Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR

PENGARUH PELATIHAN GIZI TERHADAP


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI KADER
POSYANDU DI KABUPATEN KARAWANG

Pemrasaran : Aliya Nurarifa Saadah


NIM : I14150083
Pembimbing : Prof. Dr. Ikeu Tanziha, MS
Pemandu : Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MSi
Pembahas : 1. Syarafina Sabila Iman I14160019
2. Erika Siahaan I14160029
3. Rahma Safitri I14160056
4. Raisa Adila Sopiani I14160079
Hari, Tanggal : Rabu, 12 Februari 2020
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang Seminar (R300) Lantai III
Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
1
1

PENGARUH PELATIHAN GIZI TERHADAP


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI KADER
POSYANDU DI KABUPATEN KARAWANG

(The Influence of Nutrition Training toward Knowledge, Attitude, and Motivation


of Posyandu Cadres in Karawang District)
Aliya Nurarifa Saadah1, Ikeu Tanziha2
1 Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680
2 Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680

ABSTRAK

ALIYA NURARIFA SAADAH. Pengaruh Pelatihan Gizi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Motivasi Kader Posyandu di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh penelitian gizi terhadap pengetahuan,
sikap, dan motivasi kader Posyandu di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan desain
eksperimental dengan one group pre-post test.. Subjek dalam penelitian ini adalah 74 kader
Posyandu yang mengikuti pelatihan gizi. Penelitian dilakukan pada Juli 2019 di desa lokasi khusus
stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader sebelum pelatihan tergolong
kurang (68.9%) dengan subjek yang memiliki pengetahuan baik hanya 2.7%. Sikap dan motivasi
kader sebelum pelatihan tergolong baik dengan persentase 98.6% dan 68.8%. Pengetahuan, sikap,
dan motivasi kader setelah diberikan pelatihan mengalami peningkatan. Kader dengan
pengetahuan baik meningkat menjadi 13.5%. Sikap dan motivasi kader tergolong baik dengan
persentase 100% dan 75.7% setelah pelatihan. Hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa
pelatihan berpengaruh secara signifikan (p<0.05) terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi kader
Posyandu. Karakteristik kader yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan adalah
jenis kelamin, usia, dan pekerjaan (p<0.05).

Kata kunci: kader posyandu, pelatihan gizi, pengetahuan, sikap, motivasi

ABSTRACT

ALIYA NURARIFA SAADAH. The Influence of Nutrition Training towards Knowledge,


Attitude, and Motivation of Posyandu Cadres in Karawang District. Supervised by IKEU
TANZIHA.

The objective of this study was to analyze the effect of nutrition training in knowledge,
attitude, and motivation of Posyandu cadres in Karawang District. This study used an experimental
research with one group pre-post test. The subject in this study were 74 Posyandu cadres who
participated in nutrition training. This research was conducted on July 2019 in stunting specific
location villages. The result showed that the knowledge of cadres before being given training was
in the less category (68.9%). Attitude and motivation of cadres before being given training was
classified as good with a percentage of 98.6% and 68.8%. Knowledge, attitude, and motivation of
cadres has increased after training. Cadres with good knowledge increased to 13.5%. Attitude and
motivation of cadres are good with a percentage of 100% and 75.7% after training. Paired sample
t-test result showed that nutrition training had significant effect (p<0.05) in knowledge, attitude,
and motivation of Posyandu cadres. Characteristics of cadres which have significant correlalation
with knowledge are sex, age, and occupation (p<0.05).

Keywords: posyandu cadres, nutrition training, knowledge, attitude, motivation


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan gizi balita di Indonesia masih menjadi fokus lembaga


kesehatan untuk diselesaikan. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita
Indonesia mencapai 17.7% sedangkan prevalensi balita pendek dan sangat pendek
masih tergolong tinggi yaitu sebesar 30.8% (Kemenkes 2018). Banyak program
pemerintah yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi permasalahan gizi,
salah satunya adalah intervensi penurunan stunting terintegrasi yang dilaksanakan
oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki kasus stunting tertinggi
adalah Kabupaten Karawang yang tercatat dalam 100 Kabupaten/Kota Prioritas
Pencegahan dan Penanggulangan Stunting (TNP2K 2017). Prevalensi stunting di
Kabupaten Karawang sebesar 34.8% (Bappenas 2018). Pemerintah melalui
kerjasama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Departemen Gizi
Masyarakat IPB melakukan berbagai program intervensi pada desa lokasi khusus
(lokus) di kabupaten dan kota prioritas stunting. Salah satu program yang
ditujukan kepada kader Posyandu adalah pelatihan penyegaran kader. Pelatihan
berupa penyampaian materi terkait 1000 HPK, stunting, SKDN, dan pemantauan
tumbuh kembang balita. Selain penyampaian materi, dilakukan pula praktikum
agar kader dapat mengaplikasikan materi yang didapat. Penelitian pengaruh
pelatihan gizi terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi kader posyandu perlu
dilakukan agar menjadi bahan evaluasi terhadap program sekaligus tolak ukur
kualitas kader Posyandu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tersebut agar dapat memberi manfaat bagi keberlanjutan Posyandu
dalam membantu meningkatkan kualitas kadernya.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan gizi
terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi kader Posyandu di desa lokus
penanganan stunting Kabupaten Karawang.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik kader Posyandu
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi kader Posyandu
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik kader dengan pengetahuan, sikap,
dan motivasi kader Posyandu
4. Menganalisis pengaruh pelatihan gizi terhadap pengetahuan, sikap, dan
motivasi kader Posyandu
5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan motivasi kader
Posyandu.
2

METODE

Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi ekperimental dalam one group


pre-post test dengan intervensi berupa pelatihan gizi hasil kerjasama antara
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli 2019 bertempat lokus stunting di desa di Kabupaten Karawang.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah kader Posyandu yang menjadi peserta
pelatihan gizi. Teknik pengambilan subjek yang digunakan yaitu purposive
sampling dengan kriteria (1) kader aktif Posyandu di Kabupaten Karawang (2)
dapat membaca dan menulis dengan baik (3) mengikuti pelatihan gizi di masing-
masing desa (4) Mengisi kuesioner pre test dan post test subjek dengan lengkap.
Total subjek yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 74 kader.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer diperoleh dari
kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden. Metode pengisian kuisioner
menggunakan self-administered questionnare dengan arahan dari peneliti. Data
yang dikumpulkan berupa data karakteristik subjek dan pengalaman selama
menjadi kader. Karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, dan pengalaman. Data primer lainnya berupa
pertanyaan terbuka terkait pelatihan yang pernah diikuti, serta manfaat dan
hambatan yang dirasakan saat menjadi kader.

Pengolahan dan Analisa Data


Data yang diperoleh dalam bentuk kuisioner diolah menggunakan aplikasi
Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0. Urutan langkah yang dilakukan sebelum
mengolah data adalah entry, coding, cleaning, dan pengelompokkan data,
kemudian analisis data. Data mengenai karakteristik ditabulasi dan dianalisis
secara deskriptif. Data penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan
memberi skor pada setiap komponen pertanyaan dari setiap variabel.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat dilakukan unntuk mendeskripsikan karakteristik subjek. Uji
deskriptif dilakukan mengetahui distribusi frekuensi, rata-rata, dan standar
deviasi. Analisis bivariat yang dilakukan adalah uji paired sample t-test. Analisis
bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan setiap variabel sebelum dan
sesudah intervensi. Analisis bivariat lain yang dilakukan adalah uji korelasi rank
Spearman dan Pearson. Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik subjek dengan pengetahuan, sikap, dan motivasi.
3

Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan


dengan sikap dan pengetahuan dengan motivasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kader Posyandu

Karakteristik subjek yang diteliti dan dijadikan varibel meliputi jenis kelamin,
usia, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, dan pengalaman menjadi kader.
Jumlah subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 74 subjek dengan sebaran
karakteristik yang disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik
Karakteristik Subjek Frekuensi Persentase
n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 27 36.5
Perempuan 47 63.5
Usia 39.88 ± 11.04*
20-35 tahun 30 40.5
36-45 tahun 22 29.7
46-55 tahun 16 21.6
>55 tahun 6 8.1
Pendidikan terakhir
SD 34 45.9
SMP 20 27.0
SMA 19 25.7
Perguruan Tinggi 1 1.4
Status Perkawinan
Lajang 6 8.1
Kawin 68 91.9
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 48 64.5
Pedagang 3 4.1
Buruh 15 20.3
Pegawai 3 4.1
Pensiun 1 1.4
Lainnya 4 5.5
Pengalaman 3.52 ± 2.32*
≤5 tahun 66 89.1
>5 tahun 8 10.9
Total Subjek 74 100
Distribusi subjek tergolong beragam untuk setiap karakteristiknya. Subjek
laki-laki dan perempuan berturut-turut adalah 36.5% dan 63.5%. Perempuan pada
umumnya lebih banyak yang menjadi kader. Menurut Purwadi (2013) perempuan
4

lebih banyak memanfaatkan fungsi Posyandu karena lebih peka terhadap isu
kesehatan. Rentang usia subjek dibagi menjadi empat kategori seperti yang tertera
pada tabel 1. Sebagian besar subjek berusia 20-35 tahun dengan persentase 40.5%
dari 74 subjek. Usia subjek termasuk dalam usia produktif sehingga diharapkan
dapat memaksimalkan peran dan kinerja sebagai kader Posyandu (Simanjuntak
2012). Karakteristik lain yang dapat menentukan kualitas kader adalah tingkat
pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap berbagai hal (Yanti et al. 2016). Sebanyak 45.9% subjek
merupakan lulusan SD. Sebagian besar subjek (91.9) telah menikah dan berumah
tangga. Menurut Pinem (2010) status perkawinan kader dapat mendukung
keaktifan kader dalam menjalankan tugasnya. Pekerjaan subjek didominasi oleh
ibu rumah tangga sebesar 64.5%. Kader Posyandu yang bekerja sebagai IRT
cenderung menjadi kader aktif (Adriani 2011). Karakteristik pengalaman
ditentukan berdasarkan lama subjek menjadi kader Posyandu. Subjek yang
memiliki pengalaman kurang dari lima tahun berjumlah 89.1%. Lama menjadi
kader Posyandu dapat menentukan pengetahuan karena dipengaruhi pengalaman
dan informasi yang didapatkan (Sandiyani 2011).

Pengetahuan Kader Posyandu

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan seseorang terhadap objek


tertentu dan menjadi domain penting dalam terbentuknya tindakan (Notoatmodjo
2007). Pengetahuan kader Posyandu merupakan pengetahuan yang dapat
menunjang kompetensi kader Posyandu dalam menjalankan perannya. Berikut
sebaran subjek berdasarkan jawaban benar pada pertanyaan seputar pengetahuan
kader Posyandu pada pre test dan post test.
Tabel 2 Pengetahuan kader Posyandu sebelum dan setelah pelatihan
Persentase Jawaban
No Komponen Pertanyaan Benar (%)
Pre test Post test
1. Pengertian stunting 41.9 64.9
2. Penyebab stunting 79.7 77.0
3. Indikator stunting 52.7 77.0
4. Faktor risiko stunting 18.9 14.9
5. Pengertian 1000 HPK 36.5 63.5
6. Minimal pemeriksaan kehamilan 43.2 62.2
7. Penyebab anemia 52.7 56.8
8. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 66.2 60.8
9. Pengertian kolostrum 73.0 70.3
10. Pengertian ASI eksklusif 75.7 77.0
11. Usia maksimal pemberian ASI 83.8 81.1
12. Usia pemberian MP-ASI pertama kali 82.4 78.4
13. Alat pantau pertumbuhan bayi 70.3 71.6
14. Keterangan warna grafik KMS 43.2 54.1
15. Laporan kegiatan Posyandu 8.1 29.7
16. Indikator kepemilikan KMS pada balok SKDN 28.4 48.6
5

Tabel 2 Pengetahuan kader Posyandu sebelum dan setelah pelatihan (Lanjutan)


Persentase Jawaban
No Komponen Pertanyaan Benar (%)
Pre test Post test
17. Indikator bayi ditimbang pada balok SKDN 14.9 33.8
18. Tindakan untuk bayi T2 33.8 59.5
19. Alat penimbangan bayi baru lahir 58.1 62.2
20. Alat pengukuran panjang badan baduta 25.7 40.5
Seluruh hasil penilaian subjek dikategorikan berdasarkan besarnya skor
yang diperoleh pada sebelum dan setelah pelatihan. Pengkategorian dibagi
menjadi tiga penilaian, yaitu “baik” untuk skor >80, “sedang” untuk skor 60-80,
dan “kurang” untuk skor <60 (Khomsan et al. 2009). Berikut sebaran subjek pada
pre test dan post test pengetahuan.
Tabel 3 Skor pre test dan post test pengetahuan
Pre test Post test
Kategori Penilaian
N % N %
Baik (>80) 2 2.7 10 13.5
Sedang (60-80) 21 28.4 31 41.9
Kurang (<60) 51 68.9 33 44.6
Mean ± SD 49.32 ± 16.35 59.19 ± 20.66
p value 0.002*
*signifikan pada p<0.05
Berdasarkan tabel 3 sebagian besar subjek (68.9%) tergolong memiliki
pengetahuan yang kurang sebelum diberi pelatihan. Subjek cenderung mengalami
peningkatan skor setelah pelatihan. Hasil uji beda menunjukkan nilai p sebesar
0.002 (p<0.05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh
signifikan terhadap pengetahuan subjek setelah mendapatkan pelatihan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Sunguya et al. (2013) terkait pelatihan gizi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi gizi tenaga kerja kesehatan.

Sikap Kader Posyandu

Sikap diartikan sebagai cara bereaksi terhadap suatu perangsang atau


situasi yang dihadapi. Sikap didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma
yang ada di masyarakat dan agama (Poerwodarminto 2003). Sikap gizi dapat
diartikan sebagai kecederungan untuk menyetujui atau tidak menyetujui suatu
pernyataan terkait gizi yang umumnya didasari oleh pengetahuan (Khomsan et al.
2009). Berikut adalah hasil penilaian sikap kader Posyandu berdasarkan jawaban
benar pada pre test dan post test.
Tabel 4 Sikap kader Posyandu sebelum dan setelah pelatihan
Persentase Jawaban
No Komponen Peryataan Benar (%)
Pre test Post test
1. Pemberian ASI eksklusif 87.8 86.5
6

Tabel 4 Sikap kader Posyandu sebelum dan setelah pelatihan (Lanjutan)


Persentase Jawaban
No Komponen Peryataan Benar (%)
Pre test Post test
2. Pengaruh berat badan WUS terhadap bayi 83.8 91.9
3. Pendampingan balita gizi kurang 74.3 81.1
4. Bahaya perokok pada kesehatan keluarga 78.4 78.4
5. Kebutuhan memeriksaan kehamilan ibu hamil 77.0 86.5
6. Porsi makan ibu hamil 87.8 83.8
7. Pentingnya tablet tambah darah 98.6 93.2
8. Pemeriksaan balita bermasalah 29.7 18.9
9. Pemantauan pertumbuhan balita 93.2 91.9
10. Pelaporan balok SKDN 75.7 74.3
11. Pembuatan balok SKDN sesuai ketentuan 77.0 90.5
12. Pengawasan dan evaluasi pembuatan balok SKDN 67.6 83.8
13. Pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 89.2 98.6
14. Indikator partisipasi masyarakat dalam SKDN 68.9 89.2
15. Gizi ibu hamil penentu permasalahan gizi anak 86.5 97.3
16. Pentingnya imunisasi lengkap 91.9 94.6
17. Kepedulian terhadap penyakit infeksi anak 79.7 68.9
18. Faktor utama stunting 39.2 52.7
19. KMS menjadi alat pantau pertumbuhan anak 94.6 98.6
20. Pemantauan grafik KMS dengan penimbangan 98.6 97.3
balita rutin tiap bulan
Seluruh hasil penilaian subjek dikategorikan berdasarkan besarnya skor
yang diperoleh pada sebelum dan setelah pelatihan. Pengkategorian dibagi
menjadi tiga penilaian, yaitu “baik” untuk skor ≥80, “sedang” untuk skor 60-79,
dan “kurang” untuk skor <60 (Khomsan et al. 2009). Berikut sebaran subjek pada
pre test dan post test sikap.
Tabel 5 Skor pre test dan post test sikap
Kategori Penilaian Pre test Post test
N % N %
Baik (≥80) 73 98.6 74 100
Sedang (60-79) 1 1.4 0 0
Kurang (<60) 0 0 0 0
Mean ± SD 93.19 ± 4.98 96.49 ± 2.19
p value 0.000*
*signifikan pada p<0.05
Hampir seluruh subjek memiliki sikap yang baik. Hasil penilaian sebelum
pelatihan menunjukkan bahwa hanya satu subjek yang memiliki nilai sedang,
sedangkan nilai setelah pelatihan menunjukkan bahwa semua subjek memiliki
sikap baik. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek telah menyetujui
pernyataan terkait dengan stunting, 1000 HPK, balok SKDN, KMS, dan
pemantauan pertumbuhan balita dengan baik. Hasil uji beda menunjukkan nilai p
7

sebesar 0.000 (p<0.05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh


signifikan terhadap sikap subjek setelah mendapatkan pelatihan.

Motivasi Kader Posyandu

Motivasi adalah dorongan yang terarah untuk melakukan suatu pekerjaan


(Dalyono 2009). Motivasi didapat dari dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal individu. Iswarawanti (2010) membagi faktor yang mempengaruhi kader
menjadi beberapa hal, yaitu faktor finansial, non finansial, masyarakat, dan tenaga
kesehatan yang berkaitan dengan kader. Berikut adalah sebaran penilaian motivasi
kader Posyandu yang diberikan saat pre test dan post test.
Tabel 6 Motivasi kader Posyandu sebelum dan setelah pelatihan
Persentase Jawaban
No Komponen Pernyataan Benar (%)
Pre test Post test
1. Menjadi kader atas keinginan sendiri 90.5 87.8
2. Senang membantu orang sakit dengan sukarela 97.3 95.9
3. Senang mengikuti penyuluhan kesehatan 93.2 97.3
4. Dibutuhkan lingkungan 89.2 93.2
5. Merasa mampu menerima amanah 82.4 81.1
6. Bekerja jika insentif yang diberikan sesuai 70.3 85.1
7. Tetap mau menjadi kader jika tidak diberi insentif 58.1 67.6
8. Dapat bekerjasama dengan kader lainnya 83.8 98.6
9. Termotivasi karena pelatihan Posyandu 77.0 93.2
10. Merasakan manfaat dari pelatihan Posyandu 86.5 98.6
Jawaban benar pada penilaian motivasi merupakan pernyataan yang
menunjukkan adanya motivasi subjek terkait komponen yang diberikan.
Peningkatan motivasi terbesar ada pada pernyataan nomor 9 terkait motivasi
subjek terhadap pelatihan Posyandu. Penurunan motivasi terbesar ada pada
pernyataan nomor 1 terkait kemauan menjadi kader. Seluruh hasil penilaian
subjek dikategorikan berdasarkan besarnya skor yang diperoleh pada sebelum dan
setelah pelatihan. Berikut sebaran subjek pada pre test dan post test motivasi.
Tabel 7 Skor pre test dan post test motivasi
Kategori Penilaian Pre test Post test
N % N %
Tinggi (≥80) 45 60.8 56 75.7
Sedang (60-79) 20 27 17 23.0
Rendah (<60) 9 12.2 1 1.4
Mean ± SD 82.84 ± 18.10 90.00 ± 12.27
p value 0.006*
*signifikan pada p<0.05
Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa motivasi subjek sebagian besar
memiliki motivasi yang tinggi. Rata-rata skor sebelum dan setelah pelatihan
menunjukkan bahwa subjek memiliki motivasi tinggi. Terjadi peningkatan
8

motivasi setelah diberikan pelatihan. Berdasarkan penelitian Wijaya (2013) kader


dengan motivasi tinggi memiliki kemungkinan 15 kali lebih aktif dibandingkan
kader dengan motivasi rendah. Hasil uji beda menunjukkan nilai p sebesar 0.006
(p<0.05) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh signifikan
terhadap motivasi subjek setelah mendapatkan pelatihan.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Karakteristik Subjek dengan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi


Kader Posyandu

Uji korelasi rank Spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan


karakteristik subjek dengan pengetahuan kader Posyandu. Variabel karakteristik
yang diuji meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan
dan pengalaman.
Tabel 8 Hasil uji korelasi rank Spearman karakteristik subjek dengan pengetahuan
kader Posyandu
Variabel Pengetahuan Sikap Motivasi
R p r p r p
Jenis kelamin -0.548 0.000* -0.209 0.074 -0.078 0.511
Usia -0.280 0.016* -0.129 0.274 -0.081 0.492
Pendidikan 0.330 0.783 0.152 0.195 -0.104 0.377
Status perkawinan -0.012 0.921 -0.036 0.760 -0.055 0.642
Pekerjaan -0.389 0.001* -0.205 0.080 -0.153 0.192
Pengalaman 0.063 0.607 -0.018 0.881 0.171 0.160
*signifikan pada p<0.05
Hasil uji korelasi rank Spearman pada tabel 8 menunjukkan bahwa jenis
kelamin, usia, dan pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap
pengetahuan (p < 0.05). Alatas (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan pengetahuan. Perempuan pada umumnya memiliki
pengetahuan yang lebih baik terkait informasi kesehatan. Usia berhubungan
secara signifikan terhadap pengetahuan dengan korelasi negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin rendah
pengetahuannya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keterbatasan kader berusia lanjut
dalam menyerap informasi baru. Maryati et al. (2013) dalam penelitiannya terkait
gambaran fungsi kognitif pada lansia di Mojokerto menyatakan bahwa 46.7%
lansia mengalami penurunan fungsi kognitif berat seiring bertambahnya usia.
Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Setyowati (2015) yang menyatakan bahwa pekerjaan
dapat mendorong perilaku seseorang dalam menerima informasi.
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman tidak ada variabel karakteristik
yang berpengaruh signifikan dengan sikap kader Posyandu. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Fatusi et al. (2004) tentang pengaruh faktor sosiodemografis
pada kesadaran, pengetahuan, dan sikap terhadap andropause di kalangan tenaga
profesional kesehatan di Ile-Ife, Nigeria. Tidak ada satupun variabel
sosiodemografis yang berpengaruh signifikan terhadap sikap subjek.
Berdasarkan uji korelasi rank Spearman tidak ada variabel karakteristik
9

yang memiliki signifikansi dengan motivasi kader Posyandu. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Simanjuntak (2012) bahwa karakteristik internal kader tidak
berpengaruh terhadap kinerja kader. Kinerja kader dapat timbul dari motivasi
yang ia miliki. Motivasi terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri
sendiri (Putri 2016), sehingga wajar bila karakteristik subjek tidak berpengaruh
nyata pada motivasinya.

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap, dan Motivasi Kader Posyandu

Uji korelasi Pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan


kader Posyandu dengan sikap dan motivasi. Berikut hasil uji korelasi Pearson
antara pengetahuan dengan sikap dan motivasi kader Posyandu.
Tabel 9 Hasil uji korelasi Pearson antara pengetahuan dengan sikap dan
motivasi subjek
Variabel r p
Pengetahuan – Sikap kader Posyandu 0.359 0.002*
Pengetahuan – Motivasi kader Posyandu -0.088 0.454
*signifikan pada p<0.05
Berdasarkan uji korelasi Pearson variabel pengetahuan memiliki hubungan
signifikan dengan sikap kader Posyandu (p<0.05), sedangkan pengetahuan tidak
berhubungan dengan motivasi kader Posyandu. Hal ini sesuai dengan penelitian
Lim dan Teh (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
rata-rata skor pengetahuan dan sikap. Pengetahuan tidak memiliki hubungan
dengan motivasi subjek. Tidak berhubungannya pengetahuan dan motivasi dapat
disebabkan oleh motivasi dari dalam diri kader Posyandu yang cenderung tinggi
karena sifat senang membantu tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki.
Pengaruh dari luar seperti kepercayaan masyarakat dan dukungan suami untuk
melakukan pengabdian merupakan hal yang mendominasi dalam memotivasi
seseorang untuk menjadi kader (Kusumawardani 2017).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kader Posyandu sebagai pelaksana kegiatan menjadi penentu dalam


optimalisasi fungsi Posyadu melayani kesehatan masyarakat, khususnya untuk ibu
dan anak. Masalah dan hambatan yang sering kali dialami oleh kader adalah
kurangnya partisipasi masyarakat dan fasilitas yang tersedia. Peran kader
Posyandu tidak hanya diambil oleh perempuan, laki-laki juga dapat menjadi kader
meskipun pada umumnya lebih banyak perempuan yang menjadi kader. Sebagian
besar kader adalah ibu rumah tangga dengan status kawin berumur di rentang 20-
35 tahun. Tingkat pendidikan kader sebagian besar adalah lulusan SD.
Pengalaman kader rata-rata masih kurang dari lima tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan gizi berpengaruh signifikan
terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan motivasi kader Posyandu di lokus
stunting Kabupaten Karawang. Terdapat peningkatan pengetahuan setelah
10

diberikan pelatihan, namun sebagian besar masih tergolong kurang. Sikap


sebagian besar tergolong baik sebelum diberikan pelatihan, begitupula dengan
motivasi subjek yang sudah tergolong tinggi. Hasil analisis uji korelasi
antarvariabel menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan
terhadap jenis kelamin, usia, dan pekerjaan. Pengetahuan memiliki hubungan
yang signifikan dengan sikap, namun tidak berhubungan dengan motivasi.

Saran

Pelaksanaan pelatihan gizi akan lebih baik dilakukan secara rutin untuk
seluruh kader Posyandu dengan pelaksanaan pre test dan post test. Kader
sebaiknya diberikan modul materi pelatihan agar dapat belajar secara mandiri. Hal
ini penting agar kader mendapatkan penyegaran informasi dan keterampilan
sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja kader. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah pengondisian subjek saat pengambilan data dengan
memastikan kelengkapan pengisian kuesioner dan data subjek serta memastikan
keikutsertaan subjek pada seluruh rangkaian agenda pelatihan. Variabel subjek
dapat ditambahkan dengan keterampilan kader dalam melakukan tugasnya secara
spesifik, seperti melakukan penimbangan dan pengukuran anak serta pembuatan
laporan SKDN.

DAFTAR PUSTAKA
Adriani RA. 2011. Faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu
dalam menunjang keberhasilan pencapaian tingkat partisipasi masyarakat
(D/S) [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Alatas SS, Linuwih S. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis
kapitis dengan karakteristik demografi santri pesantren x, Jakarta Timur.
eJKI. 1(1): 53-57.
[Bappenas] Badan Pembangunan Nasional. 2018. 160 Kabupaten/Kota Prioritas
dengan Masing-Masing 10 Desa untuk Penanganan Stunting (Kerdil).
Jakarta (ID): Kementerian PPN.
Dalyono M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Fatusi AO, Ijadunola KT, Ojofeitimi EO, Odumabo AO, Adewuyi AA, Akinyemi
A, Omideyi AK, Aderounmo AO. 2004. The influence of
sociodemographic factors on awareness, knowledge, and attitude toward
andropause among health professionals in Ile-Ife, Nigeria. J. The Aging
Male. 7(4): 269-279.
Iswarawanti DN. 2010. Kader posyandu: peranan dan tantangan
pemberdayaannya dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 13(1): 169-173.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2018. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI.
11

Khomsan A, Anwar F, dan Mudjajanto ES. 2009. Pengetahuan, sikap, dan praktek
gizi ibu peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan. 4(1): 33-41.
Kusumawardani AS. 2017. Hubungan sikap dan motivasi kerja dengan kinerja
kader Posyandu [skripsi]. Bogot (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lim KK, Teh CC. 2012. A cross sectional study of public knowledge and attitude
towards antibiotics in Putrajaya, Malaysia. South Med Rev. 5(2): 26-33.
Maryati H, Bhakti DS, Dwiningtyas M. 2013. Gambaran fungsi kognitif pada
lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. J.
Metabolisme. 2(2): 1-5.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Pinem H. Faktor-faktot yang mempengaruhi keaktifan kader Posyandu dalam
usaha perbaikan gizi keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa-NAD [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Purwadi H, Hadi H, Hasan MN. 2013. Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
Posyandu lansia di Imogiri Kabupaten Bantul. JNKI. 1(3): 76-81.
Putri ZH. 2016. Hubungan pengetahuan dan motivasi kader Posyandu dengan
kepatuhan pengisian KMS balita di Desa Pucangan dan Kelurahan
Kartasura [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sandiyani RA. 2011. Lama menjadi kader, frekuensi pelatihan, pengetahuan gizi,
dan sikap kader Posyandu dengan perilaku penyampaian informasi tentang
pesan gizi seimbang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Setyowati R. 2015. Hubungan pendidikan dan pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Tahun 2014. Medisina J. Keperawatan dan Kesehatan. 1(1): 1-13.
Simanjuntak M. 2012. Karakteristik sosial demografi dan faktor pendorong
peningkatan kinerja kader Posyandu. JWEM STIE Mikroskill. 2(1): 49-58.
Sunguya BF, Poudel KC, Mlunde LB, Urassa DP, Yasuoka J, Jimba M. 2013.
Nutrition training improves health workers’ nutrition knowledge and
competence to manage child undernutrition: a systematic review. 2013.
Front Public Health. 1(37): 1-21.
[TNP2K] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100
Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta
(ID): Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
Wardani NI, Rejeki DS, Masfiah S. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang thalassaemia di
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. J. Kesmas Indonesia. 6(3):
194-206.
Wijaya IMK. 2013. Pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap keaktifan kader
dalam pengendalian tuberkulosis. J. Kemas. 8(2): 137-144.
Yanti SV, Hasballah K, Mulyadi. 2016. Studi komparatif kinerja kader Posyandu.
J. Keperawatan. 4(2): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai