bawaan (Ribek et al., 2018).
B. Tanda-tanda Bayi aru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara
lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan,
Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace
(reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batuk/bersin,
Activity(tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha napas), bayi
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau
terlalu dingin (kurang dari 36°C).
Kriteria bayi normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap
37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000
gram, panjang badan: 48–52 cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai
Apgar 7–10 dan tanpa cacat bawaan. Lingkar kepala bayi baru lahir
yang normal adalah 34–35 cm, dimana ukuran lingkar kepala
mempunyai hubungan dengan perkembangan bayi yaitu pertumbuhan
lingkar kepala umunya mengikuti pertumbuhan otak, sehingga bila ada
hambatan/gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan
otak juga biasanya terhambat (Ribek et al., 2018).
Tanda 0 1 2`
A Seluruh badan Warna kulit Warna kulit
(Apperance)Warna biru atau Pucat tubuh normal tubuh tangan dan
kulit merah dua kaki normal
muda,tetapi merah muda,
tangan dan kaki tidak ada sianosis
kebiruan
P (Pulse)Denyut Tidak ada <100x/menit >100x/menit
jantung
G (Grimace) Tonus Lemah atau Sedikit gerakan Gerakan aktif
otot tidak ada

A (Activity) Respon Tidak ada Meringis atau Merintis atau


refleks respon menangis lemah bersin atau batuk
terhadap ketika di saat stimulasi
stimulasi stimulasi saluran napas
Tabel 1.5 (Tanda APGAR) Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017)

C. Klasifikasi Bayi Baru Lahir


Neonatus dikelompokkan menjadi dua kelompok (Juwita, 2020), yaitu:
1. Neonatus menurut masa gestasinya
Masa gestasi atau dapat disebut dengan umur kehamilan
merupakan waktu dari konsepsi yang dihitung dari ibu hari pertama
haid terakhir (HPHT) pada ibu sampai dengan bayi lahir.
a. Bayi kurang bulan: bayi yang lahir <259 hari (37 minggu).
b. Bayi cukup bulan: bayi yang lahir antara 259–293 hari (37
minggu–42 minggu).
c. Bayi lebih bulan: bayi yang lahir >294 hari (>42 minggu).
2. Neonatus menurut berat badan saat lahir
Bayi lahir ditimbang berat badannya dalam satu jam pertama
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan dan jika bayi lahir di rumah
maka penimbangannya dilakukan dalam waktu 24 jam pertama
setelah kelahiran.
a. Bayi berat badan lahir rendah: bayi yang lahir dengan berat
badan <2,5 kg.
b. Bayi berat badan lahir cukup: bayi yang lahir dengan berat
badan antara 2,5 kg–4 kg.
c. Bayi berat badan lahir lebih: bayi yang lahir dengan berat badan
>4 kg.
D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih
segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan
pada bayi baru lahir.
1. Penilaian
Penilaian Bayi baru lahir dilakukan dalam waktu 30 detik
pertama. Keadaan yang harus dinilai pada saat bayi baru lahir
sebagai berikut.
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis atau bernapas?
d. Apakah tonus otot baik ?
Penilaian bayi baru lahir juga dapat dilakukan dengan Apgar
Score.(Sondakh, 2017).
2. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah
melakukan penilaian, menjaga bayi agar tetap hangat,
membersihkan saluran nafas (jika perlu), mengeringkan tubuh bayi
(kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali
pusat, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan
suntik vitamin K1, memberikan salep mata antibiotic pada kedua
mata, melakukan pemeriksaan fisik memberikan imunisasi
Hepatitis B (Dewi, 2016).
3. Mekanisme kehilangan panas
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi
melalui mekanisme berikut (Jamil et al., 2017):
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas karena menguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena
tubuh tidak segera dikeringkan
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi
diletakkkan di atas meja, timbangan atau tempat tidur.
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin yaitu adanya
tiupan kipas angin, penyejuk ruangan di tempat bersalin.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi di
tempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Bayi di tempatkan
dekat jendela yang terbuka.
4. Klasifikasi Suhu Tubuh
Menurut (Kemenkes RI, 2019) dan (Santoso, 2016) suhu tubuh
dapat diklasifikasi menjadi:
a. Hipotermia: suhu tubuh <36,5 0C.
b. Normal: suhu tubuh antara 36,5 0C–37,5 0C.
c. Febris/pireksia/panas: suhu tubuh 37,6 0C–40 0C.
d. Hipertemia: suhu tubuh >40 0C.
Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegahan
kehilangan panas makabayi akan mengalami hipotermia. Bayi
dengan hipotermi sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian.Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berasa dalam rungan yang
sangat hangat.
5. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi menurut (Sari, 2020) merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.Pada saat bayi
baru lahir, pastikan penolong ntuk melakukan tindakan pencegahan
infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut :
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah
melakukan kontak dengan bayi.
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c. Memastikan sarung tangan peralatan, termasuk klem gunting,
dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru.Jangan pernah menggunakan bola karet
penghisap untuk lebih dari satu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap kali digunakan).
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
dengan mandi setiap hari (putingsusu tidak boleh disabun).
g. Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci
tangan sebelumnya.

