Anda di halaman 1dari 3

CEGAH STUNTING UNTUK MEWUJUDKAN PENERAPAN

PUSKESMAS RAMAH IBU DAN BAYI

kemampuan motorik dan mental anak, serta


risiko peningkatan cedera dan kematian
(Andansari, Anis, 2020) . Salah satu strategi
untuk menurunkan angka stunting pada
balita adalah dengan promosi ASI eksklusif.
Dukungan pertama untuk pemberian ASI
eksklusif pada ibu postpartum adalah berasal
dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan pelatihan kepada ibu mengenai ASI
eksklusif (WHO, 2022).
Kejadian stunting di dunia pada tahun
Penelitian ini bertujuan untuk
2020 mencapai 149,2 juta balita atau 22%. mengetahui pengaruh pelatihan tenaga
Indonesia menjadi negara ke dua dengan kesehatan dalam penerapan puskesmas
angka kejadian stunting tertinggi di wilayah ramah ibu dan bayi terhadap perilaku
Asia Tenggara sebesar 31,8% pencegahan stunting
(Profil Kesehatan Indonesia, 2021) pada level puskesmas.
. Metode pada penelitian ini adalah metode
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat penelitian kuantitatif dengan menggunakan
kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu rancangan penelitian pra eksperimen dengan
panjang sehingga mengakibatkan pendekatan sebelum dan sesudah penelitian.
terganggunya pertumbuhan pada Responden pada penelitian ini adalah tenaga
anak. Stunting juga menjadi salah satu kesehatan di Puskesmas Puruk Cahu
penyebab tinggi badan anak terhambat, Seberang, Kalimantan Tengah. jumlah
sehingga lebih rendah dibandingkan anak- sampel adalah 25 orang dari tenaga
anak seusianya (Sumardilah, 2019). Stunting kesehatan, yaitu Bidan, Perawat dan Ahli
dikaitkan dengan penurunan perkembangan Gizi. Intervensi yang diberikan adalah
dengan melakukan pengisian kuesioner 2) Pendidikan : pada kelompok intervensi
(pengetahuan, sikap dan psikomotor) tentang untuk pendidikan D3 ada 16 orang, D4 ada 4
stunting oleh tenaga kesehatan, dilanjutkan orang, S1 ada 4 orang dan Profesi ada 4
dengan melakukan pelatihan pada tenaga orang, sedangkan untuk kelompok kontrol
kesehatan yaitu bidan, perawat dan ahli gizi pendidikan D3 ada 8 orang, D4 ada 2 orang,
yang ada di puskesmas terkait dengan S1 ada 13 orang dan Profesi ada 2 orang. 3)
perilaku pencegahan stunting pada level Pekerjaan: pada kelompok intervensi untuk
puskesmas. Kondisi awal dalam pelaksanaan Bidan ada 12 orang, Perawat ada 9 orang
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan Ahli Gizi ada 4 orang, sedangkan
dan memiliki keterbatasan dan kelemahan pekerjaan untuk kelompok kontrol Bidan
yakni, memiliki keterbatasan pengambilan ada 14 orang, Perawat ada 8 orang dan Ahli
data yang dilakukan, karena kebanyakan Gizi ada 3 orang. 4) Usia: pada kelompok
petugas yang sibuk dengan aktivitas intervensi usia dari 23-52 tahun dan untuk
pelayanan diluar gedung maupun didalam kelompok kontrol usia di mulai dari 23-54
gedung puskesmas jadi harus menunggu 5-7 tahun. 5) Masa kerja: pada kelompok
hari baru kuesioner yang dibagikan intervensi dimulai dari 1-18 tahun dan untuk
terkumpul, selain itu keterbatasan lainnya kelompok kontrol masa kerja dimulai dari 2-
adalah kelompok intervensi dan kelompok 14 tahun. Karakteristik tingkat pendidikan
kontrol yang berbeda wilayah dimana menunjukkan adanya perbedaan tingkat
kelompok intervensi berada di wilayah pendidikan antara kelompok kontrol dan
Kalimantan Tengah dan kelompok kontrol intervensi. Untuk hasil sebelum dan sesudah
berada di wilayah Yogyakarta. penelitian dari hasil evaluasi pembelajaran
Hasil sebelum penelitian didapat dari pengetahuan, sikap dan psikomotor pada
karakteristik penelitian dari 25 orang baik kelompok intervensi terdapat perbedaan
kelompok intervensi maupun kelompok yang sengifikan. Sedangkan untuk kelompok
kontrol berdasarkan: 1) Jenis kelamin: pada kontrol hasil evaluasi pembelajaran dari
kelompok intervensi ada 21 orang hasil pengetahuan dan psikomotor terdapat
perempuan dan 4 orang laki-laki, sedangkan perbedaan yang segnifikan dan hasil sikap
untuk kelompok kontrol ada 22 orang terdapat perbedaan yang sengnifikan.
perempuan dan 3 orang laki-laki.
Pembahasan pada pelatihan ini melakukan penerapan puskesmas ramah ibu
dilaksanakan pada akhir bulan Oktober 2023 dan bayi untuk dapat menekan angka
dan materi pelatihan yang diberikan sesuai stunting ke target nasional yaitu 14 % pada
dengan rancangan pelatihan yang telah setiap daerah baik itu yang berada di
disusun. Evaluasi program pelatihan Yogyakarta maupun yang ada di Kalimantan
dilakukan dengan metode empat tingkat dari Tengah.
Kirkpatrick. Pada penelitian ini evaluasi
hanya dilakukan sampai dengan level 3 yaitu Media Massa :
evaluasi psikomotor. 25 orang tenaga 1. Facebook Puskesmas Puruk Cahu
kesehatan mengikuti kegiatan pelatihan Seberang
sesuai dengan modul yang telah disusun. 2. Koran Kompas Muda
Evaluasi level pertama adalah evaluasi
reaksi yang dinilai dari penampilan pemateri Pengarang:
dan fasilitas pelatihan. Hasil angket yang 1. Egha Handriani, S.Kep.,Ns.
diberikan setelah pelaksanaan pelatihan 2. Titih Huriah, S.Kep., Ns., M.Kep.,
menunjukkan dari pemateri, yaitu Egha Sp.Kom (Dosen pembimbing)
Handriani nilai yang diberikan oleh peserta
adalah baik dan sangat baik. Hasil angket
terkait fasilitas yang diberikan saat pelatihan
mendapatkan nilai sangat baik. Evaluasi
level ke-dua adalah evaluasi pembelajaran
yang terdiri dari dua yaitu evaluasi
pengetahuan dan evaluasi sikap.
Kesimpulannya dengan diberikan
pelatihan kepada tenaga kesehatan mengenai
pencegahan stunting pada lavel puskesmas
dapat meningkatnya kesadaran melalui
perilaku dari tenaga kesehatan baik itu
pengetahuan, sikap dan psikomotor setelah
diberikan pelatihan, selain itu dapat

Anda mungkin juga menyukai