Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN

KEPERAWATAN BAYI
BARU LAHIR
BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir / new born ( Inggris )


/ neonatus (Latin ) adl:
bayi dari lahir sampai dengan usia 4
minggu, biasanya lahir pada usia
kehamilan 38 minggu sampai 42
minggu(Wong, 2003).
Klasifikasi bayi baru lahir
Karakteristik umum
    Bentuk tubuh dan pengukuran
 Neonatus kelihatan besar pada kepala dan
badannya, tungkai pendek, kecil dan paha
kecil, leher pendek dan goyah, hidung datar,
telapak kaki terlihat janggal dan datar, garis
tangan dan kaki jelas, terdapat bantalan lemak
pada telapak kaki.
 Genetalia walau kecil terlihat melebihi
proporsinya.
 Bayi laki-laki cenderung lebih panjang dan
berat ketimbang bayi perempuan.
IDENTIFIKASI
1. tanda pengenal: Pada alat/ gelang identifikasi harus
tercantum :
1. Nama
2. Tanggal lahir
3. Jenis kelamin
2. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas.
3. Sidik telapak tangan kaki bayi dan sidik jari ibu harus
dicetak di catatan yang tidak mudah hilang.
4. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar
perut dan catat dalam rekam medis.
PENGKAJIAN FISIK BBL

 Untuk menemukan kelainan yang segera memerlukan


pertolongan/tindakan sebagai dasar pemeriksaan
selanjutnya
 Setelah bayi lahir, letakkan bayi diatas kain bersih
dan kering yang disiapkan pada perut ibu.
 Dimulai segera selama menit – menit pertama
kelahiran menggunakan skoring APGAR
 Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir
pada usia 1 menit dan 5 menit. (1952 dr.Virginia
Apgar ).
 Nilai Apgar dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap
resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu
ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan
dibatasi oleh waktu.
 Dari hasil penilaian tsb dpt diketahui keadaan
bayi dgn kriteria sbb :
Nilai APGAR 7 – 10 : Bayi normal
Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia ringan –
sedang
Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat

 Bilanilai APGAR dlm 2 mnt tdk mencapai nilai


7, maka hrs dilakukan tindakan resusitasi lebih
lanjut..
Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
 Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
 BBL 2500 - 4000gram.
b. Panjang badan
 Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar
tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah
menuju bawah kita.
 PB : 48-52cm.
c. Lingkar kepala
 Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita
mengelilingi bagian atas alis LK : 33 - 35 cm.
d.   Lingkar dada
 Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi
kearah depan dan garis putih.
 LD : 30 – 38 cm.
SUHU TUBUH
 Hipotalamus bayi belum sempurna
sehingga suhu belum stabil
terutama terpapar dingin.
 Bayi mempertahankan suhu tubuh
dengan sikap fleksi serta
meningkatkan frekuensi pernafasan
dan aktifitasnya.Kisaran suhu 36,5-
37,5ºc,diperlukan nutrisi dan
pergerakan yang cukup,sehingga
tidak dianjurkan pembedongan yang
terlalu kuat
DENYUT NADI
 Denyut jantung harus diukur dengan cara
auskultasi dan dihitung selama satu menit
penuh
  Pada BBL yang stabil, detak jantung harus
dihitung sesuai jadwal penanganannya
setiap 3-4 jam
  Pada BBL yang tidak stabil, denyutnya
harus dihitung setiap jam
  Denyut jantung normal BBL adalah 120 –
160 kali per menit (bpm) pada posisi
berbaring DENGAN RATA-RATA 140X/MENIT
PERNAFASAN
 Frekuensi nafas normal adalah 40  –60 kali
per menit
 Frekuensi nafas dilakukan dengan
melakukan observasi selama satu menit
penuh.
 Untuk BBL yang stabil, frekuensi nafas
diukur dengan melakukan penghitungan
periodik setiap 3-4 jam.
 ika BBL tidak stabil, hitung frekuensi
pernafasan setiap jam
TEKANAN DARAH
 TD pada BBL sulit diukur
 tekanansistolik rata-rata adalah 80-
60/ 45-40 mmHg pada saat lahir 100/
50 mmHg sampai hari ke sepuluh
 Tekanandarah bisa meningkat saat
menangis dan turun saat tidur.
 Tekanandarah normal bervariasi
menurut umur kehamilan dan usia BBL
 Meraba adanya molase,
sutura, ubun-ubun, kaput,
hematoma, dan trauma
kelahiran.
 Lingkar kepala dilakukan
dengan meletakkan pita
melingkar pada lingkar
oksipito-frontal
 Lingkar
dada, diukur dari dada
kedaerah punggung kembali ke
dada melalui puting susu,.
 Lingkar Lengan Atas, nilai 10-
11cm.
 Mata: perdrhan subconjuctiva,tanda
infeksi
 Hidung : kelainan bawaan
 Mulut

Memeriksa adanya sumbing bibir, sumbing


langitan, gigi kongenital dan lidah
menonjol, refleks hisap dinilai dengan
mengamati bayi pada saat menyusu.
 Leher : hematom sternokleidomastoideus
 Dada : bentuk, p’nafasan,pembesaran
buah dada, bunyi paru
 Abdomen : membuncit (asites,
pembesaran hati, tumor), skafoid (hernia
diafragmatika, atresia esofagi), tali pusat
berdarah
 Kulit : Normal (kemerahan, dilapisi
verniks caseosa, lanugo), elastisitas,
kelainan kulit akibat trauma lahir
(hematoma), hemangioma
 Punggung : kelainan (spina bifida)
 Genetalia : hematoma, kelainan (fimosis,
hipospadia), testis belum turun, labia mayor
menutupi labia minor
 Anus : atresia ani
 Ekstremitas : sindaktili, polidaktili, fraktur
paralisis
Keadaan neuromuskuler :
 Reflek dol eyes
 Reflek kornea
 Reflek glabelar
 Reflek startel
 Reflek rooting (mencari putting susu)
 Reflek sucking (menghisap)
 Reflek gag
 Reflek ekstrusion
 Reflek tonick neck (otot leher)
 Reflek grasping (menggenggam)
 Reflek babinsky (jari kaki membuka)
 Reflek staping (melangkah)
 Reflek morro (memeluk)
 (sucking reflex) Bayi akan melakukan gerakan menghisap
ketika Anda menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi
 (rooting reflex) / refleks mencari : Rooting reflex terjadi
ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya. Bayi memutar kea rah pipi yang di gores,
refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan. Tetapi bias
menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur.
 Refleks leher (tonic neck reflex) Akan terjadi peningkatan
kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika
bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.
 Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping
Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan
mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi,
indikasi syafar berkembang normal – hilang setelah 3-4
bulan
 Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah
suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir
yang terjadi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru
lahir itu melengkungkan punggungnya,
melemparkan kepalanya kebelakang, dan
merentangkan tangan dan kakinya.
 Refleks moro: Bayi mengekstensi dan memfleksi
lengan dalam berespon terhadap suara yang
keras tangan tetap rapat, refleks ini akan
menghilang setelah umur 4 bulan.
 Babinski Reflex . Refleks primitif pada bayi
berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika
bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf
berkembang dengan normal. Hilang di usia 4
bulan.
 Refleks berjalan dan melangkah
(stepping) Jika ibu atau seseorang
menggendong bayi dengan posisi berdiri
dantelapak kakinya menyentuh
permukaan yang keras, ibu/orang
tersebut akanmelihat refleks berjalan,
yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke
depan.
MENANGIS

 Merupakan reaksi pertama yg dilak bayi ketika


lahir
 Merupakan ekspresi (minta perhatian, lapar,
popok basah dll)
 Tangisan bayi yang sehat adl keras
Tersedak
 Lebih sering terjadi jika bayi minum
susu botol
 Jika bayi sering tersedak ada
kemungkinan terdapat kelainan
anatomis

BAK / BAB
 Pada 3 hari pertama BAB bayi berupa
mekonium
 BAK ± 10 -12 x sehari
Melihat ke atas
 BBL hanya bisa membedakan terang & gelap
 Usia 2 bulan penglihatan masih buram
 Usia 4 bulan penglihatan telah jelas
Gumoh/muntah
 Harus dapat membedakan antara gumoh &
muntah
 Kemungkinan bayi kekenyangan
 Muntah terus menerus gangguan
Tidur
 Bayi lebih banyak menghabiskan waktunya utk
tidur ± 18 jam sehari
Tersenyum
 Senyum bayi tidak berarti apa-apa sebelum bayi
bisa melihat
Diagnosa Keperawatan
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus
berlebihan, pengaturan posisi yang tidak memadai
 Risiko terjadinya perubahan suhu tubuh b.d kehilangan
panas ke lingkungan/ perubahan suhu lingkungan
 Resiko infeksi atau inflamasi berhubungan dengan
kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan,
penyakit ibu
 Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan imaturas, kurangnya
pengetahuan orang tua
 Perubahan proses keluarga b.d penambahan anggota
keluarga
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd
mukus berlebihan, pengaturan posisi yang
tidak memadai

 Tujuan: pasien mempertahankan patensi jalan nafas


 Intervensi:
1. Lakukan pengisapan mulut dan nasofaring sesuai kebutuhan
2. Batasi setiap upaya pengisapan sampai 5 detik
3. Posisikan bayi ke samping kanan setelah disusui untuk
mencegah aspirasi
4. Posisiskan bayi terlentang selama tidur untuk mengurangi
risiko sindrom kematian bayi mendadak
5. Ukut tanda tanda vital
6. Periksa adanya distres pernafasan
7. Pasang popok, pakaina dan selimut dengan longgar
Risiko terjadinya perubahan suhu tubuh b.d kehilangan panas ke
lingkungan/ perubahan suhu lingkungan

 Tujuan: pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang stabil


 Intervensi :
1. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
2. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah
penghangat radian atau di dekat ibu
3. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
4. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan
sesuai kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
5. Pertahankan temperatur ruangan antara 24°C-25,5°C dan kelembaban sekitar
40% sampai 50%
6. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi
sebelum mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu
tubuh
7. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
8. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena
area permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
9. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
10. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
Resiko infeksi atau inflamasi berhubungan dengan
kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan, penyakit ibu

 Tujuan: pasien tidak memperlihatkan tanda infeksi


 Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan pada
bayi
2. Kenakan sarung tangan saat akan berhubungan dengan
sekresi tubuh
3. Periksa mata bayi setiap hari mengenai adanya atanda
inflamasi atau keluaran cairan
4. Jaga bayi dari potensial sumber infeksi
5. Bersihkan vulva ke arah posterior untuk mencegah
kontaminasi vaagina dari uretra
6. Jagalah puntung umbilikus tetap bersih dan kering
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua

 Tujuan: pasien akan memperoleh nutrisi maksimal


 Intervensi:
 Kaji kekuatan mengisap
 berikan asupan awal ASI
 Berikan dukungan dan bantuan kepada ibu yang menyusui
dengan ASI
 HINDARI PEMBERIAN AIR ATAU MAKANAN
 Letakan bayi ke samping kanan setelah diberi makan untuk
mencegah terjadinya aspirasi

Anda mungkin juga menyukai