Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini, membahas tentang asuhan keperawatan terkait pengkajian,
rumusan masalah, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi, pada Ny. S
dengan persalinan prematur yang disebabkan oleh ketuban pecah dini.
A. Pengkajian
Klien datang ke RSU dengan rujukan dari bidan, karena hamil dengan
janin gemeli kepala lintang dan disertai dengan tekanan darah tinggi dan ketuban
pecah sejak 1 hari SMRS. Klien dilakukan tindakan sectio secaria untuk kelahiran
kandungannya dengan indikasi tersebut.
Pada saat pengkajian dilakukan, didapatkan data bahwa klien sedang
berada dalam masa nifas hari 1, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90x/menit,
pernapasan 23x/menit, suhu 36,7
0
C, edema ekstremitas bawah +/+ dan hasil
pemeriksaan urin protein urin +1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosa
klien adalah Post partum nifas hari 1 dengan preeklampsia. Hal ini sesuai dengan
teori yang diungkapkan Cunningham (2003) bahwa yang disebut dengan
preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
Proteinuria terjadi karena pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat. Edema terjadi karena penimbunan cairan yang
berlebih dalam ruang intertitial. Pada preeklampsia terjadi perubahan pada ginjal
yang disebabkan oleh aliran darah kedalam ginjal menurun sehingga
mengakibatkan filtrasi glomerulus berkurang atau mengalami penurunan.
Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus arteiole ginjal menyebabkan filtrasi
natrium melalui glomerulus menurun yang menyebabkan retensi garam dan juga
retensi cairan.
Hasil pemeriksaan selanjutnya, klien mengeluhkan nyeri. P: operasi SC,
Q:berdenyut, hilang timbul, R: abdomen, S: skala nyeri 3, T: saat bergerak atau
mencoba beraktivitas. Klien juga masih mengalami kelemahan pasca operasi.
Tidak dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-harinya secara
mandiri dikarenakan kelemahan, nyeri luka operasi dan takut akan terjadi
keparahan jika bangun dari tempat tidur. Dalam 24 jam pertama bayi dari klien
juga masih belum dirawat gabung dan ibupun masih berfokus pada diri sendiri.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berbeda dengan diagnosa psikiatrik medis dimana
diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau
bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan
perhatian utama diagnosa keperawatan (Schultz & Videbeck dalam Nurjannah,
2005).
Penentuan diagnosa keperawatan dalam kasus ini sudah dilakukan sesuai dengan
SOP buku diagnosa keperawatan sesuai NANDA dan Doenges keperatan
maternitas yang disesuaikan dengan data subjektif dan obektif yang muncul pada
klien. Dari data yang didapatkan maka diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik (trauma jaringan)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
3. Potensial menyusui b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik
5. Resiko infeksi b.d trauma jaringan

C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Intervensi dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul dan mengacu pada
Nursing Intervention Classification (NIC) dan Doenges, rencana asuhan
keperawatan maternitas yang sesuai dengan kondisi klien.
Implementasi yang sudah dilakukan bedasarkan diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik (trauma jaringan)

Mengkaji nyeri secara komprehensif
menginspeksi luka operasi.
Mengkaji nyeri tekan uterus.
Menganjurkan klien melakukan tarik napas
Menginspkesi payudara
menganjurkan menggunakan bra yang menyokong
mengkaji adanya distensi kandung kemih
Mengevaluasi terhadap sakit kepala
memberi analgesik asam mefenamat PO dan pronalges supositoria

2. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Potensial menyusui b.d tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya
Mengkaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui
sebelumnya
Memberikan informasi mengenai keuntungan menyusui, perawatan
putting dan payudara
Mengkaji putting klien
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL b.d kelemahan fisik
Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya
Membantu pasien mandi
Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya
5. Resiko infeksi b.d trauma jaringan
Mengukur suhu
Mengkaji lokasi dan kontraktilitas uterus.
Mencatat jumlah dan bau rabas lokea
Menginspeksi luka operasi.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor kegiatan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan,
dan implementasi (Ignatavicus dan Bayne, 1994 dalam Effendi dan
Mukhfudli,2009).
Hasil evaluasi yang didapat dari Ny. A meliputi data subjektif dan
objektif. Dalam sehari yaitu tanggal 14 Agustus 2014 :
1. Dx 1
Nyeri post operasi berkurang dari skala 3 menjadi skala 1, berdenyut,
nyeri tekan + pada area abdomen, , timbul saat bergerak
R: merah (-), edema (-), ekimosis (-), discharge (-), approximate baik
Afterpains (-)
Payudara tidak ada pembengkakan
Tidak ada distensi kandung kemih
Masalah Nyeri teratasi
2. Dx 2
3. Dx 3
klien belum pernah menyusui sebelumnya
klien mengerti pentingnya memberi ASI pada anaknya
puting exverted, pengeluaran ASI ()
Masalah potensial menyusui belum teratasi
4. Dx 4
klien masih tampak takut untuk bergerak
klien tampak bersih
keluarga membantu klien memenuhi kebutuhannya
Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL teratasi
5. Dx 5
Suhu 36,7 C
kontraksi baik, letak tengah, 1 JRBPST
lokea rubra 20 cc
kondisi luka
R: merah (-), edema (-), ekimosi (-), discharge (-), approximate baik
Masalah infeksi tidak terjadi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada kasus ini ibu dikatakan mengalami preeclampsia karena mengalami
hipertensi, yaitu tekanan darah sebesar 170/100 mmHg dan disertai
proteinuria +1. Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
2. Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti
3. Edema yang dialami klien pada kedua ekstremitas bawahnya terjadi karena
penimbunan cairan yang berlebih dalam ruang intertitial.
4. Gangguan potensial menyusui klien terjadi karena bayi tidak dirawat
gabung dengan ibu segera setelah ibu dipindahkan ruangan ke ruangan
perawatan
5. Pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, tanda bahaya kehamilan, metode
menyusui dan pentingnya ASI eksklusif penting dilakukan pada ibu-ibu
hamil dan melahirkan

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi setiap tenaga kesehatan khususnya yang menangani masalah obstetri
dengan preeklampsia untuk memperhatikan tanda bahaya dari eklampsia
seperti pusing, pandangan kabur, tekanan darah, haluaran urin karena
eklampsia dapat berujung pada kematian.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit untuk segera melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayi jika tidak ada indikasi lain bagi ibu atau bayi untuk dilakukan
perawatan intensif. Hal ini juga mendukung gerakan ASI eksklusif 6 bulan
yang sedang dilakukan pemerintah

Anda mungkin juga menyukai