PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir adalah salah satu sistem
siklus kehidupan wanita. Dalam proses kehidupanya, seorang wanita tidak luput
dari resiko yang di hadapi dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kematian
ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cidera. Tidak hanya kematian dirinya melaikan dapat beresiko
kematian bayi yang barusan dilahirkannya. Angka kematian bayi (AKB) juga
digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (Dinas Kesehatan Surabaya, 2015).
Masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, termasuk AKI
tidak dapat dilepaskan dari berbagai factor yang mempengaruhinya, antara lain
status kesehatan ibu dan lesiapan untuk hamil pemeriksaan antenatal (Masa
Kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah persalinan, serta
factor social budaya. Sedangkan AKB masalah yang berkaitan dengan kematian
eksogen atau kematian post-neonatal disebabkan oleh factor-faktor yang berkaitan
dengan pengaruh lingkungan.
Angka Kematian Ibu (AKB) dam Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indicator yang dimana peka terhadap kualitas dan aksebitas
fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut WHO laporan Word Health
OrganizationPada tahun 2017 Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup, Word Health Organization(WHO) menyatakan bahwa
Angka Kematian Ibu di pada tahun 2019 AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan di Indonesia (SDKI) terakhir tahun 2016, Angka Kematian Ibu (AKI)
Indonesia mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu
(AKI) dikota Surabaya mencapai 56.33. Angka ini menurun dibandingkan tahun
2018 yang mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan jumlah kasus Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Jawa Timur yang di peroleh dari laporan rutin
relative sangat kecil. Namun bila di hitung dengan Angka Kematian Absolut
masih tinggi yaitu sebnyak 3.875 bayi yang meninggal pertahun dan sebanyak
4.216 balita meninggal pertahun. Di mana??? Tahun???? Adapun proporsi
kematian neonatal dalam 3 tahun ini mencapai hamper 4/5 dari kematian bayi.
Jadi Dalam satu hari bayi yang meninggal mencapai sebanyak 11 bayi yang
meninggal dan 12 balita yang meninggal, sehinggak data AKB yang di keluarkan
oleh Badan Pusat Statistik (Dinkes Jatim, 2019).
Capaian AKI dan AKB di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017-2019 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.1 AKI dan AKB di Jawa Timur Tahun 2017 – 2019
Tahun AKI (per 100.000 KH) AKB (per 1.000 KH)
2017 91,92 23,6
2018 91,45 23
2019 89,81 23
Pada table 1.1 di atas AKI dan AKB di Jawa Timur sudah mengalami penurunan
dari tahun 2017 – 2019. Apabila di bandingkan dengan tiga tahun priode
kebelakang yang sudah berada di bawah target nasional yang dusah di tentukan
oleh Sustainable Development Golds (SDGs) 2030. (Dinkes Jatim,2019)
Capaian AKI dan AKB di Kota Surabaya pada tahun 2017 – 2019 adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.2 AKI dan AKB di Kota Surabaya Tahun 2017 – 2019
Tahun AKI (per 100.000 KH) AKB (per 1.000 KH)
2017 91,72 5,26
2018 96,64 4,06
2019 83,33 3.82
Sumber: Dinkes Jatim,2019
Dari table 1.2 di atas AKI dan AKB di Kota Surabaya terjadi penurunan pada
tahun 2017 – 2019 yang di harapkan terjadinya penurunnan untuk memenuhi
target Sustainable Development Golds (SDGs) 2030. (Dinkes Jatim,2019)
Masalah yang terkait dengan Kesehatan Ibu dan Anak, dahwa proporsi
kematian masih banyak (3/4) terjadi pada periode neonatal (0 – 28 hari) dan ini
terjadi pada setiap tahunnya, bahwa mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
ada kecenderungan Angka kematian Bayi stagnan. Pada Tahun 2019 Angka
kematian Bayi ada pada posisi 23/1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS
Pusat), Angka Kematian Bayi Jawa Timur sampai dengan tahun 2019 sudah
berada di bawah target Nasional.
Faktor yang menyebabkan tingginya kematian ibu pada tahun 2019 dalah
Pre Eklamsi/ Eklamsi yaitu sebesar 31,15% atau sebanyak 162 orang dan
Perdarahan yaitu 24,23%, Penyebab lain-lainnya yaitu 23,1% atau 120 orang.
Penyebab lain-lainnya turun di karenakan sebagian masuk criteria penyebab
gangguan Metabolisme dan sebagainya lagi masuk criteria gengguan peredaran
darah. Sedangkan penyebab infeksi meningkat dari tahun 2018 yaitu 6,73% atau
sebanyak 35 05 orang.
Upaya percepat penurunan AKI dapat di lakukan dengan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus rujukan jika
terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk
penurunan AKB yaitu dengan mengupayakan agar persalina dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai standart pada kunjungan bayi baru lahir. (Kemenkes RI,
2015)
Berdasarkan masalah diatas, penulis sebagai mahasiswa kebidanan ingin
melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan sampai masa nifas dengan
menggunakan asuhan yang berkesinambungan (continuity of care) sesuai dengan
asuhan yang ada.
1. Batasan Masalah
Berdasarkan studi kasus yang telah dilaksanakan maka dapat diambil
batasan masalah yaitu asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologis, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan asuhan
yang berkesinambungan di PMB Ny….....
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan KB pada Ny…..di PMB Ny…....................?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan
kerangka pikir manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu hamil.
b. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu bersalin.
c. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu nifas.
d. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada neonatus.
e. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu dengan
Keluarga Berencana (KB)
4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori
yang didapat secara langsung kepada klien dan dapat dijadikan tolak ukur untuk
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan secara komprehensif, serta klien mendapatkan pelayanan yang telah
sesuai dengan standar pelayananan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum yang menghasilkan Zigot serta dilajutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilaan
normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Sulistyawati, 2009 dan Walyani, 2015).
Kehamilan merupakan salah satu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan
ovum, tumbuh dan berkembang didalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu
atau sampai 42 minggu. (Nugroho dan Utama, 2014)
Menurut Ferderasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan ridasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Saifuddin,2014)
2. Fisiologis Kehamilan
Menurut Suryati Romauli : 2011 berpendapat antara lain sebagai berikut:
a. Konsepsi
Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang
menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangakaian kejadian yang
meliputi pembentukan gamet( telur dan sperma), ovulasi ( pelepasan telur ),
penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Ovum merupakan
sel tersebar pada badan manusia,setiap bulan satu ovum atau kadang –
kadanglebih matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Saat
ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan
sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uteri sehingga
silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan gerakannya sepanjang tuba penuju
rahim. Ovum dianggap subur 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak difertilisasi
oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorbsi. Pada waktu ovulasi sel telur
yang telah masuk dilepaskan dari ovarium. Dengan gerakan seperti menyapu oleh
fimbria tuba uteri, ia di tangkap oleh infundibulum. Selanjutnya ia masuk ke
dalam ampula sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi otot. Sebuah ovum
mungkin di tanggakap masuk kedalam infundibulum tuba yang berlawanan.
Keadaan ini disebut migrasi eksterna. Ovum biasanya dibuahi dalam waktu 12
jam setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.
Pada saat coitus kira – kira 3 – 5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik
posterior dengan jumlah spermatozoa sekitar 200 – 500 juta. Dengan gerakan
ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis. Di dalam rongga uterus dan
tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh kontraksi otot – otot pada rongga
tersebut. Spermatozoa dapat mencapai ampula, kira – kira satu jam setelah coitus.
Ampula merupakan tempat terjadinya fertilitas. Hanya beberapa ratus sperma
yang mencapai tempat ini. Sebagaian besar mati sebagai akibat keasman vagina,
sebagai lagi hilang atau mati dalam perjalanan.
Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita sampai 4 hari.
Dalam saluran reproduksi wanita spermatozoa mengalami kapasitas sebelum ia
mampu membuahi ovum. Kapasitas terjadi dalam rongga uterus dan tuba yaitu
berupa pelepasan lapisan pelindung disekitar akrosom. Setelah ini terjadi dalam
rongga uterus dan tuba yaitu berupa pembentuakn lobang – lobang pada akrosom
tempat dilepaskan enzim – enzim yang dapat melisiskan corona radiata dan zona
pelucida. Setidak – tidaknya dikenal 2 enzim yaitu CPE ( Corona Penetrating
Enzyme) yang mencerna korona radiata dan bialuronidase yang mencerna zona
pelusida.
b. Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel mani
dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamialn adalah
ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi.
Dalam literatur istilah lain yang sering dipakai untuk fertilisasi adalah konsepsi,
pembuahan. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi
pronukleus betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan ekornya berbubah
menjadi pronukleos jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah –
tengah sitoplasma sel terus dan terjadilah zigot, sebuah sel tunggal, awal
kehidupan baru makluk hidup. Hasil fertilisasi antara lain : kembalinya sel dengan
jumlah kromosom diploid ( 2n ) pada manusia dengan jumlah diploid adalah 46,
penurunan/ pewarisan sifat – sifat spesies.
c. Pembelahan
Setelah itu zigot akan menjadi tingakat 2 sel ( 30 jam) , 4 sel, 8 sel sampai
16 sel disebut blastomer (3 hari ) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun
longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membela membentuk buah arbei
dari 16 sel disebut morula ( 4 hari). Saat morula memasuki rongga rahim, cairan
mulai menembus zona pellusida masuk dalam ruangan antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastoked sehingga disebut blastokista (
4,5 – 5 hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel telur disebut
trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa memasuki
dinding rahim ( endometrium) dan siap implantasi ( 5,5 – 6 hari ) dalam bentuk
blastokista tingkat lanjut.
d. Implantasi / nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi kedalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi ( zigot ) akan segera
membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel - sel anak yang lebih kecil
yang disebut blastomer. Pada hari ke -3, bola tersebut terdiri dari 16 sel blastomer
dan disebut morula. Pada hari ke 14 di dalam bola tersebut terbentuk rongga,
bangunan ini disebut blastula. Pada hari ke – 4 blastula masuk ke dalam
endometrium dan pada hari ke – 6 menempel pada endometrium. Pada hari ke –
10 seluruh blastula sudah tertanam dalam endometrium dan dengan demikian
niddasi sudah selesai. Nidasi terjadi karena troboblast mempunyai daya untuk
menghancurkan sel – sel endometrium. Hancuran endometrium di pergunakan
sebagai bahan makan oleh sel telur. Tempat nidasi biasanya pada dinding depan
dan dinding belakang di daerah fundus uteri.Pembuahan darah endometrium
pecah dan sebagian wanita akan mengalami pendarahan ringan akibat implantsi
( bercak darah atau pendarahan ringan pada saat seharusnya terjadi mestruasi
berikutnya ). Villi korion yang terbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas
dan menyusup masuk kedalam daerah yang mengandung banayak pembuluh
darah dan mendapatkan oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta membuat
karbodioksida dan produksisa kedalam darah ibu.Setelah implantasi, endometrium
disebut desidua. Desidua yang terdapat antara telur dan dinding rahim disebut
desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau desidua yang terdah telur dan
cavum uteri adalah desidua kapsus dan bagian yang melepas sisi uterus adalah
desidua vera .
3. Pertumbuhan dan perkembangan janin
a. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
Kehamilan berlangsung selama kira – kira 10 bulan lunar atau 9 bulan
kalender atau 40 minggu atau 280 hari, di hitung dari hari pertama haid yang
terakhir. Bila dihitung dari konsepsi 266 hari atau 38 minggu. Ada 3 masa dalam
pembentukan janin, yaitu :
1) Masa pre- embrionik
Berlangsung 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi. Terjadi proses
pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner-cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama yaitu:
a) Ektoderm, melapisi carvitas amniotica, merupakan lapisan sel tunggal yang
berlangsung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, alat
indra, kelenjar ludah.
b) Endoderm, melapisi saccus vitellius dan berkembang membentuk traktus
digestivus, hepar, pancreas, laring, treakea, paru, vesika urinaria dan uretra
c) Memoderm, lapisan jaringan selain ectoderm dan endoderm yang bersal dari
inner cell mass, terbentuk di sekitar cakram embrio menghasilkan sistem
sirkulasi dan limfatik, tulang otot, ginjal, ureter, organ genetalia dan
jaringan subcutan.