2.5 Konsep Asuhan Kebidanan


A. Standar Asuhan Kebidanan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan.
B. Pengertian standar asuhan kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan
kiat kebidanan mulai dari pengkajian perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan perencanaan implementasi evaluasi pencatatan
asuhan kebidanan.
STANDAR I: Pengkajian
A. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang terkait dengan kondisi klien.
B. Kriteria Pengkajian
1. Data tepat, akurat dan lengkap.
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa biodata keluhan
utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang
sosial budaya)
3. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik psikologis dan
pemeriksaan penunjang).
STANDAR II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
A. Pernyataan standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
B. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah.
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri
kolaborasi, dan rujukan.
STANDAR III: Perencanaan
A. Perencanaan standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
B. Kriteria perencanaan.
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif.
2. Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya klient
atau keluarga.
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan epidence based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
STANDAR IV: Implementasi
A. Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
B. Kriteria:
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-
sosial-spiritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy klien/ pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V: Evaluasi
A. Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi
klien.
B. Kriteria Evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan /keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
A. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
B. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
pada formulir yang tersedia (Rekam medis/ KMS/ Status
pasien/ buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
6. Padalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan
rujukan.

2.5 Konsep Dasar Management Kebidanan Varney dan SOAP


A. Proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan
proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan
pada awal tahun 1970, proses ini memperkenalkan sebuah metode
dengan pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan dengan urutan
yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga
kesehatan. Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981,
proses manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima langkah. Namun
setelah menggunakan Varney tahun 1997 melihat ada beberapa hal
penting yang harus disempurnakan sehingga ditambah dua langkah lagi
untuk menyempurnakan teori lima langkah tersebut.
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik, proses
dimulai dari pengumpulan data dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh
kerangka tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Adapun langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Langkah 1: Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan
hasil studi
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Langkah 2: Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data dasar yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik, diagnosis
kebidanan yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur tersebut adalah :
b. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
c. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
d. Memiliki ciri khas kebidanan
e. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
f. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
3. Langkah 3: Mengidentifikasi diagnosis atau masalah
potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial
ini benar-benar terjadi.
4. Langkah 4:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah 5: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh yang
telah ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang
sudah teridentifikasidari kondisi klien, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
konseling, merujuk klien bila ada masalah sosial ekonomi kultural
atau masalah psikologi, setiap rencana asuhan harus disetujui
olehkedua belah pihak (bidan dan klien) agar dapat dilaksanakan
dengan efektif.
6. Langkah 6:Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dari langkah
kelima harus dilaksanakan secara efesien dan aman, pelaksanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebahagian
dilakukan oleh bidan dan sebahagian lagi dilakukan oleh pasien.
7. Langkah 7: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah
dan diagnosis, rencana tersebut dapat dianggap efektif bila benar
– benar efektif dalam pelaksanaannya (Hidayat: Dokumentasi
kebidanan,2000).
B. Manajemen Kebidanan SOAP
Menurut Kemenkes (2017), di dalam metode SOAP, S adalah
data subjektif, O adalah data subjektif, A adalah analysis, P adalah
penatalaksanaan. Metode ini merupakan dokumentasi yang sederhana
akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang
dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode
SOAP adalah sebagai berikut :
1. Data Subjektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien.Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien
yang menderita tuna wicara dibagian data belakang huruf “S” diberi
tanda huruf “O” atau “X” . Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penderita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur,hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis.
3. Assesment/Analisis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis
daninterprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,
dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis
data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan
klien. Analisis data adalah melakukan interpretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan dan
kebutuhan.
4. Plan/Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan
danpenatalaksanaan yang suda dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”N” DENGAN


KEHAMILAN 36 MINGGU DI UPT BLUD PUSKESMAS JEMBATAN
KEMBAR

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2023


Pukul : 10:10 WITA
Tempat pengkajian : R.KIA
No rekam medik : 267-964-399

I. PENGKAJIAN DATA DASAR


DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Nama pasien : Ny.”N” Nama suami : Tn.”H”
Umur : 28 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak/Indonesia Suku /bangsa : Sasak/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Ketirek Timur Alamat : Ketirek Timur
B. Keluhanutama / alasan kunjungan
Ibu datang ke puskesmas mengatakan hamil mengeluh sering kencing.
C. Riwayat keluhan utama
Ibu datang ke puskesmas mengatakan hamil mengeluh sering kencing sejak
memasuki usia kehamilan 8 bulan.
D. Riwayatmenstruasi
Menarche : 12 tahun Disminorhe : Iya, pada saat haid
Siklus : 28 hari Fluoralbus : Tidak
Lama : 6 hari HPHT : 11-7-2022
E. Status perkawinan
Berapa kali menikah : 1 kali
Umurpertama kali menikah
Suami : 28 tahun Istri : 27 tahun
Lama : 1 tahun
F. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penyakit menurun (hiperetensi,diabetes melitus), Penyakit menular
( Hepatitis, TBC, HIV) Penyakit Berat (jantung, Ginjal), (tidak ada)
G. Riwayatkesehatan yang lalu
Riwayatketurunan kembar: Tidak
Penyakit menurun (hiperetensi,diabetes melitus), Penyakit menular
( Hepatitis, TBC, HIV) Penyakit Berat (jantung, Ginjal), (tidak ada)
H. Riwayatkesehatankeluarga
Riwayatketurunan kembar: Tidak
Penyakit menurun (hiperetensi,diabetes melitus), Penyakit menular
( Hepatitis, TBC, HIV) Penyakit Berat (jantung, Ginjal), (tidak ada)
I. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, anak yang lalu
Keh
Perka Penyulit
a U Temp Penolon BBL
winan JP JK Usia Ket
mila K at g (gram)
no
n ke H B N

1 ini

J. RiwayatKontrasepsi
Jenis kontrasepsi : Tidak ada
Lama :-
Mulai KB :-
Kapan berhenti :-
Alasan berhenti :-
Keluhan :-
K. Riwayat kehamilan sekarang
Usia Kehamilan : 8 bulan
Gerakan Janin : 12 kali dalam 24 jam
ANC : 6 kali, di puskesmas, polindes
Obat /jamu yang dikonsumsi : Tablet Fe
Imunisasi TT : TT4
Perawatan payudara : Belum dilakukan
Senam hamil : Sudah dilakukan
Kekhawatiran khusus : Khawatir tidak lancar ketika bersalin
Kepercayaan selama hamil : Tidak ada
Rencana KB : Tidak ada
L. Riwayatbiologis
a. Pola Nutrisi (Sebelum dan selama hamil) :
Makanan Sebelum Hamil Saat Hamil/MRS
Komposisi Nasi,sayur,tahu,tempe,tel Nasi,sayur,tahu,tempe,t
ur elur
Frekuensi 3 kali sehari 4-5 kali sehari
Porsi 2 sendok nasi 3 sendok nasi
Makanan Tidak ada Tidak ada
Pantangan
Masalah Tidak ada Tidak ada
Minum Sebelum Hamil Saat Hamil/MRS
Jenis Air putih,es Air putih,susu ibu
hamil
Frekuensi 5 kali sehari 6-7 kali sehari
Porsi 2 gelas 3 gelas
Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Pola eliminasi (Sebelum dan selama hamil) :


BAK Sebelum Hamil Saat Hamil/MRS
Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan
Frekuensi 3 kali sehari 6-7 kali sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada
BAB Sebelum Hamil Saat Hamil/MRS
Konsistensi/Warna Lembek/kecoklatan Lembek/kecoklatan
Frekuensi 1 kali sehari 2 kali sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada
c. Pola istirahat (Sebelum dan selama hamil) :
Istirahat SebelumHamil SaatHamil/MRS
Siang 2 jam 3 jam
Malam 7 jam 7 jam
Masalah Tidak ada Tidak ada

d. Personal hygiene :
Personal Hygiene SebelumHamil SaatHamil/MRS
Mandi 2 kali sehari 2-3 kali sehari
Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti Pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari
Ganti Pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari
Dalam

M. Kondisi Ekonomi
Status Ekonomi : Cukup
Jaminan Kesehatan : Ada
N. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Komunikasi
Verbal : Bahasa indonesia, daerah
Keadaanemosional : Kooperatif
Hubungan dengan keluarga : Akrab
Hubungan dengan orang lain : Biasa
Proses berfikir : Terarah
Ibadah/spiritual : Patuh
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Bahagia
Dukungan keluarga: Di dukung, dengan ikutserta menjaga kehamilan ibu.
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami.
Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : mengerjakan pekerjaan rumah.
Tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin : puskesmas, bidan.
Sosial Budaya : Tidak ada acara-acara budaya yang di ikuti.

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Komunikasi nonverbal : Lancar
3. Kesadaran : Composmentis.
4. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 81 kali/menit
Pernafasan : 23 kali / permenit
Suhu : 36,6 0C
5. Antropometri
Berat badan saat ini : 67 Kg
Berat badan sebelum hamil : 57 Kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 30 cm
IMT : 23,17
6. HPL : 18-04-2023
7. Usia Kehamilan : 36-37 minggu
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi : Bersih, rambut hitam, lurus, tidak ada luka.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
2. Wajah
Inspeksi : muka tidak pucat, simetris.
Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak pucat, sklera putih.
4. Telinga
Inspeksi : Bersih, tidak ada kotoran yang menumpuk.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5. Hidung
Inspeksi : Bersih, tidak ada penumpukan secret.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
6. Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir lembab, kemerehan, tidak ada gigi yang berlubang,
tidak ada caries gigi.
7. Leher
Inspeksi : Bersih, tidak ada luka.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfa.
8. Payudara
Inspeksi : Simetris, puting menonjol keluar, belum ada pengeluaran
kolostrum.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan daerah payudara.
9. Abdomen
Inspeksi : Terdapat striae gravidarum, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bokong di fundus.
Leopold II : Teraba punggung kanan.
Leopold III : Teraba kepala, sudah masuk PAP.
Leopold IV : 3/5.
DJJ : 138 x/m.
TBJ : 2945 gr
Auskultasi : 138 x/m.
10. Genetalia (jika ada indikasi)
Kebersihan vulva : Bersih
Portio : Tidak dilakukan pemeriksaan
Uteri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Adnexa : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ukuran PD : Tidak dilakukan pemeriksaan
Cavum duoglas : Normal
Lain-lain, jelaskan : Tidak ada
11. Ekstremitas atas dan bawah : Kuku jari tidak pucat, tidak ada varises,
tidak ada odema.
C. Pemeriksaanpenunjang (tanggal : 6 Maret 2023)
Laboratorium : Hemoglobin 13,0 gr/dL, Protein urine (-), reduksi
urine (-), HBSAg (-).
Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
USG : Sudah dilakukan
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa / Masalah :
Ibu : Ny.”N” usia 28 tahun G1P0A0H0 UK 36-37 Minggu kondisi ibu
Baik.
Janin : Tunggal Hidup Intra Uteri kondisi janin baik.

DS :
Ibu datang ke puskesmas mengatakan hamil mengeluh sering kencing
sejak memasuki usia kehamilan 8 bulan.

DO :
k/u baik, kesadaran cm
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 81 kali/menit
Pernafasan : 23 kali / permenit
Suhu : 36,6 0C
HPL : 18-04-2023
Usia Kehamilan : 36-37 minggu
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bokong di fundus.
Leopold II : Teraba punggung kanan.
Leopold III : Teraba kepala, sudah masuk PAP.
Leopold IV : 3/5.
DJJ : 138 x/m.
TBJ : 2945 gr
Auskultasi : 138 x/m.

Masalah : Ibu mengatakan merasa sering kencing.


Kebutuhan : KIE
III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSIS ATAU MASALAH
POTENSIAL
Tidak ada masalah potensial.
IV. MENGIDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG
MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Mandiri : KIE
Kolaborasi : Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
V. INTERVENSI
Tgl 18 Maret 2023 Jam 10:15 WITA
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Berikan KIE tentang perubahan fisiologis pada TM III.
3. Berikan KIE faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan.
4. Berikan KIE cara melakukan perawatan payudara pada ibu hamil.
5. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada TM III.
6. Berikan KIE tentang persiapan persalinan.
7. Beritahu ibu untuk merencanakan KB yang akan digunakan bersama
suami.
VI. IMPLEMENETASI
Tgl 18 Maret 2023 Jam 10:20 WITA
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam batas normal
yaitu tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 81 kali/menit, pernafasan: 23
kali / permenit, suhu: 36,6 0C, HPL: 18-04-2023, usia kehamilan: 36-37
minggu, leopold I: TFU 30 cm, teraba bokong di fundus, leopold II:
teraba punggung kanan, leopold III: teraba kepala, sudah masuk PAP,
leopold IV : 4/5 bagian, DJJ: 138 x/m, TBJ: 2945 gr, auskultasi: 138
x/m, hemoglobin 13,0 gr/dL, protein urine (-), reduksi urine (-), HBSAg
(-).
2. Memberikan KIE tentang perubahan fisiologis pada kehamilan
trimester III terutama mengenai keluhan yang ibu rasakan yaitu ibu
merasa sering BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh
pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,
sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah. Situasi ini menyebabkan
jamur (trikomonas) tumbuh subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal
dan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga sering digaruk
dan menyebabkan saat berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan
terjadinya infeksi.kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi
infeksi kandung kemih yaitu dengan banyak minum dan menjaga
kebersihan sekitar kelamin (Nugroho, 2014).
3. Memberikan KIE mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi lancar
atau tidaknya persalinan yaitu, power (his dan tenaga mengejan),
passage (ukuran panggul dan otot-otot persalinan), passenger (terdiri
dari janin, plasenta dan air ketuban, personality (kepribadian) yang
diperhatikan kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan dan sanggup
berpartisipasi selama proses persalinan (Wijaksono, 2005).
4. Memberikan KIE upaya perawatan payudara pada ibu hamil yaitu
kompres puting susu dengan kapas minyak selama 3-5 menit agar
kotoran mudah terangkat, oleskan minyak pada bu jari dan telunjuk,
tarik kedua putting bersama-sama dan putar ke dalam kemudian keluar
sebanyak 20-30 kali (Departemen Ilmu Kebidanan RSUD Ciawi,
Bogor).
5. Memberikan KIE tentang bahaya pada TM III yaitu pusing disertai
pandangan kabur, bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit
kepala disertai kejang, air ketuban keluar sebelum waktunya atau tanpa
disertai tanda-tanda persalinan, janin dirasakan kurang bergerak
sebagaimana seperti sebelumnya serta perdarahan disertai nyeri perut
bagian bawah (Buku KIA, 2020). Menganjurkan ibu ke fasilitas
kesehatan jika menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.
6. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan yaitu siapkan lebih dari
1 orang yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu yang
bersedia mendonorkan darahnya ketika diperlukan, persiapkan
tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan atau biaya lainnya,
suami atau keluarga menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu
diperlukan serta siapkan KTP, Kartu keluarga dan keperluan lain yang
dibutuhkan oleh ibu dan bayi pada saat persalinan (Buku KIA, 2020).
7. Memberitahu ibu untuk mendiskusikan rencana KB yang akan
digunakan bersama suami.
VII. EVALUASI
Tgl 18 Maret 2023 Jam 10:25 WITA
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mengerti tentang perubahan-perubahan fisiologis pada
kehamilan trimester III.
3. Ibu sudah mengerti faktor apa saja yang mempengaruhi persalinan.
4. Ibu sudah mengerti cara melakukan perawatan payudara.
5. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III
dan bersedia ke fasilitas kesehatan jika menemukan salah satu tanda
bahaya tersebut.
6. Ibu sudah mengerti apa saja yang perlu di siapkan untuk menghadapi
persalinan.
7. Ibu bersedia merencanakan alat kontrasespis yang akan digunakan
bersama suaminya.

Anda mungkin juga menyukai