Anda di halaman 1dari 7

IJPHN 2 (2) (2022) 171-177

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Pengaruh Pelatihan Antropometri terhadap Pengetahuan Kader Posyandu

Intan Naomi, Irwan Budiono


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Pengukuran antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan den-
Submitted 11 November 2021 gan mengukur beberapa parameter dari ukuran tubuh manusia yang biasanya dilakukan oleh
Accepted 21 Maret 2022 kader Posyandu. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada sebuah Posyandu di
Published 31 Juli 2022 wilayah kerja Rw 11 Desa Wonoharjo Kelurahan Kembangarum menunjukkan, tingkat peng-
etahuan kader tersebut tercatat sebanyak 63,7% dalam kategori kurang. Penelitian ini bertu-
Keywords: juan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang pengukuran antropometri
training, knowledge,
dengan cara pemberian intervensi berupa pelatihan pengukuran antropometri pada kader
anthropometry, cadres
Posyandu.
DOI:
Metode: Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kusuma wilayah kerja Rw 11 Desa Wonoharjo
https://doi.org/10.15294/ Kelurahan Kembangarum. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental design dengan
ijphn.v2i2.51758 rancangan Pre-test Post-test with Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini ada-
lah kader Posyandu, kemudian teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah
purposive sampling. Sampel penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok eksperi-
men dan kelompok kontrol. Lalu teknik analisis data yang digunakan adalah Mann-Whitney.
Hasil: Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 maka tidak ada perbedaan, lalu
p<0,05 terdapat perbedaan. Apabila dilihat dari hasil posttest kelompok intervensi dan kon-
trol didapatkan nilai 0,0001 yaitu terdapat perbedaan.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan kader posyandu
saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Abstract
Background: Anthropometric measurement as an indicator of nutritional status can be done by
measuring several parameters of the size of the human body which is usually done by Posyandu
cadres. Based on a preliminary survey conducted at a Posyandu in the working area of Rw 11,
Wonoharjo Village, Kembangarum Village, it showed that the level of knowledge of these cad-
res was recorded as 63.7% in the poor category. This study aims to increase the knowledge of
posyandu cadres about anthropometric measurements by providing intervention in the form of
anthropometric measurement training to posyandu cadres.
Methods: This research was conducted at the Posyandu Kusuma, the working area of Rw 11,
Wonoharjo Village, Kembangarum Village. This study uses an experimental design method with
a Pre-test Post-test with Control Group Design. The sample in this study was Posyandu cadres,
then the technique used in this sampling was purposive sampling. The research sample was di-
vided into 2 groups, namely the experimental group and the control group. Then the data analysis
technique used is Mann-Whitney.
Results: From the results of the Mann-Whitney test, a value of p>0.05 means that there is no dif-
ference, then p<0.05 there is a difference. When viewed from the posttest results of the interven-
tion and control groups, the value is 0.0001 which means that there is a difference.
Conclusion: There is a significant difference in the level of knowledge of posyandu cadres before
and after the intervention.

© 2022 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : intannaomi24@gmail.com

171
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

Latar Belakang dilakukan pada sebuah Posyandu di wilayah


Pembangunan sektor kesehatan di kerja Rw 11 Desa Wonoharjo Kelurahan
Indonesia diarahkan untuk memperluas Kembangarum menunjukkan, tingkat
jangkauan dan meningkatkan mutu pengetahuan kader tersebut tercatat sebanyak
pelaksanaan kesehatan dasar terutama bagi ibu 63,7% dalam kategori kurang. Pengukuran
dan anak. Salah satu kegiatan untuk memperluas antropometri di Posyandu biasanya dilakukan
jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan oleh kader. Kesalahan yang sering terjadi pada
kesehatan adalah Posyandu ( Hida dan saat pengukuran antropometri terutama dalam
Mardiana, 2011). Posyandu sudah dikenal mengatur posisi bandul timbangan. Akibatnya
sejak lama sebagai pusat pelayanan kesehatan status gizi anak balita menjadi tidak akurat,
dasar bagi ibu dan balita. Kini, Posyandu artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi
dituntut untuk mampu menyediakan informasi gizi kurang dan atau gizi buruk bahkan
kesehatan secara lengkap dan mutahir sehingga sebaliknya. Pada saat survei pendahuluan
menjadi sentra kegiatan kesehatan masyarakat juga dilakukan wawancara secara langsung
(Saepuddin, Rizal, & Rusmana, 2018). Tenaga dengan kader Posyandu mengenai masalah-
utama pelaksana Posyandu adalah kader, yang masalah pada saat pengukuran antropometri
kualitasnya dapat menentukan dalam usaha yang kemudian didapatkan informasi, bahwa
meningkatkan pelayanan yang dilaksanakan. kader memiliki tingkat pengetahuan yang
Setiap program pelayanan kesehatan dengan rendah. Sehingga masih perlu untuk diadakan
sasaran masyarakat khususnya Posyandu, penyuluhan sebagai upaya penyegaran kepada
kader harus mampu memberikan pemahaman kader supaya lebih terampil. Selain itu yang
kepada masyarakat tentang pentingnya tidak kalah penting adalah tingkat pendidikan
kegiatan tersebut. Dengan tujuan agar dapat yang kurang sehingga mempengaruhi
meningkatkan kualitas pelayanan. Kader pengetahuan kader Posyandu. Pengetahuan
posyandu bertugas melakukan pemeriksaan kader dengan kategori kurang dapat
kesehatan balita. Dampak keberadaan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah
kader di tengah-tengah masyarakat dalam dan dapat berakibat pula pada kesalahan dalam
penyelenggaraan program kesehatan gizi balita mengambil keputusan beserta penanganan
sangat penting. Bila ditemukan kinerja kader masalah tersebut. Dengan demikian,
yang rendah tentu berdampak pada kualitas kemampuan kader harus dikembangkan supaya
kesehatan dan gizi pada balita di wilayahnya berpotensi secara maksimal, dengan bekal
(Fatma dan Yusran, 2012). pengetahuan tentunya disesuaikan dengan
Masalah gizi kurang saat ini menjadi tugas yang diemban. Dengan tujuan, dalam
tantangan bagi semua pihak khususnya mengelola Posyandu agar dapat berperan aktif
petugas pelayanan kesehatan. Menurut data dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang (Handarsari, Syamsianah, & Astuti, 2015).
dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan pada Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
tahun 2018, prevalensi balita yang mengalami (Fitriani & Purwaningtyas, 2020) tidak jauh
masalah gizi kurang di Indonesia secara garis berbeda dengan penelitian (Ikha Deviyanti
besar adalah sebanyak 17,7% (Kemenkes, Puspita, 2013) menyatakan masalah gizi
2018). Provinsi Jawa Tengah sendiri memiliki di Indonesia harus lebih diperhatikan.
prevalensi masalah gizi kurang sebanyak Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
15,5%. Kemudian merujuk pada daerah Kota 2013 di Indonesia angka status gizi kurang
Semarang pada tahun 2019 tercatat sebanyak pada balita sebanyak 13.9%, dan gizi buruk
2,33% anak mengalami masalah gizi kurang. 5.7%. Lalu penelitian yang dilakukan oleh
Masalah gizi pada anak dijadikan sebagai (Rahmawati, Hariati, Nurcahyani, & Wahyuni,
indikator adanya masalah gizi di masyarakat 2019) selaras dengan (Salamah & Sulistyani,
setempat. Oleh sebab itu, data status gizi anak 2018) lalu diperoleh data bahwa tingkat
sangat diperlukan untuk melihat gambaran kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang
masalah ditingkat masyarakat tersebut. dikumpulkan masih rendah. Hasil dari kegiatan
Berdasarkan survei pendahuluan yang pelatihan tersebut adalah, meningkatkan

172
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

kemampuan kader dalam memberikan dan reliabel (Wahyono, 2017). Pengukuran


penyuluhan kepada masyarakat dengan metode merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
yang lebih menarik sehingga meningkatkan menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat
kepercayaan diri pada kader untuk bisa numerik. Pengukuran merupakan kegiatan
berbagi kepada masyarakat tentang kesehatan. membandingkan suatu besaran yang diukur
Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dengan alat ukur sebagai satuan, yang dapat
dilakukan oleh (Suci, 2020) dengan (Ruaida, berguna untuk instrumen penilaian (Sumarno,
Soumokil, Lestaluhu, & Maluku, 2015) yang 2017)
menyatakan bahwa keterampilan kader
masih kurang terutama dalam pengukuran Metode
TB balita. Selain itu pada saat proses skrining Penelitian ini dilakukan di Posyandu
terlihat jelas pengukuran status gizi yang Kusuma wilayah kerja Rw 11 Desa Wonoharjo
tidak memenuhi persyaratan antropometri. Kelurahan Kembangarum. Penelitian ini
Hasil dari penelitian ini adalah penyuluhan menggunakan metode eksperimental design
menunjukan peningkatan pengetahuan peserta dengan rancangan Pre-test Post-test with
dan peningkatan kemampuan kader posyandu Control Group Design. Sampel dalam
dalam mengukur, membaca, dan mencatat hasil penelitian ini adalah kader Posyandu, kemudian
pengukuran penggunakan alat antropometri. teknik yang digunakan dalam pengambilan
Hal yang tidak kalah penting adalah sebuah sampel ini adalah purposive sampling. Sampel
penelitian dari (Fretty, Misnaniarti, & Flora, penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu
2020) dengan (Patimah, Darlis, Nukman, & kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Nurlinda, 2020) menyatakan bahwa kinerja dengan masing-masing jumlah kelompok
kader yang kurang dalam pelaksanaan eksperimen yaitu 11 kader dan kelompok
posyandu dapat mengakibatkan status gizi kontrol yaitu 11 kader. Total sampel dalam
balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan penelitian ini adalah 22 kader Posyandu. Lalu
jelas. Permasalahan tersebut berkaitan dengan teknik analisis data yang digunakan adalah
lamanya seorang kader menjalankan tugasnya. Mann-Whitney. Penelitian ini berlangsung
Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan pada bulan September 2021 dengan instrumen
yang bermakna atau signifikan antara lama yang digunakan yaitu lembar kuisioner dan
menjadi kader dengan kinerja kader Posyandu. medianya adalah leaflet.
Terdapatnya permasalahan yang terjadi Penelitian ini telah memenuhi ketentuan
pada kader Posyandu mengenai kurangnya etika penelitian dengan dikeluarkannya surat
pengetahuan dalam menjalankan tugas maka kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian
perlu diambil tindakan untuk mengurangi Universitas Negeri Semarang dengan nomor
tingkat masalah tersebut. Dengan adanya 270/KEPK/EC/2021.
intervensi yang dilakukan pada saat penelitian
maka diharapkan dapat meningkatkan Hasil dan Pembahasan
pengetahuan kader dalam menjalankan Hasil dari pemberian pelatihan
tugasnya. Adapun salah satu intervensi yang antropometri terhadap kader Posyandu di
dapat dilakukan untuk menangani masalah wilayah kerja Posyandu Kusuma Rw 11 Desa
tersebut adalah dengan pemberian pelatihan Wonoharjo menunjukkan bahwa terdapat
antropometri terhadap kader dengan tujuan perbedaan tingkat pengetahuan antara
dapat meningkatkan pengetahuan kader saat sebelum dan sesudah diberikan pelatihan
setelah diberikan pelatihan antropometri dengan media yang digunakan adalah leaflet
tersebut. Pada pelatihan antropometri tersebut dan instrumen dalam penelitian ini adalah
dilakukan pengukuran dengan baik dan benar. kuisioner pretest-posttest. Variabel bebas dalam
Pengukuran (measurement) merupakan penelitian ini adalah pemberian pelatihan
cabang ilmu statistika yang bertujuan untuk antropometri, sedangkan variabel terikatnya
membangun dasar-dasar pengembangan tes adalah pengetahuan kader dalam pengukuran
yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan antropometri. Variabel pada suatu penelitian
tes yang berfungsi secara optimal, valid, dapat membedakan atau membawa variasi

173
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

pada suatu nilai tertentu (Christalisana, 2018). maka didapatkan hasil n=10. Sehingga untuk
Instrumen adalah alat pengukur pada waktu masing-masing kelompok sampel didapatkan
penelitian menggunakan sesuatu metode jumlah kader posyandu sebanyak 10 sampel.
(Jaffray & Wijaya, 2016). Jumlah sampel Antisipasi dropout sebesar 10% (Wayan
minimal pada penelitian ini dihitung dengan & Ekayanthi, 2016) sehingga besar sampel
perhitungan sampel menggunakan uji hipotesis sebanyak 11 perkelompok. Jadi total sampel
dua mean pada dua kelompok independen dalam penelitian ini adalah 22 kader posyandu.
(Kasim,2008). Kemudian berdasarkan peneli-
tian pada (Nora, 2011) dengan n=20 orang
Tabel 1. Gambaran Perbedaan Tingkat Pengetahuan saat Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Antropometri pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sebelum Sesudah
Variabel Mean ±SD Min-max Mean ±SD Min-max
Pengetahuan
Eksperimen 12.00 ±1.673 9-14 15.64 ±1.206 14-17
Kontrol 12.18 ±1.079 10-14 12.18 ±982 10-13

Dari tabel 1 didapatkan hasil penelitian Kemudian, setelah diberikan intervensi


jawaban benar pada kuisioner pengetahuan, pada kelompok eksperimen didapatkam skor
diketahui pada kader kelompok eksperimen rata-rata pengetahuan yaitu 15.64 untuk nilai
memiliki rata-rata skor pengetahuan sebelum rata-ratanya, kemudian standar deviasinya
diberikan intervensi adalah 12.00 dengan adalah 1.206 lalu untuk nilai skor terendah
standar deviasi 1.673 dan memiliki skor berada pada nilai 14 dan untuk skor tertinggi
terendah yaitu 9, lalu untuk skor tertinggi yaitu berada pada nilai 17. Lain halnya dengan
14. Sama halnya dengan skor pada kelompok skor pada kelompok kontrol yang memiliki
kontrol yang memiliki nilai rata-rata sebesar nilai rata-rata sebesar 12.18, kemudian untuk
12.18 dengan satandar deviasi 1.079 dengan standar deviasinya yaitu 982, lalu untuk skor
skor terendah yaitu 10 lalu untuk skor tertinggi terendahnya adalah 10 dan yang terakhir untuk
yaitu 14. skor tertingginya adalah 13.
Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whithney Gambaran Perbedaan Tingkat Pengetahuan saat Sebelum dan
Sesudah Pelatihan Antropometri pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Median (Minimum-Maksimum) Nilai p
Sesudah
Eksperimen (n=11) 15(14-17) 0,026-0,010
Kontrol (n=11) 12(10-13)

Dari tabel 2 didapatkan bahwa hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
dari analisis statistik menggunakan uji melakukan pengindraan terhadap suatu objek
Mann-Whithney menunjukkan tidak ada tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada indra manusia, yakni indra penglihatan,
tingkat pengetahuan sebelum pemberian pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
intervensi berupa pelatihan antropometri pada Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
kelompok eksperimen dan kontrol, sedangkan melalui mata dan pendengaran (Notoatmodjo,
ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada 2007). Pengetahuan merupakan domain yang
tingkat pengetahuan sebelum pemberian paling penting untuk terbentuknya tindakan
intervensi berupa pelatihan antropometri pada seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari
kelompok eksperimen dan kontrol. dengan pengetahuan dan kesadaran akan
Pengetahuan merupakan hasil bertahan lama dibandingkan perilaku yang

174
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran kembang seorang anak.


