DISUSUN OLEH :
NIM : P17210204181
KELOMPOK : 1 (2D)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Hari :……………………….
Tanggal :……………………….
Mengetahui
Mahasiswa
……………………….
……………………. ………………………..
Kepala Ruangan
…………………..
1. KONSEP DASAR AUB
A. DEFINISI
Abnormal uterus bleeding (AUB) merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus
menstruasi yang dianggap normal. AUB ada dua macam, yaitu AUB organik dan
AUB nonorganik.
Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai
komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-
masalah serviks atau uterus (leiomioma) atau kanker. Namun pola perdarahan
abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual.
(Ralph. C Benson, 2009).
B. ETIOLOGI
- Kehamilan, merupakan penyebab yang paling umum, masalah yang muncul saat
kehamilan dapat menyebabkan perdarahan dari uterus.
- Polip atau mioma pada uterus, adanya massa abnormal pada uterus dapat
menyebabkan perdarahan abnormal pada uterus.
- Ketidakseimbangan hormon, adanya ketidakseimbangan hormon seksual wanita
menjadi penyebab tersering lainnya. Diketahui hormon estrogen dan progesteron
mengatur ketebalan dinding rahim, sehingga adanya ketidakseimbangan kedua
hormon tersebut dapat menyebabkan perdarahan abnormal.
- Penyakit tiroid, infeksi serviks, atau kanker menjadi penyebab lainnya yang jarang
ditemui. Meskipun jarang, wanita harus selalu berhati-hati jika memiliki riwayat
penyakit tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi utama dari perdarahan uterus abnormal adalah absennya stimulasi
endometrium siklik yang timbul dari siklus ovulasi pada wanita tidak hamil
(nonpregnant). Hal tersebut menyebabkan pasien memiliki kadar estrogen non-siklus
yang konstan yang menstimulasi proliferasi endometrium. Proliferasi endometrium
yang tanpa disertai peluruhan endometrium secara periodik menyebabkan
endometrium memiliki suplai darah yang berlebihan.
Ketika jaringan endometrium mengalami peluruhan, resolusi endometrium
selanjutnya menjadi ireguler dan disinkronisasi. Stimulasi kronis oleh kadar estrogen
yang rendah akan mengakibatkan perdarahan uterus abnormal dengan episode
perdarahan ringan dengan frekuensi jarang terjadi. Stimulasi kronis dari kadar
estrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan episode perdarahan berat dengan
frekuensi sering.
D. PATHWAY
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keprawatan
1. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien adalah nama, alamat, jenis kelamin, umur,
status, agama, suku, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, sumber pendapatan, tempat
tinggal sekarang, lama tinggal.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan klien, faktor pencetus, waktu timbulnya keluhan, kondisi yang
memperingan dan memperberat keluhan, upaya yang telah dilakukan klien untuk
mengatasi masalah. Biasanya klien dengan mual dan hipertermi akan mengalami gelisah,
frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
Mengkaji apakah klien pernah mengalami masalah nyeri. Penyakit yang pernah diderita,
riwayat jatuh/kecelakaan, riwayat pemakaian obat, riwayat alergi obat.
Bertanya kepada klien apakah keluarga memiliki riwayat hipertermi dan mual
1. Status fisiologi
b. Pola eliminasi
Mengkaji kebiasaan BAB dan BAK, keluhan saat BAB dan BAK. Menjelaskan pola
fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi dan penggunaan
kateter.
Menggambarkan pola tidur, istirahat, lamanya tidur, kebiasaan tidur, keluhan yang
dialami saat tidur.
d. Pola Aktivitas Istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, kegiatan olahraga, dan kebiasaan mengisi waktu
luang. Biasanya klien mudah lelah dalam melakukan berbagai aktivitas (Wijaya & Putri,
2013).
e. Personal Hygiene
Mengkaji kebiasaan mandi klien, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mencuci rambut,
kebiasaan gunting kuku.
4. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik dapat dilakukan dengan Head to Toe atau persistem. Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain :
1) Kepala
a. Inspeksi : kulit kepala ; lihat apakah ada atau tidak nya lesi, warna
kehitaman/kecoklatan, edema, dan distribusi kulit rambut. Rambut ; distribusi rambut
merata atau tidak, rambut kotor atau bersih, bercabang atau tidak
b. Palpasi : kulit kepala ; raba dan tentukan turgor kulit elastis atau tidak, teksturnya
kasar atau halus, akral dingin/hangat. Rambut ; rambut mudah rontok atau tidak, tekstur
rambut 40 halus atau kasar.
2) Mata
a. Inspeksi : kesimetrisan, warna retina, kelopak mata tampak ada benjolan atau tidak,
reflek kedip baik atau tidak, konjungtiva dan sklera merah atau konjungtivitis, miosis atau
medriasis.
b. Palpasi : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya (tekanan intra okuler) jika ada
peningkatan akan teraba keras, kaji adanya nyeri tekan
3) Hidung
a. Inspeksi : kesimetrisan, kebersihan, mukosa kering atau lembap, adanya peradangan
atau pendarahan atau tidak.
a. Inspeksi : kesimetrisan bibir, warna, adanya lesi atau tidak, karakteristik permukaan
mulut dan lidah. Jumlah gigi, gigi yang karies dan penggunaan gigi palsu. Biasanya klien
degan defisit nutrisi tampak adanya peradangan atau stomatitis, kesulitan mengunyah dan
kesulitan menelan.
b. Palpasi : lidah dan dasar mulut, pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan ada
massa atau tumor, pembengkakan dan nyeri.
5) Telinga
a. Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna telinga, bentuk telinga, kebersihan,
adanya lesi atau tidak.
b. Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
6) Leher
a. Inspeksi : amati bentuk leher, warna kulit, jaringan parut, amati adanya
pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakang dan samping.
b. Palpasi : letakkan tangan pada leher klien, anjurkan klien untuk menelan dan rasakan
adanya kelenjar tiroid.
7) Dada
a. Inspeksi : Pada paru ; amati bentuk dada apakah normal chest, barrel chest, pigeon
chest atau lainnya, apakah tampak adanya retraksi. Inspeksi irama dan frekuensi
pernafasan. Jantung ; inspeksi ekstremitas terhadap tanda ketidakcukupan vena antara lain
trombosis, edema, dan varises vena
d. Auskultasi : paru-paru ; auskultasi mulai dari atas sampai bawah dan membandingkan
hasilnya antara kanan dan kiri. Kaji suara nafas, suara ucapan, dan suara tambahan (rales,
ronchi, wheezing, pleural fiction rub).
8) Payudara
b. Palpasi : kaji adanya nyeri tekan dan benjolan, palpasi pada daerah klavikula terutama
pada area limfe nodi untuk mengethui adanya pembengkakan atau tidak.
9) Abdomen
b. Palpasi : kaji permukaan abdomen, adanya benjolan, pembesaran hepar dan limfa dan
kaji adanya nyeri tekan.
d. Auskultasi : kaji bising usus dengan frekuensi normal 5- 35x/menit dan periksa
karakteristiknya, desiran pada daerah epigastrik dan keempat kuadran.
10) Genetalia
a. Inspeksi : pada pria ; kesimetrisan ukuran skrotum, kebersihan, kaji adanya hemoroid
pada anus. Pada wanita ; kebersihan, karakteristik mons pubis dan labia mayora serta
kesimetrisan labia mayora
b. Palpasi : pada pria ; kaji adanya nyeri tekan, palpasi skrotum dan testis. Pada wanita ;
kaji adanya nyeri tekan
11) Ekstremitas
a. Inspeksi : pada ekstremitas ; kaji warna kuku, jari-jari tangan, terdapat edema atau
tidak. Pada muskuluskeletal ; kaji kekuatan otot ekstremitas dengan melakukan pengujian
kekuatan otot.
b. Palpasi : pada ekstremitas ; permukaan menonjol atau kasar. Pada muskuluskeletal ;
turgor kulit hangat atau dingin.
12) Integumen
a. Inspeksi : kebersihan, warna, kelembapan kulit, adanya gangguan pada kulit, terdapat
lesi atau tidak
5. Data Penunjang
6. Data Fokus
Melakukan pemeriksaan kepada pasien dengan mengkaji TTV dan keluhan pasien
- Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
- Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
- Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI