Anda di halaman 1dari 23

“LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

SANTRIWATI SMA BERBASIS PESANTREN KELAS XI DENGAN


PENYAKIT DIARE DI PONDOK PESANTREN AMANATUL

UMMAH PACET”

Dosen Pembimbing:
Siti Nurjannah, S.Kep.Ns.,M.Kep
Kelompok 3 :
1. Nurul Maulida 1130017013
2. Hermin 1130017016
3. Dimas Ikhza 1130017035
4. Linda Aprilia 1130017058
5. Vandarina Dwi M 1130017062
6. Ega Pramudana 1130017072
7. M. Ifan Irjiananto 1130017075
8. Lailatul Masrurah 1130017079
9. Nadia Erika 1130017084
10. Nurdiana K.Z 1130017103
11. Diana Fitria Wati 1130017112
12. Sisca Ratna 1130017113
13. Rahmania Alza 1130017114
14. Lukmanul Hakim 1130017156
15. Areta Salsabila 1130017059

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Berbagai penyakit berbasis lingkungan yang umum sering menjadi masalah


di ponpes seperti kudis (scabies), diare, ISPA, masih banyak di temukan. Hal ini
disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat. Kondisi sanitasi pada ponpes akan
sangat berkaitan dengan angka penyakit berbasis lingkungan yang menular (Arman,
2010). Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses.
Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan
diare, sedang kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare.
Pada dasarnya semua diare merupakan gangguan transportasi larutan
diusus.(Sodikin.2011)
Diare merupakan salah satu penyebab utama dari mordibitas dan mortalitas
di negara yang sedang berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk,
persediaan air yang tidak adekuat (WHO, 2013). Berdasarkan data riskesdas tahun
2013 di Indonesia period pravelence diare adalah sebanyak 3,5% lebih kecil
dibandingkan riskesdas tahun 2007 sebanyak 9%. Penurunan prevalensi ini
diasumsikan pada tahun 2007 pengumpulan data tidak dilakukan secara serentak,
sementara 2013 pengumpulan data dilakukan secra serentak. Pravelensi diare di
Indonesia pada usia lebih dari 15 tahun adalah sebanyak 30,1% sedangkan
prevalensi diare pada usia kurang dari 15 tahun sebanyak 21,9% (Riskesdas, 2013).
Pondok pesatren Amanatul Ummah Mojokerto terdiri dari 4355 santri. Di
pondok peantren Amanatul Ummah Mojokerto ini terdapat banyak kasus penyakit,
diantaranya adalah diare, skabies, ISPA, common cold dan masih banyak lagi.
Maka dari itu kami sebagai mahasiswa kesehatan melakukan upaya-upaya untuk
mencegah dan meminimalisir angka terjadinya penyakit-penyakit diatas.
BAB 2
KONSEP PESANTREN
2.1 Definisi Pesantren
Pesantren, kerap diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat
muridmurid belajar mengaji dan sebagainya (KBBI, 2005: 866). Dalam
komunitas pesantren ada santri, ada kiai, ada tradisi pengajian serta tradisi
lainnya, ada pula bangunan yang dijadikan para santri untuk melaksanakan
semua kegiatan selama 24 jam. Saat tidur pun para santri menghabiskan
waktunya di asrama pesantren.
Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan “pe” dan akhiran
“an” yang dikarenakan pengucapan kata itu kemudian berubah menjadi terbaca
“en” (pesantren), yaitu sebutan untuk bangunan fisik atau asrama di mana para
santri bertempat. Tempat itu dalam bahasa Jawa dikatakan pondok atau
pemondokan. Adapun kata santri sendiri berasal dari kata cantrik, yang berarti
murid dari seorang resi yang juga biasanya menetap dalam satu tempat yang
dinamakan dengan padepokan. Pesantren mempunyai persamaan dengan
padepokan dalam beberapa hal, yakni adanya murid (cantrik dan santri),
adanya guru (kiai dan resi), adanya bangunan (pesantren dan padepokan), dan
terakhir adanya kegiatan belajar mengajar.
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Pesantren Tradisional
Mendengar istilah pesantren, siapapun yang pernah bersinggungan
dengan realitasnya akan terbawa ke dalam suatu nuansa kehidupan yang
dinamis, religius, ilmiah, dan eksotis. Tidak menutup kemungkinan term
pesantren akan membawa pada bayangan sebuah tempat menuntut ilmu
agama yang ortodoks, statis, tertutup, dan tradisional. Pondok pesantren
sebagai lembaga tertua di Indonesia memang senantiasa melestarikan nilai-
nilai edukasi berbasis pengajaran tradisional. Pelestarian akan sistem dan
metodologi tradisional itulah yang lantas menjadikan pesantren semodel ini
disebut sebagai pesantren tradisional. Pelestarian nilai-nilai tersebut dapat
dengan mudah dilacak dalam kehidupan santri yang sehari-harinya hidup
dalam kesederhanaan, belajar tanpa pamrih dan penuh tanggung jawab,
serta terikat oleh rasa solidaritas yang tinggi.
Corak kehidupan tadi merupakan ekspresi kepribadian santri hasil dari
tempaan pesantren tradisional yang juga sebagai pondasi awal santri untuk
bergaul dengan masyarakatnya kelak. Kiai dalam tipologi macam ini
merupakan figur sentral yang sikap sehari-harinya banyak mempengaruhi
kepribadian santri. Karena itu, banyak orang yang beranggapan bahwa
pendidikan di pondok pesantren tradisional seolah tidak mengenal libur,
pembelajaran serta pengamalan ilmu berlaku siang dan malam dalam
sepanjang tahun.
2.2.2 Pesantren Modern
Dunia modern tampaknya turut mengubah relasi antara kiai pesantren
modern dengan santri, dari relasi paternalistik menjadi relasi yang semakin
fungsional. Seorang kiai kini tak lagi mengurusi semua hal tentang
pesantren. Pengelolaan pesantren modern diserahkan sepenuhnya kepada
para pengurus. Terkadang pengurus tersebut adalah anak sang kiai sendiri,
atau kadang dari kalangan santri yang sudah lama mondok di pesantren dan
mempunyai pengetahuan yang mumpuni serta jiwa kepemimpinan. Selain
itu, pesantren modern juga banyak yang sekaligus menjadi sebuah yayasan
untuk berjaga-jaga agar pesantren tidak lenyap bersama meninggalnya kiai,
bila para ahli waris pesantren tidak mau atau tidak mampu melanjutkan
fungsi ayah mereka. Dilihat dari kurikulum dan tradisinya, pesantren
modern dapat dengan mudah dibedakan dengan pesantren tradisional.
Pesantren modern dalam perkembangannya memasukkan mata pelajaran
umum ke dalam kurikulum pesantren. Tidak jarang, bahkan penambahan itu
sampai menghilangkan karakteristik sebelumnya, atau menghegemoni
tradisi serta mata pelajaran klasikal. Dari fisik, infrastruktur, dan sistem
pendidikan, pesantren modern dapat dengan mudah dibedakan dari
pesantren salafi atau pesantren tradisional. Bangunan-bangunan pesantren
modern lebih bersih dan terawat, adanya dapur-dapur siap saji, adanya
pakaian seragam, auditorium megah, lapangan olahraga, ruang
pengembangan bakat dan keterampilan, hingga laboratorium bahasa.
Jikalau dalam pengajian bandongan para santri dalam mengaji tidak ada
kewajiban hadir, dalam pesantren modern sudah mulai menata struktur
pembelajarannya melalu sistem absensi. Sistem dan pembekalan yang
dirancang juga sudah sedemikian rupa, guna mempersiapkan santri
menghadapi arus modernitas.
Nilai yang ditanamkan pada lembaga modern ini, tak lagi hanya sebatas
pembentukan karakter santri, namun sudah lebih melampaui itu. Santri tak
hanya melulu bergelut dengan kitab kuning, tapi juga telah dilengkapi
kurikulumnya dengan mata pelajaran seperti di sekolah umum. Di lembaga
modern ini, selain dibekali materi agama dan mata pelajaran umum, para
santri juga digali potensinya. Para santri kemudian diklasifikasikan sesuai
dengan minat dan bakat, yang selanjutnya disebut dengan kelas fakultatif.
2.3 Definisi Poskestren
Poskestren merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan
prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren , yang mengutamakan
pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa
mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan), dengan binaan Puskesmas setempat. Fungsi poskestren yaitu:
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih
informasi, pengetahuan dan ketrampilan, dari petugas kepada warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitanya, dan antar sesama warga
pondok pesantren dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat.
b. Sebagai wadah untuk menekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.
Tujuan umum dari poskestren adalah untuk mewujudkan kemandirian
warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam perilaku hidup
bersih dan sehat.
BAB 3
HASIL APLIKASI
3.1 Pengkajian
1. Data Inti
a. Sejarah
Pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet pertama didirikan pada
tahun 1981. Pondok pesantren ini didirikan oleh KH. Asep Syaifuddin
Chalim, yang berada di Jl. Tirtowening No.12 Kembang Belor, Pacet
Mojokerto. Keberadaan pondok pesantren ini merupakan
pengejawantahan dari cita-cita beliau yang banyak diilhami oleh sang
ayahanda, KH. Abdul Chalim, seorang tokoh pejuang islam nasionalis,
yang ingin mewujudkan masyarakat Indonesia adil dan makmur dalam
ukhuwah islamiah.
Dengan berbagai keterbatasan, pada awalnya lembaga ini
menyelenggarakan pendidikan dalam bentuk MTs unggulan dengan
hanya 28 siswa terdiri dari 15 putra dan 13 putri. Pada tahun 2001,
yayasan membuka sekolah baru, yakni MA unggulan dengan jumlah
peserta didik sebanyak 40 siswa (sekarang telah berkembang menjadi
kurang lebih 300 siswa). Meski pada awalnya yayasan ini tidak
memiliki keberdayaan materi yang melimpah, namun mampu
memberikan lahan subur bagi benih-benih kreativitas dan inovasi
menapak titian mimpi besar para penggiatnya, terutama KH. Asep
Saifuddin Chalim.
b. Geografis
Pondok pesantren dibagi menjadi dua asrama, yaitu asrama putra dan
asrama putri.
Wilayah : Jl.Tirtowening no.2 kembang belor, Pacet, Mojokerto, Jawa
Timur.
Batas wilayah :
Utara : berbatasan dengan desa warga (perumahan warga)
Selatan : berbatasan dengan persawahan
Barat : berbatasan dengan persawahan
Timur : berbatasan dengan persawahan dan bukit-bukit
c. Demografi
1) Jumlah Santri
Jumlah santri untuk yang SMP BP putri berjumlah 377 santri dan
putra berjumlah 379 santri. Untuk MTS CI putri berjumlah 248 santri
dan putra 171 santri. Untuk MTS Execellent putri berjumlah 298
santri dan putra berjumlah 246 santri. Untuk SMA BP putri
berjumlah 346 santri dan putra berjumlah 293 santri. Untuk MA CI
putri berjumlah 369 santri dan putra berjumlah 201 santri. Untuk MA
Excellent putri berjumlah 163 santri dan putra berjumlah 111 santri.
Untuk MBI putri berjumlah 717 santri dan putra berjumlah 436
santri. Total jumlah santri seluruhnya adalah 4355 santri.
2) Distribusi santri berdasarkan suku
Berdasarkan data yang didapat sebagian besar santri dari daerah jawa
dan luar jawa, Surabaya, Mojokerto, Bali, Kalimantan dan beberapa
daerah lainnya.
3) Data status kesehatan
Data yang didapat selama 2 minggu didapatkan para santri Amanatul
Ummah pacet yaitu :
Santri putri dengan penyakit diare
2. Sub Sistem
a. Fisik dan Lingkungan
Ruang asrama putri memiliki penerangan yang kurang, terkadang
masih ada sepatu dan sandal yang berserakan jatuh dari lemari sandalnya,
dan adanya mukena yang berserakan di tembok-tembok. Setiap kamar santri
putri kira-kira berukuran 5x4 meter dengan minimnya ventilasi sehingga
kamar terasa lembap. Setiap kamar dihuni minimal 19 santri putri dan santri
yang sedang menstruasi tidur diluar kamar. Jumlah kamar di asrama putra
dan putri kurang lebih sekitar 93 kamar. Pada kamar SMA kelas XI yang
kami kaji, 1 kamar terdapat 19 orang.
Kondisi kamar mandi santri terlihat kurang bersih dan terlihat ada
sampah pembalut, bungkus sampo, celana dalam yang berserakan di depan
dan didalam kamar mandi, dan terkadang ada handuk yang digantungkan di
pintu kamar mandi. Setiap santri memiliki peralatan mandi sendiri yang
diletakkan di sekitaran kamar mandi terkadang ditaruh didepan pintu kamar
mandi.
Pengelola limbah sampah terdapat petugas yang membersihkan dan
memungut sampah yang berada di asrama santri. Petugas yang memungut
sampah biasanya pada saat pagi hari saat jamaah subuh, siang hari saat santri
pulang sekolah dan malam hari ketika santri melakukan pengajian di masjid.
b. Pendidikan
Lama pendidikan dipondok pesantren Amanatul Ummah di tingkat SMA
putri terdapat sekitar 300 orang, SMA putra sekitar 300 orang, MA
Excellent 3 tahun, MA akselerasi 2 tahun, MTS Excellent 3 tahun, MA
akselerasi 2 tahun , dan MBI 3 tahun. Pada SMA kelas XI terdapat 87 santri.
c. Komunikasi
Di lingkungan pondok pesantren santri dilarang membawa alat komunikasi
elektronik dalam bentuk apapun. Setiap harinya santri berkomunikasi satu
sama lain menggunakan bahasa Indonesia. Dan santri di sediakan 1 buah
handphone nokia dalam satu angkatan 1 handphone dan di operasikan setiap
hari setelah ashar dari jam 4-5 sore secara bergantian.
d. Kesehatan dan pelayanan sosial
1) Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di area pondok pesantren amanatul
ummah pacet adalah poli umum, poli gigi sehingga apabila santri
mengalami sakit seperti sakit gigi dapat diperiksa dan diobati dan juga
terdapat UKS bagi santri putri yang sakit dan perlu penanganan rawat
inap, untuk santri putra yang sakit dan perlu istirahat dianjurkan
istirahat di asrama, tetapi jika sakitnya tidak kunjung sembuh maka
santri di ijinkan untuk pulang. Setiap santri yang sakit dapat langsung
datang dan melakukan pemeriksaan. Terdapat poskestren di pondok
MBI dibagian atas, petugas kesehatan yang berjaga di poskestren
berjaga kurang lebih selama 24 jam, dan dibagi dalam 3 shift yaitu shift
pagi, siang, dan malam. Poskestren yang berada di area MBI memiliki
2 bilik ruang yang digunakan bagi santri yang sakit dan santri yang
menjalani rawat inap.
2) Jenis penyakit dan keluhan
Rata- rata santri yang datang ke Klinik Amanatul Ummah memiliki
keluhan diare, demam, sakit gigi, mual, dan penyakit kulit. Selain itu
umumnya santri yang datang ke poskestren juga meminta perawatan
luka dll. Ada juga yang datang dengan penyakit maagh akut, vertigo,
anemia, asma.
3) Program kesehatan
Untuk poli dan uks yang berada di Ponpes Ammanatul Ummah pacet
yang berjaga yakni alumni pondok pesantren yang mengabdi di pondok
pesantren ammanatul ummah pacet.
e. Keamanan dan Trasportasi
Pondok pesantren Ammanatul Ummah berada di daerah dataran tinggi
sehingga tidak ada sarana transportasi umum. Pos selalu dijaga 24 jam oleh
satpam, sehingga keamanan di pondok ammanatul ummah terjaga. Ketika
ketahuan ada santri yang kabur, pacaran akan di takzir (hukuman). Adanya
transportasi elf untuk antar jemput ke Surabaya. Ketika santri mengikuti
ujian nasional, santri mengikuti UN di pesantern Amanatul Ummah
Surabaya dan bermalam selama 3 hari di asrama pesantren Amanatul
ummah surabaya dengan di antar oleh 2 pengurus dalam satu elf.
f. Ekonomi
1) Sumber keuangan
Dari data didapatkan jenis sumber keuangan dari Pondok Ammanatul
Ummah adalah dari administrasi orang tua santri dan dari pak kyai (tidak
mau menerima sumbangan dari luar)
2) Biaya pondok
Setiap bulannya santri membayar Rp. 1.575.000 untuk biaya sekolah,
asrama, makan, air minum dan laundry. Untuk laundry 3x/minggu,
makan 3x/hari. Dan untuk kegiatan ekstrakulikuler ada pembiayaan
sendiri.
3) Kantin tempat makan
Santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah setiap harinya mengambil
makanan yang telah disediakan oleh pihak pondok di lapangan.
Umumnya santri mengambil makanan dengan meggunakan kertas
minyak dan tempeh karena makan mereka bersama sama dalam satu
wadah, untuk 1 kamar mendapat porsi 1 tempeh/wadah besar. Terdapat
1 kantin yang menjual jajan, perlengkapan mandi, dan make up. Santri
pondok Amanatul Ummah dilarang untuk jajan diluar.
g. Rekreasi
Tiap 3 minggu sekali para santri bergantian mulai dari kelas 10-12 untuk
berkeliling ke MBI untuk refreshing.
h. Pola Hidup

Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Santri Pondok Pesantren


Amanatul Ummah Pacet

Jam Kegiatan Tempat

03.00 – 05.00 - Sholat tahajud berjamaah Masjid


WIB - Sholat subuh
05.00 – 06.00 Pengajian Masjid Commented [M1]:

WIB
06.45 – 07.00 Apel pagi Lapangan asrama

07.00 – 12.10 Sekolah Sekolah


WIB
12.10 – 13.00 - Makan siang Lapangan asrama
WIB - Apel siang
13.30 – 15.30 - Tahfidz Masjid
WIB - Solat ashar berjamaah
16.00 – 17.00 - Mandi Kamar mandi dan
WIB - Persiapan solat maghrib asrama
18.00 – 20.30 - Jamah sholat maghrib Masjid
WIB - Jamaah sholat isya
-Muadalah (pengajian
kitab)
20.30 – 22.00 - Belajar/ ekskul asrama/lapangan
WIB asrama

21.00 – 03.00 Tidur Asrama putri


WIB

Pakaian yang digunakan di lingkungan pondok setiap harinya adalah


seragam sekolah yang digunakan pada jam sekolah dan baju bebas yang
sesuai dengan syariat islam, pada hari minggu santri menggunakan jubah
pondok. Alat mandi yang digunakan santri di letakkan disekitar kamar
mandi. Untuk kebutuhan linen, santri tidak diperkenankan mencuci baju
sendiri dan diwajibkan untuk melaundry baju yang telah mereka kenakan,
kecuali pakaian dalam. Minuman yang dikonsumsi santri biasanya terdapat
galon di setiap depan kamar namun biasanya santri langsung mengambil
dari air kran karena mereka menganggap bahwa akan mendapat keberkahan
kyai, mereka juga sering mengkonsumsi mie dan bubur instan yang direbus
pakai air dispenser dan membuat energen menggunakan air kran.
3. Persepsi
a. Santriwati Kelas XI SMA BP
Sebagian besar santri beranggapan bahwa sehat dan sakit itu adalah dari
Allah SWT dan rasa sakit bisa menghapus dosa-dosa selama kita di dunia,
hal ini memengaruhi pola pikir dari santri. Santri enggan periksa ke petugas
kesehatan jika terkena diare karena menganggap bahwa penyakit diare
merupakan hal yang biasa dan bisa sembuh dengan sendirinya, juga santri
mengatakan jika malas ke Klinik saat sakit karena tidak suka berobat. Para
santri kebanyakan suka makan pedas, suka minum air kran atau membuat
minuman menggunakan air kran karena menganggap mendapatkan barokah
dari kyai dan juga air kran berasal dari sumber yang tidak diragukan lagi
kejernihannya, ada juga santri yang makan mie tanpa dimasak ataupun
dimasak kurang matang menggunakan air dispenser dan selama ini santri
tidak pernah makan menggunakan sendok melainkan menggunakan tangan
dan plastik. Cara makan santri juga bersama sama dalam satu wadah serta
malasnya cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang menyebabkan
penyakit diare sering terjadi, serta jarangnya potong kuku yang
menyebabkan kuman terdapat di kuku ikut masuk kedalam tubuh ketika
santri makan menggunakan tangan.
b. Persepsi kader
Menurut kader penyakit diare merupakan penyakit yang perlu ditangani
dengan baik. Kurangnya kesadaran akan kesehatan bagi santri menjadi salah
satu hambatan bagi tenaga kesehatan dalam menangani permasalahan diare
yang terjadi di lingkungan pondok. Kader mengatakan kebanyakan penyakit
diare terbanyak ditemukan pada hari senin setelah sambang karena pada hari
minggu santri terlalu banyak makan, jajan sembarangan seperti makanan
pedas sehingga makannya tidak bisa terkontrol dan menyebabkan diare.
3.2 Diagnosa
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada santriwati kelas XI SMA BP
dengan diare di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko pada santriwati kelas XI SMA BP
dengan diare di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet
3.3 Intervensi
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Pemeliharaan kesehatan tidak Setelah dilakukan keperawatan kepada Edukasi perilaku upaya kesehatan
efektif pada santri dengan diare santriwati kelas XI SMA BP di pondok Observasi :
di Pondok Pesantren Amanatul pesantren Amanatul Ummah Pacet selama 12 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Ummah Pacet hari diharapkan masalah Pemeliharaan menerima informasi
kesehatan tidak efektif pada santri dengan diare Terapiutik :
dapat teratasi dengan kriteria hasil sebagai 1. Sediakan materi dan media pendidikan
berikut : kesehatan
2. Berikan kesempatan untuk bertanya
Outcome : 3. Berikan pujian dan dukungan terhadap
1. Menunjukkan perilaku adaptif cukup usaha positif dan pencapaiannya
meningkat Edukasi :
2. Menunjukkan pemahaman perilaku sehat 1. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
cukup meningkat 2. Ajarkan program kesehatan dalam
3. Kemampuan menjalankan perilaku sehat kehidupan sehari-hari
cukup meningkat 3. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
4. Meningkatkan perilaku sehat cukup
meningkat
5.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Setelah dilakukan keperawatan kepada Promosi perilaku upaya kesehatan
Berisiko pada santri dengan santriwati kelas XI SMA BP di pondok Observasi :
diare di Pondok Pesantren pesantren Amanatul Ummah Pacet selama 12 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang
Amanatul Ummah Pacet hari diharapkan masalah perilaku kesehatan dapat ditingkatkan
cenderung berisiko pada santri dengan diare Edukasi :
dapat teratasi dengan kriteria hasil sebagai 1. Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih
berikut : dan sabun
2. Anjurkan menggunakan jamban sehat
Outcome :
1. Kemampuan melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan cukup
meningkat
2. Kemampuan peningkatan kesehatan cukup
meningkat
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Plan Of Action


No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu dan Media Pelaksanaan Dana
tempat
1. Pengenalan - Setelah dilakukan Mahasiswa Senin, 16 Pengamatan Mahasiswa Mahasiswa
pondok pesantren pembahasan Desember dan sosialisasi
tentang pondok 2019
pesantren Institut KH.
diharapkan Abdul Chalim,
mahasiswa dapat Pacet
mengetahui lokasi,
jadwal kegiatan,
karakteristik santri
di pondok pesantren
- Pengurus pondok
pesantren
diharapkan dapat
mengetahui
program yang akan
dilaksanakan oleh
mahasiswa
2. Melakukan Setelah dilakukan Santri pondok Selasa, rabu Wawancara Mahasiswa Mahasiswa
pengkajian serta pengkajian linkungan pesantren dan kamis
memonitor pola pondok pesantren 17-19
kebiasaan hidup diharapkan Desember
sehari-hari mengetahui pola 2019
kebiasaan hidup
sehari-hari yang
dilakukan masyarakat
peantren
3. Melakukan Setelah dilakukan Santti pondok Jumat 20 Kuisioner Mahasiswa Mahasiswa
skrinning skrinning kesehatan, pesantren Desember
kesehatan, yang diharapkan 2019- Sabtu
meliputi penyakit mahasiswa 21 Desember
diare memperoleh data 2019
yang mendukung
disusunnya laporan
serta dapat
menentukan
intervensi yang tepat
sesuai dengan
masalah yang ada
4. Musyawarah Setelah dilakukan Pengurus Minggu 22 Diskusi Mahasiswa Mahasiswa
masyarakat musyawarah dengan pondok Desember-
pesantren dan pengurus pondok pesantren Senin 23
perumusan pesantren diharapkan Desember
masalah dapat merumuskan 2019
masalah yang ada di
pondok
5. Penyampaian Setelah Pengurus Senin 23 Diskusi Mahasiswa Mahasiswa
rencana kegiatan menyampaikan pondok Desember
dengan pengurus rencana kegiatan pesantren 2019
pondok pesantren diharapkan
masyarakat pesantren
dapat bekerja sama
dalam kegiatan yang
akan diadakan
6. Penyuluhan Setelah dilakukan Santri pondok Selasa 24 Penyuluhan Mahasiswa Mahasiswa
dengan materi penyuluhan, pesantren Desember
penyakit diare dan diharapkan santri 2019
cara dapat menerapkan
pencegahannya ilmu yang telah
diberikan
7. Closing ceremony Setelah dilakukan Santri pondok Kamis, 26 Diskusi Mahasiswa Mahasiswa
(penyampaian kegiatan-kegiatan pesantren Desember
hasil kegiatan yang telah disusun, 2019
selama di pondok diharapkan santri
pesantren, pondok pesantren
penutupan) Amanatul Ummah
Pacet mampu
mengaplikasikan
ilmu baru yang
didapat
4.2 Implementasi
No Kegiatan Tujuan Sasaran Indikator Hasil Media
1. Melakukan pengkajian Setelah dilakukan Pengurus dan santri 1. Dihadiri oleh sasaran Wawancara
serta memonitor pola pengkajian lingkungan pondok pesantren 2. Sasaran dapat menjawab pertanyaan dan Observasi
kebiasaan hidup sehari- pondok pesantren yang ditujukan
hari diharapkan dapat
mengetahui pola kebiasaan
hidup sehari-hari yang
dilakukan masyarakat
pesantren..
2. Melakukan skrinning Setelah dilakukan skrinning Santri pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Kuesioner
kesehatan meliputi kesehatan, diharapkan pesantren 2. Sasaran mampu mengisi lembar
PHBS dan penyakit mahasiswa memperoleh kuesioner dengan jujur
Diare data yang mendukung
disusunnya laporan serta
dapat menentukan
intervensi yang tepat sesuai
dengan masalah yang ada
3. Menyusun rencana Setelah mengetahui adanya Pengurus Pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Leflet dan
kegiatan permasalahan langkah Pesantren 2. Pengurus pondok pesantren lembar
selanjutnya yaitu menyusun menyetujui program kerja yang telah kuisioner
rencana kegiatan yang disusun
berhubungan dengan
masalah yang timbul di
pondok pesantren
4. Penyampaian rencana Setelah menyampaikan Pengurus pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Diskusi
kegiatan dengan rencana kegiatan pesantren 2. Pengurus pondok pesantren
diharapakan masyarakat menyetujui program kerja yang telah
pengurus pondok pesantren dapat disusun
pesantren bekerjasama dalam kegiatan
yang akan diadakan.
5. Penyuluhan bersama Setelah dilakukan Santri pondok 1. Dihadiri oleh sasaran Leaflet
dengan materi PHBS penyuluhan, diharapkan pesantren 2. Sasaran memahami materi yang
dan penyakit diare santri dapat menerapkan telah disampaikan
ilmu yang telah diberikan 3. Adanya feedback antara pemateri
dan juga sasaran
.6.. Closing Ceremony Setelah dilakukan kegiatan- 1. Kader Poskestren 1. Dihadiri oleh sasaran LCD-
(penyampaian hasil kegiatan yang telah disusun, 2. Pengurus pondok Proyektor
kegiatan selama di diharapkan kader dan juga pesantren
Pondok Pesantren, warga pondok pesantren 3. Pimpinan pondok
pemberian kenang- mampu mengaplikasikan pesantren
kenangan, dan ilmu baru yang telah 4. Dosen UNUSA
penutupan) didapat
4.3 Evaluasi

TANGGAL/JAM NO. EVALUASI


DX
17 Desember 1 S: Anggota mahasiswa mengatakan santriwati
2019 kelas XI SMA BP putri mengetahui penyebab
penyakit diare beserta gejala-gejalanya.
O: Hasil rata- rata Pre Test: 65,5
Hasil rata- rata Post Test: 75,5
Santri putri dengan diare : 32 santri
Santri putri gejala diare : 18 santri
Santri putri bebas diare: 37 santri
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Program dilanjutkan
21 Desember 1 S: Petugas poli mengatakan bahwa setelah
2019 dilakukan skrining kesehatan akan dilakukan
program tindak lanjut dalam mengatasi masalah
diare.
O: Hasil rata- rata Pre Test:65,5
Hasil rata- rata Post Test: 75,5
Santri putri dengan diare :20 santri
Santri putri gejala diare :8 santri
Santri putri bebas diare : 59 santri
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Program dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian Laporan ini kami buat, terima kasih kami ucapkan kepada seluruh
pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini dan semua pihak yang
telah mendukung seluruh tugas mata kuliah komunitas pesantren. Kami
berharap laporan ini dapat menjadi bahan evaluasi yang positif dan berguna
untuk perbaikan kinerja selanjutnya.
Banyak hal yang telah kami perbuat dan kami dapatkan dalam kegiatan kali
ini, semoga kegiatan penyuluhan tentang penyakit diare ini dapat bermanfaat
bagi warga pondok pesantren.
B. Saran
1. Bagi pondok pesantren, diharapkan dapat memberikan informasi lebih
lanjut tentang penyakit diare melalui penyuluhan dan pelatihan kepada
tenaga kesehatan di pondok pesantren Amanatul Ummah Mojokerto.
2. Bagi santri, perlu meningkatkan pengetahuan dan tindakan pencegahan
penyakit diare dengan menerapkan pola hidup sehat.
3. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan khususnya dengan kejadian diare.
DAFTAR PUSTAKA

Arman Suparman. 2010.Hubungan Sani- tasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare


Di Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar, Makassar.
Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan.Jakarta: EGC
WHO. 2013. Dhiarreal Disease. USA : WHO

Anda mungkin juga menyukai