Oleh:
dr. Wulid Lailah Magfirah
Pendamping Internsip:
dr. Mardiah Alkaff
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian Ossie Happinasari, pada tahun 2016 dengan judul Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar kader Posyandu termasuk kategori aktif
dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Faktor-faktor terhadap keaktifan kader
yaitu pelatihan kader, pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional,
pengetahuan kader dan motivasi kader. Analisis terhadap faktor-faktor tersebut,
diuji secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan keaktifan kader
Posyandu.6
Hasil penelitian Nicolas Tirayoh, dkk, pada tahun 2017 dengan judul
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kema Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara. Hasil
penelitian menunjukkan 88% kader Posyandu termasuk kategori aktif dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu, 65% kader yang pernah mengikuti pelatihan
kader Posyandu, 97% kader posyandu yang memiliki motivasi baik dan 97%
kader posyandu yang mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat. Terdapat
hubungan antara pelatihan dan keaktifan kader posyandu (p=0.003), terdapat
hubungan antara motivasi dan keaktifan kader posyandu (p=0,037 dan terdapat
hubungan antara sarana pendukung dengan keaktifan kader posyandu. Terdapat
Hubungan yang bermakna antara pelatihan kader posyandu, motivasi dan sarana
pengukung dengan keaktifan kader posyandu.7
Hasil penelitian Nila Eriza Sativa, pada tahun 2017 dengan judul Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam Kegiatan
Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Sleman. Hasil : Pendidikan ibu mayoritas
tinggi sebanyak 44 orang (57,1%), mayoritas ibu bekerja sebanyak 50 orang
(64,9%), mayoritas pengetahuan baik dan kurang tentang posyandu sebanyak 26
orang (33,8%), ibu balita mengatakan kader berperan aktif sebanyak 53 orang
(68,8%), mayoritas ibu aktif ke posyandu sebanyak 41 orang (53,2%), mayoritas
ibu memiliki sosial ekonomi tinggi sebanyak 41 orang (51,9%). Pekerjaan,
pengetahuan, peran kader, dan sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan
keaktifan, sedangkan pendidikan tidak berhubungan dengan keaktifan, dengan
nilai p value ≤ 0,05. Kesimpulan : Ada hubungan antara pekerjaan, pengetahuan,
7
peran kader, dan sosial ekonomi dengan keaktifan. Tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan keaktifan.8
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan sosial ekonomi dengan
keaktifan kader. Pada penelitian ini peneliti ingin menkaji tentang pengaruh umur,
pendidikan, pelatihan, insentif, pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga
terhadap keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Juang
Kabupaten Bireuen Tahun 2018.
2.2 Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.9
Posyandu adalah kegiatam kesehatan dasar yang diselenggarakan dari
oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah
kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan dibalai dusun, abalai
kelurahan dan tempat lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat. Posyandu
yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek
pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara
koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatandan program
untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan local
yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.0
Pelaksanaan kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah
mendapatkan pelatihan atau telah dilatih untuk dapat menjadi kader kesehatan
setempat dibawah bimbingan Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM), secara
umum dan petugas kesehatan secara teknis. Kader kesehatan atau posyandu
bersama tokoh masyarakat formal berperan juga dalam mengelola pelaksanaan
posyandu tersebut. Kader posyandu dan tokoh masyarakat bukan hanya
melaksanakan kegiatan dan mengaturnya tetapi justru ia berperan dalam
memahami kondisi dan kebutuhan masyarakat di wilayahnya.9
8
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh dan dimiliki oleh seseorang kader posyandu dengan mendapatkan
sertifikasi kelulusan/ijazah, baik sekolah dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan tinggi. Fungsi pendidikan
adalah sebagai alat pengembangan pribadi, alat pengembangan warga negara, alat
pengembangan kebudayaan, alat pengembangan bangsa. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam
menerima, menyerap dan menerapkan teknologi yang ada sehingga bisa
dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif. Pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.13
c. Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu upaya sistematis untuk mengembangkan
10
yang berdampak pada tidak adanya waktu para kader untuk aktif pada
pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak ada waktu kader mencari informasi
karena kesibukan kader dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol sebagai
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan meja penyuluhan.17
h. Pendapatan
Merupakan jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan
yang dapat dikategorikan dalam penghasilan yang kurang dan cukup yang
nantinya akan berpengaruh dalam memantau tumbuh kembang oleh kader
Posyandu. Adapun cara mengukur pendapatan tersebut dengan melihat nilai
nominal yang diperoleh kemudian dikategorikan sesuai klasifikasi yang telah
ditentukan Biro Pusat Statistik pada tahun 2005 sebagai berikut 1) kurang dari Rp.
500.000,- dinyatakan kurang, 2) Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-
dinyatakan cukup, 3) Lebih dari 2 juta dinyatakan tinggi. Atau menggunakan
standar UMR (Upah Minimum Regional) yang ditetapkan oleh pemerintah
setempat. Pengukuran pendapatan juga dapat dilakukan berdasarkan persepsi
individu berdasarkan pendapatannya selama satu bulan dengan dinyatakan ke 32
dalam persepsi kurang, cukup dan tinggi menurut tingkat kecukupan
kebutuhannya.13
2.3.2 Faktor Pendukung
Faktor yang memungkinkan terlaksananya keinginan. Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
Meliputi ketersediaan sumber daya kesehatan dan keterjangkauan sumber daya
kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, maka bentuk aplikasinya adalah memberdayakan masyarakat agar
mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Sarana
Posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang penyelenggaraan kegiatan
Posyandu seperti tempat atau lokasi yang tetap, dana rutin untuk pemberian
makanan tambahan (PMT), alat-alat yang diperlukan misalnya : dacin, KMS,
meja, kursi, buku register dan lain-lain. Keaktifan seorang kader dalam
melakukan kegiatan di Posyandu dipengaruhi oleh adanya sarana, fasilitas
Posyandu yang memadai.
13
Faktor Predisposisi:
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pelatihan
Pendapatan
Perkawinan
Insentif
Dukungan Keluarga
Faktor Pendorong:
Tenaga Kesehatan
Tokoh masyarakat
Partisipasi masyarakat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kader yang ada di Wilayah Kerja
16
N
n=
1+ N e2
Keterangan :
n = Jumlah minimal sampel
N = Jumlah total sampel
e = Jumlah bias (0,1)
berikut :
30
n=
1+ 30(0,01)
30
= = 23 orang
1,3
sebagai berikut :
Jumlah Populasi
No Desa
Per Desa
1 Siaga 3
2 Delima Emas 4
3 Kartini 1 4
4 Kartini 2 3
5 Tunas Bangsa 3
6 Adinda 3
17
7 Assyfa 3
Jumlah Total 23
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data dikumpulkan sendiri
oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Adapun data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status perkawinan, pelatihan,
insentif, dukungan keluarga dan keaktifan kader.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil dokumentasi oleh pihak
lain, misalnya rekam medik, rekaptulasi nilai, dan lain-lain. pada penelitian ini
yaitu data geografis dan demografis yang didapatkan dari tempat penelitian.
Data Sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah kader di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur yang digunakan untuk
membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh.
3. Data Tersier
Data yang diperoleh dari naskah yang sudah dipublikasikan. Adapun data
tersier dalam penelitian ini data yang diakses oleh peneliti yaitu data dari WHO
dan Kemenkes RI tentang keaktifan kader posyandu.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar yang
diperlukan serta informasi yang lebih tepat dan relevan dengan permasalahan
yang diteliti. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner.
18
pekerjaannya
sebagai kader
Umur
Pendidikan
Pekerjaan Keaktifan Kader Posyandu
Pelatihan
Pendapatan
Perkawinan
Insentif
Dukungan Keluarga
Populasi
Semua Kader Posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Saigon Tahun 2020
sebanyak 30 orang
Sampel
Sebagian Kader Posyandu sebanyak 23 orang
Pengumpulan Data
Analisis Data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Saigon sebelum pandemic COVID-19 didapatkan hasil sebagian besar kader
didominasi oleh kategori umur ≤ 50 tahun, tingkat pendidikan tinggi, tidak
bekerja dengan sebagian besar adalah ibu rumah tangga, total pendapatan per
bulan lebih dari UMP, sudah menikah, mendapatkan pelatihan dengan baik,
merasa kurang puas dengan insentif yang diberikan, mendapat dukungan baik
dari keluarga dan aktif dalam kegiatan posyandu.
5.2 Saran
Beberapa hal yang dapat kami sarankan demi kemajuan dan peningkatan
dari program ini adalah :
5.2.1 Bagi Puskesmas
1. Memaksimalkan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan posyandu berupa
dana, sarana dan prasarana, serta peran aktif petugas kesehatan yang
bertanggungjawab pada kegiatan tersebut.
2. Memaksimalkan pelatihan bagi para kader posyandu agar dapat
memberikan bekal berupa pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan kegiatan posyandu serta membantu upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat.
3. Mengkoordinasikan dengan pemerintah terkait penambahan jumlah
insentif untuk para kader sebagai bentuk apresiasi atas keterlibatan para
kader dalam kegiatan posyandu.
4. Memberikan apresiasi kepada para kader posyandu berupa pembuatan
kartu anggota dan mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan
di puskesmas.