2) Masa embrionik
Berlangsung sejak 2 – 8 minggu. System utama di dalam tubah
telah ada dalam bentuk rudimenter ( mengecil, menciut, dan akhirnya
menghilang) jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali disebut
masa organogenesis atau masa pembentukan organ. Sebagai akibat pembentukan
organ, maka ciri – ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
a) Lapisan mudigah ectoderm berfungsi membentuk organ dan struktur tubuh
yang memelihara hubungan dengan dunia luar yaitu susunan saraf pusat, system
saraf tepi, epitel sensorik telinga, hidung, mata. Kulit termasuk rambut dan kuku,
kelenjar hipofisis, kelejar mammae, kelenjar keringat dan email gigi.
b) Lapisan mesoderm, terurtama mesoderm para aksesial yang membentuk
somity dimata somit tersebut membentuk miotomi (jaringa otot), sklerotom
(tulang rawan dan tulang hidung), dermatotom (jaringan subcutan kulit).
c) Lapiasan endoderm, menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan,
saluran pernafasan, kandung kemih, membentuk parenkim tiroid, kelenbjar
paratiroid, hati dan kelenjar pancreas,serta kavum timbani dan tuba eustachius.
b. Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke-8 samapai dengan bayi lahir.
Minggu Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat karena lemak
ke – 32 disimpan disina, testin terus turun
Minggu Lanugo sebagian besar telah berkelupas, tetapi kulit masih bertutup verniks
ke – 36 kaseosa, testis fetus laki- laki terdapat di dalam skrotum pada minggu ke -
36, ovarium perempuan masih berada di sekitar kavitas pelvis, kuku jari
tangan dan kaki mencapai ujung jari.
Minggu Penulangan (osifikasi) tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapin
ke – 40 keadaan ini masih keuntungan dan memudahkan lewatnya fetus memulai
jalan lahir, sekarang terdapat cukup jangan lemak subcutan dan fetus
mendapatkan tambahan berat badan hampir 1 kg pada minggu tersebut
Saat Kebanyakan system pada bayi masih matur tetapi :
lahir a) Fetus mamapu bergerak
b) Fetus dapat bernapas dan menangis kuat
c) Fetus ingin minum ASI
d) Dalam gerakanya pada saat lahir, fetus mengeluarkan urine dan
mekonium
e) Fetus memperlihatkan respon terhadap rangsangan ( stimulus), cahaya,
suara dan rabaan.
Saat Kebanyakan system pada bayi masih matur tetapi :
lahir f) Fetus mamapu bergerak
g) Fetus dapat bernapas dan menangis kuat
h) Fetus ingin minum ASI
i) Dalam gerakanya pada saat lahir, fetus mengeluarkan urine dan
mekonium
j) Fetus memperlihatkan respon terhadap rangsangan ( stimulus), cahaya,
suara dan rabaan.
Megasari Miratu, 2015
4. Perubahan Fisiologi
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi yang terjadi pada ibu hamil trimester III
(Romauli, 2011) antara lain :
1) Sistem reproduksi
a) Vagina dan vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan
untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan mukosa, mengendornya jarigan ikat dan hipertropi,sel otot polos.
Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.
b) Serviks
Uteri Kehamilan mendekati atern, terjadi penurunann lebih lanjut dari
konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang
relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi). Proses perbaikan serviks terjadi
setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
c) Uterus
Akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong
usus kesamping dan ke atas, terus tumbuh hingga menyentuh hati. Akhir
kehamilan pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah kanan, dektrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis.
d) Ovarium
Trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah
digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.
2) Sistem Payudara
Trimester III kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin
meningkat, saat kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu
yang sangat encer, sejak kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolostrum.
3) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan penigkatan
vaskularisasi.Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan
magnesium, fosfat, hormon pada tiroid, vitamin D dan kalsium.
4) Sistem Perkemihan
Kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi dan mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
5) Sistem Pencernaan
Trimester III konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus
yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut
khususnya dalam saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.
6) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara
5.000-12.000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000-16.000 sistem intergument. Kulit dinding perut akan terjadi
perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan striae
gravidarum.
7) Sistem Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan perubahan -
perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai funsi
fitalnya dengan terjadinya kehamilan, metabolisme mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI.
Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg/minggu dan sampai akhir kehamilan 11-
12 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan
adalah dengan menggunakan indeks massa tabuh yaitu dengan rumus berat badan
dibagi tinggi badan pangkat 2. Contohnya: wanita dengan berat badan sebelum
hamil 51 kg dan tinggi 1,57 cm, maka IMT-nya adalah 51/(1,57)=20,7.
8) Sistem persyarafan
Perubahan fisiologi spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala
neurologi dan neuromuskular berikut:
a) Kompersi saraf panggul atau statis vaskuler akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori ditungkai bawah.
b) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf
atau kompresi akar saraf.
c) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median bagian
bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh
parastesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada
sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
d) Akroestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk, di rasakan pada beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini
berkaitan dengan tarikan pada segmen flektus drakialis.
9) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas
dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan
dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau
migrant .Sistem pernapasan. Kehamilan 32 minggu keatas karena usus-usus
tertekan uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil kesulitan bernafas.
5. Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan Trimester III
Menurut Rochyati (2003), penanganan serta prinsip rujukan sebagai
berikut:
a. Pengertian Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini
kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun
bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12.
b. Tujuan Sistem Skor :
Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar
berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan
kondisi dari ibu hamil. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan
mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
c. Fungsi Skor Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE bagi klien.ibu
hamil, suami, keluarga dan masyarakat . Skor digunakan sebagai sarana KIE yang
mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil
dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan, dengan
demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat. Alat peringatan bagi
petugas kesehatan agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih
kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif
penanganannya.
d. Cara Pemberian Skor
Menuliskan tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko
diberi nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2
sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak
sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsia berat/eklamsia
diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu
Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar
mudah dicatat dan diisi.