(Notoatmodjo, 2003) dalam (Retnaningsih, Untuk menanggulangi hal tersebut
2016). Pengetahuan adalah suatu istilah maka diberikan intervensi berupa pelatihan
yang digunakan untuk mengatakan apabila antropometri terhadap kader yang diharapkan
seseorang mengenal tentang sesuatu (Rusmini, dapat memberikan pengetahuan dan
2018). Tujuan dari penyuluhan kader adalah wawasan lebih luas supaya kedepan kader
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dapat melakukan pengukuran dengan baik
pengukuran antropometri guna memberikan dan benar sehingga hasilnya pun valid. Lalu
informasi status gizi balita yang benar dan sesuai setelah diberikan intervensi tersebut, para
standar usianya. Hasil dari kegiatan tersebut kader diberikan posttest untuk mengetahui
adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan apakah terjadi peningkatan pengetahuan saat
keterampilan kader yang cukup signifikan. sesudah diberi intervensi tersebut. Dari hasil
Pengetahuan yang dimaksud disini adalah tersebut menunjukan adanyak peningkatan
pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pengetahuan pada kader posyandu saat sebelum
intervensi. Pengetahuan sebelum intervensi dan sesudah diberikan intervensi berupa
adalah hal-hal yang diketahui responden pelatihan antropometri.. Hasil penelitian
tentang tatacara pengukuran antropometri di ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Posyandu saat sebelum diberikan intervensi oleh (Sari, Nurwati, Setyawan, Mutmainah, &
atau pada saat diberikan pretest. Lalu untuk Haryati, 2020) dengan hasil yang menyatakan
pengetahuan sesudah intervensi yaitu hal-hal bahwa tes dilaksanakan sebelum dan sesudah
yang diketahui responden tentang tatacara kegiatan yang merupakan salah satu bentuk
pengukuran antropometri di Posyandu saat evaluasi dari kegiatan ini. Hasil tes pengetahuan
sesudah diberikan intervensi atau pada saat menunjukkan adanya peningkatan yang
diberikan posttest. signifikan dari rata-rata hasil pretest 63,8%
Tingkat pengetahuan seseorang dan posttest 89,4%. Hal ini menunjukkan
tentunya kader dalam menjalankan tugasnya bahwa kegiatan pelatihan dan pendampingan
sangat berpengaruh terhadap kinerjanya efektif meningkatkan pengetahuan kader
dalam melakukan pengukuran antropometri posyandu. Pelatihan sering dilakukan sebagai
di Posyandu. Berdasarkan uji statistik Mann- upaya meningkatkan kinerja seseorang yang
Whitney didapatkan bahwa terdapat perbedaan dianggap belum mampu untuk mengemban
tingkat pengetahuan pada kader Posyandu pekerjaannya karena faktor tingkat pendidikan.
Kusuma saat sebelum dan sesudah diberikan Secara deskripsi tertentu potensi seseorang
intervensi berupa pelatihan antropometri. mungkin sudah memenuhi syarat, tapi secara
Menurut hasil penelitian pada wilayah kerja aktual seseorang harus mengikuti atau
Posyandu Kusuma di RW 11 Desa Wonoharjo mengimbangi perkembangan sesuai dengan
saat para kader belum diberikan intervensi tugasnya. Hal ini yang mendorong untuk
berupa pelatihan antropometri, hasil pretest memfasilitasi pelatihan dan pengembangan
menunjukan nilai pengetahuan yang rendah kader guna mendapatkan hasil kinerja yang
dimana hal tersebut dikarenakan belum pernah baik, efektif dan efisien (Ashary et al., 2019).
adanya pelatihan antropometri dan para kader Pentingnya pemberian pelatihan terhadap
Posyandu pun kadang pada saat melakukan kader Posyandu dinilai dapat memberikan
pengukuran tidak sesuai prosedur, seperti manfaat yang baik guna meningkatkan
pada saat pengukuran tinggi badan anak yang kinerja dan tingkat pengetahuan kader supaya
biasanya anak tersebut menggunakan pita kedepannya diharapkan kader lebih menguasai
rambut, sepatu ataupun aksesoris lain tidak pada saat melakukan pengukuran antropometri
dilepas dahulu dan langsung dicatat saja hasil tersebut.
pengukurannya tanpa dikurangi sedikit untuk Pelatihan adalah suatu pendidikan jangka
mengantisipasi terjadinya pencatatan hasil pendek untuk mengajarkan ilmu pengetahuan,
yang tidak sesuai sehingga hasil yang didapat keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan
tidak valid, padahal hasil pengukuran tersebut untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
akan digunakan sebagai patokan nilai tumbuh sehingga memberikan kontribusi terhadap

175
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

instansi melalui kemampuan ketrampilan Fitriani, A., & Purwaningtyas, D. R. (2020).


yang telah didapatnya dan diaplikasikan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
dalam pekerjaannya serta terus-menerus Kader Posyandu dalam Pengukuran
untuk meningkatkan kualitas kerjanya Antropometri di Kelurahan Cilandak Barat
Jakarta Selatan. Jurnal SOLMA, 9(2), 367–
(Elfrianto, 2016). Istilah pelatihan (training)
378.
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti Fretty, H., Misnaniarti, & Flora, R. (2020).
proses, cara, perbuatan melatih atau pekerjaan Hubungan Lama Kerja Menjadi Kader ,
melatih. Lebih lanjut Syihabuddin Qalyubi, dkk Sikap Dan Pengetahuan Dengan Kinerja
menjelaskan bahwa pelatihan merupakan suatu Kader Posyandu Di Kota Palembang. Jurnal
upaya pengembangan sumber daya manusia ’Aisyiyah Medika, 5(2), 67–81
dalam sebuah organisasi (Ali Hasan, 2018). Handarsari, E., Syamsianah, A., & Astuti, R. (2015).
Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan
Kesimpulan Kader Posyandu di Kelurahan Purwosari
Berdasarkan penelitian yang telah Kecamatan Mijen Kota Semarang. The 2nd
University Research Coloquium, 621–63
dilakukan di Posyandu Kusuma yang terletak
Hari, Wahyono. (2017). Penilaian Kemampuan
di RW 11 Desa Wonoharjo Kelurahan Berbicara di Perguruan Tinggi Berbasis
Kembangarum, dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi Wujud Aktualisasi
terdapat perbedaan yang signifikan pada Prinsip-prinsip Penilaian. Transformatika,
tingkat pengetahuan kader Posyandu Kusuma Volume 1, Nomor 1 , Maret 2017. Magelang.
pada saat sebelum dan sesudah diberikan Hida, Mardiana. (2011). Pelatihan Terhadap
intervensi. Keterampilan Kader Posyandu. http://journal.
unnes.ac.id/index.php/kesmas. Semarang.
Daftar Pustaka Ikha Deviyanti Puspita, M. I. A. (2013). Refreshing
Ali Hasan, N. (2018). Pendidikan dan Pelatihan Kader Posyandu Dengan Pelatihan
sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Pengukuran. Prosiding Seminar Hasil
Pustakawan. Nurhayati Ali Hasan. Libria, Pengabdian Kepada Masyarakat, 9.
10(1), 95–115. Retrieved from https://jurnal. Jaffray, T. D. S. T. T., & Wijaya, E. H. (2016).
ar-raniry.ac.id/index.php/libria/article/ Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi,
download/3384/2366 57–70.
Ashary, L., Manajemen, P., Ekonomi, F., Kasim, F. (2011.). Uji Beda Dua Mean. Jakarta.
Abdurachman, U., Situbondo, S., Karyawan, Metodologi Penelitian Biomedis.
P., & Karyawan, K. (2019). The Importance Nora, Heri. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan
of Training and Development of Human dengan Kinerja Kader Posyandu Balita
Resources to Improving Employee dalam Pelaksanaan Posyandu di Kecamatan
Performance in KFC Jember. Research, 3, Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2011.
1–22. Semarang : http://jurnal.unimus.ac.id.
Christalisana, C. (2018). The Influence of Experience Patimah, S., Darlis, I., Nukman, & Nurlinda,
and Human Resources Character for A. (2020). Peningkatan Kapasitas Kader
Construction Management Consultant Kesehatan dalam Upaya Pencegahan
through the Working Quality in Project at Stunting di Desa Mangki Kecamatan
Pandeglang District, 7(1), 87–98 Cempa Kabupaten Pinrang. Jurnal Dedikasi
Elfrianto. (2016). Manajemen Pelatihan Sumber Masyarakat, 3(2), 113–119.
Daya Manusia Dalam Meningkatkan Mutu Rahmawati, R., Hariati, N. W., Nurcahyani, I. D.,
Lulusan. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan & Wahyuni, F. (2019). Penyuluhan Dan
Dan Ilmu Sosial, 2(2), 46–58. Pelatihan Kader Posyandu Sebagai Upaya
Fatma, Yusran. (2012). Peningkatan Pengetahuan Peningkatan Wawasan Pelayanan Gizi
dan Keterampilan Kader Posbindu dalam Bagi Masyarakat. JMM (Jurnal Masyarakat
Pengukuran Tinggi Badan Prediksi Lansia, Mandiri), 2(1), 29.
Penyuluhan Gizi Seimbang dan Hipertensi Retnaningsih, R. (2016). Hubungan Pengetahuan
Studi di Kecamatan Grogol Petamburan, Dan Sikap Tentang Alat Pelindung Telinga
Jakarta Barat Departemen Gizi Kesmas FKM- Dengan Penggunaannya Pada Pekerja Di
UI Depok 16424. Telp./Fax: 62-21-7863501 Pt. X. Journal of Industrial Hygiene and
Email: ffatmah@yahoo.com VolumeVolume Occupational Health, 1(1), 67.
46, Nomor 1, Tahun 2012. Ruaida, N., Soumokil, O., Lestaluhu, S. A., & Maluku,

176
Intan Naomi, Irwan Budiono / Pengaruh Pelatihan Antropometri / IJPHN (2) (2) (2022)

P. K. (2015). Peningkatan Kemampuan Antropometri pada Kader Posyandu Lansia


Penilaian Status Gizi, 1(2), 64–69. di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar.
Rusmini. (2018). Dasar dan jenis ilmu pengetahuan. Jurnal Abdidas, 1(6), 603–6
Edu-Bio, 5, 79–94. Sri, Handayani. (2017). Upaya Meningkatkan
Saepuddin, E., Rizal, E., & Rusmana, A. (2018). Kemampuan Kognitif Dalam
Posyandu Roles as Mothers and Child Health Memperkenalkan Konsep Pengukuran Anak
Information Center. Record and Library Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran.
Journal, 3(2), 201. http ://jurnal.unimus.ac.id. Semarang.
Salamah, N., & Sulistyani, N. (2018). Pelatihan Peran Suci, Liena. (2020). Seminar Nasional Hasil
Serta Kader Posyandu Dalam Pemberian Pengabdian kepada Masyarakat; e-ISSN:
Edukasi Kepada Masyarakat. Jurnal 2686-2964, (November), 379–3888.
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Wayan, N., & Ekayanthi, D. (2016).
Kepada Masyarakat, 2(2), 249. Menginterpretasikan Hasil Penimbangan
Sari, Y., Nurwati, I., Setyawan, S., Mutmainah, & pada Kartu Menuju Sehat ( Status N dan T)
Haryati, S. (2020). Pelatihan Pemeriksaan di Kota Bogor, 2(02).

177

Anda mungkin juga menyukai