A. Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap
pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi normal.
Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil konsepsi dan
indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan berkualitas. Namun
ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam perjalanan hidupnya
kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan kecermatan dan perhatian
dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal.
Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak tergantung
dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut statistik di negara-
negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal
pasca SC berkisar 4-7%.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik :
3. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu dan
atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan skor ballard
atau dubowitz
E. Penatalaksanaan
Manajemen BBL normal
1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi
pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan
membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai
tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan
sebelum berumur 6 jam.
b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali
pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau
klorampenikol.
5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak
lembab.
6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
F. Pemantauan
Terapi
Pemantauan lain:
2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam untuk
melihat kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermi dan
hipoglikemia serta gangguan nafas.
1. Pengkajian fisik
Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil
namanya?
Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/
Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?
Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?
Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?
Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum,
membelai, mencium atau menimang?
Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?
1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas
banyaknya mukus.
2. resiko infeksi
3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan
dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.
Rencana Keperawatan
Dianogsa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (3140) :
tak efektif b.d tindakan keperawatan
1. Buka jalan nafas
obstruksi jalan nafas selama … X 24 jam,
2. Posisikan klien untuk memak-
: banyaknya mucus. klien diharapkan simalkan ventilasi
mampu menunjukan
3. Identifikasi klien perlunya pema-
Batasan karakteristik : jalan nafas yang paten sangan alat jalan nafas buatan
Dyspuea dengan indicator : 4. Keluarkan sekret dengan suction
Cyanosis 5. Auskultasi suara nafas, catat
Kelainan suara Status Respirasi : adanya suara tambahan
nafas (kracles) Patensi Jalan Nafas
6. Monitor respirasi dan ststus O2
Mata melebar (0410) :
Produksi sputan Pasien tampak Suction Jalan Nafas (3160) :
Gelisah tenang (tidak cemas) 1. Auskultasi suara nafas sebelum
Perubahan RR: 30-60X/menit dan sesudah suctioning
frekwensi dan irama Irama nafas teratur2. Informasikan pada keluarga
nafas Pengeluaran tentang suctioning
sputum pada jalan
3. Berikan O2 dengan menggunakan
nafas nasal untuk memfasilitasi suction
Tidak ada suara nasotracheal
nafas tambahan 4. Gunakan alat yang steril setiap
Warna kulit melakukan tindakan
kemerahan 5. Berikan waktu istirahat pada klien
setelah kateter dikeluarkan dari naso
trakeal
6. Hentikan suction dan berikan O2
jika klien menunjukan bradikadi,
peningkatan saturasi O2, dll.
2.Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi (6540) :
tindakan keperawatan
1. Bersihkan box / incubator setelah
Batasan karakteristik: selama…X 24 jam, dipakai bayi lain
Prosedur invasif pasien diharapkan
2. Pertahankan teknik isolasi bagi
Malnutrisi terhindar dari tanda bayi ber-penyakit menular
dan gejala infeksi
3. Batasi pengunjung
Ketidakadekuatan dengan indicator : 4. Instruksikan pada pengunjung
imun buatan Status Imun (0702) : untuk cuci tangan sebelum dan
RR : 30-60X/menit sesudah berkunjung
Irama napas teratur
5. Gunakan sabun antimikrobia
Suhu 36-37˚ C untuk cuci tangan
Integritas kulit
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah
baik mela-kukan tindakan keperawatan
Integritas nukosa
7. Pakai sarung tangan dan baju
baik sebagai pelindung
Leukosit dalam
8. Pertahankan lingkungan aseptik
batas normal selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line
kontrol dan dressing sesuai
ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.