A. Pendahuluan
1. Definisi
Kala IV adalah merupakan salah satu dari 4 tahapan persalinan, dimana pada tahap ini
dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Suryani
manurung, 2011).
B. Pengkajian
Pengkajian kondisi ibu setelah melahirkan dilakukan selama dua jam di kamar bersalin.
Dengan alasan bahwa kondisi ibu saat itu dianggap masih kritis. Observasi dilakukan untuk
memonitoring kondisi fisik ibu sebelum ibu ditransfer ke ruang perawatan. Satu jam pertama
ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali dan jam kedua ibu dimonitoring setiap 30 menit.
Adapun yang dimonitoring tersebut adalah : tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus,
kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan pervagina, plasenta dan selaput ketuban,
perawatan luka perineum, dan intake cairan.
Tabel observasi 2 jam Postpartum
Jam
T/D
Nadi
Intake
Cairan
Dalam waktu 2 jam diperoleh kondisi fisik ibu stabil, perdarahan normal, buang air kecil
spontan kemudian ibu ditransfer ke ruang perawatan dengan dokumentasi hasil pengkajin di
kala IV (empat).
Berikut perhitungan jumlah lochea pada pembalut:
Sedikit : 4 inches (10-11 cm) dalam 1 jam
Sedang : 6 inches (15-16 cm) dalam 1 jam
Banyak : Pembalut penuh dalam 1 jam
Terlalu banyak (berlebihan) : Pembalut penuh dalam 15 menit
Rasional
Data yang diperoleh selama kala IV memberikan keputusan apakah ibu dpat ditransfer ke
ruang perawatan atau perlu diobservasi ketat di kamar bersalin. Perubahan tanda-tanda
fisik dapat menggambarkan ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi dapat disebabkan oleh
perdarahan pervagina akibat jaringan yang terputus masih ada yang belum dihecting,
diuresis dan kontraksi yang tidak adekuat. Penyebab gangguan kontraksi antara lain blass
yang penuh, tertinggalnya selaput amnion.
1) Aktivitas / istirahat
Pasien tampak berenergi atau keletihan / kelelahan, mengantuk
2) Sirkulasi
a. Nadi biasanya lambat (50-70x/menit) karena hipersensitivitas vagal
b. TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia , atau
meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
c. Edema : bila ada mungkin dependen (missal : pada ekstremitas bawah), atau dapat juga
pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
d. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
3) Integritas ego
a. Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-rubah misal : eksitasi atau prilaku
menunjukan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa
b. Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau
kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal
4) Eliminasi
a. Hemoroid sering ada dan menonjol
b. Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin
dipasang
c. Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius dan
atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran
5) Makanan / cairan
Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6) Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya hipertensi, khususnya
pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien primipara)
7) Nyeri / ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma
jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
menggigil
8) Keamanan
a. Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
b. Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9) Seksualitas
a. Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus
b. Drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa
bekuan kecil
c. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
d. Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
e. Payudara lunak dengan puting susu tegang
10) Penyuluhan / pembelajaran catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
11) Pemeriksaan diagnostik haemoglobin / hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis,
pemeriksaan lain mungklin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik
C. Diagnosa Keperawatan
Kala IV adalah proses berlangsungnya pengawasan 2 jam setelah melahirkan. His masih
berlangsung. Data yang sering dilaporkan pada saat persalinan kala IV adalah: ibu
melaporkan adanya perut mules, nyeri di daerah vagina, frekuensi kontraksi bisa menurun
atau tetap, intensitasnya kuat atau lemah, merasa takut miksi spontan, luka ruptur atau
episiotomi perineal dan ibu takut untuk mobilisasi. Dari gambaran kondisi kala IV tersebut
maka masalah keperawatan yang kemungkinan ditemukan selama kala IV dapat dirumuskan.
Berikut paparan diagnosa keperawatan kala IV:
1. Resiko tinggi infeksi puerperium berhubungan dengan luka plasental bed, luka
episiotomi sekunder invasif bakteri selama proses persalinan.
2. Resiko deficit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan proses diuresis yang
berlangsung sejak persalinan dan selama periode postpartum.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan / kegagalan miometri dari
mekanisme homeostatic ( misal: sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak
komplit, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek-efek hipertensi saat kehamilan)
4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis / edema jaringan, kelehan fisik dan
psikologis, ansietas
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi / peningkatan perkembangan
anggota keluarga
D. Perencanaan Keperawatan
Dx.1 : Resiko tinggi infeksi puerperium berhubungan dengan luka plasental bed, luka
episiotomi sekunder invasif bakteri selama proses persalinan.
Tujuan :
klien dapat terhindar dari resiko infeksi puerperium
Kriteria Hasil :
a. Lokhea secara berangsur-angsur berubah dari rubra-serosa-albican
b. Fundus uteri mengalami involusi secara progresif 1cm/hari
c. Cairan pervagina tidak berbau
d. Suhu normal 36,5-37 derajat celcius
e. Luka perineum kering tidak ditemukan tanda-tanda REEDA (redness, ekimosis, edema,
approximately) setelah hari ketiga.
Intervensi Keperawatan
Mandiri
a. Terapeutik
1) Lakukan prinsip asepsis dan antisepsis dalam tindakan keperawatan.
Rasional:
Kejadian infeksi dapat disebabkan oleh infeksi nasokomial dari petugas kesehatan.
2) Anjurkan ibu mengganti pembalut dan pakaian dalam 3 kali sehari, atau jika
basah/lembab.
Rasional:
Lingkungan yang lembab atau basah sebagai media yang baik untuk pertumbuhan
dan perkembangan kuman.
3) Berikan nutrisi TKTP untuk mempercepat proses penyembuhan.
Rasional:
Penyembuhan luka plasental bed di endometrium dan perineal dipengaruhi oleh
asupan nutrisindan oksigen yang berikatan dengan haemoglobin dan ditransfer
kedalam sirkulasi jaringan yang terputus.
b. Diagnostik
1) Observasi perubahan suhu/8jam,
Rasional:
Manifestasi klinis infeksi ditandai dengan adanya peningkatan suhu diatas 37,5
derajat celcius.
2) Observasi hasil laboratorium terhadap peningkatan leukosit.
Rasional:
Secara fisiologis tubuh ibu hamil telah dipersiapkan untuk menghadapi resiko infeksi
antara lain peningkatan leukosit. Leukosit normal berkisar 20.000-30.000. jika
menemukan perubahan nilai leukosit tanpa diikuti tanda-tanda rubor, dolor, kalor,
dan fungtio laesa maka kondisi tersebut belum dikatakan infeksi.
3) Observasi pengeluaran cairan pervagina/24 jam.
Rasional:
Cairan pervagina yang dikeluarkan normal selama periode kala IV sampai dengan
pospartum jika terjadi perubahan secara progresif: rubra dari hari 1-3, serosa dari
hari ke-4-9, albican dari hari ke-10.
4) Evaluasi involusi uteri dengan mengukur TFU / 24 jam.
Rasional:
involusi uteri dikatakan berlangsung normal jika ditemukan TFU turun setiap hari 1
jari atau 1 cm dan hari ke-7 uterus sudah tidak teraba.
5) Monitoring penyembuhan luka perineum/24 jam
Rasional:
Proses penyembuhan luka akan berlangsung secara normal sesuai proses
penyembuhan luka. Hari 1-3 proses penyembuhan luka adalah fase inflamasi yang
ditandai luka akan mengalami pembengkakan dan basah. Selanjutnya adalah
pertumbuhan jaringan yang baru yang ditandai luka akan kering.
c. Edukasi
1) Berikan informasi cara pencegahan infeksi puerperium bagi ibu dan keluarga
Rasional:
Pengetahuan,keterampilan dan perubahan perilaku ibu dipengaruhi oleh pendidikan
kesehatan. Ibu yang mampu melkukan perawatan postpartum yakni cara
pencegahan infeksi maka kemungkinan akan terhindar dari infeksi.
3) Kaji ulang kondisi vesika urinaria setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama setelah
proses kelahiran.
Rasional:
Kondisi vesika urinaria dapat mempengaruhi intensitas kontraksi. Vesika yang penuh
akan mendorong uterus ke bagian sisi abdomen sehingga otot miometrium tidak
dapat berkontraksi secara maksimal. Dampak dari kondisi tersebut menyebabkan
proses vasokontriksi vaskuler tidak maksimal sehingga darah dari vaskuler terus
mengalir.
4) Nilai keadekuatan kontraksi uterus
Rasional:
Jika kontraksi tidak adekuat setelah kala IV maka ibu cenderung mengalami
perdarahan yang berdampak terhadap defisit volume cairan.
c. Edukatif
1) Berikan informasi tentang kebutuhan cairan yang harus dipenuhi.
Rasional:
Ibu dan keluarga yang telahmengetahui volume cairan yang harus dikonsumsi akan
berperilaku positif yakni mau memenuhi kebutuhan cairan tersebut.
2) Ajarkan ibu mengenal resiko terjadinya defisit volume cairan dan cara mengatasinya.
Rasional:
Perubahan perilaku kearah yang baik dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
psikomotor ibu. Hal itu diperoleh melalui pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
perawat.
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan parenteral jika ditemukan ada tanda-tanda perubahan
resiko defisit volume cairan dan elektrolit kearah aktual.
Rasional:
Tindakan kolaborasi adalah suatu tindakan yang menghindari kejadian malpraktek oleh
perawat. Defisit cairan dan elektrolit hanya dapat terpenuhi dengan pemberian cairan
parenteral.
Perpindahan cairan dan darah ke dasar vena, penurunan sedang diastolic dan sistolik TD
dan takikardi dapat terjadi. Perubahan yang lebih nyata dapat terjadi pada respon terhadap
magnesium sulfat, atau shock atau ditingkatkan dalam respon terhadap oksitosin.
Bradikardi dapat terjadi secara normal pada respon terhadap peningkatan curah jantung
dan peningkatan isi sekuncup dan hipersensitif vagal setelah kelahiran. Takikardi lanjut
dapat disertai syok.
g. Kaji intake dan output cairan
Rasional:
Untuk mengetahui jumlah cairan masuk dan keluar, dan untuk menentukan jumlah cairan
yang harus diberikan, bila perdarahan berlebihan
h. Beri pasien cairan dan elektrolit peroral jika memungkinkan
Rasional:
Untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang karena perdarahan
Kolaborasi
1) Periksa Hb/Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan segera
Rasional:
Membantu memperkirakan jumlah kehilangan darah
2) Pasang infus IV larutan isotonik
Rasional:
Meningkatkan volume darah dan menyediakan vena terbuka untuk pemberian obat-obatan
darurat
3) Berikan preparat oksitosin atau preparat ergometrin, tingkatkan kecepatan infus oksitosin
IV bila perdarahan uterus menetap
Rasional:
Merangsang kontraktilitas miometrium, menutup pembuluh darah yang terpajan pada sisi
bekas plasenta dan menurunkan kehilangan darah
4) Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa protrombin, dan
masa tromboplastin
Rasional:
Perubahan dapat menunjukkan terjadinya kelainan koagulasi
5) Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai indikasi
Rasional:
Penggantian cairan yang hilang diperlukan untuk meningkatkan volume sirkulasi dan
mencegah syok
6) Bantu dalam persiapan dilatasi dan kuretase, laparotomi, evakuasi hematoma, perbaiki
laserasi jalan lahir, histerektomi
Rasional:
Bila perdarahan tidak berespon terhadap tindakan konservatif / pemberian oksitosin,
pembedahan dapat diindikasikan
Dx.4 : Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama... diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri,
nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
c. Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi Keperawatan
Mandiri
1) Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian intrapartal, lama
persalinan, dan pemberian anastesia atau analgesia
Rasional:
Membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat ketidaknyamanan nyeri
2) Berikan informasi yang tepat tentang perawtan rutin selama periode pascapartum
Rasional:
Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa takut tentang ketidaktahuan, yang
dapat memeperberat persepsi nyeri
3) Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan perbaikan luka,
perhatikan adanya edema, hemoroid
Rasional:
Trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan
steree pada garis jahitan
4) Berikan kompres es
Rasional:
Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan menurunkan
pembentukan edema
5) Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi sebagian, linen bersih
dan kering, perawatan perineal perodik)
Rasional:
Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih
6) Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-faktor yang
memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
Rasional:
Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi tidak seharusnya menyebabkan
ketidaknyamanan berlebihan. Multipara, distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin
dan menyusui meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan kontraksi miometrium
Daftar Pustaka
Manurung Suryani (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Intranal. Jakarta:
TIM.
Hutahaean Serri (2009). Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi. Jakarta: TIM
NANDA (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika