ABSTRAK
ALIYA NURARIFA SAADAH. Pengaruh Pelatihan Gizi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Motivasi Kader Posyandu di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penelitian gizi terhadap pengetahuan,
sikap, dan motivasi kader Posyandu di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan desain
eksperimental dengan one group pre-post test.. Subjek dalam penelitian ini adalah 74 kader
Posyandu yang mengikuti pelatihan gizi. Penelitian dilakukan pada Juli 2019 di desa lokasi khusus
stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader sebelum pelatihan tergolong
kurang (68.9%) dengan subjek yang memiliki pengetahuan baik hanya 2.7%. Sikap dan motivasi
kader sebelum pelatihan tergolong baik dengan persentase 98.6% dan 68.8%. Pengetahuan, sikap,
dan motivasi kader setelah diberikan pelatihan mengalami peningkatan. Kader dengan
pengetahuan baik meningkat menjadi 13.5%. Sikap dan motivasi kader tergolong baik dengan
persentase 100% dan 75.7% setelah pelatihan. Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa
pelatihan berpengaruh secara signifikan (p<0.05) terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi kader
Posyandu. Karakteristik kader yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan adalah
jenis kelamin, usia, dan pekerjaan (p<0.05).
ABSTRACT
The objective of this study was to analyze the effect of nutrition training in knowledge,
attitude, and motivation of Posyandu cadres in Karawang District. This study used an experimental
research with one group pre-post test. The subject in this study were 74 Posyandu cadres who
participated in nutrition training. This research was conducted on July 2019 in stunting specific
location villages. The result showed that the knowledge of cadres before being given training was
in the less category (68.9%). Attitude and motivation of cadres before being given training was
classified as good with a percentage of 98.6% and 68.8%. Knowledge, attitude, and motivation of
cadres has increased after training. Cadres with good knowledge increased to 13.5%. Attitude and
motivation of cadres are good with a percentage of 100% and 75.7% after training. Paired sample
t-test result showed that nutrition training had significant effect (p<0.05) in knowledge, attitude,
and motivation of Posyandu cadres. Characteristics of cadres which have significant correlalation
with knowledge are sex, age, and occupation (p<0.05).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan gizi
terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi kader Posyandu di desa lokus
penanganan stunting Kabupaten Karawang.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik kader Posyandu
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi kader Posyandu
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik kader dengan pengetahuan, sikap,
dan motivasi kader Posyandu
4. Menganalisis pengaruh pelatihan gizi terhadap pengetahuan, sikap, dan
motivasi kader Posyandu
5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan motivasi kader
Posyandu.
2
METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah kader Posyandu yang menjadi peserta
pelatihan gizi. Teknik pengambilan subjek yang digunakan yaitu purposive
sampling dengan kriteria (1) kader aktif Posyandu di Kabupaten Karawang (2)
dapat membaca dan menulis dengan baik (3) mengikuti pelatihan gizi di masing-
masing desa (4) Mengisi kuesioner pre test dan post test subjek dengan lengkap.
Total subjek yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 74 kader.
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer diperoleh dari
kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden. Metode pengisian kuisioner
menggunakan self-administered questionnare dengan arahan dari peneliti. Data
yang dikumpulkan berupa data karakteristik subjek dan pengalaman selama
menjadi kader. Karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, dan pengalaman. Data primer lainnya berupa
pertanyaan terbuka terkait pelatihan yang pernah diikuti, serta manfaat dan
hambatan yang dirasakan saat menjadi kader.
Karakteristik subjek yang diteliti dan dijadikan varibel meliputi jenis kelamin,
usia, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, dan pengalaman menjadi kader.
Jumlah subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 74 subjek dengan sebaran
karakteristik yang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik
Karakteristik Subjek Frekuensi Persentase
n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 27 36.5
Perempuan 47 63.5
Usia 39.88 ± 11.04*
20-35 tahun 30 40.5
36-45 tahun 22 29.7
46-55 tahun 16 21.6
>55 tahun 6 8.1
Pendidikan terakhir
SD 34 45.9
SMP 20 27.0
SMA 19 25.7
Perguruan Tinggi 1 1.4
Status Perkawinan
Lajang 6 8.1
Kawin 68 91.9
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 48 64.5
Pedagang 3 4.1
Buruh 15 20.3
Pegawai 3 4.1
Pensiun 1 1.4
Lainnya 4 5.5
Pengalaman 3.52 ± 2.32*
≤5 tahun 66 89.1
>5 tahun 8 10.9
Total Subjek 74 100
Distribusi subjek tergolong beragam untuk setiap karakteristiknya. Subjek
laki-laki dan perempuan berturut-turut adalah 36.5% dan 63.5%. Perempuan pada
umumnya lebih banyak yang menjadi kader. Menurut Purwadi (2013) perempuan
4
lebih banyak memanfaatkan fungsi Posyandu karena lebih peka terhadap isu
kesehatan. Rentang usia subjek dibagi menjadi empat kategori seperti yang tertera
pada tabel 1. Sebagian besar subjek berusia 20-35 tahun dengan persentase 40.5%
dari 74 subjek. Usia subjek termasuk dalam usia produktif sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan peran dan kinerja sebagai kader Posyandu (Simanjuntak
2012). Karakteristik lain yang dapat menentukan kualitas kader adalah tingkat
pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap berbagai hal (Yanti et al. 2016). Sebanyak 45.9% subjek
merupakan lulusan SD. Sebagian besar subjek (91.9) telah menikah dan berumah
tangga. Menurut Pinem (2010) status perkawinan kader dapat mendukung
keaktifan kader dalam menjalankan tugasnya. Pekerjaan subjek didominasi oleh
ibu rumah tangga sebesar 64.5%. Kader Posyandu yang bekerja sebagai IRT
cenderung menjadi kader aktif (Adriani 2011). Karakteristik pengalaman
ditentukan berdasarkan lama subjek menjadi kader Posyandu. Subjek yang
memiliki pengalaman kurang dari lima tahun berjumlah 89.1%. Lama menjadi
kader Posyandu dapat menentukan pengetahuan karena dipengaruhi pengalaman
dan informasi yang didapatkan (Sandiyani 2011).
yang memiliki signifikansi dengan motivasi kader Posyandu. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Simanjuntak (2012) bahwa karakteristik internal kader tidak
berpengaruh terhadap kinerja kader. Kinerja kader dapat timbul dari motivasi
yang ia miliki. Motivasi terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri
sendiri (Putri 2016), sehingga wajar bila karakteristik subjek tidak berpengaruh
nyata pada motivasinya.
Simpulan
Saran
Pelaksanaan pelatihan gizi akan lebih baik dilakukan secara rutin untuk
seluruh kader Posyandu dengan pelaksanaan pre test dan post test. Kader
sebaiknya diberikan modul materi pelatihan agar dapat belajar secara mandiri. Hal
ini penting agar kader mendapatkan penyegaran informasi dan keterampilan
sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja kader. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah pengondisian subjek saat pengambilan data dengan
memastikan kelengkapan pengisian kuesioner dan data subjek serta memastikan
keikutsertaan subjek pada seluruh rangkaian agenda pelatihan. Variabel subjek
dapat ditambahkan dengan keterampilan kader dalam melakukan tugasnya secara
spesifik, seperti melakukan penimbangan dan pengukuran anak serta pembuatan
laporan SKDN.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani RA. 2011. Faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu
dalam menunjang keberhasilan pencapaian tingkat partisipasi masyarakat
(D/S) [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Alatas SS, Linuwih S. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis
kapitis dengan karakteristik demografi santri pesantren x, Jakarta Timur.
eJKI. 1(1): 53-57.
[Bappenas] Badan Pembangunan Nasional. 2018. 160 Kabupaten/Kota Prioritas
dengan Masing-Masing 10 Desa untuk Penanganan Stunting (Kerdil).
Jakarta (ID): Kementerian PPN.
Dalyono M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Fatusi AO, Ijadunola KT, Ojofeitimi EO, Odumabo AO, Adewuyi AA, Akinyemi
A, Omideyi AK, Aderounmo AO. 2004. The influence of
sociodemographic factors on awareness, knowledge, and attitude toward
andropause among health professionals in Ile-Ife, Nigeria. J. The Aging
Male. 7(4): 269-279.
Iswarawanti DN. 2010. Kader posyandu: peranan dan tantangan
pemberdayaannya dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 13(1): 169-173.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2018. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI.
11
Khomsan A, Anwar F, dan Mudjajanto ES. 2009. Pengetahuan, sikap, dan praktek
gizi ibu peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan. 4(1): 33-41.
Kusumawardani AS. 2017. Hubungan sikap dan motivasi kerja dengan kinerja
kader Posyandu [skripsi]. Bogot (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lim KK, Teh CC. 2012. A cross sectional study of public knowledge and attitude
towards antibiotics in Putrajaya, Malaysia. South Med Rev. 5(2): 26-33.
Maryati H, Bhakti DS, Dwiningtyas M. 2013. Gambaran fungsi kognitif pada
lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. J.
Metabolisme. 2(2): 1-5.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Pinem H. Faktor-faktot yang mempengaruhi keaktifan kader Posyandu dalam
usaha perbaikan gizi keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa-NAD [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Purwadi H, Hadi H, Hasan MN. 2013. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
Posyandu lansia di Imogiri Kabupaten Bantul. JNKI. 1(3): 76-81.
Putri ZH. 2016. Hubungan pengetahuan dan motivasi kader Posyandu dengan
kepatuhan pengisian KMS balita di Desa Pucangan dan Kelurahan
Kartasura [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sandiyani RA. 2011. Lama menjadi kader, frekuensi pelatihan, pengetahuan gizi,
dan sikap kader Posyandu dengan perilaku penyampaian informasi tentang
pesan gizi seimbang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Setyowati R. 2015. Hubungan pendidikan dan pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2014. Medisina J. Keperawatan dan Kesehatan. 1(1): 1-13.
Simanjuntak M. 2012. Karakteristik sosial demografi dan faktor pendorong
peningkatan kinerja kader Posyandu. JWEM STIE Mikroskill. 2(1): 49-58.
Sunguya BF, Poudel KC, Mlunde LB, Urassa DP, Yasuoka J, Jimba M. 2013.
Nutrition training improves health workers’ nutrition knowledge and
competence to manage child undernutrition: a systematic review. 2013.
Front Public Health. 1(37): 1-21.
[TNP2K] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100
Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta
(ID): Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
Wardani NI, Rejeki DS, Masfiah S. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang thalassaemia di
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. J. Kesmas Indonesia. 6(3):
194-206.
Wijaya IMK. 2013. Pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap keaktifan kader
dalam pengendalian tuberkulosis. J. Kemas. 8(2): 137-144.
Yanti SV, Hasballah K, Mulyadi. 2016. Studi komparatif kinerja kader Posyandu.
J. Keperawatan. 4(2): 1-11.