Anda di halaman 1dari 4

Melihat Lebih Dekat Kehidupan Santri di Pesantren

Berdasarkan undang – undang Pendidikan Nasional, pendidikan di Indonesia tidak ada lagi di
kotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama berbasis pesantren. Kedua model
pendidikan tersebut diakui keberadaannya di tanah air. Sehingga pesantren – pesantren di
seluruh pelosok nusantara bisa menyelenggaran pendidikan tanpa perlu merasa kuatir atau
takut, sepanjang tidak menyimpan dengan agama dan konsitusi negara.

Pendidikan berbasis pesantren atau dayah pun sangat banyak, meskipun saya belum memiliki
data rill, tetapi saya memperkirakan jumlah dayah atau pesantren di Indonesia mencapai
ratusan ribuan unit. Menenpuh pendidikan did ayah memang tidak sama dngan bersekolah di
pendidikan umum. Selain dari sisi kurikulum, juga system kedua jenis pendidikan tersebut
berbeda. Biasanya sistempendidikan di pesantren atau dayah menerapkan system pendidikan
di pesantren atau dayah menerapkan system boarding school.

Adanya asrama system bagi para sntri ( siswa dayah/pesantren ) merupakan cirri khas dari
system pesantren. Masyarakat Indonesia biasanya menyebutnya dengan istilah “ Mondok “
atau tinggal di pondok pesantren. Seluruh santri baik laki-laki maupun perempuan disediakan
tempat berupa bilik/kamar yang di atur sedemikian rupa. Suasana belajar dipesantren sangat
identik dengan kebersamaan. Lingkungan pendidikan pun menyatu dengan system social para
santri. Mereka hidup bersama, belajar bersama bahkan susah senang bersama. Ikatan
emosional sesame santri sangat kuat. Solidaritas diantara mereka sama – sama berjuang
dalam meraih keberhasilan pendidikan mereka.

Sejak usia sekolah dasar

Pada umumnya para santri di bnyak pesantren di mulai sejak usia sekolah atau berkisar 12
tahun. Kelompok ini memasiki tahun [ertama di pendidikan tsanawiyah di pesantren.

Para orang tua mengantar anak – anak mereka menjadi santri setelah lulus dari pendidikan
dasar. Memang berat melepaskan nak – anak berusia SD untuk sendiri secara mandiri
diantara ratusan anak – anak sesuainya yang lain memiliki karakter berbeda – beda.

Namun pada sebuah pesantren atau dayah yang memiliki sitem pendidikan yang baik,
kekuatiran apapun yang di rasakan oleh orangtua dapat di atasi dengan baik. Hal yang paling
di takuti oleh wali santri di antaranya, takut anak – anak mereka tidak terurus, mengalami
kekerasan dan pelecehan, sakit, dan mengalami stress yang berlebihan.

Diantara yang saya sebutkan di atas memang kerap terjadi dan dialami oleh para santri. Anak
– anak sering di bully oleh teman – teman mereka bahkan seniornya pesantren. Akan tetapi
pada dayah atau pesantren yang menerapkan atandar pendidikan dan pelayanan yang baku,
hal seperti itu dapat dihindari. Para santri diperlakukan sacara baik, dan dilayani segala
kebutuhan mereka oleh para ustaz/zah yang di tugas oleh pimpinan pesantre.

Mengapa usia sekolah dasar ??. Ternyata menurut sebagian para guru/ustaz di pesantren
mengatakan pada usia tersebut anak – anak masih potensial untuk dididik menjadi santri yang
berkualitas sesuai dengan minat dan bakatnya. Usia ini bagaikan anak tangga pertama mejunu
manusia pari purna dengan tuntunan agama.

Sehingga berhasil atau tidaknya seorang guru/ustaz mendidik dan membuntuk karakter santri
di mulai pada fase tersebut. Namun di sisi lain, mengembangkan mereka yang masih anak –
anak tentu membutuhkan kerja keras tersendiri. Termasuk pendekatan pendekatan yang di
gunakan juga harus tepat untuk sesuai mereka. Jika ini salah, maka resiko gagal sangat besar.
Gagal artinya para santri tidak dapat dibawa pada arah dan kualitas yang di harapkan.

Hidup bersama

Budaya hidup di pesantren sangat identuk dengan hidup bersama. Seperti telah saya jelaskan
diatas, kebersamaan di pesamtren sangat dominan. Indikasi ni bisa kita lihat ketia mereka
beraktivitas, baik didalam pesantren maupun di luar pesantren.

Kebiasaan seperti ini memang sengaja dibentuk oleh pesantren. Konsep berjamaah addalah
bagaimana menciptakan kebersamaan. Sehingga apapun aktifitas didayah adalah menjunjung
tinggi kebersamaan.

Mari kita perhatukan saat mereka sholat lima waktu misalnya. Para guru selalu menekannkan
dan membimbing santri untuk melakukan sholat secara bersama – sama atau berjamaah,
maka sanksi pasti menunggu. Hukumnya pun bukan hanya untuk satu orang namun semua
santri.

Sikap berjamaah menjadi identitas psra santri di pesantren manapun. Dampak positifnya
dalah selalu terbiasa untuk lelakukan sebuah aktifitas atau pekerjaan secara bersama – sama
atau team work.

Disiplin waktu

Harus kita akui bahwa membentuk mental di siplin bukan perkara mudah, termasuk saya
sendiri pun belum mampu menerapkan disiplin dengan baik. Namun di pesantren, para guru
dan ustaz berusaha menciptakan budaya di siplin di kalangan para santri.

Cara hidup disiplin mulai di tanamkan sejak mereka mendaftar santi di sebuah pondok
pesantren. Semua aktifitas diatur secara ketat dan terjadwal. Mulai dari urusan belajar,
ibadah, bermain dan olahraga, bangun tidur, hiingga aktifitas yang bersifat pribadu, misalnya
menelpon orang tua, belanja kebutuhan pribadi, dll.

Apalagi ketika mereka sudah sah menjadi warga pondok, rasanya kemerdekaan hidup secara
bebas tidak lagi. Yang ada hanyalah mereka seperti berada di sebuah camp peltihan yang
semuanya di atur oleh ssang pelatih. Wakru makan. Mereka harus benar – benar
menggunakan waktu untuk makan, jika lalai maka jatah makan pun terlewatkan. Tidak ada
istilah menunggu santri untuk mereka makan. Namun sebakliknya, santri harus makan tepat
pada waktu yang telah diatur.
Begitu pula waktu bangun pagi. Tepat 04.00 wib atau menjelang waktu subuh semua santri di
bangunkan oleh ustaz/guru. Ada yang langsung menggunakan alarm atau bel dan ada juga
yang di ketuk pintu kamar setiap santri.

Setelah semua santri bangun, mereka segera siap – siap untuk melakukan sholat subuh
berjamaah. Dan tidak boleh ada yang bolos atau coba – ciba sembunyi. Pastinya guru sudah
menghafal setiap santri yang ada.

Mandiri

Hidup menjadi santri dan belajar di pesantren baik dayah modern pesantren tradisional
sebetulnya banyak manfaatnya. Bukan hanya segi ilmu agama yang bakal diperoleh. Tetapi
ada ke untungan lainnya yaitu me ndidik mereka hidup mandiri.

Dalam kesehatian mereka selama di pondok, ereka di tempa untuk menjadi pribadi yang
tangguh, tidah cengeng, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik. Pasti santri
siarahkan untuk mampu me njadi orang yang dapat bertanggung jawab di kemudian hari.

Hidup mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain. Namun bagaimana mereka dapat
membangun hubungan atau relasi yang baik antar sesame mereka sehingga satu sama lain
dapat memperolah manfaat secara pribadi, dank arena itu mendukung kehidupan pribadi
mereka.

Misalnya bagaimana mereka diajarkan untuk mengetahui aturan di pesantren, menjaga


barang – barang pribadi milik mereka, mencuci piring sehabis makan, mencuci pakaian yang
kotor, membersihkan kamar, dan hal lainnya yang membuat mereka menyadari bahwa
kemandirian itu sangat penting.

Teman adalah segala – galanya

Meskipun di pesantrenb terdapat banyak guru/ustaz. Keberadaan teman sesame santri sangat
tidak boleh diabaikan sebagai orang terdekat dalam kehidupan santri. Kenapa demikian?
Karena peran teman dapat menggantikan orang tua mana kala seorang santri sakit atau butuh
yang menjaganya saat sakit.

Teman mereka sendirilah yang membantu mengurus mengambil nasi di dapur umum tau
ruang makan, mengingatkan untuk minum obat, dan merawat selama did ayah atah di
pesantren. Tentu jika sakitnya tudak parah atau berat. Kalu sakitnya parah berarti ya di
jemput keluarga.

Pengalaman saya di pesantren, saya melihat memang teman sekamar atau satu sal sangat
berarti satu sama lain seperti mereka harus membangun kesetiaan dalam hubungan mereka.
Memang faktanya seperti itu. Jadi tidak heran ketika mereka sudah berteman demikian akrab
justru bisa menjadi keluarga kedua mereka setelah orang tua dan adik – adik, atau kakak –
kakak mereka.

Demikian beberapa gambaran kehidupan di pesantren menjadi santri. Meamng penuh


tantangan sekaligus memiliki tradisi tersebdiri. Tentu saja, apa yang saya ceritakan di atas
hanya beberapa saja atau sekelumit dari banyak cerita yang lebuh menarik dalam kehidupan
para santri.

Ini adalah pengalaman pribadi yang sengaja melihat secara dekat bagaimana kehidupan para
santri di sebuah pesantren di kawasan Pondok Pesantren Al- Mujtama’ Plak – pak
Pegantenan Pamekasan. Semoga ada manfaatnya bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai