Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir adalah salah satu sistem
siklus kehidupan wanita. Dalam proses kehidupanya, seorang wanita tidak luput
dari resiko yang di hadapi dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kematian
ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode
42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cidera. Tidak hanya kematian dirinya melaikan dapat beresiko
kematian bayi yang barusan dilahirkannya. Angka kematian bayi (AKB) juga
digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (Dinas Kesehatan Surabaya, 2015).
Masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, termasuk AKI
tidak dapat dilepaskan dari berbagai factor yang mempengaruhinya, antara lain
status kesehatan ibu dan lesiapan untuk hamil pemeriksaan antenatal (Masa
Kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah persalinan, serta
factor social budaya. Sedangkan AKB masalah yang berkaitan dengan kematian
eksogen atau kematian post-neonatal disebabkan oleh factor-faktor yang berkaitan
dengan pengaruh lingkungan.
Angka Kematian Ibu (AKB) dam Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indicator yang dimana peka terhadap kualitas dan aksebitas
fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut WHO laporan Word Health
OrganizationPada tahun 2017 Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup, Word Health Organization(WHO) menyatakan bahwa
Angka Kematian Ibu di pada tahun 2019 AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan di Indonesia (SDKI) terakhir tahun 2016, Angka Kematian Ibu (AKI)
Indonesia mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu
(AKI) dikota Surabaya mencapai 56.33. Angka ini menurun dibandingkan tahun
2018 yang mencapai 91,45 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan jumlah kasus Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Jawa Timur yang di peroleh dari laporan rutin
relative sangat kecil. Namun bila di hitung dengan Angka Kematian Absolut
masih tinggi yaitu sebnyak 3.875 bayi yang meninggal pertahun dan sebanyak
4.216 balita meninggal pertahun. Di mana??? Tahun???? Adapun proporsi
kematian neonatal dalam 3 tahun ini mencapai hamper 4/5 dari kematian bayi.
Jadi Dalam satu hari bayi yang meninggal mencapai sebanyak 11 bayi yang
meninggal dan 12 balita yang meninggal, sehinggak data AKB yang di keluarkan
oleh Badan Pusat Statistik (Dinkes Jatim, 2019).
Capaian AKI dan AKB di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017-2019 adalah
sebagai berikut :

Tabel 1.1 AKI dan AKB di Jawa Timur Tahun 2017 – 2019
Tahun AKI (per 100.000 KH) AKB (per 1.000 KH)
2017 91,92 23,6
2018 91,45 23
2019 89,81 23

Sumber: Dinkes Jatim,2019

Pada table 1.1 di atas AKI dan AKB di Jawa Timur sudah mengalami penurunan
dari tahun 2017 – 2019. Apabila di bandingkan dengan tiga tahun priode
kebelakang yang sudah berada di bawah target nasional yang dusah di tentukan
oleh Sustainable Development Golds (SDGs) 2030. (Dinkes Jatim,2019)
Capaian AKI dan AKB di Kota Surabaya pada tahun 2017 – 2019 adalah sebagai
berikut :

Tabel 1.2 AKI dan AKB di Kota Surabaya Tahun 2017 – 2019
Tahun AKI (per 100.000 KH) AKB (per 1.000 KH)
2017 91,72 5,26
2018 96,64 4,06
2019 83,33 3.82
Sumber: Dinkes Jatim,2019
Dari table 1.2 di atas AKI dan AKB di Kota Surabaya terjadi penurunan pada
tahun 2017 – 2019 yang di harapkan terjadinya penurunnan untuk memenuhi
target Sustainable Development Golds (SDGs) 2030. (Dinkes Jatim,2019)
Masalah yang terkait dengan Kesehatan Ibu dan Anak, dahwa proporsi
kematian masih banyak (3/4) terjadi pada periode neonatal (0 – 28 hari) dan ini
terjadi pada setiap tahunnya, bahwa mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
ada kecenderungan Angka kematian Bayi stagnan. Pada Tahun 2019 Angka
kematian Bayi ada pada posisi 23/1.000 kelahiran hidup (angka estimasi dari BPS
Pusat), Angka Kematian Bayi Jawa Timur sampai dengan tahun 2019 sudah
berada di bawah target Nasional.
Faktor yang menyebabkan tingginya kematian ibu pada tahun 2019 dalah
Pre Eklamsi/ Eklamsi yaitu sebesar 31,15% atau sebanyak 162 orang dan
Perdarahan yaitu 24,23%, Penyebab lain-lainnya yaitu 23,1% atau 120 orang.
Penyebab lain-lainnya turun di karenakan sebagian masuk criteria penyebab
gangguan Metabolisme dan sebagainya lagi masuk criteria gengguan peredaran
darah. Sedangkan penyebab infeksi meningkat dari tahun 2018 yaitu 6,73% atau
sebanyak 35 05 orang.
Upaya percepat penurunan AKI dapat di lakukan dengan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus rujukan jika
terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk
penurunan AKB yaitu dengan mengupayakan agar persalina dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai standart pada kunjungan bayi baru lahir. (Kemenkes RI,
2015)
Berdasarkan masalah diatas, penulis sebagai mahasiswa kebidanan ingin
melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan sampai masa nifas dengan
menggunakan asuhan yang berkesinambungan (continuity of care) sesuai dengan
asuhan yang ada.
1. Batasan Masalah
Berdasarkan studi kasus yang telah dilaksanakan maka dapat diambil
batasan masalah yaitu asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologis, persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan asuhan
yang berkesinambungan di PMB Ny….....
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu hamil, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan KB pada Ny…..di PMB Ny…....................?
3. Tujuan

1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan
kerangka pikir manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu hamil.
b. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu bersalin.
c. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu nifas.
d. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada neonatus.
e. Melakukan asuhan kebidanan dan dokumentasi SOAP pada ibu dengan
Keluarga Berencana (KB)

4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menjadi sarana kajian dalam materi asuhan kebidanan


secara komprehensif pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, neonatus, dan ibu
dengan KB, serta dapat dijadikan sarana referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori
yang didapat secara langsung kepada klien dan dapat dijadikan tolak ukur untuk
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan secara komprehensif, serta klien mendapatkan pelayanan yang telah
sesuai dengan standar pelayananan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum yang menghasilkan Zigot serta dilajutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilaan
normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional (Sulistyawati, 2009 dan Walyani, 2015).
Kehamilan merupakan salah satu proses fisiologik yang hampir selalu
terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan
ovum, tumbuh dan berkembang didalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu
atau sampai 42 minggu. (Nugroho dan Utama, 2014)
Menurut Ferderasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan ridasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Saifuddin,2014)

2. Fisiologis Kehamilan
Menurut Suryati Romauli : 2011 berpendapat antara lain sebagai berikut:
a. Konsepsi
Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang
menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangakaian kejadian yang
meliputi pembentukan gamet( telur dan sperma), ovulasi ( pelepasan telur ),
penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Ovum merupakan
sel tersebar pada badan manusia,setiap bulan satu ovum atau kadang –
kadanglebih matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Saat
ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan
sendiri. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uteri sehingga
silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan gerakannya sepanjang tuba penuju
rahim. Ovum dianggap subur 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak difertilisasi
oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorbsi. Pada waktu ovulasi sel telur
yang telah masuk dilepaskan dari ovarium. Dengan gerakan seperti menyapu oleh
fimbria tuba uteri, ia di tangkap oleh infundibulum. Selanjutnya ia masuk ke
dalam ampula sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi otot. Sebuah ovum
mungkin di tanggakap masuk kedalam infundibulum tuba yang berlawanan.
Keadaan ini disebut migrasi eksterna. Ovum biasanya dibuahi dalam waktu 12
jam setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera dibuahi.
Pada saat coitus kira – kira 3 – 5 cc semen ditumpahkan ke dalam fornik
posterior dengan jumlah spermatozoa sekitar 200 – 500 juta. Dengan gerakan
ekornya sperma masuk ke dalam kanalis servikalis. Di dalam rongga uterus dan
tuba gerakan sperma terutama disebabkan oleh kontraksi otot – otot pada rongga
tersebut. Spermatozoa dapat mencapai ampula, kira – kira satu jam setelah coitus.
Ampula merupakan tempat terjadinya fertilitas. Hanya beberapa ratus sperma
yang mencapai tempat ini. Sebagaian besar mati sebagai akibat keasman vagina,
sebagai lagi hilang atau mati dalam perjalanan.
Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita sampai 4 hari.
Dalam saluran reproduksi wanita spermatozoa mengalami kapasitas sebelum ia
mampu membuahi ovum. Kapasitas terjadi dalam rongga uterus dan tuba yaitu
berupa pelepasan lapisan pelindung disekitar akrosom. Setelah ini terjadi dalam
rongga uterus dan tuba yaitu berupa pembentuakn lobang – lobang pada akrosom
tempat dilepaskan enzim – enzim yang dapat melisiskan corona radiata dan zona
pelucida. Setidak – tidaknya dikenal 2 enzim yaitu CPE ( Corona Penetrating
Enzyme) yang mencerna korona radiata dan bialuronidase yang mencerna zona
pelusida.
b. Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel mani
dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamialn adalah
ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi.
Dalam literatur istilah lain yang sering dipakai untuk fertilisasi adalah konsepsi,
pembuahan. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi
pronukleus betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan ekornya berbubah
menjadi pronukleos jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah –
tengah sitoplasma sel terus dan terjadilah zigot, sebuah sel tunggal, awal
kehidupan baru makluk hidup. Hasil fertilisasi antara lain : kembalinya sel dengan
jumlah kromosom diploid ( 2n ) pada manusia dengan jumlah diploid adalah 46,
penurunan/ pewarisan sifat – sifat spesies.
c. Pembelahan
Setelah itu zigot akan menjadi tingakat 2 sel ( 30 jam) , 4 sel, 8 sel sampai
16 sel disebut blastomer (3 hari ) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun
longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membela membentuk buah arbei
dari 16 sel disebut morula ( 4 hari). Saat morula memasuki rongga rahim, cairan
mulai menembus zona pellusida masuk dalam ruangan antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastoked sehingga disebut blastokista (
4,5 – 5 hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel telur disebut
trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa memasuki
dinding rahim ( endometrium) dan siap implantasi ( 5,5 – 6 hari ) dalam bentuk
blastokista tingkat lanjut.
d. Implantasi / nidasi
Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah
dibuahi kedalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi ( zigot ) akan segera
membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel - sel anak yang lebih kecil
yang disebut blastomer. Pada hari ke -3, bola tersebut terdiri dari 16 sel blastomer
dan disebut morula. Pada hari ke 14 di dalam bola tersebut terbentuk rongga,
bangunan ini disebut blastula. Pada hari ke – 4 blastula masuk ke dalam
endometrium dan pada hari ke – 6 menempel pada endometrium. Pada hari ke –
10 seluruh blastula sudah tertanam dalam endometrium dan dengan demikian
niddasi sudah selesai. Nidasi terjadi karena troboblast mempunyai daya untuk
menghancurkan sel – sel endometrium. Hancuran endometrium di pergunakan
sebagai bahan makan oleh sel telur. Tempat nidasi biasanya pada dinding depan
dan dinding belakang di daerah fundus uteri.Pembuahan darah endometrium
pecah dan sebagian wanita akan mengalami pendarahan ringan akibat implantsi
( bercak darah atau pendarahan ringan pada saat seharusnya terjadi mestruasi
berikutnya ). Villi korion yang terbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas
dan menyusup masuk kedalam daerah yang mengandung banayak pembuluh
darah dan mendapatkan oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta membuat
karbodioksida dan produksisa kedalam darah ibu.Setelah implantasi, endometrium
disebut desidua. Desidua yang terdapat antara telur dan dinding rahim disebut
desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau desidua yang terdah telur dan
cavum uteri adalah desidua kapsus dan bagian yang melepas sisi uterus adalah
desidua vera .
3. Pertumbuhan dan perkembangan janin
a. Pertumbuhan dan perkembangan embrio
Kehamilan berlangsung selama kira – kira 10 bulan lunar atau 9 bulan
kalender atau 40 minggu atau 280 hari, di hitung dari hari pertama haid yang
terakhir. Bila dihitung dari konsepsi 266 hari atau 38 minggu. Ada 3 masa dalam
pembentukan janin, yaitu :
1) Masa pre- embrionik
Berlangsung 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi. Terjadi proses
pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner-cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama yaitu:
a) Ektoderm, melapisi carvitas amniotica, merupakan lapisan sel tunggal yang
berlangsung jawab atas pertumbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, alat
indra, kelenjar ludah.
b) Endoderm, melapisi saccus vitellius dan berkembang membentuk traktus
digestivus, hepar, pancreas, laring, treakea, paru, vesika urinaria dan uretra
c) Memoderm, lapisan jaringan selain ectoderm dan endoderm yang bersal dari
inner cell mass, terbentuk di sekitar cakram embrio menghasilkan sistem
sirkulasi dan limfatik, tulang otot, ginjal, ureter, organ genetalia dan
jaringan subcutan.
2) Masa embrionik
Berlangsung sejak 2 – 8 minggu. System utama di dalam tubah
telah ada dalam bentuk rudimenter ( mengecil, menciut, dan akhirnya
menghilang) jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali disebut
masa organogenesis atau masa pembentukan organ. Sebagai akibat pembentukan
organ, maka ciri – ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
a) Lapisan mudigah ectoderm berfungsi membentuk organ dan struktur tubuh
yang memelihara hubungan dengan dunia luar yaitu susunan saraf pusat, system
saraf tepi, epitel sensorik telinga, hidung, mata. Kulit termasuk rambut dan kuku,
kelenjar hipofisis, kelejar mammae, kelenjar keringat dan email gigi.
b) Lapisan mesoderm, terurtama mesoderm para aksesial yang membentuk
somity dimata somit tersebut membentuk miotomi (jaringa otot), sklerotom
(tulang rawan dan tulang hidung), dermatotom (jaringan subcutan kulit).
c) Lapiasan endoderm, menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan,
saluran pernafasan, kandung kemih, membentuk parenkim tiroid, kelenbjar
paratiroid, hati dan kelenjar pancreas,serta kavum timbani dan tuba eustachius.
b. Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke-8 samapai dengan bayi lahir.

Table 2.1 Masa Fetal Trimester III

Minggu Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat karena lemak
ke – 32 disimpan disina, testin terus turun
Minggu Lanugo sebagian besar telah berkelupas, tetapi kulit masih bertutup verniks
ke – 36 kaseosa, testis fetus laki- laki terdapat di dalam skrotum pada minggu ke -
36, ovarium perempuan masih berada di sekitar kavitas pelvis, kuku jari
tangan dan kaki mencapai ujung jari.
Minggu Penulangan (osifikasi) tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapin
ke – 40 keadaan ini masih keuntungan dan memudahkan lewatnya fetus memulai
jalan lahir, sekarang terdapat cukup jangan lemak subcutan dan fetus
mendapatkan tambahan berat badan hampir 1 kg pada minggu tersebut
Saat Kebanyakan system pada bayi masih matur tetapi :
lahir a) Fetus mamapu bergerak
b) Fetus dapat bernapas dan menangis kuat
c) Fetus ingin minum ASI
d) Dalam gerakanya pada saat lahir, fetus mengeluarkan urine dan
mekonium
e) Fetus memperlihatkan respon terhadap rangsangan ( stimulus), cahaya,
suara dan rabaan.
Saat Kebanyakan system pada bayi masih matur tetapi :
lahir f) Fetus mamapu bergerak
g) Fetus dapat bernapas dan menangis kuat
h) Fetus ingin minum ASI
i) Dalam gerakanya pada saat lahir, fetus mengeluarkan urine dan
mekonium
j) Fetus memperlihatkan respon terhadap rangsangan ( stimulus), cahaya,
suara dan rabaan.
Megasari Miratu, 2015
4. Perubahan Fisiologi
Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi yang terjadi pada ibu hamil trimester III
(Romauli, 2011) antara lain :
1) Sistem reproduksi
a) Vagina dan vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan
untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan mukosa, mengendornya jarigan ikat dan hipertropi,sel otot polos.
Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.
b) Serviks
Uteri Kehamilan mendekati atern, terjadi penurunann lebih lanjut dari
konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang
relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi). Proses perbaikan serviks terjadi
setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
c) Uterus
Akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong
usus kesamping dan ke atas, terus tumbuh hingga menyentuh hati. Akhir
kehamilan pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah kanan, dektrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis.
d) Ovarium
Trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah
digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.
2) Sistem Payudara
Trimester III kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin
meningkat, saat kehamilan 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu
yang sangat encer, sejak kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut kolostrum.
3) Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan penigkatan
vaskularisasi.Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan
magnesium, fosfat, hormon pada tiroid, vitamin D dan kalsium.
4) Sistem Perkemihan
Kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kembali. Kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi dan mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urin.
5) Sistem Pencernaan
Trimester III konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus
yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut
khususnya dalam saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.
6) Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara
5.000-12.000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000-16.000 sistem intergument. Kulit dinding perut akan terjadi
perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan striae
gravidarum.
7) Sistem Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan perubahan -
perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai funsi
fitalnya dengan terjadinya kehamilan, metabolisme mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI.
Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg/minggu dan sampai akhir kehamilan 11-
12 kg. Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan
adalah dengan menggunakan indeks massa tabuh yaitu dengan rumus berat badan
dibagi tinggi badan pangkat 2. Contohnya: wanita dengan berat badan sebelum
hamil 51 kg dan tinggi 1,57 cm, maka IMT-nya adalah 51/(1,57)=20,7.
8) Sistem persyarafan
Perubahan fisiologi spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala
neurologi dan neuromuskular berikut:
a) Kompersi saraf panggul atau statis vaskuler akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori ditungkai bawah.
b) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf
atau kompresi akar saraf.
c) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel
syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median bagian
bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh
parastesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada
sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
d) Akroestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk, di rasakan pada beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini
berkaitan dengan tarikan pada segmen flektus drakialis.
9) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas
dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan
dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau
migrant .Sistem pernapasan. Kehamilan 32 minggu keatas karena usus-usus
tertekan uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil kesulitan bernafas.
5. Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan Trimester III
Menurut Rochyati (2003), penanganan serta prinsip rujukan sebagai
berikut:
a. Pengertian Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini
kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun
bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12.
b. Tujuan Sistem Skor :
Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar
berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan
kondisi dari ibu hamil. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan
mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
c. Fungsi Skor Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE bagi klien.ibu
hamil, suami, keluarga dan masyarakat . Skor digunakan sebagai sarana KIE yang
mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil
dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan, dengan
demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat. Alat peringatan bagi
petugas kesehatan agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih
kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif
penanganannya.
d. Cara Pemberian Skor
Menuliskan tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko
diberi nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2
sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak
sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsia berat/eklamsia
diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pada Kartu
Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang telah disusun dengan format sederhana agar
mudah dicatat dan diisi.
Tabel 2.1 skor poedji Rochjati
II III IV
Masalah/Faktor Resiko Skor Triwulan
K NO Skor Awal Ibu Hamil 2 1 11 11 111
el 1 2
F 1
R
I 1. Terlalu muda, Hamil < 16 tahun 4
2. Terlalu tua, Hamil > 35 tahun 4
3. Terlalu lambat hamil I, Kawin > 4 4
Terlalu lama lagi (> 10 tahun) 4
4. Telalu cepat hamil lagi (< 2 tahun) 4
5. Terlalu banyak anak, 4 / lebih 4
6. Terlalu tua, umur > 35 tahun 4
7. Terlalu pendek < 145 cm 4
8. Pernah gagal kehamilan 4
9. Pernah melahirkan dengan :
a. tarikan tang / vakum 4
b. uri dirogoh 4
c. di beri infuse / transfuse 4
10 Pernah Operasi Sesar
Penyakit pada Ibu Hamil :
II 11 a. Kurang darah b. Malaria 4
c. TBC paru d. Payah jantung 4
e. Kencing manis (Diabetes) 4
f. Penyakit menular 4

Bengkak pada muka / tungkai dan


12. Tekanan darah tinggi 4
13. Hamil kembar 2 atau lebih 4

14. Hamil kembar air (Hydramnion) 4


15. Bayi mati dalam kandungan 4
16. Kehamilan lebih bulan 4
17. Letak sungsang 4
18. Letak lintang 4
111 19. Perdarahan dalam kehamilan 4
1
111 20. Pre eklamsia berat / kejang-kejang 4
2
JUMLAH SEKOR
6. Tanda-tanda Kehamilan Trimester III
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara jelas.
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu
ke 17-18, pada orang gemuk lebih lambat, dengan stetoskop ultrasonic (Doppler),
DJJ dapat didengar lebih awal lagi sekitar minggu ke 12.
b. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan 12 minggu, tetapi baru
dapat di rasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-28 minggu pada multigravida,
karena pada usia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus
hingga tendangan kaki bayi.sedangkan pada primigravida ibu dapat merasakan
gerakan janin pada usia kehamilan 18-20 minggu.
c. Tanda Braxton-Hiks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus
dalam masa kehamilan, pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan, misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak ditemukan (Romauli,
2011)
7. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III
Menurut Romauli ( 2011 ), Kebutuhan fisik ibu hamil seperti :
a. Nutrisi Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal.
Tabel 2.2
Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil
jenis Tidak hamil Hamil Laktasi
Kalori 2500 2500 3000
Protein (gr) 60 85 100
Kalsium (gr) 0,8 1,5 2
Ferrum (mg) 12 15 15
Vit A (Satuan
internasional) 5000 6000 8000
Vit B (mg) 1,5 1,8 2,3
Vit C (mg) 70 100 150
Riboflavin (mg) 2,2 2,5 3
As nicotin (mg) 15 18 23
Vit D (S.I) + 400 - 800 400 – 800
Sumber : Marmi,2011

b. Oksigen
Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin, pada hamil tua
sebelum kepala masuk panggul, paru-paru terdesak keatas sehingga menyebabkan
sesak nafas, untuk mencegah hal tersebut, maka ibu hamil perlu: latihan nafas
dengan senam hamil, tidur dengan bantal yang tinggi, makan tidak terlalu banyak,
hentikan merokok, konsultasi kedokter bila ada gangguan nafas seperti asma,
posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi
fetoplasenta dengan mengurangi tekanan vena asendens (Marmi, 2011).
c. Personal hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya 2
kali sehari, karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut
perlu mendapat perhatian, karena seringkali muda terjadi gigi berlubang, terutama
pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
d. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah
memenuhi kriteria berikut ini : Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut, bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap
keringat, pakailah bra yang menyokong payudara, memakai sepatu dengan hak
yang rendah, pakaian dalam yang selalu bersih.
e. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan
menjaga kebersihan sekitar kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas
usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit).
f. Body mekanik
Secara anatomi, ligament sendi putar dapat meningkatkan pelebaran uterus
pada ruang abdomen, sehingga ibu akan merasakan nyeri. Jenis-jenis body
mekanik dan metode menjaga kesehatan kehamilan,(Romauli,2011) antara lain :
1) Duduk adalah posisi yang paling sering dipilih, sehingga postur tubuh yang
baik dan kenyamanan penting.
2) Berdiri.
Mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus diregangkan dengan
distribusi berat badan pada masingmasing kaki. Berdiri diam terlalu lama dapat
menyebabkan kelelahan dan ketegangan, oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi
tetap mempertahankan semua aspek dan postur tubuh harus tetap tegak.
3) Tidur
Sejalan dengan tuanya usia kehamilan, biasanya ibu merasa semakin sulit
mengambil posisi yang nyaman, karena peningkatan ukuran tubuh dan berat
badannya. Kebanyakan ibu menyukai posisi miring dengan sanggaan dua bantal
di bawah kepala dan satu di bawah lutut dan abdomen. Bangun dan baring.
4) Exercise/Senam hamil. Tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil
sebagai berikut :
a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati
untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak
dan lainlain.
b) Melatih dan menguasai teknik pernafasan yang berperan penting dalam
kehamilan dan proses persalinan.
c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut otot
dasar panggul dan lain-lain.
d) Membantu sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
e) Memperoleh relaxsasi yang sempurna dengan latihan kontraksi dan
relaxsasi.
f) Mendukung ketenangan fisik.
g. Imunisasi
Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil
Imunisasi TT Selang waktu minimal Lama perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber: Kemenkes RI,2015
h. Seksualitas
Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat
ditawar, tetapi perlu diperhitungkan bagi mereka yang hamil. Ketika hamil muda,
hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang
atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air.
Saat kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari hubungan
seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketubah
bisa pecah dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung
prostagladin. (Marmi, 2011).
i. Istirahat dan tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi
tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak
disukainya. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang
mendukung kesehatannya sendiri, maupun kesehatan bayinya. Tidur malam ±8
jam, istirahat/tidur siang ± 1 jam (Marmi, 2011).
j. Persiapan laktasi Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan
payudara (Romauli,2011) adalah sebagai berikut :
1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan yang
menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat payudara.
2) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara.
3) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas
dengan air hangat.
4) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan dari
payudara berarti produksi ASI sudah dimulai.
pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada, siapa pembuat keputusan
8. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
a. Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap masalah dan kejadian. Data subjektif ini merupakan langkah
pertama pengumpulan data dasar dalam asuhan kebidanan dengan pola pikir
manajemen varney (Simatumpang, 2008) pada langkah ini dilakukan
pengumpulam data klien antara lain :
1) Identitas
a) Nama untuk mengetahui dan mengenal klien. Sehingga dapat mencegah
kekeliruan dengan kliennya lainnya (Marmi, 2012)
b) Umur untuk mengetahui apakah umur ibu beresiko dalam kehamilan. Umur
yang aman untuk mengetahui kehamilan antara 19 – 34 tahun sedangkan umur <
19 dan > 35 tahun beresiko dalam masa kehamilan (Cunningham, 2012)
c) Agama untuk mengetahui keyakinan klien dan memudahkan memberikan
bimbingan atau arahan kepada klien dalam berdoa (Marmi, 2012)
d) Suku bangsa untuk menetahui adat istiadat dan kebiasaan yang bersifat
positif ataupun negatif yang dimiliki pengaruh terhadap kehamilan (Marmi, 2012)
e) Pendidikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan taraf kemampuan
berfikir ibu, sehingga memudahkan dalam menyampaikan atau memberikan
penyuluhan (Marni, 2012)
f) Pekerjaan untuk mengetahui taraf kehidupan ekonomi klien (Marni, 2012)
g) Alamat untuk mengetahui dimana ibu menetap, mencegah kekeliruan bila
ada nama yang sama dan dapat dijadikan petunjuk pada waktu kunjungan rumah
(Marni, 2012) Nomor register memudahkan petugas mencari data. Jika ibu
melakukan kunjungan ulang (Marni, 2012)
2) Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan klien datang apakah untuk , kontrol, kunjungan
ulang atau ada keluhan yang dirasakan (Ambarwati, 2010)
3) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit atau
bidan. Keluhan ini dikaji untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh klien saat ini
sehingga bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai. Menurut
(Marni,2012). keluhan yang dapat terjadi pada ibu hamil trimeter III, antara lain :
(1) Konstipasi, terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi
otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone.
Konstipasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari efek samping penggunaan zat
besi.
(2) Nocturia (sering berkemih), peningkatan frekuensi berkemih pada trimester
III paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi.
Lightening menyebabkan bagian presentasi (terendah) janin akan menurun masuk
ke dalam panggul dan menyebabkan peningkatan tekanan langsung pada kandung
kemih.
(3) Haemoroid, selalu didahului dengan konstipasi. Progesterone juga berperan
dalam menyebabkan terjadinya relaksasi dinding vena dan usus besar, pembesaran
uterus menyebabkan peningkatan tekanan pada dinding vena dan usus besar.
(4) Edema, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan kadar sodium
dikarenakan pengaruh hormonal, kongesti sirkulasi pada ekstermitas bawah,
peningkatan kadar permeabilitas kapiler, serta tekanan dari pembesaran uterus
pada vena femoralis. Jika edema muncul pada muka dan tangan, dan disertai
dengan proteinuria serta hipertensi, maka waspada preeklamsia atau eklamsia.
(5) Perut kembung, disebabkan karena motilitas gastrointestinal menurun,
menyebabkan terjadinya pelambatan waktu pengosongan diakibatkan karena efek
peningkatan progesterone pada relaksasi otot polos dan penekanan uterus pada
usus besar.
(6) Sakit kepala, disebabkan oleh kontraksi otot atau spasme otot (leher, bahu,
dan penanganan pada kepala). Disertai dengan hipertensi dan proteinuria, serta
penglihatan mata kabur, maka waspadai terjadi preeklamsia atau eklamsia.
(7) Kram kaki, biasanya terjadi setelah kehamilan 24 minggu, dapat terjadi
karena kekurangan asupan kalsium, ketidakseimbangan rasio kalsium fosfor, atau
pembesaran uterus sehingga memberikan tekanan pada pembuluh darah pelvik,
dengan demikiann dapat menurunkan sirkulasi darah dan tungkai bagian bawah.
(8) Sesak nafas pada usia 32 minggu keatas karena usus – usus tertekan uterus
yang membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
Sesak nafas dikatakan patologis bila ibu menderita penyakit seperti asma.
(9) Nyeri ulu hati disebabkan karena adanya refluks atau regurgitasi. Faktor
penyebab terjadinya hal tersebut adalah produksi progesterone yang meningkat,
kemampuan gerak serta tonus gastrointestinal yang menurun, serta karena
pergeseran lambung akibat pembesaran uterus.
(10) Braxton his atau kontraksi palsu, merupakan kontraksi uterus yang sering
terjadi pada masa kehamilan yang dapat hilang dengan istirahat. Kontraksi ini
disebabkan karena uterus yang semakin mengalami peregangan akibat
bertambahnya volume janin.Solusi yang diberikan menurut teori (Sulistyawati,
2014 ) untuk mengurangi rasa sakit saat kenceng – kenceng adalah istirahat
dengan berbaring di tempat tidur dalam posisi miring kiri untuk beberapa waktu
agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal dan melakukan teknik
relaksasi. Manfaat teknik relaksasi adalah menyimpan energi dan mengurangi
kelelahan, menengkan pikiran dan mengurangi stres, mengurangi nyeri.
4) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi dibutuhkan untuk menentukan hari pertama haid
terakhir (HPHT) yang berguna untuk menetapkan tanggal perkiraan persalinan.
Perhitungan tanggal tafsiran persalinan dapat menggunakan rumus neagle yaitu
hari +7, bulan – 3, tahun +1 ( Prawirohardjo)
5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya dan usia perkawinan (Marmi, 2012). Menurut
kartu skor poedji rochyatti (KSPR) kehamilan pertama lebih dari 4 tahun menikah
mendapatkan 4 skor, diamana akan lebih beresiko dalam kehamilan dan
persalinan.
6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ada riwayat obstetri yang buruk yang dapat
berpengaruh terhadap kehamilan ini (Marmi, 2012)
7) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui kehamilan ke berapa, frekuensi kunjungan antenatal care
(ANC), keluhan yang selama ini dirasakan dan tetapi yang didapatkan selama
kehamilan. (Kuswanti, 2014)
8) Riwayat kesehatan
9) Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu saat ini, apakah ada penyakit
yang berhubungan dengan masa kehamilan (Kuswanti, 2014). Menurut (Marmi
2012) beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi ibu hamil adalah :
a) Hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang ada sebelum
kehamilan. Penyebab utama hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi esensial
dan penyakit ginjal.
b) Penyakit jantung, dapat memberatkan penyakit jantung dan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim.
c) Diabtes melitus, dapat menyebabkan hipohlikemia atau koma. Dalam masa
laktasi kebutuhan insulin bertambah, atonia uteri, distosia karena janin besar.
d) Penyakit asma, asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2 .
e) Hepatitis, dapat menularkan pada janinnya melalui transpasental, ASI dan
kontak langsung.
f) HIV, ditandai dengan gangguan kekebalan tubuh.
g) toksoplasma dapat menyebabkan abortus sedangkan pada kehamilan lanjut
dapat menyebabkan kelainan kongenital
10) Kebiasaan kesehatan keluarga
Untuk mengetahui kesehatan keluarga yang mempengaruhi kehamilan
meliputi penyakit menular, penyakit menurun, penyakit menahun, serta riwayat
keturunan kembar (Kuswanti, 2014)
11) Riwayat KB
Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan, keluhan, dan
alasan berhenti (Marmi, 2012).
12) Riwayat psikososisal dan sosial budaya
Untuk mengetahui respon ibu, suami dan keluarga terhadap kehamilan serta
adat kebiasaan yang dianut baik positif maupun negatif yang memiliki dampak
terhadap kehamilan.
13) Kebiasaan saat hamil
Untuk memiliki kegiatan dan gaya hidup ibu yang berhubungan dengan
kehamilan baik posistif (senam hamil) maupun negatif (merokok , minum
alkohol).
14) Pola pemenuhan kebutuhan
Menurut (Kuswanti 2014) pemenuhan kebutuhan sehari – hari pada ibu
hamil antara lain :
a) Pola nutrisi, gizi ibu hamil harus ditingkatkan sehingga 300 kalori/ hari.
Mengandung protein, zat besi, dan minum yang cukup cairan.
b) Pola eliminasi, pada ibu hamil trimester III, akan mengalami konstipasi dan
sering buang air kecil.
c) Pola istirahat, posisi tidur pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus.
Kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal bantal pada perut bagian kiri.
d) Pola aktivitas, pekerjaan rumah tangga. Bekerja sesuai kemampuan dan
dikurangi dengan semakin tuanya kehamilan.
e) Personal hygiene, kebersihan harus dijaga pada saat hamil.
f) Pola seksual, hubungan seksual saat kehamilan dianjurkan jika tidak ada
riwayat abortus dan pendarahan
b. Objektif
Data yang di dapatkan dari hasil observasi petugas selama melakukan
pemeriksaan :
1) pemeriksaan umum
a) GCS :E4V5M6
Table 2.3 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Mutaqin : 2008
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
(1) Tinggi badan : Normal tinggi badan > 145 cm
(2) Berat badan : Normal 0,5 kg / minggu. Mulai awal kehamilan
sampai akhir kehamilan berkisar 9 -13,5 kg.
(3) Lingkar lengan atas (LILA) untuk mendapatkan gambaran status gizi klien
normal > 23,5 cm.
(4) Tanda – tanda vital
(a) Tekanan darah normal, normal sistol 100 – 120 mmHg. Diastol 70 – 80
mmHg. Kenaikan tidak boleh lebih dari sistolik 30 mmHg dan diastolik lebih dari
15 mmHg
(b) Nadi, rentang nilai normal 60 – 100 X/ menit
(c) Pernafasan, rentang nilai normal 16 – 24 X/ menit
(d) Suhu, rentang nilai normal 36,5 – 37,5 °C
(e) Pemeriksaan khusus
2) pemeriksaan fisik meliputi :
a) Kepala : meliputi bentuk kepala, rambut (warna, kebersihan rambut, rontok
atau tidak) jika ditemukan rambut tampak seperti rambut jagung dan rontok status
gizi ibu hamil kurang baik
b) Wajah : meliputi closma gravidarum, pucat atau tidak, odem atau tidak
c) Mata : meliputi keadaaan sklera ikterus atau tidak. Konjungtiva pucat atau
tidak, gangguan penglihatan dan odem pada palpehra
d) Hidung : meliputi kebersihan hidung dan tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
e) Mulut : meliputi kebersihan mulut dan lidah, kelembapan bibir dan keadaan
gigi.
f) Telinga : ada tidaknya gangguan pendengaran, kebersihan telinga dan tidak
ada cairan purulent.
g) Leher : meliputi ada atau tidaknya pembesaran kelenjar toroid, keadaan
vena jugularis.
h) Dada : meliputi retraksi dada, denyut jantung teratur, ada tidaknya bunyi
wheezing dan ronchi.
i) Payudara : meliputi bentuk, hiperpigmentasi areola, kondisi puting susu,
teraba keras, lunak, benjolan atau tidak. Pengeluaran kolostrum untuk laktasi.
j) Ekstermitas atas : meliputi kebersihan kuku, tangan, oedem atau tidak.
k) Abdomen : meliputi inspeksi pembesaran uterus sesuai dengan usia
kehamilan atau tidak. Strie gravidarum dan linia nigra, luka bekas operasi, dan
melakukan palpasi abdomen berdasarkan maneuver leopold, antara lain :
(1) leopold I : untuk menentukan tinggi fundus untuk menentukan umur
kehamilan dan untuk menentukan bagian janin yang difundus. TFU menurut
johnson tausak untuk menentukan tafsiran berat janin (TBJ) dalam rahim dapat
ditentukan dengan rumus, TBJ = (TFU – 11) X 155gram
Tabel 2.4 Usia Kehamilan Menurut TFU

Usia Kehamilan TFU


12 Minggu 3 Jari di atas sympisis
16 Minggu Pertengahan pusat-sympisis
20 Minggu 3 jari di bawah simpisis
24 Minggu Setinggi pusat
28 Minggu 3
32 Minggu Pertengahan pusat – prosesus xipoideus (px)
36 Minggu 3 jari di bawah prosesus xipoideus (px)
40 Minggu Pertengahan pusat – prosesus xipoideus (px)
Romauli : 2011

(2) leopold II : untuk mengetahui kanan kiri perut ibu


(3) leopold III : untuk menentukan bagian presentasi
(4) leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh penurunan presentasi
janin. DJJ = 120 – 160 X/ menit
l) Pemeriksaan ukuran panggul luar
(1) Distansia spinarum, batas normal = 24 – 26 cm
(2) Distansia kristarum, batas normal = 28 - 30 cm
(3) Konjungata eksternal, batas normal = 18 cm
(4) Distansia tuberum, batas normal = ± 10,5 cm
(5) Lingkar panggul, batas normal = 80 – 90 cm.
m) Pemeriksaan genetalia : meliputi inspeksi tanda chadwick, tidak ada varises,
pembesaran kelenjar bartholin, keputihan, kondiloma acuminata dan lata.
Pengeluaran fluor.
n) Pemeriksaan rectum : meliputi kebersihan dan ada tidanya hemoroid.
o) Pemeriksaan ekstermitas bawah : meliputi varises. Refleks patella, serta
odem atau tidak
(3) Pemeriksaan penunjang
(a) Pemeriksaan laboratorium sederhana
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurangnya 2X
dalam kehamilan. Adapun pemeriksaan laboratorium meliputi
(1) Golongan darah untuk mengetahui golongan darah ibu hamil yang bertujuan
donatur darah saat persalinan.
(2) Kadar hemoglobin untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah.
(3) Protein urine dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin
(4) Urine reduksi untuk menentukan kadar gula dalam urin.
(5) Pemeriksaan HIV dan TORCH : untuk mendeteksi adanya infeksi virus HIV
yang berpotensi menular pada janin dan mendeteksi virus TORCH yang dapat
menyebabkan kelainan cacat bawaan / cacat pada janin.
(6) Pemeriksaan USG untuk mengetahui gambaran danin secara fisiologis.
c. Analisa
Analisa data merupakan kumpulan langkah kedua, langkah ketiga, langkah
keempat dalam asuhan kebidanan dengan pola pikir manajemen varney. Berikut
analisa data dari asuhan kebidanan pada kehamilan trimester III antara lain :
GrPAPAH, UK 36 – 40 minggu, hidup, tunggal, letak kepala, intrauterin, kesan
jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik dengan kehamilan normal.
d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan kumpulan langkah kelima (intervensi) langkah
keenam implementasi, langkah ketujuh (evaluasi) dalam asuhan kebidanan dengan
pola pikir manajemen Varney (Simatumpang, 2008). Berikut penatalaksanaan
asuhan kebidanan pada trimester III, antara lain :
(1) Menjelaskan pada ibu mengenai kondisi kehamilannya, Ibu dan keluarga
akan lebih memahami tentang kondisi kehamilan dan janinnya.
(2) Memberikan konseling pada ibu tentang gizi, perubahan fisiologis,
aktivitas, Bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menghadapi perubahan
fisiologis pada saat kehamilan dan mengurangi aktivitas yang berat saat hamil
serta persiapan dalam mengkonsumsi nutrisi dengan gizi seimbang sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil dan janin.
(3) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi saat
kehamilan. Tanda-tanda bahaya itu meliputi : perdarahan pervaginam, sakit kepala
hebat, gangguan penglihatan, bengkak pada muka, tangan dan kaki, nyeri
abdomen hebat, pergerakan janin tidak seperti biasanya, ketuban pecah sebelum
waktunya, Untuk segera menghubungi petugas kesehatan atau datang ke tempat
pelayanan kesehatan jika ditemukan salah satu tanda bahaya kehamilan.
(4) Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan kelahiran dan
pencegahan penyulit, Bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikologi ibu
dalam menghadapi proses persalinan.
(5) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi his semakin
kuat dan teratur, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan yang
banyak dengan tiba-tiba dari jalan lahir, Ibu lebih siap dalam menghadapi proses
persalinan.
(6) Menganjurkan ibu untuk kontrol atau kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
sewaktu-waktu bila ada keluhan, Untuk memonitoring kondisi kehamilan ibu dan
janinnya dan mencegah masalah patologi yang kemungkinan bisa terjadi

B. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaranjanin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala,
yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Walyani, 2016).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses
ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Ary
dan Esty, 2014)
Persalinan adalah proses pengeluaran ( kelahiran ) hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar ( Jenny,2013)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu ( Ika Putri, 2014 )
2. Fisiologis Persalinan
MenurutRohani,dkk(2011)antaralain:
a. Penurunan kepala
Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul terjadi pada persalinan kala 1
dan kala 2 yang karena adamya kontraksi dan retraksi langsung dari segmen atas
rahim yang menyebabkan tekanan langsung fndus pada bokong janin.
b. Fleksi
Setelah proses penurunan kepala bayi, bayi akan melalukan fleksi maksimal
dimana dagu lebih dekat kearah dada janin sehingga UUK lebih rendah dari UUB.
c. RotasiDalam (putar paksi dalam)
Pemutaran dari bagian sedemikian rupa sehingga bagian terendah janin
memutar kedepan dan kebawah sympisis pada presentasi belakang kepala, bagian
yang terendah adalah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
arah sympisis.
d. Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada
dibawah sympisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan
keatas sehingga kepala tetap dalam posisi fleksi. Bila sub occipito tertahan
dibawah sympisis akan terjadi pusat pemutaran (hypomochlion) maka lahir bayi
dengan gerakan ekstensi.
e. Rotasi luar (putarpaksiluar)
Setelah kepala bayi lahir, bayi melakukan putar paksi luar yaitu kepala bayi
memutar kembali kearah punggung ibu.
f. Ekspulsi
Setelah Bayi putar paksi luar, bahu depan tertahan di sympisis dan menjadi
hypomochlion untuk melahirkan bahu belakang.
3. Perubahan Fisiologis Persalinan
Menurut Walyani (2015) yaitu:
a. Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini disebabkan oleh anemia dan sel-sel otot tekanan pada
gang lionserviks dan segmen bawah rahim (SBR). Regangan dari serviks, dan
perineum itu semua terjadi pada saat kontraksi.
b. Perubahan uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas dimana
SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang pernan aktif (kontraksi)
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.
c. Perubahan pada serviks
Tekanan hidrostatisair ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan
serviks mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
d. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah terjadi perubahan, terutama
pada dasar panggul dan diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi
saluran yang dinding-dingingnya tipis karena suatu regangan.
f. Perubahan system reproduksi
Pada akhir kehamilan kadar ekstrogen dan progesterone menurun. Kira-
kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga menimbulkan kontraksiuterus.
g. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontrak sisistolik naik rata-rata
10-20 mmHg.
h. Perubahan metabolisme
Metabolisme karbohidrat anaerob dan aerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal
i. Perubahan suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama
dan segera melahirkan.
j. Perubahan denyut nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi meningkat. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
k. Perubahan pernafasan
Meningkatkan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabilisme
4. Tanda-tanda Permulaan Inpartu
a. Lightening/setting/dropping : Kepala tutun masuk PAP terutama pada
primigravida/multipara hal tersebut tidak begitu telihat.
b. Perut kelihatan lebih lebar, fundus uteri turun.
c. Sering BAK.
d. Nyeri perut dan punggung karena kontraksi.
e. Serviks menjadi lembek melebar dan sekretnya bercampur darah
5. Tanda-tanda inpartu
a. Nyeri karena hisk yang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah.
c. Disertai ketuban pecah.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan ada pembukaan
5. Tahapan Persalinan
Terdiri dari:
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Dimulai dari inpartu sampai pembukaan lengkap. KalaI dibagi menjadi :
1) Fase laten : Berlangsung selama 2 jam. Servik pembukaan 1-3 cm
2) Fase aktif : Berlangsung Selama 6 jam. Servik pembukaan 4-10 cm
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase:
a) Fase akselerasi : Pembukaan 4 cm dalam 2 jam
b) Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4-8 dalam 2 jam
c) Fase delerasi : pembukaan 9-10 dalam 2 jam
b. KalaII (Kala Pengeluaran Janin)
Hisk semakin kuat dengan internal 2-3 dengan durasi 50-100 detik, kepala
janin sudah turun masuk PAP, sehingga terjadi tekanan otot-otot dasar panggul
yang melengkung, reflek meninbulkan rasa ngejan, katena tekanan pada rahim.
Ibu ingin meneran. Karena tekanan pada anus membuka saat ada hisk, kepala
janin mulai kelihatan, vagina membuka, premium menegang, dengan hisk dan
mengajan terpinpin akan lahir kepala yang diikuti turunnya badan. Kala II primi
berlangsung ½-2jam. Pada mult i½-1 jam.(Sufiyan.Amirul.2011)
c. Kala III (Kalauri/Pengeluaran Plasenta)
Dimulai dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Durasinya rata-reata 5-10
menit. Maksimal 30 menit pada primi/mult i:
Macam-macam insersi talipusat :
1) Centralis : tepatditengah
2) Paracentalis : disamping
3) Leteralis : lebih samping
4) Marginalis : tepat disamping
5) Feromentosa : menempel pada selapu tplasenta
d. KalaIV (Kala Pengawasan/Observasi)
Dimulai dari 2 jam post partum. Dilaksnakan evaluasi kontraksi uterus :
1) 2-3 kali pada 15 menit pertama
2) Setiap 30 menit pada 1 jam pertama
3) Setiap 30 menit pada 1 jam kedua
Pada kali ini dianjurkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
harus ditakar sebaik baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya
disebabkan karena luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks.
Laserasi/Robekan perenium menurut derajat:
a) Derajat 1 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perenium
b) Darejat 2 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan jaringan
perenium
c) Derajat 3 : mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan jaringan pereniun
sampai spinterani
d) Derajat 4 : mukosa vagina, komisura posterior, kukit dan jaringan
perenium, sampai spinterani yang meluas hingga rectum anterior.
Bidan hanya
Boleh melakukan heacting periniun derajat 1-2 jika jumlah perdarahan 500cc,
maka dianggap normal, lalu perhatikan 7 pokok penting sebelum meninggalkan
ibu
a) Kontraksi rahim
b) Perdarahan
c) Kandung bkemih kosong
d) Luka jahitan baik
e) Plasenta dan sepalut harus lengkap
f) K.U, TD, Nadi dan Pernafasan ibu harus normal
g) Bayi keadaan baik

6. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. Kala I
1) Subjektif
a) Biodata
(1) Nama : agar bisa memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan
baik antara pasien dengan bidan menjadi akrab.
(2) Usia : untuk menentukan resiko dalam usia atau tidak
(3) Agama : untuk memberikan dungan mental dan siritual.
(4) Pendidikan terakhir : untuk menentukan metode yang tepat dalam
menyampaikan informasi
(5) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial budaya
(6) suku/ bangsa : sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga terkait
dengan persalinan.
(7) Alamat : untuk mengetahui jarak dan waktu yang ditempuh oleh pasien
menuju lokasi persalinan.
b) Riwayat pasien
(1) Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan ibu saat menjelang
persalinan.
(2) Riwayat kebidanan untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk
memprediksi jalannya proses persalinan dan untuk mendeteksi apakah ada
kemungkinan penyulit selama proses persalinan.
(3) Menstuasi untuk mengetahui gambaran tentang keadaan sasar dari organ
reproduksi. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara
lain :
(1) Menarche untuk mengetahui pertama kali menstuasi. Untuk wanita indonesi
pada usia 12 – 16 tahun
(2) Siklus adalah jarak antara mestruasi yang dialami dengan mestruasi
berikutnya, biasanya sekitar 23 – 32 hari.
(3) Volume adalah berapa banyak darah mestruasi yang dikeluarkan setiap hari.
(4) Keluhan adalah keluhan yang dirasakan saat menstrasi
(5) Riwayat kesehatan untuk digunakan adanya penyulit saat persalinan
(6) Status perkawinan untuk mengetahui infertil atau tidak
(7) Pemenuhan nutrisi sehari – hari pada ibu bersalin .
2) Objektif
a) GCS :E 4 V 5 M 6
Table 2.5 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Terbaik Membuka Mata


Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Mutaqin : 2008

Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
b) Data ini di dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruan
c) Kesadaran : Kita dapat melakukan pengkajian derajad kesadaran pasien dari
keadaan komposmentis sampai koma.
d) Tanda – tanda vital
(1) Tekanan darah : Rentang nilai normal tekanan darah sistol 100-120 mmHg,
diastole 70-80 mmHg. Pada persalinan kala I tekanan darah diukur tiap 4 jam
(2) Denyut nadi : Rentang nilai normal 60-100 x/menit. Nadi diukur setiap
0,5-1 jam
(3) Suhu : Rentang nilai normal 36,50C-37,50C. Suhu diukur tiap 2-4 jam
(4) Pernafasan : Rentang nilai normal 16-24 x/menit
d) Pemeriksaan Fisik
(1) Wajah : Untuk mengetahui adanya preeklampsi atau tidak. Salah satu
tanda preeklampsi adalah oedem pada wajah
(2) Mata : Untuk mengetahui warna konjungtiva. Konjungtiva normal
berwarna merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna
putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis. Kelopak mata
yang bengkak kemungkinan adanya pre eklamsi.
(3) Hidung : Untuk mengetahui adanya pernafasan cuping hidung (PCH), yang
berarti ibu dalam kondisi sesak nafas, adanya polip atau tidak.
(4) Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tyroid, dan
bendungan vena jugularis
(5) Payudara : Untuk mengetahui kondisi puting susu masuk kedalam/tidak,
kebersihan, teraba keras/lunak, benjolan/tidak, pengeluaran kolostrum
(6) Abdomen : Untuk mengetahui letak abdomen membujur (letkep) atau
melintang, tidak ada luka bekas SC, linea alba dan nigra, strie livide/albican,
(Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IV) Pada leopold IV bertujuan untuk
mengetahui penurunan presentasi janin dengan metode seperlimaan, antara lain:
Tabel 2.6 Penurunan Kepala Janin Menutut Sistem Perlimaan

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam Keterangan


Teraba 5/5 bagian Kepala di atas PAP dan mudah di
gerakan.
Teraba 4/5 bagian H I – II Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul sehingga sulit
digerakkan.
Teraba 3/5 bagian H II – III Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul.
Teraba 2/5 bagian H III ( + ) Bagian terbesar kepala sudah
masuk panggul.
Teraba 1/5 bagian H III – IV Kepala di dalam panggul.
Teraba 0/5 bagian H IV Kepala di perineum
Sulistyawati : 2010
Selain itu, pada abdomen dilakukan pemantauan kontraksi uterus dan
denyut jantung janin, antara lain:
(a) Pemantauan kontraksi uterus untuk memantau kontraksi uterus dilakukan
dalam kurun waktu selama 10 menit. Pada kala I fase aktif kontraksi uterus
dipantau setiap 30 menit, minimal terjadi dua kontraksi dengan lama kontraksi
adalah 40 detik atau lebih (Johariyah, dkk, 2014).
(b) Pemantauan denyut jantung janin (DJJ), rentang normal DJJ 120-160
x/menit dan terdengar teratur. Pada kala I dilakukan pemantauan tiap 30 menit.
(7) Genetalia : Untuk mengetahui pengeluaran lendir, darah, dan air ketuban
yang merupakan tanda inpartu.
(8) Anus : Untuk melihat ada tidaknya Haemorroid, untuk memprediksi
kelancaran persalinan dan antisipasi terjadinya perdarahan (Romauli, 2011).
(9) Ekstremitas atas : Meliputi keadaan gerakan tangan, ada tidaknya
pembengkakan (jika ditemukan adanya pembengkakan menunjukkan adanya
tanda gejala preeklamsia)
(10) Ekstremitas bawah : Meliputi keadaan gerakan kaki, ada tidaknya oedem,
kondisi refleks patella. Jika terdapat oedem kemungkinan adanya preeklamsia,
sedangkan refleks patella negatif menandakan ibu kekurangan vitamin B1
(Romauli, 2011).
e) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali, sebelum 4 jam jika ada
indikasi. Adapun pemeriksaan dalam yang dikaji antara lain penipisan dan
pembukaan serviks, selaput ketuban, molding atau caput suksedenum, presentasi
dan denominator, penurunan kepala (hodge), ada tidaknya bagian kecil atau tali
pusat di samping presentasi (Rohani, dkk, 2011).
(2) Pemeriksaan volume urine, protein dan aseton minimal dipantau setiap 2
jam (setiap ibu berkemih) (Rohani, dkk, 2011).
(3) Pemeriksaan panggul dalam

Tabel 2.7 Ukuran Panggul Dalam

Bidang Diameter Keterangan


Pintu atas panggul
1. Conjugata diagonalis 12,5-13 cm Diukur dari tepi bawah
simpysis ke promontorium.
2. Conjugata obstetrika Conjugata diagonal - 1,5-2 Ukuran dari tepi tengah
cm simfisis ke promontorium.
3. Conjugata > 11 cm Ukuran dari tepi atas
vera/diameter anterior simpysis ke promontorium.
posterior
4. Diameter tranversa 12,5-13 cm Diukur dari diameter
melintang
Bidang tengah/ rongga panggul
Diameter tranversa 10,5 cm Dua tulang spinosus
Pintu bawah panggul
Diameter sagitalis 7,5 cm
posterior
Sumber : Sondakh, 2013

b) Analisa
G...PAPAH UK aterm 37-40 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, inpartu
kala I fase laten (pembukaan 1-3 cm) atau kala I fase aktif (pembukaan 4-10 cm)
yang terdiri atas periode akselerasi (pembukaan 4 cm), dilatasi maksimal
(pembukaan 4-9 cm), deselerasi (pembukaan 10 cm) fisiologis (Romauli, 2011).
c) Penatalaksanaan
Menurut Rohani, dkk (2011) penatalaksanaan pada proses persalinan adalah
sebagai berikut :
1) Memantau terus menerus kemajuan persalinan dan tanda-tanda vital dengan
menggunakan partograf, digunakan untuk memantau kemajuan persalinan
berjalan sesuai partograf dan tidak melewati garis waspada serta tidak ada
kegawatdaruratan saat persalinan
2) Menjaga privasi, penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizing pasien/ibu.
3) Menghadirkan orang –orang yang dianggap penting oleh ibu, hal tersebut
untuk memberikan dukungan kepada ibu seperti: mengusap keringat,
menemani/membimbing jalan-jalan (mobilisasi), memberikan makan, merubah
posisi dan sebagainya.
4) Membimbing ibu untuk relaksasi sewaktu ada his, biasanya ibu diminta
untuk menarik napas panjang, tahan napas sebentar, kemudian lepaskan dengan
cara meniup sewaktu ada his.
5) Memberikan konseling tentang aktivitas dan posisi, ibu diperbolehkan
melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya. Posisi sesuai dengan
keinginan ibu, namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan
tidur dalam posisi terlentang lurus.
6) Memberikan konseling tentang personal hygine, memperbolehkan ibu untuk
mandi dan menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya seusai buang air
kecil/besar.
7) Memberikan cukup minum dan kebutuhan eliminasi, untuk memenuhi
kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi dan sarankan ibu berkemih sesering
mungkin agar kandung kemih kosong.
b. Kala II
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala II yang biasa dirasakan oleh ibu
seperti ingin meneran.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E4V5M6

Table 2. 8 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Sumber : Mutaqin 2008

Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
(3) Tanda-tanda vital, frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat
selama persalinan kala II. Standart pemeriksaan tanda-tanda vital adalah diperiksa
setiap jam. Penting diingat bahwa tekanan darah yang diperiksa adalah tekanan
darah di antara kontraksi. Hal ini dikarenakan pada kala II saat adanya kontraksi,
ibu sudah punya upaya untuk meneran, dalam hal ini menyebabkan tekanan darah
naik menjadi 10 mmHg (Rohani, dkk, 2011)
a) Pemeriksaan Khusus
(1) Pemeriksaan penurunan kepala bayi, pemantauan kepala bayi dilakukan
setiap 30 menit melalui palpasi abdomen dengan manuver leopold IV yang
menggunakan metode seperlimaan (JNPK-KR, 2008).
(2) Pemeriksaan DJJ, pemantauan DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10
menit. Rentang normal DJJ 120-160 x/menit dan terdengar teratur.
(3) Kontraksi uterus, pemantauan frekuensi dan lama kontraksi dilakukan tiap
30 menit. Karakteristik kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit
lebih lama, yaitu kira-kira 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi
tinggi dan sifatnya semakin ekspulsif .
(4) Pemantauan tanda kala II dapat dilakukan inspeksi pada genetalia dan anus
seperti tampak perineum menonjol, vulva-vagina dan spinter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
(5) Pemeriksaan dalam, pada persalinan normal kala II hasil dari pemeriksaan
dalam pembukaan serviks lengkap (10 cm), penipisan 100%, ketuban
belum/sudah pecah, presentasi belakang kepala, denominator ubun-ubun kecil,
tidak ada molase, tidak ada bagian kecil atau tali pusat di sekitar presentasi, hodge
IV (kepala bayi sudah mulai tampak pada introitus vagina).
(6) Keadaan cairan ketuban, apabila ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka perlu dilakukan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban
yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika pewarnaan mekonium pada air
ketuban maka lakukan pertolongan bayi setelah lahir (JNPK-KR, 2008).
(7) Pengosongan kandung kemih, dilakukan setiap 2 jam atau lebih sering. Jika
kandung kemih penuh anjurkan ibu untuk berkemih spontan dan nilai jumlah
urine. Jika ibu tidak dapat berkemih spontan atau terjadi retensio urine dapat
dilakukan kateterisasi (JNPK-KR, 2008).
2) Analisa
G...PAPAH Inpartu Kala II fisiologis.
3) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kala II menurut JNPK-KR (2008) adalah
a) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap, agar ibu
lebih mengerti dengan kondisinya saat ini.
b) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi meneran yang menurut ibu
nyaman, posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah
mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi.
c) Membimbing ibu untuk meneran, ibu dipimpin mengedan selama his,
anjurkan kepada ibu untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi bernapas,
kemungkinan dapat menurunkan pH arteri umbilicus yang dapat menyebabkan
denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah.
d) Memantau denyut jantung janin, periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120). Selama mengedan yang
lama, akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin
e) Melakukan pertolongan persalinan standart asuhan persalinan normal (APN)
58 langkah, , menolong kelahiran kepala bayi, bahu dan anggota seluruhnya.
c. Kala III
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala III yang sering dialami oleh ibu
bersalin yaitu ibu mengatakan bayinya telah lahir, ibu mengatakan plasenta
belum lahir dan pasien mengatakan perut bagian bawahnya tersa mules.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E4V5M6
Table 2. 9 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Sumber : Mutaqin 2008

Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
b) Pemeriksaan Khusus
(1) Tinggi fundus uteri, dalam persalinan normal keadaan tinggi fundus uteri
biasanya setinggi pusat setelah bayi lahir.
(2) Kontraksi uterus, setelah bayi lahir uterus akan berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah sehingga uterus akan menjadi bulat dan keras (globuler).
(3) Kandung kemih, memastikan kandung kemih kosong karena kandung kemih
penuh dapat mengganggu kontraksi uterus.
(4) Keadaan tali pusat, pada keadaan ini tali pusat akan terlihat memanjang atau
terjulur melalui vulva dan vagina. Biasanya jika plasenta sudah terlepas terdapat
semburan darah yang mendadak .
3) Analisa
PAPAH Kala III fisiologis.
4) Penatalaksanaan
Implementasi dalam kala III menurut Sondakh (2013) adalah
a) Melakukan menejemen katif kala III, memastikan tidak terjadi retensio
plasenta.
b) Menyuntikkan oksitosin 10 U IM di 1/3 paha luar, untuk mempercepat kala
III dan mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan membantu melahirkan
plasenta lahir spontan, untuk mempercepat kala III dan mengurangi jumlah
kehilangan darah.
d) Melakukan masase uterus selam 15 detik, kontraksi uterus baik. Untuk
mencegah atonia uteri dan menilai kontraksi uterus.
e) Memantau kontraksi dan robekan jalan lahir. Untuk menilai kontraksi uterus
normalnya keras dan untuk menilai jumlah perdarahan (normalnya tidak lebih dari
500 cc ).
d. Kala IV
1) Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala IV yang dialami ibu setelah melewati
proses persalinan, ibu merasa lega, lelah dan terkadang terasa lapar dan haus
karena banyak tenaga yang telah digunakan oleh ibu saat persalinan.
2) Objektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : baik
(2) GCS :E 4 V 5 M 6

Tabel 2. 10 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Sumber : Mutaqin 2008
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS
(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.
(3) Tanda-tanda vital : pemantauan tekanan darah, nadi setiap 15 menit
selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pada persalinan
kala IV. Sedangkan suhu dipantau tiap 1 jam dalam 2 jam persalinan kala IV. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dalam penilaian
kondisi ibu.
b) Pemeriksaan Khusus
(1) Tinggi fundus uteri, setelah plasenta lahir TFU berada kurang lebih 1-2 jari
di bawah pusat.
(2) Kontraksi uterus, segera setelah plasenta lahir dilakukan masase untuk
merangsang uterus untuk berkontraksi. Uterus yang berkontraksi akan menjadi
keras dan bulat.
(3) Kandung kemih, normalnya kandung kemih harus kosong karena jika
kandung kemih penuh dapat mengganggu kontraksi uterus.
(4) Jumlah darah yang keluar, normalnya perdarahan yang keluar sedikit.
3) Analisa
PAPAH Kala IV fisiologis
4) Penatalaksanaan
Implementasi dalam kala IV menurut sondakh (2013) antara lain adalah
a) Mengobservasi keadaan ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
setiap 30 menit setiap 1 jam kedua (TTV, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan), untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum
b) Menganjurkan ibu untuk makan, minum dan beristirahat, agar ibu
mandapatkan nutrisi yang seimbang dan membuat luka jahitan akibat laserasi atau
robekan perineum dan vagina menjadi cepat kering.
c) Memfasilitasi ibu dan bayinya untuk dilakukan rawat gabung, dapat
menciptakan kondisi bounding attachment antara ibu dan bayi.
d) Mengajari ibu tentang mobilisasi dini (miring kiri, miring kanan, duduk,
berdiri dan berjalan), untuk memulihkan kondisi ibu pasca melahirkan.
C. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan

waktu yang diperlukan untuk pemulihan alat kandungan pada keadaan normal

(Ambarwati, dkk, 2010).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lama

masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2011).


Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat – alat kandungan sembali seperti sebelum hamil ( Yusari, 2016).

2. Tahapan Masa Nifas

a. Periode pasca salin ( immediate postoartum ) 0 – 24 jam

Masa segera setelah plasenta lahir – 24 jam. Pada masa ini sering terdapat

banyak masalah, misalnya perdarahan karena antonia uteri,. Oleh sebab itu, tenaga

kesehatan harus dengan teratur melakuakan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluran lokea, tekanan darah dan suhu.

a. Memastikan involusiuterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di

bawah ubilikus, tidak ada perdarah abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukupmakanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda

penyulit.

e. Memperhatikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari

c. Kunjungan 3 ( 2 minggu)

Tujuan :

d. Memastikan involusiuterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di

bawah ubilikus, tidak ada perdarah abnormal, tidak ada bau.

e. Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

f. Memastikan ibu mendapatkan cukupmakanan, cairan dan istirahat.

g. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda

penyulit.
h. Memperhatikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.

d. Kunjungan 4 ( 6 minggu setelah melahirkan)

Tujuan :

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

2) Memberikan konseling unt KB scr alami ( yusari : 2016)

4. Perubahan Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar selam masa

kehamilan, persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus, menerus,

sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin

tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut

otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah

terjadinya masalah tersebut. Proses katabolisme sebagian besar disebabkan oleh 2

faktor, yaitu :

a) Ischemia myometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus

setelah pengeluran plasenta, membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan

serat otot atropi.

b) Autolysis

Merupakam proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di daalm otot uterus.

Enzim proteolitik dan makrofaq akan memendekan jaringan otot yang sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semuala

kehamilan.

Akhir 6 minggu pertama persalinan :

(1) Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram

(2) Ukuran uterus berubah dari 15 X 12 X 8cm menjadi 8 X 6X 4 cm.

(3) Uterus secara berangsur – angsur akan menjadi kecil ( involusi ) sehingga

akhirnya kembali pada keadaan sebelum hamil

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.11 Proses Involusi Uteri

NO Waktu Tinggi Fundus Berat Diameter Palpasi


Involusi Uteri ( TFU ) Uterus Uterus Serviks
1 Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram 12 , 5 cm Lunak
2 Uri / plasenta Dua Jari 750 gram 12, 5 cm Lunak
lahir Bawah Pusat
3 1 minggu Pertengahan 500 gram 7 , 5 cm 2 cm
Pusat -
simpisis
4 2 minggu Tidak teraba 300 gram 5 cm 1 cm
di atas
5 6 minggu simpisis 60 gram 2, 5 cm Menyempit
( bertambah
kecil )

Sumber :Yusari, 2016

2) Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya

tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan

biasanya menimbukan rasa nyeri yang bertambah sepanjang masa awal

puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan,
di tempat uterus terlalu menegang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya

meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

3) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi

basa/ alkalis yang dapat mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalau menyengat

dan volumenya berbeda setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena

proses involusi. Perubahan lokea tersebut adalah :

a) Lochea rubra ( cruenta)

Munculnya pada hari pertama sampai hari ke dua post partum, warnanya

merah mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan

chorion.

b) Lochea sanguilenta

Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3- 7 pasca persalinan

c) Lochea serosa

Muncul pada hari ke 7 – 14,berwarna coklat mengandung lebih banyak

serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.

d) Lockea alba

Sejak 2 – 6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan

mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati.

b. Perubahan sistem pencernaan

Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1 – 2 jam setelah bersalin.

Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya

makanan dan pengendalian diri terhadap BAB.


Buang air besar secara spontan bisa tertunda selam dua sampai tiga hari setelah

melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena tonus otot usus menurun.

c. Perubahan sistem perkemihan

Terjadi diuresis yang sangat banysak dalam hari – hari pertama puerperium.

Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari postpartum.

40% ibu post partum tidak mempunyai protein urine yang patologis dari segera

setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali ada gejal infeksi dan

preeklamsia. Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperanemia.

Kadang – kadang odema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra

sehingga terjadi retensio urin. Kandung kencing dalam puepurium kurang sensitif

dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau

sesudahkencing masih tinggal urine residual.

d. Perubahan muskuloskeletal.

Strie pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi perubahan

menjadi halus/ samar, garid putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek

setelah persalinan karena teregang selama hamil. Semua ibu pueperium

mempunyai tigkatan diastasis yang mana menjadi pemisahan muskulusrektus

abdominalis.

e. Perubahan sistem endokrin

1) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekeja terhadap otot

uterus dan jaringan payudara. Oksitosi didalam sirkulasi darah menyebabkan

kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.

2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikelurkan oleh grandula

pituiry anterior bereaksi terhadap veoli dari payudar sehingga menstimulasi

produksi ASI.

3) HCG,HPL,Estrogen dan Progesteron

ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon

HCG,HPL, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu menurun dengancepat,

normalnya setelah 7 hari.

4) Pemulihan ovulasi dan mestruasi

Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20

minggu, dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan menyusui

untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan mestruasi biasanya

mulai antar 7 – 10 minggu

f. Perubahan berat badan

Ibu nifas kehilangan 5 – 6 kg pada waktu melahirkan, dan 3 sampai 5 kg

selama minggu pertama masa nifas. Faktor – faktor yang mempercepat penurunan

berat badan pada masa nifas diantaranya adalah peningkatan berat badan selama

hamil, primiparitas, segera kembali bekerja di luar rumah, dan merokok.

(Yusari ,2016)

5. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

a. TujuanAsuahan Masa Nifas :

1) Memulihkan kesehatan klien

2) Mempertahankan kesehatan fisik dan psikoogis

3) Mempercepat infeksi dan komplikasi

4) Memperlancar pembentukan dan pemberian air susu ibu


5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas

selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

6) Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahan secara

kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat

menyusi, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan

keluarganya melalui KIE.

b. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1) Subjektif

Data yang digali langsung dari klien atau keluarga.

a) Identitas suami dan istri

Ditanyakan untuk mengenali masing-masing pasien dan sebagai pembeda

dengan pasien lainnya yang bisa jadi memiliki beberapa kemiripan.

Nama : Untuk mengetahui nama pasien

Usia : Untuk mengetahui adanya resiko usia pada kehamilan

Alamat : Untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal pasien.

Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien.

Pendidikan : Untuk menyesuaikan cara penyampaian petugas pada pasien.

Pekerjaan : Untuk mengetahui pola aktivitas pasien.

Suku/Bangsa : Untuk mengetahui adat/istiadat atau kebiasaan menurut suku.

b) Data biologis/ fisiologis

(1) Keluhan utama

Kaji apa yang menjadi keluhan saat ini, sejak kapan dan bagaimana

pengaruh pada ibu.


(2) Riwayat kelahiran dan persalinan

Kaji riwayat persalinan secra lengkap dengan menyertai durasi setiap kala

dalam persalinan serta masalah yang ditemui pada setiap kala dan tindakan yang

dilakukan dalam mengatasi setiap masalah.

(3) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas terdahulu

Terutama apabila ibu sudah pernah hamil dan atau melahirkan sebelumnya

(4) Riwayat kesehatan lalu

Kaji apabila ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap

berpengaruh pada kondisi kesehtan saat ini. Misalnya penyakit – penyakit

degeratif ( jantung, DM, dan lain- lain). Infeksi saluran kencing.

(5) Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga

Misalnya penyakit asma dan penyakit keturunan lainya.

(6) Riwayat penyakit menular dalam keluarga

Misalnya TBC,hepatitis dan HIV/ AIDS

2) Objektif

Merupakan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan

maupun data yang diperoleh melalui rekam medik.

(1) Pemeriksaan Fisik Umum GCS :E4V5M6

Table 2.12 Tingkat Kesadaran Menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Binggung 4 Terhadap 3
panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap nyeri 2
dimengerti
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1

Tidak ada 1

Sumber : Mutaqin 2008


Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS

(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai

GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.

(2) Tanda-tanda Vital

(a) Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg

(b) Suhu : 36,5 – 37,5 °C

(c) Nadi : 60 – 80 X/ menit

a) Pemeriksaan Fisik Khusus

(1) Kepala : Berwarna hitam, lurus, hygiene cukup, rambut tidak rontok.

(2) Wajah : Tidak oedem, tidak pucat

(3) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, palpebra tidak oedem

(4) Hidung : Tidak ada PCH

(5) Mulut : Mukosa lembab, tidak pucat

(6) Telinga : Pendengaran baik

(7) Leher : Tidak ada bendungan vena jugolaris dan kelenjar tiroid

(8) Dada : Tidak ada tarikan intercoste

(9) Payudara: Puting menonjol, hygiene cukup, konsistensi kenyal, kolostrum

keluar

(10) Abdomen: Tinggi fundus

(11) Genitalia: Pengeluaran lochea, tidak ada perdarahan

(12) Anus : Tidak ada haemoroid


(13) Ekstremitas: Tidak oedem

a) Analisa

Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini

data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan

masalah. Keduanya digunkaan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan

seperti diagnosa tetapi membutuhkan penangannan yang di tungkan dalam

rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman

wanita yang diindentifikasi oleh bidan.

b) Penatalaksanaan

Suatu catatan pendokumentasian yang berisi intervensi (rencana),

implementasi (tindakan), dan evaluasi ( pantauan kembali di akhir kegiatan), yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan pda ibu hamil yang akan diberikan

bersadarkan analisis data. Menurut Walyani (2015) penatalaksanaan asuhan pada

ibu niafas adalah sebagi berikut :

a) Menjelaskan tentang kebersihan diri, pastikan ibu untuk memebersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Sarakankan ibu untuk mengganti pembalut

atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika.

b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup, untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan karena kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal

seperti: jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan diri sendiri.


c) Menganjurkan untuk mobilisasi dini, hal ini berguna untuk mengembalikan

otot-otot perut dan panggul kembali normal sehingga rasa sakit punggung akan

berkurang.

d) Memberikan konseling tentang gizi, ibu menyusui harus mengkonsumsi 500

kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup, minum paling sedikit 3 liter air setiap hari, pil

zat besi harus diminum untuk menmbah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

bersalin, minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASInya

e) Menganjurkan untuk perawatan payudara, hal tersebut agar payudara tetap

bersih dan kering serta gunakan BH yang menyokong payudara

f) Melakukan konseling tentang hubungan perkawinan/rumah tangga, untuk

memulai hubungan suami-istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri serta ibu sudah

siap untuk melakukan hubungan suami-istri

g) Melakukan konseling keluarga berencana (KB), agar seorang ibu/pasangan

dapat memilih KB yang diinginkan untuk merencanakan jarak dan jumlah anak.

h) Memberikan terapi vitamin dan obat- obatan pada ibu nifas, seperti :

1) Antibiotik kloksasilin 500 mg per oral setiap 6 jam selama 10 – 14 hari

2) Eritromisin 250 mg per oral 3x sehari selama 10 – 14 hari

3) Tablet Fe 30 - 60 mg di minum 1x per hari selama 3 bulan

4) Vitamin B9 (Asam Folat) 500 mcg per hari

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Pengertian
Baru Lahir Normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,cukup bulan,lahir
langsung menangisdan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat
(Marmi,2012).
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Wahyuni, 2011).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan
umur kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala
secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan teratur,
berat badan antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intrau terine ke kehidupan ekstrauterin (Saifuddin, 2010).
2. Ciri-ciri bayi baru lahir normal Menurut Marmi, (2012) ciri-ciri bayi baru
lahir normal adalah:
a. Berat badan 2500-4000 gram.
b. Panjang badan 48-52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33-35 cm.
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
f. Pernafasan ± 40-60 kali/menit.
g. Suhu 36,5 oC– 37,5 oC.
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
j. Kuku agak panjang dan lemas.
k. Genitalia :
1) Laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.
2) Perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang, serta adanya labia minora dan mayora, labia mayora menutupi labia
minora.
l. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
m. Refleks morro atau gerak memeluk sudah baik.
n. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
o. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
3. Penilaian baru lahir.
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab
4 pertanyaan:
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
c. Apakah bayi menangis atau bernapas?
d. Apakah tonus otot bayi baik ?
Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak
menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik
lakukan langkah resusitasi. (JNPK-KR, 2008). 4. Perubahan pada system
neuromuskuler Sistem neurologis bayi secara anatomik dan fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah
terkejut dan tremor pada ekstremitas pada perkembangan neonatus terjadi cepat.
Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal
(Marmi, 2012).
Beberapa refleks pada bayi (Marmi, 2012) diantaranya :
a. Refleks Glabela.
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan jari
telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5
ketukan pertama.
b. Refleks Hisap.
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan pada mulut bayi pada
langit bagian dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat. Bisa dilihat saat
bayi menyusu.
c. Refleks Mencari (rooting).
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Misalnya: mengusap pipi bayi
dengan lembut, bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
d. Refleks Genggam (palmar graps).
Letakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normalnya bayi akan
menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan bayi ditekan, bayi mengepalkan.
e. Refleks Babinski.
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki, bayi akan menunjukkan respon
berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
f. Refleks Moro.
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan
atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
g. Refleks Ekstrusi.
Bayi menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.
h. Refleks Tonik Leher “Fencing”
i. Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensidan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi
selagi istirahat.
5. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengkajian

1) Tanggal : untuk mengetahui tanggal pengkajian

2) Jam : untuk mengetahui waktu pengkajian

3) Tempat : untuk mengetahui lokasi pengkajian

b. Subjektif

1) Biodata Bayi

1) Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan

2) Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi

3) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi

4) Umur : untuk mengetahui usia bayi

5) Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumahBiodata Orang tua


a) Biodata orang tua Nama ibu : untuk memudahkan

memanggil/menghindari kekeliruan

b) Umur : untuk mengetahui apakah ibu termasuk berisiko

tinggi/tidak

c) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu

d) Pendidikan : untuk memudahkan pemberian KIE

e) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

f) Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah

g) Nama ayah : untuk memudahkan memanggil/menghindari kekeliruan

h) Umur : untuk mengetahui usia ayah

i) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ayah

j) Pendidikan : untuk memudahkan pemberian KIE

k) Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi

l) Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah

2) Keluhan Utama:Untuk mengetahui alasan kunjungan ke tempat petugas

kesehatan dan untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh bayi saat ini

(Sondakh, 2013).

3) Riwayat Prenatal

Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi Bayi Baru

Lahir(BBL) adalah kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes

mellitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care

(ANC), dimana keluhan-keluhan selama hamil, Hari Pertama Haid Terakhir

(HPHT) dan kebiasaan-kebiasaan ibu selama hamil.

5) Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, berat badan

bayi, panjang badan bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban,

ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai Appearance, Pulse,

Grimace, Activity (APGAR) untuk Bayi Baru Lahir (BBL).

6) Riwayat Postnatal :

a) Observasi Tanda-Tanda Vital (TTV)

b) Keadaan tali pusat

c) Apakah telah diberi injeksi vitamin K

d) Minum ASI/PASI, berapa cc setiap berapa jam

(1) Kebutuhan Dasar :

(a) Pola Nutrisi : setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah

ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya

ditambah 30 cc/kgBB untuk hari berikutnya.

(b) Pola Eliminasi : proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam

pertama setelah lahir, konsistensi agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Selain

itu, diperiksa juga urin yang normalnya berwarna kuning.

(c) Pola Istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.

(d) Pola Aktivitas : pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar

kepala untuk mencari putting susu.

(e) RiwayatPsikososial : kesiapan keluarga menerima anggota baru dan

kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru.

c. Objektif

1) Pemeriksaan Fisik Umum

a) GCS : E 4 V5 M 6
Table 2. 13 Tingkat kesadaran menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Bergrak 6 Berbicara 5 Spontan 4
spontan mengoceh seperti
biasa
Menarik 5 Menangis lemah 4 Membuka 3
anggota mata saat
gerak karena diperintah atau
sentuhan mendengar
Menarik 4 Menangis karena 3 Memuka mata 2
anggota diberi rangsangan saat di
gerak karena nyeri rangsangan
rangsangan nyeri
nyeri
Fleksi 3 Merintih karena 2
abnormal diberi rangsangan
Ekstensi 2 Tidak ada respon 1 Tidak ada 1
abnormal respon
Tidak ada 1
respon
Sumber : Mutaqin 2008
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS

(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai

GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.

b) Suhu : normal (36,5-37oC).

c) Pernapasan : normal (40-60 kali/menit).

d) Denyut jantung : normal (100-160 kali/menit).

e) Berat badan : normal (2500-3500 gram) apabila BB <2500 gram

disebut

f) bayi premature dan apabila BB >3500 gram disebut

g) macrosomia.

h) Panjang badan : normal (45-50 cm) (Wafi, 2010).

2) Pemeriksaan Fisik Khusus


a) Kepala : untuk mengetahui apakah terdapat trauma pada persalinan

yaitudengan melihat adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan

ubun-ubun (untuk mengetahui apakah bayi dehidrasi atau tidak).

b) Muka : untuk mengetahui adanya kelainan wajah seperti sindrom

downdan sindrom piere robin.

c) Mata : untuk mengetahui adanya konjungtivitis oleh kuman gonokokus

yang dapat menyebabkan kebutaan. Normalnya sklera putih, tidak ada perdarahan

subconjungtiva.

d) Hidung : untuk mengetahui adanya PCH yang menunjukkan adanya

gangguan pernafasan , dan normalnya lubang hidung sudah terbentuk sempurna.

e) Mulut : untuk mengetahui adanya sianosis dan labio skisis serta

palatoskisis.

f) Telinga : untuk mengetahui letak daun telinga rendah atau tidak (low set

ears) apabila terdapat indikasi tersebut diduga adanya sindrom pierre-robin pada

neonatus.

g) Leher : untuk mengetahui adanya bullneck.

h) Dada : untuk mengetahui adanya retraksi dada. Laju jantung normal 120-

160x/menit. Serta puting susu sudah terbentuk sempurna

i) Tali pusat : untuk mengetahui kebersihan serta tanda infeksi pada tali pusat.

j) Abdomen : untuk mengetahui adanya kelainan pada abdomen yaitu apabila

abdomen cekung kemungkinan terjadi hernia diafragmatika, apabila abdomen

membubcit kemungkinan adanya hepatosplenomegali.


k) Genetalia : untuk memastikan adanya kelainan hipospadia dan epispadia,

normalnya pada bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuanlabia

mayora sudah menutupi labia minora.

l) Punggung : untuk mengetahui adanya kelainan punggung seperti spina

bifida dan skoliosis.

m) Anus : untuk mengetahui adanya atresia ani atau tidak. Normalnya

anussudah terbentuk sempurna.

n) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya polidaktil dan sindaktil.

3) Pemeriksaan neurologis

a) Reflek moro merupakan reflek terkejut apabila di beri sentuhan mendadak

terutama dengan jari dan tangan,maka akan timbul gerak terkejut.

b) Reflek graft merupakan reflek menggenggam apabila telapak tangan bayi di

sentuh dengan jari-jari pemeriksa,maka ia akan berushan mengenggam jari

pemeriksa.

c) Reflek rooting merupakan reflek mencari apabila pipi bayi di sentuh oleh

jari pemeriksa,maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan.

d) Reflek sucking merupakan reflek menghisap apabila bayi di beri

dot/puting,maka ia akan berusaha untuk menghisap.

e) Reflek glabela, merupakan reflek mengkedipkan mata apabila bayi di sentuh

pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa,maka ia akan mengerutkan

keningnya.

f) Reflek kongjutiva mandibularis merupakan reflek mengerutkan apabila

dilakukan sentuhan pada daerah kongjutiva mandibularis.


g) Reflek gland merupakan gerakan apabila bayi di sentuh pada lipatan pada

kanan dan kiri,maka ia akan berusaha mengangkat kedua pahanya.

h) Reflek babinski meruoakan gerakan meregngkan jari-jari kakinya apabila

apabila pada telapak kaki di buat tulisan angka tujuh. (sondakh,jenny J.S.,2013)

3) Pemeriksaan Antropometri

a) Berat Badan : normal 2500-4000 gram.

b) Panjang Badan : normal 48-52 cm.

c) Lingkar Kepala : normal 33-38 cm.

d) Lingkar Lengan Atas : normal 10-11 cm.

4) Ukuran kepala :

a) Diameter suboksipitobregmatika

Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)

b) Diameter suboksipitofrontalis

Antara foramen magnum dan pangkal hidung (11 cm)

c) Diameter frontooksipitalis

Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)

d) Diameter mentooksipitalis

Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)

e) Diameter submentobregmatika

Antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)

f) Diameter biparientalis

Antara dua tulang parientalis (9 cm)

g) Diameter bitemporalis

Antara dua tulang temporalis (8 cm)


d. Analisa

Neonatus cukup bulan usia 0-28 hari fisiologis

e. Penatalaksanaan

1) Kujungan I (6 jam – 3 hari)

a) Mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat

b) Memberikan identitas bayi, untuk memudahkan identifikasi bayi perlu

dipasang segera setelah lahir.

c) Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu, untuk mempertahankan suhu

bayi baru lahir, ikatan bayi terhadap ibu dan oemberian ASI dini.

d) Memberikan vitamin K sesaat setelah kelahiran untuk mencegah terjadinya

perdarahan otak.

e) Memberikan HE pada ibu dan keluarga tentang :

(1) Pemberian ASI secara terus menerus (ondemand)

(2) Cara perawatan tali pusat

(3) Cara menjemur bayinya untuk mencegah terjadinya ikterus atau kuning.

(4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu : susah bernafas, pans, bayi kuning

kurnag dari 24 jam atau lebih dari 2 minggu, bayi sianosis atau biru, hisapan ASI

lemah, muntah berlebih, ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat dan sekitarnya,

ada darah pada tinja, menggigil, kejang, rewel berlebih.

(5) Jadwal pemberian imunisasi BCG dan polio yakni pada bayi umur 1 bulan

(Wafi, 2010)

f) Memandikan bayi setelah 6 jam kelahiran.

2) Kunjungan II (umur 4-7 hari)


a) Melakukan observasi tanda-tanda vital (TTV) dan tanda-tanda bahaya

neonatus dan infeksi

b) Melakukan evaluasi pemberian nutrisi, yaitu pemberian ASI.

c) Menyepakati jadwal kunjungan ulang neonatus atau juka sewaktu-waktu

ada masalah pada bayinya.

3) Kunjungan III (umur 8-14 hari)

a) Melakukan observasi tanda-tanda vital (TTV) dan tanda-tanda bahaya

neonatus dan infeksi

b) Menyepakati jadwal kunjungan ulang neonatus atau juka sewaktu-waktu

ada masalah pada bayinya.

4) Kunjungan IV (umur ≥15 hari)

a) Melakukan observasi tanda-tanda vital (TTV) dan tanda-tanda bahaya

neonatus dan infeksi

b) Menyepakati jadwal kunjungan ulang neonatus atau jika sewaktu-waktu ada

masalah pada bayinya.

E. Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian

Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan

jarak kelahiran yang diinginkan, maka itu pemerintah mencanangkan program

atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan(Sulistyawati, 2013).

2. Tujuan

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya


3. Kontrasepsi Implant

a. Pengertian Implant

Implant atau disebut dengan susuk adalah suatu alat kontrasepsi bawah

kulit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik

silicon ( polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang

dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk

mencegah kehamilan hingga jangka waktu 5 tahun dan adapula yang jangka

waktu 3 tahun. Menurut BKKBN implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan

dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)

panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap

batang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya

kehamilan (BKKBN, 2006).

Implant atau susuk ini adalah salah satu jenis alat KB yang kerap lupa

“dicopot”.Sifat KB susuk seperti depot yang dilepaskan per hari sehingga lama-

lama bisa habis.Agar tak hamil, jumlah minimal levonorgestrel yang dilepaskan

sehingga membuat sel telur tidak matang yang harus diperhatikan. Jika susuk

kedaluwarsa, tetap tak akan bereaksi dengan tubuh, hanya efektivitasnya yang

bermasalah. Namun susuk masa kini sudah lebih canggih.

b. Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya

1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun
2) Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Ketodesogestrel dan lama kerjanya 3

tahun

3) Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun Mekanisme Kerjanya adalah :

Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma,

Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok

untuk implantasi zygote, Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya

ovulasi dan Mengurangi transportasi sperma.

c. Indikasi dan Kontra Indikasi

1) Indikasi

a) Pemakaian KB yang jangka waktu lama

b) Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak

terlalu dekat.

c) Tidak dapat memakai jenis KB yang lain

2) Kontra Indikasi

a) Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab.

b) Wanita dalam usia reproduksi

c) Telah atau belum memiliki anak

d) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)

e) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

f) Pasca persalinan dan tidak menyusui

g) Pasca keguguran

h) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap


i) Riwayat kehamilan ektopik
j) Tekanan darah
k) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen
l) Sering lupa menggunakan pil
m) Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
n) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
o) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
p) Mioma uterus dan kanker payudara.
q) Gangguan toleransi glukosa.
d. Kelebihan dan Kekurangan
1) Kelebihan.
a) Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah
kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna
b) Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu
melakukan atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil
c) Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun
d) Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina
dan tidak mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual
e) Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor
menginkan anak lagi, kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant
diangkat
f) Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau
mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi
(GUNAWAN, 1999).
2) Keuntungan dari metode ini adalah:
a) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
b) Tidak melakukan pemeriksaan dalam
c) Bebas dari pengaruh estrogen
d) Tidak mengganggu ASI
e) Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan
f) Perdarahan lebih ringan
g) Tidak menaikkan tekanan darah
h) Mengurangi nyeri haid
i) Mengurangi/ memperbaiki anemia
j) Melindungi terjadinya kanker endometrium
k) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
l) Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
3) Kekurangan pada alat kontrasepsi implant adalah
a) Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat
badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau
kegelisahan.
b) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
c) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual,
termasuk HIV/AIDS
d) Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau
obat epilepsi.
e) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun)
e. Efek Samping
1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid
2) Perdarahan bercak (spotting)
3) Berkurangnya panjang siklus haid
4) Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau
perdarahan bercak.
5) Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
6) Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
7) Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
8) Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling
sering ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat
badan (Gunawan, 1999).
d. Pola Rencana Keluarga dan Penggunaan Kontrasepsi Yang Rasional
 Fase menunda/ 0 2 – 4 th 0  Fase mengakhiri
mencegah kehamilan  <!>----------<!> kesuburan/kehamilan

 Fase menjarangkan
kehamilaan
20 tahun 30 – 35
tahun

*Pil *IUD *IUD *Kontap


*IUD-Mini *Suntik *Suntik *IUD
*Sederhana *Mini Pil *Mini Pil *Implan
*Implan *Pil *Suntikan
* Sederhana *Implan *Sederhana
*Sederhana *Pil
*Kontap
e. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB

a. Subjektif

1) Alasan kunjungan

Merupakan alasan mengapa ibu datang ke tempat tenaga kesehatan.

biasanya alasan ibu pada awal pemilihan kontrasepsi adalah ibu ingin menunda

kehamilan dan ingin mengunakan alat kontrasepsi.

1) Riwayat KB

Untuk mengkaji alat kontrasepsi yang pernah digunakan sebelumnya.

2) Riwayat kesehatan ibu

Untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita atau yang saat ini

dialami oleh ibu yang dapat menghambat pengunaan alat kontrasepsi. Ibu yang

memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit hati akut, riwayat penyakit

jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg), riwayat

kelainan tromboemboli, kencing manis >20 tahun, kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migrain, keganasan pada payudara, pengunaan

obat-obatan rutin pada penderita TBC dan epilepsi tidak diperbolehkan

mengunakan alat kontrasepsi hormonal. Sedangkan ibu yang menderita penyakit

infeksi genetalia, 3 bulan terakhir tidak sedang mengalami atau sering menderita

PRP, abortus septik, kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak

rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas ganas, kanker

pada genetalia, anemia, ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm tidak

diperbolehkan mengunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Affandi,

2011).

b. Objektif

1) Pemeriksaan umum

a) CGS : E 4 V5 M 6

Table 2. 14 Tingkat kesadaran menggunakan GCS

Respon Motorik yang Respons Verbal yang Membuka Mata


Terbaik Terbaik
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisas 5 Binggung 4 Terhadap 3
i panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap 2
dimengerti nyeri
Fleksi 3 Hanya suara 2
abnormal
Ekstensi 2 Tidak ada 1 Tidak dapat 1
Tidak ada 1
Mutaqin : 2008
Menilai hasil GCS adalah Nilai GCS (15-14) : Composmentis. Nilai GCS

(13-12) : Apatis. Nilai GCS (11-10) : Delirium. Nilai GCS (9-7) : Somnolen. Nilai
GCS (6-5) : Sopor Nilai. GCS (4) : semi-coma. Nilai GCS (3) : Coma.

b) Tanda-tanda vital menurut Sulistyawati (2012) antara lain:

c) Tekanan darah, batas normal tekanan darah 100/80-120/80 mmHg.

Pada ibu dengan hipertensi tidak boleh mengunakan alat kontrasepsi hormonal.

a) Nadi, batas normal nadi 100-60 x/menit.

d) Pernafasaan, batas normal pernafasaan 16-24 x/menit.

e) Suhu, untuk memastikan ibu dalam kondisi sehat, batas normal suhu 36º-

37,5ºC.

2) Pemeriksaan fisik menurut Affandi (2011) antara lain sebagai berikut:

a) Mata, meliputi konjungtiva pucat atau tidak (jika ditemukan konjungtiva

pucat menandakan kemungkinan adanya anemia dan tidak diperbolehkan

mengunakan AKDR), sklera kuning atau tidak (jika kuning (ikterus) mungkin

indikasi adanya penyakit hati dan tidak diperbolehkan mengunakan KB

hormonal).

b) Leher, meliputi ada tidaknya pembesaran vena jugularis (jika ditemukan

pembesaran vena jugularis kemungkinan mengalami penyakit jantung dan tidak

diajurkan mengunakan KB hormonal).

c) Ketiak, meliputi ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe (jika ditemukan

benjolan atau pembesaran kelenjar limfe kemungkinan mengalami tumor dan

dianjurkan mengunakan non hormonal).

d) Payudara, meliputi kesimetrisan payudara, ada tidaknya massa dan benjolan

abnormal, ada tidaknya nyeri tekan (jika ditemukan tanda tersebut maka dicurigai

adanya kanker payudara dan tidak dianjurkan mengunakan KB hormonal).


e) Abdomen, meliputi palpasi fundus uteri apakah teraba balotment atau tidak

(menentukan ada tidaknya kehamilan), ada tidaknya pembesaran hepar (jika

terdapat pembesaran hepar kemungkinan mengalami penyakit hati dan tidak

dianjurkan mengunakan KB hormonal), ada tidaknya massa dan nyeri tekan pada

abdomen bawah (jika terdapat tanda tersebut kemungkinan adanya PRP dan tidak

diperbolehkan mengunakan AKDR).

f) Genetalia, meliputi pemeriksaan ada tidaknya infeksi genetalia, penyakit

trofoblas yang ganas, kanker alat genetalia (jika ditemukan masalah tersebut maka

tidak diperbolehkan mengunakan AKDR).

c. Analisa

Diagnosa : P...A... Usia ... tahun calonakseptor KB..

d. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, Ibu lebih memahami

pemakaian KB, Mengenali kelainan atau komplikasi selama penggunaan KB

2) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang, ibu bersedia kontrol ulang sesuai

jadwal yang telah ditentukan, Memantau perkembangan ibu setelah pemasangan

KBdengan penjelasan petugas dan kondisinya saat ini.

3) Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping pemkaian KB, Untuk

mengetahui adanya komplikasi terhadap penggunaan KB.

4) Menjelaskan kepada ibu tentang kemungkinan yang akan terjadi dalam

pemakaian kontrasepsi.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Laporan tugas akhir ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus yang

dilakukan secara komprehensif (Continuity of Care) pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, hingga menjadi akseptor KB.

B. Lokasi dan Waktu

Studi kasus dilakukan di Praktik Mandiri Bidan ( BPM ) .................

Melakukakan kunjungan/kontrol serta melalui kunjungan ke rumah/tempat

tinggal klien (home care) di Waktu pelaksanaan dari pemberian asuhan hingga

penyusunan tugas akhir yaitu mulai dari tanggal ........

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam pelaksanaan studi kasus Continuity of Care ini adalah satu

orang ibu hamil yang dilanjutkan bersalin, nifas dan masa antara (pemilihan

kontrasepsi) beserta bayi baru lahir.

D. Pengumpulan Data

Penyusunan tugas akhir ini teknik pengumpulan data dapat dilihat dari

sumber data primer dan sekunder. Dikatakan data primer jika didapatkan dari

hasil anamnesa klien, keluarga dan pemeriksaan langsung. Data sekunder

didapatkan dari dokumen status klien. Pengumpulan data dan asuhan kebidanan

yang dilakukan sebanyak empat belas kali dengan rincian saat ibu hamil trimester

III sebanyak tiga kali, saat bersalin sebanyak satu kali, saat nifas sebanyak empat

kali, neonatus sebanyak empat kali dan masa antara atau kontrasepsi sebanyak dua

kali.
E. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan analisis dengan manajemen

asuhan kebidanan menggunakan SOAP yang dilakukan langkah –langkah sebagai

berikut :

1. Data diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan data subjektif dan objektif.

2. Data dianalisis untuk menentukan diagnosa dan masalah.

3. Melakukan penatalaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kasus yang

ditemukan.

4. Menganalisa kasus dan asuhan kebidanan yang telah dilakukan dengan

teori yang relevan.

F. Etika Penelitian

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan pendekatan

langsung untuk meminta ijin secara lisan kepada Ibu........ dan kemudian dilanjut

dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang diberikan kepada BPM ...............,

untuk mendapatkan persetujuan selama melakukan pendampingan laporan tugas

akhir. Masalah etika yang harus diperhatikan oleh penulis adalah :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi pasien)

Lembar persetujuan diberikan sebelum penulis melaksanakan

pendampingan kepada pasien. Setelah itu diberikan informasi tentang tujuan dan

maksud pendampingan tersebut. Jika pasien bersedia didampingi maka lembar

persetujuan dapat ditanda tangani.


2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk keberhasilan Laporan Tugas Akhir, penulis tidak mencantumkan

nama pasien pada lembar pengumpulan data, tetapi lembar tersebut diberi inisial.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari pasien dijamin oleh

penulis. Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang

berhubungan dengan laporan tugas akhir ini.

Anda mungkin juga menyukai