Tabel 2.1 skor poedji Rochjati
II III IV
Masalah/Faktor Resiko Skor Triwulan
K NO Skor Awal Ibu Hamil 2 1 11 11 111
el 1 2
F 1
R
I 1. Terlalu muda, Hamil < 16 tahun 4
2. Terlalu tua, Hamil > 35 tahun 4
3. Terlalu lambat hamil I, Kawin > 4 4
Terlalu lama lagi (> 10 tahun) 4
4. Telalu cepat hamil lagi (< 2 tahun) 4
5. Terlalu banyak anak, 4 / lebih 4
6. Terlalu tua, umur > 35 tahun 4
7. Terlalu pendek < 145 cm 4
8. Pernah gagal kehamilan 4
9. Pernah melahirkan dengan :
a. tarikan tang / vakum 4
b. uri dirogoh 4
c. di beri infuse / transfuse 4
10 Pernah Operasi Sesar
Penyakit pada Ibu Hamil :
II 11 a. Kurang darah b. Malaria 4
c. TBC paru d. Payah jantung 4
e. Kencing manis (Diabetes) 4
f. Penyakit menular 4
b. Oksigen
Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin, pada hamil tua
sebelum kepala masuk panggul, paru-paru terdesak keatas sehingga menyebabkan
sesak nafas, untuk mencegah hal tersebut, maka ibu hamil perlu: latihan nafas
dengan senam hamil, tidur dengan bantal yang tinggi, makan tidak terlalu banyak,
hentikan merokok, konsultasi kedokter bila ada gangguan nafas seperti asma,
posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi
fetoplasenta dengan mengurangi tekanan vena asendens (Marmi, 2011).
c. Personal hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya 2
kali sehari, karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut
perlu mendapat perhatian, karena seringkali muda terjadi gigi berlubang, terutama
pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
d. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah
memenuhi kriteria berikut ini : Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut, bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap
keringat, pakailah bra yang menyokong payudara, memakai sepatu dengan hak
yang rendah, pakaian dalam yang selalu bersih.
e. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan
menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas
usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).
f. Body mekanik
Secara anatomi, ligament sendi putar dapat meningkatkan pelebaran uterus
pada ruang abdomen, sehingga ibu akan merasakan nyeri. Jenis-jenis body
mekanik dan metode menjaga kesehatan kehamilan,(Romauli,2011) antara lain :
1) Duduk adalah posisi yang paling sering dipilih, sehingga postur tubuh yang
baik dan kenyamanan penting.
2) Berdiri.
Mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus diregangkan dengan
distribusi berat badan pada masingmasing kaki. Berdiri diam terlalu lama dapat
menyebabkan kelelahan dan ketegangan, oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi
tetap mempertahankan semua aspek dan postur tubuh harus tetap tegak.
3) Tidur
Sejalan dengan tuanya usia kehamilan, biasanya ibu merasa semakin sulit
mengambil posisi yang nyaman, karena peningkatan ukuran tubuh dan berat
badannya. Kebanyakan ibu menyukai posisi miring dengan sanggaan dua bantal
di bawah kepala dan satu di bawah lutut dan abdomen. Bangun dan baring.
4) Exercise/Senam hamil. Tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil
sebagai berikut :
a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati
untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak
dan lainlain.
b) Melatih dan menguasai teknik pernafasan yang berperan penting dalam
kehamilan dan proses persalinan.
c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut otot
dasar panggul dan lain-lain.
d) Membantu sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
e) Memperoleh relaxsasi yang sempurna dengan latihan kontraksi dan
relaxsasi.
f) Mendukung ketenangan fisik.
g. Imunisasi
Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil
Imunisasi TT Selang waktu minimal Lama perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber: Kemenkes RI,2015
h. Seksualitas
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat
ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil. Ketika hamil muda,
hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang
atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air.
Saat kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari hubungan
seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketubah
bisa pecah dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung
prostagladin. (Marmi, 2011).
i. Istirahat dan tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi
tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak
disukainya. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang
mendukung kesehatannya sendiri, maupun kesehatan bayinya. Tidur malam ±8
jam, istirahat/tidur siang ± 1 jam (Marmi, 2011).
j. Persiapan laktasi Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan
payudara (Romauli,2011) adalah sebagai berikut :
1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang
menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat payudara.
2) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
3) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas
dengan air hangat.
4) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari
payudara berarti produksi ASI sudah dimulai.
pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada, siapa pembuat keputusan
8. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
a. Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap masalah dan kejadian. Data subjektif ini merupakan langkah
pertama pengumpulan data dasar dalam asuhan kebidanan dengan pola pikir
manajemen varney (Simatumpang, 2008) pada langkah ini dilakukan
pengumpulam data klien antara lain :
1) Identitas
a) Nama untuk mengetahui dan mengenal klien. Sehingga dapat mencegah
kekeliruan dengan kliennya lainnya (Marmi, 2012)
b) Umur untuk mengetahui apakah umur ibu beresiko dalam kehamilan. Umur
yang aman untuk mengetahui kehamilan antara 19 – 34 tahun sedangkan umur <
19 dan > 35 tahun beresiko dalam masa kehamilan (Cunningham, 2012)
c) Agama untuk mengetahui keyakinan klien dan memudahkan memberikan
bimbingan atau arahan kepada klien dalam berdoa (Marmi, 2012)
d) Suku bangsa untuk menetahui adat istiadat dan kebiasaan yang bersifat
positif ataupun negatif yang dimiliki pengaruh terhadap kehamilan (Marmi, 2012)
e) Pendidikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan taraf kemampuan
berfikir ibu, sehingga memudahkan dalam menyampaikan atau memberikan
penyuluhan (Marni, 2012)
f) Pekerjaan untuk mengetahui taraf kehidupan ekonomi klien (Marni, 2012)
g) Alamat untuk mengetahui dimana ibu menetap, mencegah kekeliruan bila
ada nama yang sama dan dapat dijadikan petunjuk pada waktu kunjungan rumah
(Marni, 2012) Nomor register memudahkan petugas mencari data. Jika ibu
melakukan kunjungan ulang (Marni, 2012)
2) Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan klien datang apakah untuk , kontrol, kunjungan
ulang atau ada keluhan yang dirasakan (Ambarwati, 2010)
3) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit atau
bidan. Keluhan ini dikaji untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh klien saat ini
sehingga bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai. Menurut
(Marni,2012). keluhan yang dapat terjadi pada ibu hamil trimeter III, antara lain :
(1) Konstipasi, terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi
otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone.
Konstipasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari efek samping penggunaan zat
besi.
(2) Nocturia (sering berkemih), peningkatan frekuensi berkemih pada trimester
III paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi.
Lightening menyebabkan bagian presentasi (terendah) janin akan menurun masuk
ke dalam panggul dan menyebabkan peningkatan tekanan langsung pada kandung
kemih.
(3) Haemoroid, selalu didahului dengan konstipasi. Progesterone juga berperan
dalam menyebabkan terjadinya relaksasi dinding vena dan usus besar, pembesaran
uterus menyebabkan peningkatan tekanan pada dinding vena dan usus besar.
(4) Edema, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan kadar sodium
dikarenakan pengaruh hormonal, kongesti sirkulasi pada ekstermitas bawah,
peningkatan kadar permeabilitas kapiler, serta tekanan dari pembesaran uterus
pada vena femoralis. Jika edema muncul pada muka dan tangan, dan disertai
dengan proteinuria serta hipertensi, maka waspada preeklamsia atau eklamsia.
(5) Perut kembung, disebabkan karena motilitas gastrointestinal menurun,
menyebabkan terjadinya pelambatan waktu pengosongan diakibatkan karena efek
peningkatan progesterone pada relaksasi otot polos dan penekanan uterus pada
usus besar.
(6) Sakit kepala, disebabkan oleh kontraksi otot atau spasme otot (leher, bahu,
dan penanganan pada kepala). Disertai dengan hipertensi dan proteinuria, serta
penglihatan mata kabur, maka waspadai terjadi preeklamsia atau eklamsia.
(7) Kram kaki, biasanya terjadi setelah kehamilan 24 minggu, dapat terjadi
karena kekurangan asupan kalsium, ketidakseimbangan rasio kalsium fosfor, atau
pembesaran uterus sehingga memberikan tekanan pada pembuluh darah pelvik,
dengan demikiann dapat menurunkan sirkulasi darah dan tungkai bagian bawah.
(8) Sesak nafas pada usia 32 minggu keatas karena usus – usus tertekan uterus
yang membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
Sesak nafas dikatakan patologis bila ibu menderita penyakit seperti asma.
(9) Nyeri ulu hati disebabkan karena adanya refluks atau regurgitasi. Faktor
penyebab terjadinya hal tersebut adalah produksi progesterone yang meningkat,
kemampuan gerak serta tonus gastrointestinal yang menurun, serta karena
pergeseran lambung akibat pembesaran uterus.
(10) Braxton his atau kontraksi palsu, merupakan kontraksi uterus yang sering
terjadi pada masa kehamilan yang dapat hilang dengan istirahat. Kontraksi ini
disebabkan karena uterus yang semakin mengalami peregangan akibat
bertambahnya volume janin.Solusi yang diberikan menurut teori (Sulistyawati,
2014 ) untuk mengurangi rasa sakit saat kenceng – kenceng adalah istirahat
dengan berbaring di tempat tidur dalam posisi miring kiri untuk beberapa waktu
agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal dan melakukan teknik
relaksasi. Manfaat teknik relaksasi adalah menyimpan energi dan mengurangi
kelelahan, menengkan pikiran dan mengurangi stres, mengurangi nyeri.
4) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi dibutuhkan untuk menentukan hari pertama haid
terakhir (HPHT) yang berguna untuk menetapkan tanggal perkiraan persalinan.
Perhitungan tanggal tafsiran persalinan dapat menggunakan rumus neagle yaitu
hari +7, bulan – 3, tahun +1 ( Prawirohardjo)
5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya dan usia perkawinan (Marmi, 2012). Menurut
kartu skor poedji rochyatti (KSPR) kehamilan pertama lebih dari 4 tahun menikah
mendapatkan 4 skor, diamana akan lebih beresiko dalam kehamilan dan
persalinan.
6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ada riwayat obstetri yang buruk yang dapat
berpengaruh terhadap kehamilan ini (Marmi, 2012)
7) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui kehamilan ke berapa, frekuensi kunjungan antenatal care
(ANC), keluhan yang selama ini dirasakan dan tetapi yang didapatkan selama
kehamilan. (Kuswanti, 2014)
8) Riwayat kesehatan
9) Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu saat ini, apakah ada penyakit
yang berhubungan dengan masa kehamilan (Kuswanti, 2014). Menurut (Marmi
2012) beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi ibu hamil adalah :
a) Hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang ada sebelum
kehamilan. Penyebab utama hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi esensial
dan penyakit ginjal.
b) Penyakit jantung, dapat memberatkan penyakit jantung dan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim.
c) Diabtes melitus, dapat menyebabkan hipohlikemia atau koma. Dalam masa
laktasi kebutuhan insulin bertambah, atonia uteri, distosia karena janin besar.
d) Penyakit asma, asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2 .
e) Hepatitis, dapat menularkan pada janinnya melalui transpasental, ASI dan
kontak langsung.
f) HIV, ditandai dengan gangguan kekebalan tubuh.
g) toksoplasma dapat menyebabkan abortus sedangkan pada kehamilan lanjut
dapat menyebabkan kelainan kongenital
10) Kebiasaan kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kesehatan keluarga yang mempengaruhi kehamilan
meliputi penyakit menular, penyakit menurun, penyakit menahun, serta riwayat
keturunan kembar (Kuswanti, 2014)
11) Riwayat KB
Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan, keluhan, dan
alasan berhenti (Marmi, 2012).
12) Riwayat psikososisal dan sosial budaya
Untuk mengetahui respon ibu, suami dan keluarga terhadap kehamilan serta
adat kebiasaan yang dianut baik positif maupun negatif yang memiliki dampak
terhadap kehamilan.
13) Kebiasaan saat hamil
Untuk memiliki kegiatan dan gaya hidup ibu yang berhubungan dengan
kehamilan baik posistif (senam hamil) maupun negatif (merokok , minum
alkohol).
14) Pola pemenuhan kebutuhan
Menurut (Kuswanti 2014) pemenuhan kebutuhan sehari – hari pada ibu
hamil antara lain :
a) Pola nutrisi, gizi ibu hamil harus ditingkatkan sehingga 300 kalori/ hari.
Mengandung protein, zat besi, dan minum yang cukup cairan.
b) Pola eliminasi, pada ibu hamil trimester III, akan mengalami konstipasi dan
sering buang air kecil.
c) Pola istirahat, posisi tidur pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus.
Kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal bantal pada perut bagian kiri.
d) Pola aktivitas, pekerjaan rumah tangga. Bekerja sesuai kemampuan dan
dikurangi dengan semakin tuanya kehamilan.
e) Personal hygiene, kebersihan harus dijaga pada saat hamil.
f) Pola seksual, hubungan seksual saat kehamilan dianjurkan jika tidak ada
riwayat abortus dan pendarahan
b. Objektif
Data yang di dapatkan dari hasil observasi petugas selama melakukan
pemeriksaan :
1) pemeriksaan umum
a) GCS :E4V5M6
Table 2.3 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
b) Data ini di dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruan
c) Kesadaran : Kita dapat melakukan pengkajian derajad kesadaran pasien dari
keadaan komposmentis sampai koma.
d) Tanda – tanda vital
(1) Tekanan darah : Rentang nilai normal tekanan darah sistol 100-120 mmHg,
diastole 70-80 mmHg. Pada persalinan kala I tekanan darah diukur tiap 4 jam
(2) Denyut nadi : Rentang nilai normal 60-100 x/menit. Nadi diukur setiap
0,5-1 jam
(3) Suhu : Rentang nilai normal 36,50C-37,50C. Suhu diukur tiap 2-4 jam
(4) Pernafasan : Rentang nilai normal 16-24 x/menit
d) Pemeriksaan Fisik
(1) Wajah : Untuk mengetahui adanya preeklampsi atau tidak. Salah satu
tanda preeklampsi adalah oedem pada wajah
(2) Mata : Untuk mengetahui warna konjungtiva. Konjungtiva normal
berwarna merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna
putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis. Kelopak mata
yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsi.
(3) Hidung : Untuk mengetahui adanya pernafasan cuping hidung (PCH), yang
berarti ibu dalam kondisi sesak nafas, adanya polip atau tidak.
(4) Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid, dan
bendungan vena jugularis
(5) Payudara : Untuk mengetahui kondisi puting susu masuk kedalam/tidak,
kebersihan, teraba keras/lunak, benjolan/tidak, pengeluaran kolostrum
(6) Abdomen : Untuk mengetahui letak abdomen membujur (letkep) atau
melintang, tidak ada luka bekas SC, linea alba dan nigra, strie livide/albican,
(Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IV) Pada leopold IV bertujuan untuk
mengetahui penurunan presentasi janin dengan metode seperlimaan, antara lain:
Tabel 2.6 Penurunan Kepala Janin Menutut Sistem Perlimaan
b) Analisa
G...PAPAH UK aterm 37-40 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, inpartu
kala I fase laten (pembukaan 1-3 cm) atau kala I fase aktif (pembukaan 4-10 cm)
yang terdiri atas periode akselerasi (pembukaan 4 cm), dilatasi maksimal
(pembukaan 4-9 cm), deselerasi (pembukaan 10 cm) fisiologis (Romauli, 2011).
c) Penatalaksanaan
Menurut Rohani, dkk (2011) penatalaksanaan pada proses persalinan adalah
sebagai berikut :
1) Memantau terus menerus kemajuan persalinan dan tanda-tanda vital dengan
menggunakan partograf, digunakan untuk memantau kemajuan persalinan
berjalan sesuai partograf dan tidak melewati garis waspada serta tidak ada
kegawatdaruratan saat persalinan
2) Menjaga privasi, penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizing pasien/ibu.
3) Menghadirkan orang –orang yang dianggap penting oleh ibu, hal tersebut
untuk memberikan dukungan kepada ibu seperti: mengusap keringat,
menemani/membimbing jalan-jalan (mobilisasi), memberikan makan, merubah
posisi dan sebagainya.
4) Membimbing ibu untuk relaksasi sewaktu ada his, biasanya ibu diminta
untuk menarik napas panjang, tahan napas sebentar, kemudian lepaskan dengan
cara meniup sewaktu ada his.
5) Memberikan konseling tentang aktivitas dan posisi, ibu diperbolehkan
melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya. Posisi sesuai dengan
keinginan ibu, namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan
tidur dalam posisi terlentang lurus.
6) Memberikan konseling tentang personal hygine, memperbolehkan ibu untuk
mandi dan menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya seusai buang air
kecil/besar.
7) Memberikan cukup minum dan kebutuhan eliminasi, untuk memenuhi
kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi dan sarankan ibu berkemih sesering
mungkin agar kandung kemih kosong.
b. Kala II
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala II yang biasa dirasakan oleh ibu
seperti ingin meneran.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E4V5M6
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
(3) Tanda-tanda vital, frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat
selama persalinan kala II. Standart pemeriksaan tanda-tanda vital adalah diperiksa
setiap jam. Penting diingat bahwa tekanan darah yang diperiksa adalah tekanan
darah di antara kontraksi. Hal ini dikarenakan pada kala II saat adanya kontraksi,
ibu sudah punya upaya untuk meneran, dalam hal ini menyebabkan tekanan darah
naik menjadi 10 mmHg (Rohani, dkk, 2011)
a) Pemeriksaan Khusus
(1) Pemeriksaan penurunan kepala bayi, pemantauan kepala bayi dilakukan
setiap 30 menit melalui palpasi abdomen dengan manuver leopold IV yang
menggunakan metode seperlimaan (JNPK-KR, 2008).
(2) Pemeriksaan DJJ, pemantauan DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10
menit. Rentang normal DJJ 120-160 x/menit dan terdengar teratur.
(3) Kontraksi uterus, pemantauan frekuensi dan lama kontraksi dilakukan tiap
30 menit. Karakteristik kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit
lebih lama, yaitu kira-kira 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi
tinggi dan sifatnya semakin ekspulsif .
(4) Pemantauan tanda kala II dapat dilakukan inspeksi pada genetalia dan anus
seperti tampak perineum menonjol, vulva-vagina dan spinter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
(5) Pemeriksaan dalam, pada persalinan normal kala II hasil dari pemeriksaan
dalam pembukaan serviks lengkap (10 cm), penipisan 100%, ketuban
belum/sudah pecah, presentasi belakang kepala, denominator ubun-ubun kecil,
tidak ada molase, tidak ada bagian kecil atau tali pusat di sekitar presentasi, hodge
IV (kepala bayi sudah mulai tampak pada introitus vagina).
(6) Keadaan cairan ketuban, apabila ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka perlu dilakukan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban
yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika pewarnaan mekonium pada air
ketuban maka lakukan pertolongan bayi setelah lahir (JNPK-KR, 2008).
(7) Pengosongan kandung kemih, dilakukan setiap 2 jam atau lebih sering. Jika
kandung kemih penuh anjurkan ibu untuk berkemih spontan dan nilai jumlah
urine. Jika ibu tidak dapat berkemih spontan atau terjadi retensio urine dapat
dilakukan kateterisasi (JNPK-KR, 2008).
2) Analisa
G...PAPAH Inpartu Kala II fisiologis.
3) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kala II menurut JNPK-KR (2008) adalah
a) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap, agar ibu
lebih mengerti dengan kondisinya saat ini.
b) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi meneran yang menurut ibu
nyaman, posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah
mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi.
c) Membimbing ibu untuk meneran, ibu dipimpin mengedan selama his,
anjurkan kepada ibu untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi bernapas,
kemungkinan dapat menurunkan pH arteri umbilicus yang dapat menyebabkan
denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah.
d) Memantau denyut jantung janin, periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120). Selama mengedan yang
lama, akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin
e) Melakukan pertolongan persalinan standart asuhan persalinan normal (APN)
58 langkah, , menolong kelahiran kepala bayi, bahu dan anggota seluruhnya.
c. Kala III
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala III yang sering dialami oleh ibu
bersalin yaitu ibu mengatakan bayinya telah lahir, ibu mengatakan plasenta
belum lahir dan pasien mengatakan perut bagian bawahnya tersa mules.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E4V5M6
Table 2. 9 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
b) Pemeriksaan Khusus
(1) Tinggi fundus uteri, dalam persalinan normal keadaan tinggi fundus uteri
biasanya setinggi pusat setelah bayi lahir.
(2) Kontraksi uterus, setelah bayi lahir uterus akan berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah sehingga uterus akan menjadi bulat dan keras (globuler).
(3) Kandung kemih, memastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih
penuh dapat mengganggu kontraksi uterus.
(4) Keadaan tali pusat, pada keadaan ini tali pusat akan terlihat memanjang atau
terjulur melalui vulva dan vagina. Biasanya jika plasenta sudah terlepas terdapat
semburan darah yang mendadak .
3) Analisa
PAPAH Kala III fisiologis.
4) Penatalaksanaan
Implementasi dalam kala III menurut Sondakh (2013) adalah
a) Melakukan menejemen katif kala III, memastikan tidak terjadi retensio
plasenta.
b) Menyuntikkan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha luar, untuk mempercepat kala
III dan mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan membantu melahirkan
plasenta lahir spontan, untuk mempercepat kala III dan mengurangi jumlah
kehilangan darah.
d) Melakukan masase uterus selam 15 detik, kontraksi uterus baik. Untuk
mencegah atonia uteri dan menilai kontraksi uterus.
e) Memantau kontraksi dan robekan jalan lahir. Untuk menilai kontraksi uterus
normalnya keras dan untuk menilai jumlah perdarahan (normalnya tidak lebih dari
500 cc ).
d. Kala IV
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala IV yang dialami ibu setelah melewati
proses persalinan, ibu merasa lega, lelah dan terkadang terasa lapar dan haus
karena banyak tenaga yang telah digunakan oleh ibu saat persalinan.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E 4 V 5 M 6
waktu yang diperlukan untuk pemulihan alat kandungan pada keadaan normal
sampai alat – alat kandungan sembali seperti sebelum hamil ( Yusari, 2016).
Masa segera setelah plasenta lahir – 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena antonia uteri,. Oleh sebab itu, tenaga
penyulit.
e. Memperhatikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
c. Kunjungan 3 ( 2 minggu)
Tujuan :
penyulit.
h. Memperhatikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
Tujuan :
1) Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar selam masa
kehamilan, persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus, menerus,
sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin
tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut
otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah
faktor, yaitu :
a) Ischemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus
b) Autolysis
Merupakam proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di daalm otot uterus.
Enzim proteolitik dan makrofaq akan memendekan jaringan otot yang sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semuala
kehamilan.
(3) Uterus secara berangsur – angsur akan menjadi kecil ( involusi ) sehingga
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel
berikut :
2) Afterpains
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan
puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan,
di tempat uterus terlalu menegang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
3) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi
basa/ alkalis yang dapat mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalau menyengat
dan volumenya berbeda setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena
Munculnya pada hari pertama sampai hari ke dua post partum, warnanya
merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan
chorion.
b) Lochea sanguilenta
c) Lochea serosa
d) Lockea alba
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1 – 2 jam setelah bersalin.
Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya
melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena tonus otot usus menurun.
Terjadi diuresis yang sangat banysak dalam hari – hari pertama puerperium.
Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum.
40% ibu post partum tidak mempunyai protein urine yang patologis dari segera
setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali ada gejal infeksi dan
sehingga terjadi retensio urin. Kandung kencing dalam puepurium kurang sensitif
d. Perubahan muskuloskeletal.
menjadi halus/ samar, garid putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek
abdominalis.
1) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekeja terhadap otot
kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikelurkan oleh grandula
produksi ASI.
ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20
minggu, dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui
untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan mestruasi biasanya
selama minggu pertama masa nifas. Faktor – faktor yang mempercepat penurunan
berat badan pada masa nifas diantaranya adalah peningkatan berat badan selama
(Yusari ,2016)
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusi, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan
1) Subjektif
Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana
Kaji riwayat persalinan secra lengkap dengan menyertai durasi setiap kala
dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada setiap kala dan tindakan yang
Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau melahirkan sebelumnya
Kaji apabila ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap
2) Objektif
Tidak ada 1
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
(1) Kepala : Berwarna hitam, lurus, hygiene cukup, rambut tidak rontok.
(7) Leher : Tidak ada bendungan vena jugolaris dan kelenjar tiroid
keluar
a) Analisa
b) Penatalaksanaan
berkaitan dengan asuhan kebidanan pda ibu hamil yang akan diberikan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian
atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika
telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika.
berlebihan karena kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
seperti: jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan
otot-otot perut dan panggul kembali normal sehingga rasa sakit punggung akan
berkurang.
kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup, minum paling sedikit 3 liter air setiap hari, pil
zat besi harus diminum untuk menmbah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin, minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
memulai hubungan suami-istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri serta ibu sudah
dapat memilih KB yang diinginkan untuk merencanakan jarak dan jumlah anak.
h) Memberikan terapi vitamin dan obat- obatan pada ibu nifas, seperti :
a. Pengkajian
b. Subjektif
1) Biodata Bayi
memanggil/menghindari kekeliruan
tinggi/tidak
kesehatan dan untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh bayi saat ini
(Sondakh, 2013).
