I.
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama
Untuk mengetahui siapa yang akan kita beri asuhan dan lebih mudah untuk
berkomunikasi.
2. Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan terjadinya endometriosis.
Umumnya endometriosis terdapat kurang lebih 15% pada wanita reproduksi
dan pada 30% dari wanita yang mengalami infertilitas. (Rayburn, F.
William.2001)
3. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuaan pasien sehingga memudahkan dalam
pemberiaan informasi dan konseling.
4. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan oleh pasien dan
pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga sehingga memudahkan dalam
penanganan endometriosis yang sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga
pasien.
5. Status perkawinan
Untuk mengetahui tentang status perkawinan karena pada penderita
endometriosis umumnya terjadi pada wanita yang infertil.
6. Agama
Untuk mengetahui apakah ada kepercayaan dalam agamanya sehubungan
dengan endometriosis.
7. Suku
Untuk mengetahui dari mana asal ibu berkaitan dengan bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut.
8. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien serta lingkungan disekitar tempat
tinggal pasien.
9. No. CM
Untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lainnya
10.Tanggal MRS
Untuk mengetahui kapan pasien masuk rumah sakit
11.Tanggal Pengkajian
12.Sumber Informasi
13.No. Telp
Untuk memudahkan berkomunikasi sewaktu-waktu bila ada masalah.
14. Golongan Darah
Untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu masalah yang
memerlukan donor.
PENANGGUNG JAWAB/SUAMI
1. Nama
Untuk mengetahui siapa penanggung jawab saat pemberiaan asuhan.
2. Umur
3. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuaan penanggung jawab/suami sehingga
memudahkan dalam pemberiaan informasi dan konseling.
4. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan oleh penanggung
jawab/suami dan pengaruhnya terhadap ekonomi keluarga sehingga
memudahkan dalam penanganan endometriosis yang sesuai dengan keadaan
ekonomi keluarga.
B.
5. Alamat
ALASAN DIRAWAT
1. Alasan MRS
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan, sejak kapan dirasakan,
dibagian mana dirasakan, dan apa upaya ibu untuk mengatasinya.
2. Keluhan saat dikaji
Untuk mengetahui keluhan yang dialami pasien selain keluhan utama klien.
C.
D.
E.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Pemeriksaan umum pada wanita yang mengalami adneksitis akan
mendapatkan data yang berbeda sesuai dengan kondisinya. Bila wanita tersebut
masih di tingkat akut, mungkin masih dalam keadaan yang baik, komunikatif dan
tidak terlalu mengalami gangguan dalam keadaan umumnya. Namun keadaan
akan lebih buruk bila ibu sudah memasuki tahap salpingo-ooforitis kronik. Hal
yang dikaji seperti GCS, tingkat kesadaran klien, tanda-tanda vital, dan berat
badan.
Head to toe
1. Kepala Wajah
Pemeriksaan fisik kepala wajah dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Hasil pada pemeriksaan pada kepala wajah akan mengikuti hasil pemeriksaan
umum. Bila keadaan umum klien tampak anemis maka keadaan wajah akan
menunjukkan tanda-tanda anemis seperti pucat dan konjungtiva berwarna
pucat pula.
2. Leher
Pemeriksaan fisik pada leher dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Pembengkakan pada kelenjar limfe dan tiroid atau pelebaran vena jugularis
tidak terjadi pada penderita kecuali bila penderita juga mengalami gangguan
lain seperti penyakit jantung atau struma.
3. Dada
Pemeriksaan fisik pada dada dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Penderita adneksitis, umumnya tidak akan dijumpai kelainan
pada daerah payudara maupun aksilanya.
4. Abdomen
DATA PENUNJANG
Pada data penunjang ini berisi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi. Pada pemeriksaan penunjang penderita adneksitis khususnya
pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya
peradangan yang ditimbulkan. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim
dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keadaan adneksa, ada atau tidaknya tumor di bagian
tuba maupun ovarium ibu.
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, mengambil
bahan percontoh untuk biopsi.
G.
DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa Medis : Adnexitis
H.
PENGOBATAN
1. Pengobatan dengan anti-biotik
Untuk gejala adnexitis yang tampak jelas, yaitu pasien pertama kali harus
melakukan pengobatan dengan antibiotik, untuk membunuh bakteri sisa dan
mencegah penyakit kambuh berulang. Obat yang biasa digunakan tetap
penisilin, gentamisin, metronidazole, dan lain-lain yang digunakan untuk
mengobati radang akut tuba falopi, ovarium, serta peritonitis panggul.
2.
Terapi jaringan
Lakukan injeksi cairan jaringan plasenta, globulin plasenta, secara
intramuscular sehari sekali atau 2 hari sekali, dan dilakukan sampai 15 kali
pengobatan.
3.
Fisioterapi
Stimulasi yang hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah, mengatur
kondisi gizi dalam jaringan lokal sehingga membantu penyerapan dan
meredakan peradangan. Fisioterapi yang sering digunakan adalah
shortwave, FM inframerah, audio, iontophoresis, dan sejenisnya. Jika suhu
tubuh lebih dari 37.5O C atau penderita tuberkulosis genital jangan
menggunakan metode fisioterapi.
4.
Pengobatan Lainnya
Untuk obstruksi tuba falopi yang disebabkan oleh radang kronis ovarium
dan tuba falopi, dapat dilakukan injeksi intrauterine, pemilihan gentamisin
160.000 unit, ?-kimotripsin 5 mg deksametason 5 mg sampai 20 ml saline,
dengan tuntas menetralkan racun pada vulva, vagina, rahim, dan uterus.
Tiga hari setelah menstruasi bersih, dapat dilakukan injeksi setiap 2 hari
sekali sampai akhir periode sebelum ovulasi dan pengobatan ini dapat
diteruskan sampai 3 minggu berturut-turut.
5.
Terapi bedah
Peradangan yang disebabkan oleh hidrosalping atau kista ovarium dan tuba
falopi cara menyembuhkannya dapat dilakukan operasi, untuk kemandulan
yang disebabkan oleh obstruksi saluran tuba dapat dilakukan bedah
rekonstruksi tuba falopi. Untuk peradangan akut ovarium dan tuba falopi
yang berulang kambuh, peritonitis panggul, pengobatan dengan obat yang
tidak berefek memuaskan, dan pasien yang takut mengalami nyeri kesakitan
atau untuk pasien yang sudah berumur. Hal ini dapat mempertimbangkan
untuk melakukan operasi.