Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

PNEUMONIA NEONATORUM + POLISITEMIA NEONATORU


M + BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU
LAHIR SPONTAN

Disusun oleh
Kristian Wilson
Akbar Taufik
Uray Ria Aprini

Pembimbing
dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS TK II KARTIKA HUSADA
KUBU RAYA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul :

PNEUMONIA NEONATORUM + POLISITEMIA NEONATORUM + BERAT


BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR SPONTAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan kegiatan


Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kesehatan Anak

Pontianak, 4 Januari 2020


Pembimbing, Penyusun,

dr. Hilmi K. Riskawa, Sp.A., M.Kes Kristian Wilson, Akbar Taufik, Ur


ay Ria Aprini

1
LAPORAN KASUS
OLEH : Kristian Wilson, Akbar Taufik, Uray Ria Aprini
PEMBIMBING : dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp. A, M.Kes

PNEUMONIA NEONATORUM + POLISITEMIA NEONATORUM + BERAT


BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR SPONTAN

A. Identitas
By. Ny. E, bayi jenis kelamin perempuan berusia 0 hari dengan nomor
rekam medik 171400, dirawat di ruang Flamboyan Rumah Sakit Tingkat II
Kartika Husada selama 3 hari dari tanggal 25 November 2019 hingga 27 Nov
ember 2019.

B. Keluhan Utama
Sesak Nafas.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Tanggal 25 November 2019 pukul 12.50 WIB lahir seorang bayi pere
mpuan secara Spontan yang disertai dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 34 ja
m. Adapun ketuban yang pecah 10 jam sebelum persalinan berwarna putih
keruh. Bayi langsung menangis, presentasi kepala, ketuban putih keruh, usia
kehamilan 40 minggu. APGAR score bayi yaitu 7 pada menit nol dan 9 pada
menit kelima, berat badan lahir 2300 gram, panjang badan 46 cm, tidak ada
BAK dan BAB spontan.
Saat lahir, bayi langsung menangis dengan pernapasan baik.
Kemudian dilakukan penghangatan serta menjaga jalan napas dengan
dilakukan penghisapan cairan amnion dari mulut dan kedua lubang hidung.
Berikutnya dilakukan pengeringan dan perangsangan pada bayi. Dilakukan
pemeriksaan denyut nadi dan diperoleh hasil >100x/menit. Setelah itu
dilakukan perawatan tali pusat, bayi diselimuti dengan kain agar kehangatan

2
tetap terjaga, kemudian diberikan suntikan vitamin K dan salep mata
gentamincin pada bayi.
Sekitar 30 jam setelah lahir, kaki dan tangan bayi membiru sehingga
kemudian diberikan O2 3 lpm via nasal kanul. muncul tanda distres
pernapasan yaitu napas cepat (laju pernapasan 70 x/menit), dan retraksi pada r
egion subcostal. Napas cepat pada bayi tidak disertai dengan adanya
pernapasan cuping hidung, merintih, atau suara napas tambahan. Namun,
sebelum adanya keluhan napas cepat terdapat kaki dan tangan yang membiru.
Bayi lahir dari seorang ibu dengan riwayat kehamilan G 1P0A0M0.
Selama kehamilan, ibu jarang mengkonsumsi air putih dan tidak ada
mengkonsumsi obat-obatan selain obat penunjang kehamilan oleh dokter
kandungan. Ibu pada awalnya tidak pernah memeriksakan kehamilan, namun
setelah 4 bulan usia kehamilan, ibu memeriksakan kandungannya ke dokter
kandungan. Total kunjungan Antenatal Care (ANC) yaitu 4 kali pada bulan
keempat, keenam, kedelapan dan kesembilan selama kehamilan. Selama
hamil tidak ada ditemukan riwayat demam, riwayat minum jamu selama
hamil, trauma, kencing manis, atau darah tinggi. Tidak ada riwayat alergi atau
kontak dengan hewan peliharaan.
Pendidikan terakhir ayah dan ibu pasien lulus SMA. Ayah pasien
merupakan seorang wiraswasta dan ibu pasien tidak bekerja dan hanya
sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan rata-rata orang tua pasien setiap
bulannya adalah sekitar Rp. 4.000.000,00.

D. Pemeriksaan Fisik (tanggal 25 November 2019, perawatan hari ke-1)


1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Aktivitas : Gerak kurang aktif
Tangis : kurang kuat
Refleks hisap : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Antropometri
a) Berat badan lahir : 2300 gram

3
b) Panjang badan : 46 cm
c) Lingkar kepala : 32.5 cm
d) Lingkar dada : 31 cm
e) Lingkar Perut : 29 cm
4. Tanda Vital
a) Nadi : 145 kali/menit
b) Napas : 55 kali/menit
c) Suhu : 36,2oC
d) Saturasi oksigen : 98%
5. Status Generalis
a. Kepala : Normosefali (+), caput succedaneum (-)
b. Rambut : Rambut berwarna hitam, tipis
c. Mata : Bersih, bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis,
........................ sklera tidak ikterik
d. Hidung : Bentuk baik, tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Mulut : Bentuk baik, tidak ada sianosis, lidah bersih
f. Dada :
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi
2) Palpasi : Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
3) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
4) Auskultasi : Suara napas dasar bronkovesikuler di paru kiri dan
......................kanan, tidak ada ronki, tidak ada wheezing, tidak
......................ada grunting. Bunyi jantung S1 dan S2 reguler,
......................tidak ada gallop, tidak ada murmur.
g. Abdomen :
1) Inspeksi :.Tampak datar, supel, tidak tampak massa, tali
......................pusar terawat.
2) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
3) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
4) Palpasi :.Hepar dan lien tidak teraba massa, cubitan kulit
......................abdomen kembali cepat.

4
h. Anus :.Anus bersih, bentuk normal. Memiliki genitalia
..........................eksterna berjenis laki-laki, tidak ada kelainan pada
..........................genitalia.
i. Ekstremitas :.Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 3
..........................detik, terdapat sianosis pada keempat ekstremitas,
..........................nadi teraba kuat angkat.
6. Ballard Score : 38 (perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu)
a. Kematangan Neuromuskular : 18
1) Sikap :3
2) Sudut pergelangan tangan :3
3) Membaliknya lengan :3
4) Sudut poplitea :3
5) Tanda selempang :3
6) Tumit ke telinga :3
b. Kematangan fisik : 13
1) Kulit :.3 (daerah pucat, retak-retak,
vena jarang)
2) Lanugo : 3 (Menghilang)
3) Lipatan plantar : 3 (Lipatan 2/3 anterior)
4) Payudara :.3.(Areola seperti titik
................................................ tonjolan 1-2 mm)
5) Daun telinga :.3.(Bentuk sempurna,
membalik seketika)
6) Kelamin laki-laki : 3 (Testis di bawah, ruganya
................................................ bagus)
7. Downe Score :0
a. Frekuensi nafas : 0 (<60 x/ menit)
b. Retraksi : 0 (tidak ada retraksi)
c. Sianosis :.0.(tidak ada sianosis)
d. Air entry : 0 (udara masuk)
e. Merintih : 0 (tidak merintih)

5
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap bayi tanggal 25 November 2019 di laboratorium
RS Kartika Husada (14:30)
1. Leukosit : 25.300 /mm3 (Normal : 4.000-30.000 /mm3 )
2. Eritrosit : 5.92 juta/mm3 (Normal : 4,00-6,60 juta/mm3)
3. Hemoglobin : 20.0 g/dl (Normal : 12,5-16,1 g/dl)
4. Hematokrit : 60.1 % (Normal : 33-42%)
5. Trombosit : 326.000 /mm3 (Normal : 150.000-400.000/mm3 )
6. Mean Corpuscular Hemoglobin : 35,3 pg (Normal: 25,0-35,0)
7. Mean Corpuscular Volume : 104.1 fl (Normal: 75,0-100,0)
8. Mean Corpucular Hemoglobin Concentration : 33,9 g/dL (Normal: 31,0-38,0)
9. % Limfosit : 32,1% (Normal : 15-50%)
10. % Granulosit : 46,8% (Normal : 35-80%)
11. Gula darah sewaktu : 64 mg/dL (Normal : 40-60 mg/dL)

F. Diagnosis banding
1. Polisitemia Neonatorum
2. Pneumonia Neonatal
3. Transient Tachypnea of Newborn
4. Respiratory Distress Syndrome
5. Sepsis Neonatorum

G. Diagnosis Kerja
1. Masalah Aktual :
Polisitemia Neonatorum + Respiratory Distress ec Pneumonia Neonatal D
D Transient Tachypnea of Newborn DD Respiratory Distress Syndrome
DD Sepsis Neonatorum

2. Masalah Kumulatif :

6
Term Infant (TI) + Small for Gestational Age (SGA) + presentasi kepala +
ketuban putih keruh + BBL Spontan dengan KPD 34 jam

H. Tatalaksana
1. Injeksi Cefotaxime 2x150 mg Intramuskular (Hari 1)
2. ASI ad libitum
3. Observasi tanda vital
4. Rawat tali pusat
5. Cek DL besok

I. Pemantauan
1. 26 November 2019 (Usia 1 hari, Perawatan hari ke 2)
S : Sesak (+), dinding dada tampak tertinggal, telapak kaki dan telapak ta
ngan berwarna biru. muntah (+), BAB (+), BAK (+)
O:
a. Tanda vital
KU : Gerak kurang aktif, tangis kurang kuat
HR : 165 x/menit
RR : 70 x/menit
T : 36,6oC
SpO2 : 99% dengan O2 3 lpm via NK
b. Berat Badan
Berat badan lahir : 2300 gram
Berat badan sekarang : 2280 gram
c. Status Generalis
Hidung : PCH (-/-)
Mulut : Sianosis (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi subcostal (+)
Paru : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+),wheezing
...........................(-/-), ronki (-/-), grunting (-/-)
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop

7
......................... (-),murmur (-)
Ekstremitas :.Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 3
..........................detik, akrosianosis (+), nadi teraba kuat angkat.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan
sebelumnya.
Downe Score : 3 (sianosis hilang dengan O2, retraksi ringan, freku
ensi nafas 60-80x/menit)

d. Pemeriksaan Darah Lengkap


Pemeriksaan darah lengkap bayi tanggal 26 November 2019 di
laboratorium RS Kartika Husada (14:30)
1. Leukosit : 19.700 /mm3 (Normal : 4.000-30.000
/mm3 )
2. Eritrosit : 5.49 juta/mm3 (Normal : 4,00-6,60
juta/mm3)
3. Hemoglobin : 19.0 g/dl (Normal : 12,5-16,1 g/dl)
4. Hematokrit : 55.8 % (Normal : 33-42%)
5. Trombosit : 301.000 /mm3 (Normal:150.000-
400.000/mm3 )
6. Mean Corpuscular Hemoglobin : 34,7 pg (Normal: 25,0-35,0)
7. Mean Corpuscular Volume : 101.6 fl (Normal: 75,0-100,0)
8. Mean Corpucular Hemoglobin Concentration : 34,1 g/dL (Normal:
31,0-38,0)
9. % Limfosit : 36,3% (Normal : 15-50%)
10. % Granulosit : 49,2% (Normal : 35-80%)
11. Gula darah sewaktu : 123 mg/dL (Normal : 40-60)

A:
1) Masalah Aktual :

8
Polisitemia Neonatorum + Respiratory Distress ec Pneumonia Neona
tal DD Transient Tachypnea of Newborn DD Respiratory Distress
Syndrome DD Sepsis Neonatorum
2) Masalah Kumulatif :
Term Infant (TI) + Small for Gestational Age (SGA) + presentasi
kepala + ketuban putih keruh + BBL Spontan dengan KPD 34 jam

P:
1) O2 2 lpm → 3 lpm nasal kanul
2) Pasang OGT
3) Minum ASI 8x10cc personde
4) IVFD KAEN 4B 10cc/jam
5) Inj. Ampicilin 2x100mg iv (H1)
6) Inj. Gentamicin 1x10mg iv (H1)
7) Inj. Ondansentron 3x0.4mg iv
8) Observasi tanda vital
9) Rawat tali pusat
10) Pro rujuk NICU (perlu CPAP)

2. 27 November 2019 (Usia 2 hari, Perawatan hari ke 3)


S : Bayi minum ASI/SF 8x10 cc habis, Sesak (+), telapak kaki dan telap
ak tangan berwarna biru (-). muntah (-), BAB (+), BAK (+)
O:
a. Tanda vital
KU : Gerak kurang aktif, tangis kurang kuat
HR : 158 x/menit
RR : 62 x/menit
T : 36,6oC
SpO2 : 99% dengan O2 3 lpm via NK
b. Berat Badan
Berat badan lahir : 2300 gram

9
Berat badan sekarang : 2150 gram
c. Status Generalis
Mulut : Sianosis (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
Paru : Suara napas dasar bronkovesikuler (+/+),wheezing
.................... ..... (-/-), ronki (-/-), grunting (-/-)
Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop
......................... (-), murmur (-)
Ekstremitas :.Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 3
................... ...detik, tidak sianosis, nadi teraba kuat angkat.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, sama dengan
sebelumnya.
Downe Score : 2 (Pernapasan 60-80 kali/menit dan sianosis hilang
......................... dengan O2).

A:
1) Masalah Aktual :
Polisitemia Neonatorum + Respiratory Distress ec Pneumonia Neona
tal DD Transient Tachypnea of Newborn DD Respiratory Distress
Syndrome DD Sepsis Neonatorum
2) Masalah Kumulatif :
Term Infant (TI) + Small for Gestational Age (SGA) + presentasi
kepala + ketuban putih keruh + BBL Spontan dengan KPD 34 jam
P:
1) O2 2 lpm → 3 lpm nasal kanul
2) Pasang OGT
3) Minum ASI 8x10cc personde
4) IVFD KAEN 4B 10cc/jam
5) Inj. Ampicilin 2x100mg iv (H1)
6) Inj. Gentamicin 1x10mg iv (H1)
7) Inj. Ondansentron 3x0.4mg iv

10
8) Observasi tanda vital
9) Rawat tali pusat
10) Rujuk NICU (perlu CPAP)

2) Ringkasan
By. Ny. E, berjenis kelamin perempuan, berusia 0 hari dirawat di
ruang Flamboyan Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 3 hari dari
tanggal 25 November 2019 hingga 27 November 2019 dengan diagnosis Poli
sitemia Neonatorum + Respiratory Distress ec Pneumonia Neonatal DD
Transient Tachypnea of Newborn DD Respiratory Distress Syndrome DD
Sepsis Neonatorum mengalami sesak nafas sejak 30 jam setelah lahir.
Keluhan sesak nafas disertai penampakan bibir, jari kaki dan tangan yang
mulai membiru serta tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang sema
kin lama semakin memberat. Sesak nafas pada bayi tidak disertai dengan
adanya pernapasan cuping hidung, merintih, demam atau suara napas
tambahan. Adapun bayi lahir secara spontan disertai Ketuban Pecah Dini (KP
D) 34 jam sebelum bayi lahir.
Hasil pemeriksaan fisik pada perawatan hari ke 2 ditemukan
akrosianosis yang hilang dengan O2 disertai takipnea (laju pernapasan 70
x/menit) dan retraksi ringan pada subcostal sehingga downe score bernilai 3.
Hingga 24 jam berikutnya masih ditemukan takipnea dan sianosis yang hilang
dengan O2 sehingga downe score menjadi 2. Hasil pemeriksaan penunjang
berupa darah lengkap menunjukkan Hb 20.0 g/dl dan Hematokrit 60.1 %
yang mengarah ke polisitemia.
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan yang terjadi setelah 30 jam
setelah lahir. Tatalaksana yang diberikan berupa pemberian oksigen melalui
nasal kanul yang disesuaikan dengan klinis pasien. Terapi lainnya yaitu
pemberian antibiotik berupa injeksi Ampicilin 2x100mg dan Gentamicin
1x10mg secara intravena dan disarankan dirujuk NICU karena diperlukan CP
AP namun keluarga menolak. Setelah dirawat hingga hari ketiga, klinis

11
pasien sedikit membaik namun masih ditemukan takipnea dan sianosis yang
hilang dengan O2 sehingga pemberian oksigen dilanjutkan dan akhirnya
pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas NICU dan CPAP .

3) Pembahasan
Pembahasan pada laporan kasus ini meliputi penegakan diagnosis,
tatalaksana dan komplikasi. Pasien ini lahir spontan dengan KPD 34 jam
berjenis kelamin perempuan. Pasien lahir langsung menangis dengan
presentasi kepala, ketuban putih keruh, usia kehamilan 40 minggu, APGAR
score 7/9 dan tidak menunjukkan adanya gangguan pernapasan saat lahir.
Namun setelah ± 30 jam lahir, kaki dan tangan bayi mulai tampak membiru
lalu disertai napas cepat (laju pernapasan 70 x/menit) dan retraksi pada region
subcostal. Napas cepat pada bayi tidak disertai dengan adanya pernapasan
cuping hidung, merintih, atau suara napas tambahan.
Pasien bayi di atas yang menunjukkan gejala distres pernapasan
tersebut memiliki beberapa diagnosis banding diantaranya Pneumonia
neonatal, Transient Tachypnea of Newborn, dan Respiratory Distress
Syndrome. Penentuan dan penegakan diagnosis pada pasien ini dilakukan
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
semenjak bayi lahir dan diikuti dengan pemantauan selama perawatan.
Pneumonia neonatal merupakan infeksi paru-paru pada bayi baru lahir
yang berasal dari bakteri, virus, jamur atau protozoa. Bayi dapat menderita
pneumonia secara transplasenta, melalui cairan amnion yang terinfeksi,
kolonisasi waktu lahir atau secara nosokomial. Pneumonia perinatan ini
merupakan jenis pneumonia neonatal paling banyak dan didapatkan bayi saat
lahir. Pneumonia dapat melalui transplasenta, melalui cairan ketuban, melalui
kolonisasi saat lahir, atau secara nosokomial. Imaturitas sistem imunitas
neonatus dan anatomi paru yang belum sepenuhnya berkembang secara
sempurna pada neonatus menyebabkan tingginya risiko infeksi pada
neonatus. Silia pada sistem pernapasan yang belum berkembang dan masih

12
rendahnya jumlah makrofag paru menyebabkan penurunan pembersihan
patogen pada sistem pernapasan.3
Manfestasi pada pneumonia neonatal dapat berupa takipnea (laju
pernapasan >60 kali per menit) hingga sulit bernapas, adanya retraksi dada,
batuk dan/atau merintih, demam, serta sianosis. Pada bayi di atas muncul
gejala dan tanda seperti kaki dan tangan bayi mulai tampak membiru lalu
disertai napas cepat (laju pernapasan 70 x/menit) dan retraksi pada region sub
costal 30 jam setelah lahir yang merupakan manifestasi klinis pada pneumoni
a neonatal. Napas cepat pada bayi tidak disertai dengan adanya pernapasan
cuping hidung, merintih, atau suara napas tambahan. Selain itu ditemukan
adanya faktor risiko berupa adanya ketuban pecah dini >18 jam, infeksi
maternal, korioamnionitis dan bayi lahir prematur. Pada kasus di atas, faktor
risiko dari neonatal pneumonia adalah ketuban pecah dini >18 jam (34 jam).
Pada pemeriksaan radiologi ditemukan adanya infiltrat parenkim difus dan
konsolidasi lobaris.3,4 Pada pasien di atas tidak dilakukan pemeriksaan
radiologi. Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang pada pasien ini, didapatkan manifestasi berupa takipnea,
akrosianosis dan adanya faktor risiko berupa ketuban pecah dini, namun tidak
ditemukan adanya risiko infeksi maternal maupun tanda korioamnionitis serta
bayi lahir prematur.1
Pada pasien ini juga dipertimbangkan diagnosis banding Transient
Tachypnea of Newborn (TTN). TTN merupakan gangguan sistem respirasi
sekunder akibat pembersihan cairan paru yang terlambat atau tidak adekuat.
Resorpsi cairan paru yang terlambat akan mengisi ruang udara dan kemudian
berpindah ke jaringan interstitial dan jaringan perivaskular sampai menuju ke
jaringan limfatik atau kapiler. Cairan paru yang berlebih pada kasus TTN
akan menyebabkan penurunan fungsi paru.1
Takipnea sebagai ciri dari TTN terjadi sebagai kompensasi penurunan
pertukaran udara akibat peningkatan cairan paru. Takipnea dapat muncul
kurang dari 72 jam setelah lahir dan menghilang dalam waktu 12 hingga 24
jam berikutnya. Adapun manifestasi klinis pada TTN lainnya dapat berupa

13
merintih, pernapasan cuping hidung dan retraksi intracostal saat atau setelah
lahir hingga 5 hari, hingga munculnya sianosis dengan derajat yang bervariasi
(biasanya ringan dan respons baik dengan oksigen). Biasanya manifestasi
klinis TTN dapat menyerupai Respiratory Distress Syndrome (RDS) dan
pneumonia neonatal.1,2 Pada bayi di atas muncul gejala dan tanda seperti kaki
dan tangan bayi mulai tampak membiru lalu disertai napas cepat (laju
pernapasan 70 x/menit) dan retraksi pada region subcostal 30 jam setelah lahi
r.
Transient Tachypnea of Newborn (TTN) biasanya terdapat pada
neonatus yang hampir cukup bulan atau cukup bulan dengan faktor risiko
berupa bayi laki-laki yang lahir melalui proses sectio caesaria atau dengan
ibu riwayat diabetes atau asma dengan riwayat adanya asifiksia perinatal
sebelumnya. Lahir dengan sectio caesaria merupakan risiko terbesar
terjadinya TTN dikarenakan proses kelahiran per vaginam dapat menginduksi
katekolamin sehingga meningkatkan produksi surfaktan dan transpor sodium
trans-epitelial menyebabkan reabsrobsi cairan pada paru neonatus.1 Faktor
risiko lainnya antara lain proses kelahiran yang panjang, riwayat konsumsi
obat-obatan pada ibu atau adanya sedasi pada ibu, serta riwayat fetal
distress.2,3 Adapun faktor risiko yang dijumpai pada pasien ini tidak ada,
karena bayi lahir secara spontan dan tidak ada faktor risiko lain ibu DM dan
fetal distress, sehingga bayi tidak memiliki risiko untuk mengalami TTN.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan dapat dipertimbangkan ke diagnosis
berupa Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang merupakan jenis distres
pernapasan pada neonatus prematur, atau pada ibu dengan riwayat diabetes.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebabkan karena defisiensi surfaktan
sehingga meningkatkan tegangan permukaan alveolus dan menyebabkan
terjadinya atelektasis dan penurunan volume paru. Manifestasi RDS dapat
berupa takipnea, pernapasan cuping hidung, merintih, retraksi (subcostae,
intercostae atau suprasternal).3 Akan tetapi, berdasarkan faktor risiko dan
patogenesis yang mendasarinya, diagnosis tidak begitu mengarah pada RDS
karena bayi cukup bulan dengan usia kehamilan 40 minggu.

14
Polisitemia didefiniskan sebagai keadaan hematocrit > 65% atau
hemoglobin >22 g/dL. Polisitemia terjadi 2 – 4 % pada bayi baru lahir dan
jarang terjadi pada bayi premature dengan usia kehamilan <34 minggu.
Sebagian besar bayi dengan polisitemia tidak menunjukkan gejala. Ada banya
k tanda-tanda polycythemia, sebagian besar tanda-tandannya tidak spesifik, y
ang dapat meliputi:2
1. Sistem saraf pusat. Kelesuan, hipotonia, lekas marah, gelisah, reflex me
ngisap lemah, muntah, kejang, gemetaran, apnea, kantuk, kaget berlebihan,
tremor, dan kecelakaan serebrovaskular.
2. Kardiovaskular. Bising jantung, gagal jantung kongestif, sianosis, pleth
ora, takikardia, kardiomegali, dan tanda vaskular yang menonjol pada foto
thoraks.
3. Pernafasan. Distres pernapasan, takipnea, dan sianosis.
4. Saluran cerna. Pemberian makan yang buruk, mengisap yang buruk, mu
ntah, dan nekrotikans enterocolitis (NEC).
5. Ginjal. Proteinuria, oliguria, hematuria, trombosis vena ginjal dan penur
unan tingkat filtrasi glomerulus, dan hipertensi sementara.
6. Hematologi. Trombositopenia, hepatosplenomegali, trombosis, dissemin
ated intravascular coagulation (jarang), dan peningkatan jumlah retikulosit.
7. Metabolik. Hipoglikemia (paling umum; 12–40%), hipokalsemia (11%),
dan peningkatan icterus (hiperbilirubinemia).
8. Kulit. Plethora atau ruddiness.
9. Genitourinary (GU). Infark testis atau priapisme (mayoritas idiopatik).2
Pada bayi di atas manifestasi klinis polisitemia yang tergambar lebih
mengarah ke gejala pernapasan antara lain distres pernapasan, takipnea, dan s
ianosis. Adapun hasil lab pada bayi diatas menunjukkan nilai Hb 20.0 g/dl da
n Hematokrit 60.1 % yang mengarah kepada diagnosis polisitemia
asimtomatik. Tatalaksana polisitemia asimtomatik yang bisa diberikan pada
kasus ini adalah observasi ketat dan hidrasi (enteral atau intravena) dengan
pemberian cairan 20–40 mL / kg / hari. Hct sentral harus diperiksa setiap 4-6
jam. Adapun tatalaksana polisitemia pada bayi simptomatik dengan Hct sentr

15
al > 65% adalah dengan partial exchange transfusion (PET) yang masih kontr
oversial. Untuk menghitung volume yang harus ditukar, gunakan formula beri
kut (volume darah = 80 mL / kg):2,3

Terapi pneumonia neonatal yang diberikan pada kasus ini dapat


berupa pemberian antibiotik yaitu kombinasi dari golongan penisilin dan
aminoglikosida. Pemberian terapi antibiotik ini diindikasikan pada bayi baru
lahir dengan early onset pneumonia atau sepsis. Terapi ini telah sesuai dengan
terapi yang diberikan pada pasien yaitu Injeksi Ampicilin 2x100mg iv dan
Injeksi Gentamicin 1x10mg iv. Bayi baru lahir dengan pneumonia
memerlukan terapi suportif disamping terapi antibiotic apapun organisme
penyebabnya. Sebagian besar bayi tidak hanya memerlukan suplementasi
oksigen melalui nasal kanul tetapi juga CPAP dan ventilasi mekanik. Hal ini
sesuai dengan tatalaksana yang diberikan pada pasien yaitu suplementasi O2
2 – 3 lpm via nasal kanul dan merujuk pasien ke RS lain yang memiliki
fasilitas NICU, CPAP dan ventilator mekanik.2,3 Selain itu, diperlukan pula
pemantauan saturasi yang adekuat selama penggunaan oksigen melalui nasal
kanul. Adapun tata laksana suportif lainnya yaitu termoregulasi dan
melanjutkan asupan ASI sangat direkomendasikan sehingga bayi tetap dijaga
kehangatannya dan diberikan minum ASI ad libitum.3,5
Komplikasi pneumonia neonatal yang dapat terjadi pada kasus ini
yaitu berupa prolonged takipnea, gagal napas, pneumotoraks, hingga
hipertensi pulmonal.2 Namun pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi yang telah disebutkan tidak terdapat pada
pasien ini. Adapun komplikasi polisitemia yang dapat terjadi pada kasus ini
antara lain:2
1. Apnea.
2. Hipokalsemia, hipoglikemia, kelainan elektrolit.

16
3. Trombositopenia.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Neurologis. Kejang, stroke, trombosis vena serebral.
6. Vaskular. Vasospasme, gangren perifer.
7. Jantung. Aritmia, gagal jantung kongestif.
8. GI. necrotizing enterocolitis (NEC) Ileus, perforasi usus spontan, atresia
usus.
9. Genitourinary. Gagal ginjal, trombosis vena ginjal, infark testis, priapis
me.
10. Emboli udara.2

1.

17
Daftar Pustaka

1. Dehdashtian M, Aletayeb M, Malakian A, Aramesh MR, Malvandi H.


Clinical course in infants diagnosed with transient tachypnea of newborn: A
clincal trial assessing the role of conservative versus convential
management. Journal of the Chinese Medical Association. 2018; 81: 183-6.
2. Gomella TL, Cunningham DM, Eyal FG, Tuttle DJ. Neonatology :
Management, procedures, on-call problems,diseases and drugs. New York:
McGraw Hill; 2013.
3. Reuter S, Moser C, Baack M. Respiratory Distress in the Newborn.
Pediatrics in Review. 2014; 10(35): 417-29.
4. Nissen MD. Congenital and neonatal pneumonia. Pediatric Respiratory
Reviews. 2007; 8: 1995-203.
5. Steinhorn RH. Evaluation and management of the cyanotic neonate. Clin
Pediatr Emerg Med. 2008; 9(3): 169-75.
6. Pacifici GM, Marchini G. Clinical pharmacology of cefotaxime in neonates
and infants: Effects and pharmacokinetics. Int J Pediatr. 2017; 5(11): 6111-
38.

18

Anda mungkin juga menyukai