3) Riwayat Prenatal
mellitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care
5) Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, berat badan
bayi, panjang badan bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban,
ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai Appearance, Pulse,
6) Riwayat Postnatal :
(a) Pola Nutrisi : setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah
(b) Pola Eliminasi : proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam
pertama setelah lahir, konsistensi agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Selain
(c) Pola Istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.
(d) Pola Aktivitas : pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar
c. Objektif
a) GCS : E 4 V5 M 6
Table 2. 13 Tingkat kesadaran menggunakan GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
disebut
g) macrosomia.
yang dapat menyebabkan kebutaan. Normalnya sklera putih, tidak ada perdarahan
subconjungtiva.
palatoskisis.
f) Telinga : untuk mengetahui letak daun telinga rendah atau tidak (low set
ears) apabila terdapat indikasi tersebut diduga adanya sindrom pierre-robin pada
neonatus.
h) Dada : untuk mengetahui adanya retraksi dada. Laju jantung normal 120-
i) Tali pusat : untuk mengetahui kebersihan serta tanda infeksi pada tali pusat.
normalnya pada bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuanlabia
3) Pemeriksaan neurologis
pemeriksa.
c) Reflek rooting merupakan reflek mencari apabila pipi bayi di sentuh oleh
keningnya.
apabila pada telapak kaki di buat tulisan angka tujuh. (sondakh,jenny J.S.,2013)
3) Pemeriksaan Antropometri
4) Ukuran kepala :
a) Diameter suboksipitobregmatika
b) Diameter suboksipitofrontalis
c) Diameter frontooksipitalis
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)
d) Diameter mentooksipitalis
e) Diameter submentobregmatika
f) Diameter biparientalis
g) Diameter bitemporalis
e. Penatalaksanaan
bayi baru lahir, ikatan bayi terhadap ibu dan oemberian ASI dini.
perdarahan otak.
(3) Cara menjemur bayinya untuk mencegah terjadinya ikterus atau kuning.
(4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu : susah bernafas, pans, bayi kuning
kurnag dari 24 jam atau lebih dari 2 minggu, bayi sianosis atau biru, hisapan ASI
lemah, muntah berlebih, ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat dan sekitarnya,
(5) Jadwal pemberian imunisasi BCG dan polio yakni pada bayi umur 1 bulan
(Wafi, 2010)
1. Pengertian
2. Tujuan
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
a. Pengertian Implant
Implant atau disebut dengan susuk adalah suatu alat kontrasepsi bawah
dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk
mencegah kehamilan hingga jangka waktu 5 tahun dan adapula yang jangka
waktu 3 tahun. Menurut BKKBN implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan
dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)
panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap
Implant atau susuk ini adalah salah satu jenis alat KB yang kerap lupa
“dicopot”.Sifat KB susuk seperti depot yang dilepaskan per hari sehingga lama-
lama bisa habis.Agar tak hamil, jumlah minimal levonorgestrel yang dilepaskan
sehingga membuat sel telur tidak matang yang harus diperhatikan. Jika susuk
kedaluwarsa, tetap tak akan bereaksi dengan tubuh, hanya efektivitasnya yang
1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun
2) Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
tahun
untuk implantasi zygote, Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya
1) Indikasi
b) Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak
terlalu dekat.
2) Kontra Indikasi
g) Pasca keguguran
Fase menjarangkan
kehamilaan
20 tahun 30 – 35
tahun
a. Subjektif
1) Alasan kunjungan
biasanya alasan ibu pada awal pemilihan kontrasepsi adalah ibu ingin menunda
1) Riwayat KB
Untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita atau yang saat ini
dialami oleh ibu yang dapat menghambat pengunaan alat kontrasepsi. Ibu yang
memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit hati akut, riwayat penyakit
jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg), riwayat
kelainan tromboemboli, kencing manis >20 tahun, kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migrain, keganasan pada payudara, pengunaan
infeksi genetalia, 3 bulan terakhir tidak sedang mengalami atau sering menderita
PRP, abortus septik, kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas ganas, kanker
2011).
b. Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) CGS : E 4 V5 M 6
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
Pada ibu dengan hipertensi tidak boleh mengunakan alat kontrasepsi hormonal.
e) Suhu, untuk memastikan ibu dalam kondisi sehat, batas normal suhu 36º-
37,5ºC.
mengunakan AKDR), sklera kuning atau tidak (jika kuning (ikterus) mungkin
hormonal).
abnormal, ada tidaknya nyeri tekan (jika ditemukan tanda tersebut maka dicurigai
dianjurkan mengunakan KB hormonal), ada tidaknya massa dan nyeri tekan pada
abdomen bawah (jika terdapat tanda tersebut kemungkinan adanya PRP dan tidak
trofoblas yang ganas, kanker alat genetalia (jika ditemukan masalah tersebut maka
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
2) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang, ibu bersedia kontrol ulang sesuai
pemakaian kontrasepsi.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
Laporan tugas akhir ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus yang
tinggal klien (home care) di Waktu pelaksanaan dari pemberian asuhan hingga
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam pelaksanaan studi kasus Continuity of Care ini adalah satu
orang ibu hamil yang dilanjutkan bersalin, nifas dan masa antara (pemilihan
D. Pengumpulan Data
Penyusunan tugas akhir ini teknik pengumpulan data dapat dilihat dari
sumber data primer dan sekunder. Dikatakan data primer jika didapatkan dari
didapatkan dari dokumen status klien. Pengumpulan data dan asuhan kebidanan
yang dilakukan sebanyak empat belas kali dengan rincian saat ibu hamil trimester
III sebanyak tiga kali, saat bersalin sebanyak satu kali, saat nifas sebanyak empat
kali, neonatus sebanyak empat kali dan masa antara atau kontrasepsi sebanyak dua
kali.
E. Pengolahan Data
berikut :
1. Data diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan data subjektif dan objektif.
ditemukan.
F. Etika Penelitian
langsung untuk meminta ijin secara lisan kepada Ibu........ dan kemudian dilanjut
pendampingan kepada pasien. Setelah itu diberikan informasi tentang tujuan dan
nama pasien pada lembar pengumpulan data, tetapi lembar tersebut diberi inisial.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
penulis. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang