Anda di halaman 1dari 21

BAYI BARU LAHIR NORMAL (neonatus aterm)

1. Pengertian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.

2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal.


1) Initial ukuran dan vital sign.
Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
Berat : 2500 – 4000gram.
Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 ‘C.
Rektum : 35,5 – 37,5 ‘C.
Denyut Jantung : 110 – 160 x/m.
Respirasi : 40 – 60 x/m.
2) Kulit.
Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik caseosa dan lanuno
sedikit.
3) Kepala.
Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm, fontanella minor 1
– 2 cm.
4) Leher.
Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala dengan satu
sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan kemampuan sementara waktu untuk
menegakkan kepala. Lingkar kepala OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5) Mata.
Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi.
6) Telinga.
Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.
7) Hidung, tenggorokan, dan mulut.
Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah terletak digaris
tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik.
8) Dada dan paru.
Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama, ujung xipoie
anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat
dangkal atau dalam dan cepat dengan periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring,
bronchovesikuler dan hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret.
9) Punggung dan ekstrimitas.
Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi dan kedua
tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan menapak pada posisi berbaring
telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama
ketahanan terhadap posisi fleksi yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.
10) Jantung.
Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi jantung jelas dan
teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari interkosta ke 4 kiri dan garis
midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
11) Perut.
Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat permukaan vena, ujung
umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal, ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta
iga kanan, ujung lien sepanjang pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam
dengan menekan sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12) Genetalia wanita dan pria.
Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans plenis ditutupi
oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam skrotum, urin terlihat jernih.
13) Rektum.
Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir.
1) Pencegahan hipotermia.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi.
2) Pemenuhan nutrisi.
♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3) Pencegahan aspirasi.
♦ Tehnik menyusui yang baik.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum.
4) Pencegahan infeksi.
♦ Perawatan yang steril.
♦ Personal hygent.
ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BARU LAHIR
1. Biodata.
1) Identitas bayi.
2) Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2) Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3) Riwayat persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan umum.
♦ Kesadaran.
♦ Vital sign.
♦ Antropometri.
2) Kepala.
Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.
3) Mata.
Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
4) Sistem gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah / distensi abdomen,
stomatitis, BAB.
5) Sistem pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas
6) Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1
vena ).
7) Sistem genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
8) Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal / abnormal.
9) Sistem muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
10) Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.

4. Pemeriksaan Fisik.
1) Apgar Score.
2) Frekuensi kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi / normal.
3) Sistem neurologis.
Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
4) Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

5. Pemeriksaan Laboratorium.
1) Sampel darah tali pusat.
2) Jenis ketonuria.
3) Hematokrit.
6. Diagnosa Keperawatan.
1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.
3) Resiko terhadap aspirasi.

7. Tujuan Dan Kriteria.


1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Suhu 36,5 ‘C – 37,2 ‘C.
♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Pernafasan normal.
♦ Sianosis (-).

8. Intervensi Keperawatan.
1) Diagnosa I.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi tiap hari.
♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2) Diagnosa II.
♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦ Jaga personal hygent bayi.
♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
3) Diagnosa III.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara perlahan.
♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.
Daftar Pustaka.

Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI; Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
PENGKAJIAN
1. Identitas Data.
a) Identitas Bayi.
Nama : By. R.
Jenis Kelamin : Perempuan.
No RMK : 51 55 69.
Anak Ke :2
b) Identitas Orang Tua.

Nama ibu : Ny. R.


Umur : 35 th.
Alamat : Jl. Rantauan.
Pendidikan : SPd.
Pekerjaan : Guru SMP.
Agama : Islam.
Nama ayah : Tn. A.
Umur : 36 th.
Alamat : Jl. Rantauan.
Pendidikan : S1 Biologi.
Pekerjaan : Guru SMU.
Agama : Islam.

2. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran.


1) Pre Natal.
Ibu klien mengatakan memeriksakan kehamilan ( ANC ) sebanyak 3 kali di puskesmas ( bulan ke 2,
6, 8 ) ibu mendapatkan imunisasi TT. Tidak ada keluhan atau penyakit yang dirasakan ibu.
2) Intra Natal.
Klien lahir tanggal 05 februari 2004 jam 00.10 dan masa gestasi 42 minggu, status gestasi G2 P2
A0, klien dilahirkan secara spontan dengan posisi belakang kepala yang ditolong oleh bidan Ety N
di RSUD Ulin Banjarmasin.
3) Post Natal.
Keadaan umum saat lahir = bayi tidak langsung menangis, gerak kurang aktif, kulit kemerahan,
ekstrimitas kebiruan dan nilai apgar 5 – 6 – 8 , jenis kelamin wanita, BB = 4100 gram, PB = 52 cm.

3.

Keterangan:
= Laki-laki.
= Perempuan.
= Klien.
4. Kebutuhan Dasar.
1) Status hidrasi dan nutrisi.
Masukan cairan melalui ASI on demand. Refleks hisap menelan bayi baik.
2) Istirahat dan tidur.
Bayi tampak sering mengantuk dan tidur lelap.
3) Personal hygent.
Mandi 2 x/hr, kasa penutup tali pusat selalu diganti setelah mandi.
4) Eliminasi.
Pengeluaran urin dan mekonium ( + ).

5. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan Umum.
Kesadaran compos mentis, TTV: TD : -, HR: 154 x/m, R: 45 x/m, S: 36,8’C.
Pemeriksaan antropometri:
BB: 4100 gram. Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31.
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.

2) Kulit.
Warna kulit kemerahan, turgor kulit baik (kulit kembali kurang dari 3 dtk setelah dicubit), capilary
repailling time (CRT) kurang dari 3 dtk, vernik caseosa sudah dibersihkan, warna kulit tidak
joundis dan sianosis, suhu kulit 36,8 ‘C.
3) Kepala dan Leher.
Tidak terdapat caput dan chepal hematom, tidak terdapat mikrosepal dan hidrosepalus, tidak
terdapat moulage, lingkar kepala OB: 41, OS: 37, OK: 31.
Bentuk kepala dan leher normal.
4) Mata.
Posisi kedua mata simetris, sekret tidak ada, sklera tidak ikterik, reaksi pupil mengecil terhadap
cahaya, konjunctiva tidak anemis, tidak ada strabismus.
5) Hidung.
Tampak simetris, tidak terlihat sekret dan polip, tidak tampak peradangan dan pendarahan
hidung.
6) Telinga.
Struktur telinga kanan dan kiri simetris, tidak terlihat adanya peradangan dan pendarahan dalam
telinga , kebersihan telinga baik.
7) Mulut.
Warna mukosa mulut tampak merah, warna bibir merah, refleks hisap baik, refleks menelan baik,
tidak tampak peradangan dan pendarahan pada gusi.
8) Dada, pernafasan dan sirkulasi.
Frekuensi nafas 45 x/m, pergerakan diding dada tampak simetris, irama pernafasan teratur, tipe
pernafasan dada dan perut, tidak ada batuk produktif, tidak terpasang oksigen, frekuensi nadi =
154 x/m.
9) Abdomen.
Tali pusat terbungkus kasa steril, tidak ada asites pada abdomen, dan tidak teraba pembesaran
hati.
10) Genetalia.
Jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan bentuk vagina, pengeluaran urin dan mekonium ( + ).

11) Ekstrimitas.
Ekstrimitas atas dan bawah tampak simetris, refleks moro ( + ), rooting ( + ), graffs ( + ), tonus
leher ( + ), sucking ( + ), staffing ( + ), babinski ( + ), tidak ada fraktur, gerak aktif.
ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1. DS : Resiko Regulasi suhu


- hipotermi tubuh tak efektif
DO: sekunder
Kesadaran compos mentis. terhadap usia
TTV: TD: - S: 36,8 ‘C.
HR: 154 x/m. R: 45 x/m.
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31
Masa gestasi 42 minggu.
Bayi menangis kuat, gerak aktif.
Warna kulit kemerahan.
Apgar score 5 – 6 – 8.
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)

2. DS : Resiko Peningkatan
- infeksi tali kerentanan bayi
DO: pusat sekunder
Kesadaran compos mentis. terhadap luka
TTV: TD: - S: 36,8 ‘C. terbuka
HR: 154 x/m. R: 45 x/m. (umbilikus)
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31
Pada tali pusat tidak ada kemerahan, bengkak,
nyeri, demam dan gangguan fungsi lokal.
Warna kulit kemerahan.
Apgar score 5 – 6 – 8.
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
Keadaan tali pusat tampak basah dan
berwarna putih segar.
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
( bau, pus, panas, kemerahan ).
Tidak ada pendarahan
Tali pusat terbungkus kasa

PROSES KEPERAWATAN

Perencanaan
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional
1. I Resiko 1) Ukur suhu tubuh bayi baru 1) Mendeteksi penyimpangan
tinggi lahir. suhu tubuh dari rentang
hipotermi 2) Observasi tanda-tanda normal dan suhu tubuh bayi
tidak terjadi hipotermi ( stress, dingin ) baru lahir biasanya
dalam 3 hari seperti pucat, tremor, kulit berfluktuasi dengan cepat
perawatan. dingin, letargi dll. sesuai perubahan suhu
Kriteria 3) Berikan cairan oral dini pada lingkungan.
evaluasi: bayi ASI on demand dan susu. 2) Hipotermi mengakibatkan
1) Suhu tubuh 4) Pertahankan suhu tubuh bayi peningkatan laju penggunaan
bayi dalam dari pernafasan lingkungan. O2 dan distres pernafasan.
batas Mandikan bayi setelah 6 jam Pendinginan juga
normal pertama dengan air hangat mengakibatkan
( 36,5 ‘C – dan tidak terlalu lama, vasokonstriksi perifer ini
37,5 ‘C ) keringkan segera. terlihat kulit menjadi pucat.
2) Tidak Olesi badan bayi dengan 3) Setiap peningkatan 1 ‘C suhu
terdapat minyak telon. tubuh metabolisme dan
tanda-tanda Beri pakaian hangat ( bahu – kebutuhan cairan meningkat
hipotermi popok ). kira-kira 10 %, kegagalan
(stress, Selimuti (bedong) bayi menggantikan kehilangan
dingin) dengan selimut hangat dan cairan selanjutnya
seperti pasang kelambu pada memperberat status hidrasi.
pucat, ranjang. 4) Membantu mengurangi
tremor, kulit Letakkan keranjang bayi kehilangan panas melalui
dingin, dilingkungan yang hangat evaporasi dan konveksi serta
letargi dll tidak ber AC. membatasi stress, akibat
5) Menjaga lingkungan sekitar perpindahan lingkungan dari
dan tubuh bayi agar tetap intrauterus ke ekstruterus.
kering. 5) Mencegah kehilangan panas
Mengganti kain popok yang melalui konduksi, dimana
basah oleh urin dan panas tubuh dipindahkan dari
mekonium sesegera mungkin. kulit bayi baru lahir keobjek/
Membersihkan pantat, benda/permukaan yang lebih
genetalia, lipatan paha dan dingin dari pada kulit bayi
mengeringkan nya kemudian
Resiko ditaburi bedak
tinggi 1) Mencuci tangan yang benar
infeksi tidak
1) Cuci tangan sebelum adalah faktor tunggal yang
terjadi memasuki ruang perawatan paling penting dalam
dalam 3 hari bayi dan ingin memegang melindungi bayi dari infeksi
perawatan bayi. dan meminimalkan introduksi
Kriteria 2) Rawat tali pusat dengan bakteri dan penyebaran
evaluasi: bahan anti septik. infeksi.
2. II1) Suhu tubuh 3) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr.
2) Memelihara dan
bayi dalam 4) Observasi tanda-tanda infeksi mempertahankan kebersihan
batas pada tali pusat. area luka serta mencegah
normal 5) Jaga kebersihan lingkungan terjadinya infeksi.
( 36,5 ‘C – sekitar bayi. 3) Mempertahankan balutan
37,5 ‘C ). 6) Pertahankan pemasukan ASI baru yang bersih guna
2) Tidak on demand. menyerap cairan yang
terdapat 7) Pelihara peralatan individual dikeluarkan oleh tali pusat
tanda-tanda dari bahan-bahan persediaan dan mencegah masuknya
infeksi pada untuk bayi. mikroorganisme kedalam tali
tali pusat
8) Anjurkan menghindari kontak pusat.
( eksudat, dengan anggota keluarga atau 4) Mengetahui secara dini
bau, pengunjung yang mengalami adanya kemungkinan
pendarahan, infeksi atau pain terpajan dari terjadinya infeksi pada tali
basah, pus proses infeksi pusat.
dll ) 5) Membuat suasana/lingkungan
tidak cocok dengan daur
hidup bakteri.
6) Kolostrom dan ASI
mengandung sekretorius IgA
dalam jumlah tinggi yang
memberikan imunitas bentuk
pasif serta makrofag dan
limfosit yang membantu
mengembangkan respons
inflamasi lokal.
7) Membantu mencegah
kontaminasi silang terhadap
bayi melalui kontak langsung
atau infeksi.
8) Karena neonatus lebih rentan
bila dipajankan pada
beberapa infeksi

No Dx Implementasi Evaluasi

1. I Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 S :


WITA) -
1) Mengukur TTV: O :
R: 45 x/m. Pasien tampak merah pada wajah
N: 154 x/m. dan tubuhnya.
S: 36,8 ‘C. A :
2) Mengukur Antropometri. Masalah resiko hipotermi teratasi
BB: 4100 gram. OB: 41 cm. sebagian.
PB: 52 cm. OS: 37 cm. P :
LD: 35 cm. OK: 31 cm. Intervensi diteruskan:
3) Membedong bayi. 1) Observasi TTV terutama suhu
tubuh.
2) Beri pakaian hangat / tebal
(dibedong).
3) Ganti pakaian jika pakaian basah.

S :
2. II Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 -
WITA) O :
1) Mencuci tangan sebelum melakukan Tidak tampak tanda-tanda infeksi
tindakan dan memegang bayi. (pus, bau, basah, pendarahan dan
2) Mengobservasi tanda-tanda infeksi panas).
pada tali pusat bayi. Tali pusat tampak terbungkus kasa
steril.
A :
Masalah resiko infeksi teratasi
sebagian.
P :
Intervensi diteruskan:
1) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr
sesudah mandi.
2) Jaga kebersihan.
3) Lakukan tehnik septik dan anti
septik.

BAYI BARU LAHIR NORMAL

1. Pengertian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.
2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal.
1) Initial ukuran dan vital sign.
Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
Berat : 2500 – 4000gram.
Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 ‘C.
Rektum = 35,5 – 37,5 ‘C.
Denyut Jantung : 110 – 160 x/m.
Respirasi : 40 – 60 x/m.
2) Kulit.
Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik caseosa dan lanuno
sedikit.
3) Kepala.
Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm, fontanella minor 1
– 2 cm.
4) Leher.
Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala dengan satu
sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan kemampuan sementara waktu untuk
menegakkan kepala. Lingkar kepala OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5) Mata.
Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi.
6) Telinga.
Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.

7) Hidung, tenggorokan, dan mulut.


Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah terletak digaris
tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik.
8) Dada dan paru.
Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama, ujung xipoie
anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat
dangkal atau dalam dan cepat dengan periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring,
bronchovesikuler dan hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret.
9) Punggung dan ekstrimitas.
Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi dan kedua
tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan menapak pada posisi berbaring
telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama
ketahanan terhadap posisi fleksi yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.
10) Jantung.
Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi jantung jelas dan
teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari interkosta ke 4 kiri dan garis
midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
11) Perut.
Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat permukaan vena, ujung
umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal, ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta
iga kanan, ujung lien sepanjang pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam
dengan menekan sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12) Genetalia wanita dan pria.
Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans plenis ditutupi
oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam skrotum, urin terlihat jernih.
13) Rektum.
Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir.
1) Pencegahan hipotermia.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi.
2) Pemenuhan nutrisi.
♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3) Pencegahan aspirasi.
♦ Tehnik menyusui yang baik.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum.
4) Pencegahan infeksi.
♦ Perawatan yang steril.
♦ Personal hygent.

ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BARU LAHIR
1. Biodata.
1) Identitas bayi.
2) Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2) Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3) Riwayat persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan umum.
♦ Kesadaran.
♦ Vital sign.
♦ Antropometri.
2) Kepala.
Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.
3) Mata.
Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
4) Sistem gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah / distensi abdomen,
stomatitis, BAB.
5) Sistem pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas
6) Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1
vena ).
7) Sistem genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
8) Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal / abnormal.
9) Sistem muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
10) Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.

4. Pemeriksaan Fisik.
1) Apgar Score.
2) Frekuensi kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi / normal.
3) Sistem neurologis.
Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
4) Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

5. Pemeriksaan Laboratorium.
1) Sampel darah tali pusat.
2) Jenis ketonuria.
3) Hematokrit.

6. Diagnosa Keperawatan.
1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.
3) Resiko terhadap aspirasi.

7. Tujuan Dan Kriteria.


1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Suhu 36,5 ‘C – 37,2 ‘C.
♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Pernafasan normal.
♦ Sianosis (-).

8. Intervensi Keperawatan.
1) Diagnosa I.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi tiap hari.
♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2) Diagnosa II.
♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦ Jaga personal hygent bayi.
♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
3) Diagnosa III.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara perlahan.
♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.

9. Daftar Pustaka.
Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI; Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC

PENGKAJIAN
1. Identitas Data.
a) Identitas Bayi.
Nama : By. R.
Jenis Kelamin : Perempuan.
No RMK : 51 55 69.
Anak Ke :2
b) Identitas Orang Tua.

Nama ibu : Ny. R.


Umur : 35 th.
Alamat : Jl. Rantauan.
Pendidikan : SPd.
Pekerjaan : Guru SMP.
Agama : Islam.
Nama ayah : Tn. A.
Umur : 36 th.
Alamat : Jl. Rantauan.
Pendidikan : S1 Biologi.
Pekerjaan : Guru SMU.
Agama : Islam.

2. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran.


1) Pre Natal.
Ibu klien mengatakan memeriksakan kehamilan ( ANC ) sebanyak 3 kali di puskesmas ( bulan ke 2,
6, 8 ) ibu mendapatkan imunisasi TT. Tidak ada keluhan atau penyakit yang dirasakan ibu.
2) Intra Natal.
Klien lahir tanggal 05 februari 2004 jam 00.10 dan masa gestasi 42 minggu, status gestasi G2 P2
A0, klien dilahirkan secara spontan dengan posisi belakang kepala yang ditolong oleh bidan Ety N
di RSUD Ulin Banjarmasin.
3) Post Natal.
Keadaan umum saat lahir = bayi tidak langsung menangis, gerak kurang aktif, kulit kemerahan,
ekstrimitas kebiruan dan nilai apgar 5 – 6 – 8 , jenis kelamin wanita, BB = 4100 gram, PB = 52 cm.

3. Genogram.

Keterangan:
= Laki-laki.
= Perempuan.
= Klien.

4. Kebutuhan Dasar.
1) Status hidrasi dan nutrisi.
Masukan cairan melalui ASI on demand. Refleks hisap menelan bayi baik.
2) Istirahat dan tidur.
Bayi tampak sering mengantuk dan tidur lelap.
3) Personal hygent.
Mandi 2 x/hr, kasa penutup tali pusat selalu diganti setelah mandi.
4) Eliminasi.
Pengeluaran urin dan mekonium ( + ).
5. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan Umum.
Kesadaran compos mentis, TTV: TD : -, HR: 154 x/m, R: 45 x/m, S: 36,8’C.
Pemeriksaan antropometri:
BB: 4100 gram. Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31.
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.

2) Kulit.
Warna kulit kemerahan, turgor kulit baik (kulit kembali kurang dari 3 dtk setelah dicubit), capilary
repailling time (CRT) kurang dari 3 dtk, vernik caseosa sudah dibersihkan, warna kulit tidak
joundis dan sianosis, suhu kulit 36,8 ‘C.
3) Kepala dan Leher.
Tidak terdapat caput dan chepal hematom, tidak terdapat mikrosepal dan hidrosepalus, tidak
terdapat moulage, lingkar kepala OB: 41, OS: 37, OK: 31.
Bentuk kepala dan leher normal.
4) Mata.
Posisi kedua mata simetris, sekret tidak ada, sklera tidak ikterik, reaksi pupil mengecil terhadap
cahaya, konjunctiva tidak anemis, tidak ada strabismus.
5) Hidung.
Tampak simetris, tidak terlihat sekret dan polip, tidak tampak peradangan dan pendarahan
hidung.
6) Telinga.
Struktur telinga kanan dan kiri simetris, tidak terlihat adanya peradangan dan pendarahan dalam
telinga , kebersihan telinga baik.
7) Mulut.
Warna mukosa mulut tampak merah, warna bibir merah, refleks hisap baik, refleks menelan baik,
tidak tampak peradangan dan pendarahan pada gusi.
8) Dada, pernafasan dan sirkulasi.
Frekuensi nafas 45 x/m, pergerakan diding dada tampak simetris, irama pernafasan teratur, tipe
pernafasan dada dan perut, tidak ada batuk produktif, tidak terpasang oksigen, frekuensi nadi =
154 x/m.
9) Abdomen.
Tali pusat terbungkus kasa steril, tidak ada asites pada abdomen, dan tidak teraba pembesaran
hati.
10) Genetalia.
Jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan bentuk vagina, pengeluaran urin dan mekonium ( + ).

11) Ekstrimitas.
Ekstrimitas atas dan bawah tampak simetris, refleks moro ( + ), rooting ( + ), graffs ( + ), tonus
leher ( + ), sucking ( + ), staffing ( + ), babinski ( + ), tidak ada fraktur, gerak aktif.
ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1. DS : Resiko Regulasi suhu


- hipotermi tubuh tak efektif
DO: sekunder
Kesadaran compos mentis. terhadap usia
TTV: TD: - S: 36,8 ‘C.
HR: 154 x/m. R: 45 x/m.
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31
Masa gestasi 42 minggu.
Bayi menangis kuat, gerak aktif.
Warna kulit kemerahan.
Apgar score 5 – 6 – 8.
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)

2. DS : Resiko Peningkatan
- infeksi tali kerentanan bayi
DO: pusat sekunder
Kesadaran compos mentis. terhadap luka
TTV: TD: - S: 36,8 ‘C. terbuka
HR: 154 x/m. R: 45 x/m. (umbilikus)
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31
Pada tali pusat tidak ada kemerahan, bengkak,
nyeri, demam dan gangguan fungsi lokal.
Warna kulit kemerahan.
Apgar score 5 – 6 – 8.
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
Keadaan tali pusat tampak basah dan
berwarna putih segar.
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat
( bau, pus, panas, kemerahan ).
Tidak ada pendarahan
Tali pusat terbungkus kasa

PROSES KEPERAWATAN

Perencanaan
No Dx
Tujuan Intervensi Rasional
1. I Resiko 1) Ukur suhu tubuh bayi baru 1) Mendeteksi penyimpangan
tinggi lahir. suhu tubuh dari rentang
hipotermi 2) Observasi tanda-tanda normal dan suhu tubuh bayi
tidak terjadi hipotermi ( stress, dingin ) baru lahir biasanya
dalam 3 hari seperti pucat, tremor, kulit berfluktuasi dengan cepat
perawatan. dingin, letargi dll. sesuai perubahan suhu
Kriteria 3) Berikan cairan oral dini pada lingkungan.
evaluasi: bayi ASI on demand dan susu. 2) Hipotermi mengakibatkan
1) Suhu tubuh 4) Pertahankan suhu tubuh bayi peningkatan laju penggunaan
bayi dalam dari pernafasan lingkungan. O2 dan distres pernafasan.
batas Mandikan bayi setelah 6 jam Pendinginan juga
normal pertama dengan air hangat mengakibatkan
( 36,5 ‘C – dan tidak terlalu lama, vasokonstriksi perifer ini
37,5 ‘C ) keringkan segera. terlihat kulit menjadi pucat.
2) Tidak Olesi badan bayi dengan 3) Setiap peningkatan 1 ‘C suhu
terdapat minyak telon. tubuh metabolisme dan
tanda-tanda Beri pakaian hangat ( bahu – kebutuhan cairan meningkat
hipotermi popok ). kira-kira 10 %, kegagalan
(stress, Selimuti (bedong) bayi menggantikan kehilangan
dingin) dengan selimut hangat dan cairan selanjutnya
seperti pasang kelambu pada memperberat status hidrasi.
pucat, ranjang. 4) Membantu mengurangi
tremor, kulit Letakkan keranjang bayi kehilangan panas melalui
dingin, dilingkungan yang hangat evaporasi dan konveksi serta
letargi dll tidak ber AC. membatasi stress, akibat
5) Menjaga lingkungan sekitar perpindahan lingkungan dari
dan tubuh bayi agar tetap intrauterus ke ekstruterus.
kering. 5) Mencegah kehilangan panas
Mengganti kain popok yang melalui konduksi, dimana
basah oleh urin dan panas tubuh dipindahkan dari
mekonium sesegera mungkin. kulit bayi baru lahir keobjek/
Membersihkan pantat, benda/permukaan yang lebih
genetalia, lipatan paha dan dingin dari pada kulit bayi
mengeringkan nya kemudian
Resiko ditaburi bedak
tinggi 1) Mencuci tangan yang benar
infeksi tidak
1) Cuci tangan sebelum adalah faktor tunggal yang
terjadi memasuki ruang perawatan paling penting dalam
dalam 3 hari bayi dan ingin memegang melindungi bayi dari infeksi
perawatan bayi. dan meminimalkan introduksi
Kriteria 2) Rawat tali pusat dengan bakteri dan penyebaran
evaluasi: bahan anti septik. infeksi.
2. II1) Suhu tubuh 3) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr.
2) Memelihara dan
bayi dalam 4) Observasi tanda-tanda infeksi mempertahankan kebersihan
batas pada tali pusat. area luka serta mencegah
normal 5) Jaga kebersihan lingkungan terjadinya infeksi.
( 36,5 ‘C – sekitar bayi. 3) Mempertahankan balutan
37,5 ‘C ). 6) Pertahankan pemasukan ASI baru yang bersih guna
2) Tidak on demand. menyerap cairan yang
terdapat 7) Pelihara peralatan individual dikeluarkan oleh tali pusat
tanda-tanda dari bahan-bahan persediaan dan mencegah masuknya
infeksi pada untuk bayi. mikroorganisme kedalam tali
tali pusat
8) Anjurkan menghindari kontak pusat.
( eksudat, dengan anggota keluarga atau 4) Mengetahui secara dini
bau, pengunjung yang mengalami adanya kemungkinan
pendarahan, infeksi atau pain terpajan dari terjadinya infeksi pada tali
basah, pus proses infeksi pusat.
dll ) 5) Membuat suasana/lingkungan
tidak cocok dengan daur
hidup bakteri.
6) Kolostrom dan ASI
mengandung sekretorius IgA
dalam jumlah tinggi yang
memberikan imunitas bentuk
pasif serta makrofag dan
limfosit yang membantu
mengembangkan respons
inflamasi lokal.
7) Membantu mencegah
kontaminasi silang terhadap
bayi melalui kontak langsung
atau infeksi.
8) Karena neonatus lebih rentan
bila dipajankan pada
beberapa infeksi

Dx Implementasi Evaluasi
No
1. I Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 S :
WITA) -
1) Mengukur TTV: O :
R: 45 x/m. Pasien tampak merah pada wajah
N: 154 x/m. dan tubuhnya.
S: 36,8 ‘C. A :
2) Mengukur Antropometri. Masalah resiko hipotermi teratasi
BB: 4100 gram. OB: 41 cm. sebagian.
PB: 52 cm. OS: 37 cm. P :
LD: 35 cm. OK: 31 cm. Intervensi diteruskan:
3) Membedong bayi. 1) Observasi TTV terutama suhu
tubuh.
2) Beri pakaian hangat / tebal
(dibedong).
3) Ganti pakaian jika pakaian basah.

S :
2. II Kamis, 05 februari 2004. (Pukul 11.00 -
WITA) O :
1) Mencuci tangan sebelum melakukan Tidak tampak tanda-tanda infeksi
tindakan dan memegang bayi. (pus, bau, basah, pendarahan dan
2) Mengobservasi tanda-tanda infeksi panas).
pada tali pusat bayi. Tali pusat tampak terbungkus kasa
steril.
A :
Masalah resiko infeksi teratasi
sebagian.
P :
Intervensi diteruskan:
1) Ganti balutan tali pusat 2 x/hr
sesudah mandi.
2) Jaga kebersihan.
3) Lakukan tehnik septik dan anti
septik.

Anda mungkin juga menyukai