Anda di halaman 1dari 10

BAB III

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Nama
Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan
pasien-pasien lain.
b. Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi.
c. Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan
padanifas
d. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e. Usia
Merupakan Resiko terjadinya preeklampsia meningkat seiring dengan
peningkatan usia (peningkatan resiko 1,3 per 5 tahun peningkatan
usia). Resiko terjadinya Preeklampsia pada wanita usia belasan
terutama adalah karena lebih singkatnya lama paparan sperma. Sedang
pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia endothel makin
berkurang kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon
inflamasi sistemik dan stress regangan hemodinamik
(Manuaba, ,2013).
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kesehatan pasien dalam
aktifitasnya dan pada pasien post operasi dapat mulai beraktivitas
normal kembali didalam waktu 7 hari (Ambarwati, 2010).
g. Suku bangsa
Untuk mengetahui asal daerah dan juga adat kebiasaan yang dilakukan
(Ambarwati, 2010).
h. Keluhan utama
Melahirkan dengan cara spontan, pada ibu post partum keluhan yang
biasa timbul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, demam,
sulit mobilisasi,mual muntah. Pada Preeklampsia didapatkan sakit
kepala didaerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri
didaerah epigastrium, mual atau muntah-muntah karena perdarahan
subkapsuer spasme areriol. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada
preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih
tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat. (Ambarwati,
2010).
i. Status Perkawinan
Kemungkinan psikologi pasien sebagai penyebab terjadinya
preeklampsia berat, meskipun merupakan penyebab yang belum jelas,
gangguan psikologi pada ibu dapat memicu timbulnya preeklampsia
berat pada kehamilan (Ambarwati, 2010).
j. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu
Riwayat preeklampsia pada kehamilan dan persalinan sebelumnya
memberikan resiko sebesar 13.1% untuk terjadinya preeklampsia pada
kehamilan dan persalinan berikutnya (Ambarwati, 2010).
k. Riwayat keluarga
Preeklampsia dan eklampsia memiliki kecenderungan untuk
diturunkan secara familiar (keturunan). hasil studi Norwegia
menunjukan bahwa mereka yang saudara kandungnya pernah alami
preeklampsia, estimasi OR (Odds Ratio) adalah sebesar 2,2.
Sedangkan bagi mereka yang satu ibu lain ayah Odds Ratio sebesar
1,6. Bagi mereka yang satu ayah lain ibu Odds Ratio adalah 1,8.
Sementara itu hasil studi lain menunjukan bahwa riwayat keluarga
dengan preeklampsia menunjukan resiko 3 kali lipat untuk mengalami
preeklampsia (Rukiah, 2004).
l. Latar belakang sosial budaya
Mempengaruhi ibu nifas dalam aktifitas sehari-hari. Pasien dengan
preeklampsia berat harus memeriksakan diri secara teratur dan rutin,
dan sebagian besar klien belum mengerti penyakitnya oleh karena iu
perlu penjelasan dan nasehat dari petugas kesehatan (Saifudin, 2002).
m. Status Gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO).
Penelitian lain yaitu kekurangan kalsium berhubungan dengan angka
kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil
yang obesitas/overwight. Pasien dengan CPD yang mengalami post
SC puasa 1x24 jam. Nutrisi untuk mengetahui pola makan dan minum,
frekwensi/ banyaknya, dan jenis makanan dan pantangan. Selama ibu
dapat mengonsumsi sesuai dengan tahap-tahap yang berlaku bagi
pasien post operasi.
n. Pola eliminasi
Pada ibu post partum dengan CPD mengalami oliguria yaitu produksi
urin kurang dari 500cc/24 jam. Pasien dengan post partgum tidak
mengalami perubahan pada eliminasi, sebaliknya eliminasi urin
kadang-kadang produksi urin berkurang. Produksi urin diukur tiap 3
jam BAK melalui kateterisasi, karena ibu masih berbaring di tempat
tidur beberapa hari sedangkaan BAB menggunakan pispot
o. Pola istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien. pada istirahat sangat
penting bagi ibu masa post operasi karena dengan istirahat cukup
dapat mempercepat proses pemulihan. ibu beristirahat dengan cukup.
p. Aktivitas
Pasien dengan perawatan post partum mengalami bedrest dan
aktivitasnya tergantung karena adanya oedema pada anggota geraknya
(kaki) selain itu juga karena pemberian cairan parenteral (infus).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Lemah
2) Kesadaran Samnolen : ibu dalam keadaan setengah sadar
3) Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg, S : 36,5-37,5◦c, RR : 12-24 x / menit
b. Pemeriksaan fisik
1) Fokus pemeriksaan fisik diantaranya :
Observasi Oedema, oedema dinilai dari distribusi, derajat, dan
pitting. jika periobital atau wajah tidak jelas, tanyakan ibu apakah
edemanya lebih jelas saat ia bangun tidur. edema digambarkan
sebagai dependen pitting.
2) Edema dependen: adalah edema pada bagian bawah tubuh yang
dependen,dimana tekanan hidrostatiknya paling besar. Apabila
sedang berjalan, edema ini paling jelas terlihat dikaki dan
pergelangan kaki. Apabila berbaring, edema lebih sering timbul
dibagian sakrum

3) Edema pitting, meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang


bengkak ditekan dengan jari. lekukan ini disebabkan pergeseran
cairan ke jaringan sekitar, menjauh dari tempat yang mendapat
tekanan.

4) Abdomen
Apakah ada bekas SC atau tidak, linea ada atau tidak, strie ada atau
tidak, bagaiamana involusio uteri dan kontraksi uterus.
5) Ekstremitas
Ada oedema atau tidak, oedema pada tungkai adalah patologis pada
usia kehamilan di atas 20 minggu karena berhubungan dengan
preeclampsia. Melakukan pengukuran refleks patella, apakah reflek
positif atau negatif.
6) Genitalia
Vulva/vagina ada pengeluaran darah/lochea atau tidak, ada oedema
atau tidak, ada varises atau tidak, anus ada haemoroid atau tidak.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Urin lengkap (pemeriksaan glukosa urin, protein
urin, albumin)
Darah lengkap (haemoglobulin, trombosit, leokosi
Analisis protein dalam urine (>5g/24jam atau +2 atau lebih)
- Pemeriksaan edema paru, output (oliguria)
- Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit
(<100.000sel/uL), morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi)
- Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartate
aminotransferase), peningkatan SGOT/SGPT.
- Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin >1,2mg/dl)
B. Analisa Masalah dan Diagnosa

DS : Klien mengatakan nyeri pada bagian nyeri pada bagian jahitan post SC,
Klien mengatakan nyeri terasa saat bergerak , Klien mengatakan tidak nyaman
pada luka jahitan postt SC .

DO: Klien tampak gelisah ,Klien tampak Meringis saat mengubah posisi
Skala nyeri 5 TD: 120/70Mmhg , S : 36,8 C , N : 82 x/imenit, R : 20 x/menit

Diagnosa : post partum dengan CPD


Masalah : Nyeri pada bagian jahitan
B. Mengantisipasi Masalah Potensial.

Diagnosa potensial : CPD

Masalah potensial : Nyeri berhubungan dengan agens cidera fisik , Resiko


infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

C. Tindakan Segera

Diagnosa yang muncul

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurannya informasi

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif

4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.

b. Diagnosa yang tidak muncul

1) Konstipasi berhubungan dengan penurunan otot abdomen, penurunan


peristaltik usus.

2) Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan pasca


partum

3) Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketergantungan, kehilangan


mobilitas

D. Rencana Tindakan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik Perencanaan yang
dilakukan pada klien yaitu mengkaji karakteristik nyeri, melakukan
managemen nyeri, memonitoring keadaan luka post operasi, memonitor
keadaan umum dan tanda vital, memberikan obat.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Perencanaan yang dilakukan pada klien yaitu mengajarkan menyusui yang
benar, memberikan penyuluhan kesehatan tentang ASI, memberikan
perawatan luka post operasi, memberikan penyuluhan kesehatan tentang
makanan bergizi untuk ibu, mengajarkan pijat oksitosin.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
Perencanaan yang dilakukan pada klien yaitu kaji ADL klien, melatih klen
mobilitas sedini mungkin, membatasi aktivitas yang berlebihan, melibatkan
keluarga dalam memenuhi aktivitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif Perencanaan yang
dilakukan pada klien yaitu pantau tanda-tanda vital khususnya suhu dan nadi,
pantau adanya tanda-tanda infeksi, melakukan perawatan luka
E. Pelaksanaan
Kelebihan atau faktor pendukung
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Kelebihan atau faktor pendukung dari tindakan keperawatan pada diagnosa
ini adalah klien sangat kooperatif, mau bekerjasama dengan perawat.
b. Resiko tinggi infeksi
berhubungan prosedur invansif Kelebihan atau faktor pendukung dari
tindakan pada diagnosa ini adalah klien mau melakukan anjuran-anjuran dari
perawat, dan klien mau bekerjasama dengan perawat.
c. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi Kelebihan atau faktor pendukung
dari tindakan pada diagnosa ini adalah kemauan pasien memiliki ketertarikan
untuk memperoleh informasi dari perawat tentang perawatan payudara yang
benar dan bersedia melakukan anjuran-anjuran dari perawat agar klien dapat
merawat payudaranya secara mandiri.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik Kelebihan atau faktor pendukung dari
tindakan pada diagnosa ini adalah klien bersedia melakukan anjuran perawat,
tidak menolak tindakan medis yang diberikan dan keluarga dapat bekerjasama
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari klien.
2. Kekurangan atau faktor penghambat
a. Nyeri akut
berhubungan dengan agen injury fisik Kelemahan dari tindakan pada diagnosa
ini adalah tenaga yang dimiliki oleh klien untuk melakukan intervensi diatas
kadang tidak mencukupi.
b. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan prosedur invansif Kelemahan dari tindakan diagnosa ini
adalah karena infeksi dapat terjadi secara cepat, sehingga dibutuhkan tindakan
yang cepat untuk mengatasi masalah agar tidak terjadi infeksi.
c. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi Kelemahan dari tindakan diagnosa
ini adalah klien memperoleh informasi yang dapat kurang menyeluruh jadi
klien kadang masih kurang mengerti.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik Kelemahan dari tindakan diagnosa ini
adalah rutinitas sehari-hari klien harusnya dapat segera tercapai.
F. Evaluasi
Hasil evaluasi dari setiap diagnosa serta membandingkan dengan kriteria hasil
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut
berhubungan dengan agen injury fisik Evaluasi yang dicapai klien
mengatakan masih nyeri berkurang pada bekas luka jahitan post sectio
caesaria, Provoking: pada luka jahitan post sectio caesaria, Quality: nyeri
seperti disayat-sayat, Regio: daerah luka pada abdomen bagian bawah, Scale:
skala nyeri 3, Time: nyeri hilang timbul, masalah sudah teratasi sebagian,
intervensi relaksasi progresif dilanjutkan dan evaluasi yang tidak tercapai
klien masih sedikit merasakan nyeri saat mobilisasi.
2. Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan prosedur invansif Evaluasi yang dicapai klien
mengatakan luka tidak kemerahan, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka terlihat
bersih dan kering, suhu klien dalam batas normal, masalah sudah teratasi,
intervensi dipertahankan anjurkan klien melakukan perawatan luka.
3. Kurang pengetahuan
perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya informasi Evaluasi yang
dicapai klien mengatakan sudah tahu cara merawat payudara, menyusui yang
benar dan ASI eksklusif serta merawat luka post sectio caesaria, ASI sudah 8
keluar banyak, masalah sudah teratasi, intervensi dipertahankan anjurkan
klien untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
4. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular Evaluasi yang dicapai klien
mengatakan badannya lebih segar, klien sudah bisa berdiri dan berjalan,
maslah sudah teratasi, intervensi dipertahankan anjurkan klien untuk sering
berjalan-jalan.
2. Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan
manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang
merupakan singkatan dari:
a. S (Subjektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.

b. O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
c. A (Assessment)

Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)


dari data subjektif dan objektif.
d. P (Planning)

Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya

Anda mungkin juga menyukai