Anda di halaman 1dari 4

Secara umum pondok pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf

(tradisional) dan pesantren khalaf (modern). Sebagian besar pondok pesantren modern memiliki
fasilitas yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan para santrinya. Dalam implementasi proses
belajar mengajar, metodologi penerapan kurikulum melibatkan perangkat modern dan
mengajarkan sejumlah keterampilan pengetahuan umum lainnya, terutama yang berhubungan
dengan kesehatan. Pada umumnya pondok pesantren modern memiliki Pos Kesehatan Pesantren
(POSKESTREN) untuk mewujudkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) di
lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang
mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan
aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan pembinaan
puskesmas setempat. Dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari, santri pondok pesantren
modern cenderung mengarah pada kesehatan yang lebih baik, seperti dalam penggunaan air
bersih, tempat MCK, fasilitas pencucian pakaian (laundry), makanan dan minuman yang mereka
konsumsi. (Syainisuki,2011) Hal ini berbeda halnya dengan pondok pesantren tradisional dimana
kondisi lingkungan serta tradisinya cenderung masih mempertahankan bentuk dari bangunan
lama, begitu juga dengan tradisi di dalamnya. Pondok pesantren tradisional jarang memiliki
fasilitas kesehatan, Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) seperti pondok pesantren modern
bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti,
bahwasanya kebiasaaan santri yang kurang baik banyak ditemukan di pondok pesantren
tradisional, seperti menggantung pakaian di kamar, makan bersama dalam satu wadah,
menumpuknya pakaian kotor, meletakkan sepatu bukan pada tempatnya dan saling bertukar
pakai benda pribadi, seperti sisir, sarung, baju, celana dan handuk, hal tersebut rentan terhadap
timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit menular. Pesantren tradisional cenderung
menggunakan edukasi secara langsung untuk memaksimalkan pelaksanaan perilaku hidup bersih
dan sehat sebagai pencegahan dari timbulnya suatu penyakit. (Syainisuki,2011)

Fakta lain yang ditemukan di lapangan, sebagian pesantren tradisional tumbuh dalam lingkungan
yang kurang terjaga kebersihannya, tempat mandi dan WC yang kurang bersih, lingkungan yang
lembab dan sanitasi yang buruk. Beberapa kendala yang dihadapi pesantren tradisional untuk
menyediakan atau dalam pengadaan fasilitas fisik (gedung dan sarana lainnya) yang sesuai
dengan kebutuhan adalah masih terbatas kemampuan dalam penyediaan areal bagi perluasan
komplek, dan keterbatasan dana karena sumber dana yang terbatas dan minim. Dalam hal ini
upaya-upaya yang dilakukan para santri untuk meningkatkan perilaku kesehatannya masih
rendah, meskipun ada juga santri yang berusaha untuk menjaga kebersihan dan kesehatannya.
Sebagian mereka ada juga yang sadar bahwa kesehatan pribadi dan lingkungan itu penting, serta
berupaya untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan misalnya setiap
pagi melakukan aktifitas kerja bakti membersihkan sampah-sampah di sekitar komplek asrama
dan pesantren, mencuci pakaian, membuang sampah pada tempatnya, menguras bak mandi, dan
lain-lain. Namun kebanyakan dari mereka masih menunjukkan perilaku kesehatan yang kurang
baik sehingga menimbulkan penyakit Penyakit yang masih sering terjadi di kalangan santri yaitu
penyakit kulit, misalnya penyakit skabies. Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis.
Orang Jawa menyebutnya gudig. Selain gudig atau skabies ada beberapa penyakit lainnya
misalnya bisul, gatal-gatal, panu, kutu air, diare, sakit mata dan lain-lain

Hampir di seluruh pondok pesantren terutama pondok pesantren tradisional, para kyai mengajarkan
kepada santrinya diawali dengan kitab-kitab fiqih, yang isinya antara lain bab thaharah (bersuci) (Noor,
2006). Bab thaharah ini menjelaskan bagaimana pentingnya kebersihan, kesehatan dan bagaimana
hidup sehat atau perilaku kesehatan. Hal ini menunjukkan kebersihan dan kesehatan sangat penting
dalam kehidupan manusia. Namun pada kenyataannya sulit untuk diwujudkan, terutama di lingkungan
pondok pesantren tradisional sebagai pendidikan keagamaan yang tentunya banyak belajar teori
tentang thaharah (bersuci). Ditambah lagi dengan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk
menunjang perilaku kesehatan santri masih kuran

Para santri tahu bersuci itu wajib, apalagi mensucikan sesuatu dari segala macam najis dan kotoran.
Akan tetapi kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa kebiasaan dan perilaku kesehatan mereka
masih kurang baik dan menjadi tradisi yang terjadi secara turun temurun.g mendukung.

Berangkat dari fenomena diatas, penulis tertarik dan ingin mengetahui tentang perilaku kesehatan para
santri di pondok pesantren salafiyah dengan mengangkat tema “studi tentang gambaran perilaku
kesehatan santri mukim di pondok pesantren salafiyah.”

Adapun komponen yang melayani system informasi Kesehatan di pesantren yaitu Poskestren
(Pos Kesehatan Pesantren) Poskestren merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh
dan warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan
preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan), dengan binaan Puskesmas setempat. Poskestren juga biasanya
digunakan dalam bagian kesehatan rekam medis, analisa kesehatan dan pencatatan riwayat
kesehatan, sehingga dapat memberikan keakuratan bagi dokter pondok untuk menganalisa
keluhan santri dan ketepatan dalam memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk santri
yang sakit tersebut. Pada prakteknya, sistem yang digunakan masih bersifat konvensional.
Sedangkan yang dibutuhkan dalam penanganan kesehatan dibutuhkan sistem digital untuk
mempermudah proses pengambilan keputusan, dibutuhkan informasi yang lengkap mencakup
historikal dan bersifat analisis secara luas ruang lingkupnya. Sistem Informasi Kesehatan Santri
menyajikan data yang diolah dengan pencitraan tekstual dan tabel yang mempermudah
penyampaian dan pemahaman informasi dengan didukung oleh kemampuan rekam medis serta
data riwayat masalah kesehatan santri sehingga pengurus kesehatan dapat mengakses data secara
ringkas maupun terperinci. Dengan menggunakan Sistem Informasi Kesehatan Santri ini dokter
dan pengurus pondok dapat menangani kesehatan santri secara efektif dan efisien.
(Suainisuki,2011),(Poskestren Pasuruan,2023)
Alenia 4 kondisi
Alenia 5 masalah , prevalensi masing2 penyakit dan factor resiko
Alenia 6 poskestren, penanganan Kesehatan,

Anda mungkin juga menyukai