Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN Acc

25/05/2021
"SECTIO CAESAREA”

NAMA : EKO WAHYU PRADANA

NIM : 1920095

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi pada

abdomen dan uterus (Oxorn, 1996 : 634) Sectio Caesaria adalah suatu cara

melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah

suatu histerektomi untuk melahirkan janji dan dalam rahim (Mochtar, 1998 : 177). Pre

Eklampsi adalah suatu penyakit kehamilan yang disebabkan kehamilan itu sendiri, pre

eklampsia yang teiah lanjut atau pre eklampsia berat menunjukan gejala trias yaitu

hipertensi, oedema, dan proteinuria (Tabel, 1994 : 236). Masa nifas atau post parfum

adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-

alat reproduksi sampai keadaan sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar,

1998 : 115). Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

post sectio caesaria dengan indikasi pre eklampsia adalah masa pulihnya alat-alat

reproduksi setelah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan uterus

disebabkan kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan

proteinuria

B. Etiologi

Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvik,

placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan pada

janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxorn, 1996 :

634). Penyebab dari pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui, faktor

predisposisinya (Taber, 1994) :

1. Nulipara umur belasan tahun.

2. Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk terutama,

dengan diit kurang protein.


3. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarganya.

4. Mempunyal penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya.

C. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis eklampsia dan pre eklampsia menurut Hacker (2001) adalah :

1. Pre eklampsia ringan Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau

sistolik lebih dan atau sama dengan pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau

sama dengan peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5 gram/24jam (+ 1

sampai +2), oedema tangan atau muka.

2. Pre eklampsia berat Tekanan darah lebih dan 160/110 mmHg, Proteinuria lebih dan

5 gram/24 jam (+ 3 sampai + 4), oedema tangan dan atau muka. 3. Eklampsia Salah

satu gejala di atas disertai kejang.

D. Tipe-tipe Sectio caesaria

Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :

1. Tipe-tipe segmen bawah : insisi melintang Insisi melintang segmen bawah uterus

merupakan prosedur pilihan abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan vesika uterina

peristoneum yang terlalu dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus di sayat

melintang dilepaskan dan segmen bawah serta ditarik atas tidak menutupi lapangan

pandangan.

2. Tipe-tipe segmen bawah : insisi membujur Cara membuka abdomen dan

menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat

dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada

bayi.

3. Sectio caesaria klasik Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke

dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting

berujung tumpul.
4. Sectio caesaria ekstranperitoneal Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk

menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas.

E. Komplikasi

1. Komplikasi sectio caesaria adalah

a. Infeksi puerpeural (nifas)

1. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2. Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit

kembung.

3. Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus

terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang teah

pecah terlalu lama, penanganannya adalah pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik

yang ada dan tepat.

b. Perdarahan, disebabkan karena

1. Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.

2. Antonia uteri

3. Perdarahan pada placenta bed.

c. Juka kandung kemih

d. kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang.

(Mochtar, 1998 : 121)

2. Komplikasi yang timbul pada pre eklampsia berat (Taber, 1994)

Maternal: solusio plasenta, gagal ginjal, oedema paru, pendarahan otak, eklampsia.

Janin : prematuritas, insufisiensi utero plasenta, retardasi pertumbuhan intra uterin,

kematian janin intro uterin.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pre eklampsia
a. Tes kimia darah : ureum, keratin, asam urat, menilai fungsi ginjal,

b. Tes fungsi hati: bilirubin, SGOT

c. Urinalisis : proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien dengan

pre eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gram protein atau lebih

pre eklampsia dinyatakan berat.

2. Sectio caesaria

a. Hemoglobin

b. Hematokrit

c. Leukosit

d. Golongan darah (Arief Mansjoer, 1999 : 270)

G. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Post Partum

1. Adaptasi fisiologis (Hamilton, 1995: 64-68).

a. Tanda-tanda vital

Suhu 24 jam pertama meningkat < 38°C akibat adanya dehidrasi dan

perubahan hormonal, relaksasi otot, normal kembali dalam 24 jam pertama,

bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pada pasien menunjukan adanya

sepsis peurpeural infeksi traktus urinarus, endometriasis, mastitis

pcmbengkakan payudara pada hari kedua ketiga dapat menyebabkan

peningkatan suhu pasien.

b. Sistem kardiovaskuler

Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takhikardi bisa terjadi

merefleksikan atau menunjukan adanya kesulitan dalam proses persalinan alan

persalinan lama, pendarahan yang berlebih (hemorogie post partum)

c. Tekanan darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolik 30

mmHg atau penambahan diastolik 15 mmHg khususnya bila disertai adanya

sakit kepala atau gangguan penglihatan menunjukan pre ekslampsia.

d. Laktasi

Produk ASI mulai hari ke 4 post partum, pembesaran payudara, putting

susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola mamae berwama

hitam dan kembali normal setelah minggu pertama.

e. Sistem gastrointestinal

Pengendalian fungsi defekasi lambat dalam minggu pertama, peristatik

usus terjadi penurunan segera setelah bayi lahir.

f. Sistem muskuloskeletal

Terjadi peregangan dan penekanan otot, oedema ekstremitas bawah

akan berkurang dalam minggu pertama. g. Sistem perkemihan

Kandung kemih oedema dan sensitifitas menurun sehingga menimbulkan

overdistension.

h. Sistem reproduksi

Terjadi proses involsio uteri dimana terjadi perubahan penebalan alat

genetalia interna dan eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali seperti

keadaan sebelum hamil (Wiknjosasro, 2000 : 237) Macam-macam lochea dan

darah nifas adalah :

1. Lochea rubra : berwarna merah pada hari pertama sampai hari kedua

pasca persalinan.

2. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan pada hari ketiga

sampai hari ketujuh pasca persalinan.


3. Lochea serosa : berwarna merah kekuningan pada hari ketujuh

sampai hari keempat belas pasca persalinan.

4. Lochea alba : berwarna putih setelah dua minggu pasca persalinan.

i. Sistem endokrin.

Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV persalinan.

Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan progesteron. Prolaktin

menurun pada wanita yang tidak meneteki pada bayinya dan akan meningkat

pada wanita yang meneteki. Menstruasi biasanya setelah 12 minggu post

partum pada ibu yang tidak menyusui dan 36 minggu yang menyusui.

Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.

Setelah melahirkan secara bertahap menurut revarubin (Hamilton, 1995 : 59) :

a. Fase taking in

Fase ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan.

Ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan

energi pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan

kemampuan menerima informasi kurang.

b. Fase taking hold

Mulai pada hari ketiga adalah melahirkan. Pada minggu keempat

sampai kelima ibu siap menerima pesan gurunya dalam belajar

tentang hal-hal baru.

c. Ease taking go

Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota

keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi.

H. Proses Penyembuhan Luka

Menurut Robbins dan Kumar (1995) proses penyembuhan luka sebagai berikut :
1. Hari pertama pasca bedah Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera

terisi bekuan darah. Permukaan bekuan darah ini mengering menimbulkan suatu

kerak yang menutupi luka.

2. Hari kedua pasca bedah Timbul aktifitas yang terpisah yaitu reepitelisasi dan

pembekuan jembatan yang terdiri dan jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua

tepi celah sub epitalis. Jalur-jalur tipis sel menonjol, dibawah permukaan kerak dan

tepi epitel menuju ke arah sentral. Dalam waktu 48 jam tonjolan ini berhubungan satu

sama lain, dengan demikian luka telah tertutup oleh epitel

3. Hari ketiga pasca bedah Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai

besar diganti oleh makrofag yang membersihkan tepi cabang.

4. Hari kelima pasca bedah Celah insisi biasanya terdiri dan jaringan granulosa yang

kaya akan pembuluh darah dan langgar. Dapat dijumpai serabut-serabut kolagen

disekitarnya.

5. Akhir minggu pertama Luka telah tertutup dan epidermis dengan ketebalan yang

kurang dan normal.

6. Selama minggu kedua Kerangka fibrin sudah ienyap dan jaringan parut masih tetap

berwarna merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi, reaksi radang hampir

hilang seluruhnya.

7. Akhir minggu kedua Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu

proses yang panjang (menghasilkan warna jaringan parut yang lebih muda sebagai

akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan peningkatan secara

mantap dan rentang luka) sedang berjalan.


I. Pathway

Kehamilan dengan PEB

Resiko pada janin: Prematuritas,


insufisiensi utero plasenta, Tindakan SC Resiko pada ibu Solusio
retardasi pertumbuhan intra plasenta, gagal ginjal,
uterin, kematian janin intra perdarahan otak, eklam
uterin

Adaptasi Pembatasan
Anastesi Insisi
post partum cairan
peroral

Psikologis Fisiologis Badrest Syaraf pendarahan Infusi


simpatis
Resiko
kekurangan
Laktasi Infusi Peristaltik volume Regresi sel Nyeri akut
Kondisi cairan darah
diri merah

Prolaktin Pelepasan Resiko


obstipasi infeksi
desi 2
Resiko Mampuan HB
cidera fiksi
Produksi
ASI Kontraksi
uterus Suplai O2
Perubahan
pola
Hisapan Lochea eliminasi
Resiko
aspirasi

Menyusui
tidak
efektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian Fokus Post SC

Data pengkajian yang ditemukan pada pasien Post SC Menurut Gordon yaitu:

1) Langkah

I: Pengkajian Pengkajian pada ibu bersalin dengan pre eklamsi berat pada dasarnya

sama dengan ibu bersalin normal. Berkaitan dengan pre eklamsi berat, maka

pengkajian difokuskan pada:

a) Data subyektif

(1) Nama Ditanyakan nama dengan tujuan agar dapat mengenal atau

memanggil penderita, dan menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya

sama (Cristina, 1996).

(2) Usia pasien Untuk mengetahui keadaan ibu, apakah termasuk resiko tinggi

atau tidak, dan untuk menggolongkan klien termasuk golongan reproduksi

sehat atau tidak. Pada kasus pre eklamsi ini wanita berumur lebih 35 tahun

sering menderita pre eklamsi.

(3) Agama Berhubungan dengan perawatan penderita, misalnya ada beberapa

agama yang melarang untuk makan daging sapi. Dalam keadaan yang gawat

ketika memberikan pertolongan dan memberikan perawatan dapat diketahui

kepada siapa harus berhubungan misalnya: kyai, pendeta, dll (Cristina, 1996).

(4) Kebangsaan Ditanyakan untuk mengadakan statistik kelahiran mungkin

juga untuk prognosa persalinan dengan milihat keadaan panggul (Cristina,

1996).

(5) Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien dan penangkapan

terhadap informasi yang diberikan misalnya: tenaga kesehatan memberikan

konseling terhadap penderita dengan pendidikan rendah berarti tenaga


kesehatan harus menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien

tersebut dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan tersebut

(Cristina, 1996).

(6) Pekerjaan 14 Untuk mengetahui apakah kiranya pekerjaan klien dan untuk

mengetahui tingkat sosial ekonomi agar nasehat kita sesuai. Kecuali itu, untuk

mengetahui apakah pekerjaan itu akan mengganggu kelahiran atau tidak

(Cristina, 1996).

(7) Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana serta mempermudah tenaga

kesehatan untuk kunjungan rumah (Cristina, 1996).

b) Keluhan utama

Untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan klien (Cristina, 1996). Keluhan

klien pada pre eklamsi berat adalah: sakit kepala, mata agak kabur, dan mual

(Mochtar, 1998).

c) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga: apakah dalam

keluarga mempunyai riwayat hipertensi, resiko meningkat pada faktor

herediter (Saifuddin JNP KKR-POGI, 2000).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu Tujuannya untuk mengetahui riwayat

kesehatan yang lalu: apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama

pada persalinan sebelumnya. Pada hipertensi menahun sebelum hamil, saat

persalinan, bisa menunjang diagnosa pre eklamsi berat (Mochtar, 1998).

(3) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang: data ini untuk

mengetahui penyakit yang lain yang dapat memperburuk keadaan.

d) Riwayat obstetri

(1) Riwayat menstruasi


Untuk mengetahui tentang keadaan menstruasi yang dulu,

kapan menarche terjadi pada ibu, disminorhoe, lama menstruasi,

siklusnya, dan ditanyakan pula frekuensi yang terakhir (Cristina,

1996). Pada pre eklamsi berat untuk menghitung usia kehamilan pada

persalinan kali ini apa prematur atau matur.

(2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Untuk

mengetahui kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu normal atau

tidak (Cristina, 1996).

(3) Riwayat kehamilan, persalinan sekarang Untuk mengetahui apakah

kehamilan, persalinan yang sekarang normal atau tidak, sehingga jika

ada kelainan dapat segera ditangani dengan cepat (Cristina, 1996).

e) Riwayat perkawinan Tujuannya untuk mengetahui umur berapa ibu

menikah, lama pernikahan, berapa kali klien menikah (Cristina, 1996).

f) Riwayat KB

Tujuannya untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang dipakai, alasan berhenti memakai

kontrasepsi, lamanya menggunakan kontrasepsi.

g) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Nutrisi Untuk mengetahui pola makan, jenis makanan,makanan tinggi

protein, tinggi karbohidrat, dan rendah lemak, bila ada oedema kurangi garam

adalah makanan yang dianjurkan untuk pre eklamsiberat (Manuaba, 1998).

(2) Pola eliminasi Untuk mengetahui apakah ada gangguan terhadap

eliminasi, menunjukan terjadinya retensi garam dan air.

(3) Pola istirahat Untuk mengetahui keadaan atau kebiasaan istirahat klien

cukup atau tidak (Cristina, 1996). Pada kasus pre eklamsi berat ini klien
dianjurkan miring atau berbaring ke arah punggung janin, sehingga aliran

darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan (Manuaba, 2000).

(4) Pola aktifitas Sejauh mana aktifitas yang dilakukan klien,

(5) Personal hygiene Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjaga kebersihan

seluruh tubuh.

(6) Hubungan sexual Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan

sexual dan apakah ada keluhan.

h) Data psikososial

Untuk mengetahui kondisi psikologi terhadap penyakitnya, perlu dikaji apakah ada

rasa cemas, gelisah, takut akan keadaan yang dapat membahayakan janin yang

dikandungnya. Hal ini karena faktor ketenangan dapat mencegah terjadinya pre

eklamsi berat dalam persalinan (Mochtar, 1998). i) Data obyektif

a) Pemeriksaan umum HPL : tanggal berapa, bulan, dan tahun Pemeriksaan umum

untuk mengetahui keadaan ibu pre eklamsi berat meliputi: KU lemah, kesadaran

composmentis, tekanan darah 230/130 mmHg, nadi normal 88 x/menit, tinggi badan:

155 cm, BB sebelum hamil 46 kg, BB sekarang 62 kg.

b) Status present Melakukan pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki

(head to toe) meliputi :

(1) Kepala : kulit kepala bersih Rambut : hitam tidak mudah rontok Muka :

oedem. Mata :sklera putih,conjungtiva merah muda Telinga : bersih tidak ada

serumen, pendengaran normal Hidung : bersih, tidak ada polip Mulut : bersih,

gigi tidak berlubang

(2) Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

(3) Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

(4) Dada : simetris, pernafasan normal


(5) Abdomen :tidak ada bekas operasi, striae gravidarum (-), tidak ada

pembesaran hepar

(6) Punggung : lordosis

(7) Genetalia : bersih tidak ada kondiloma

(8) Anus : bersih tidak ada haemoroid

(9) Ekstremitas atas : oedem + 17 Ekstremitas bawah: oedem +, kaki tidak

ada varices refleks patela ka/ki +/

c) Status obstetri

(1) Inspeksi Muka : ada oedem, tidak ada cloasma gravidarum Mammae :

tidak ada benjolan, puting menonjol bersih, kolustrum (-), hiperpigmentasi

pada papila dan areola Abdomen : memanjang, membesar sesuai umur

kehamilan, terdapat linea nigra dan strie gravidarum Vulva : bersih, tampak

tanda chadwick, oedema, tidak varices dan condiloma

(2) Pemeriksaan penunjang

(a) USG : untuk mengetahui DJJ, air ketuban banyak atau sedikit, mola

kehamilan kembar karena itu merupakan pencetus pre eklamsi berat

(b) Laboratorium: kasus pre eklamsi berat perlu pelaksanaan

laboratorium meliputi: urin protein, urin reduksi bilirubin trombosit,

golongan darah, Hb

i) Intervensi

Merupakan perencanaan dari masalah yang telah diidentifikasi. Pada kasus pre

eklamsi berat dalam persalinan ini intervensi yang akan dilaksanakan adalah

pemberian informasi hasil pemeriksaan; kolaborasi dengan dokter; pasang infus;

pasang dower kateter; kontrol tensi darah tiap 1 jam, pantau kala I fase laten dengan
pengawasan anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup; anjurkan untuk makan tinggi

kalori, tinggi protein, dan rendah lemak; siapkan mental ibu

2) Implementasi

Pada langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat. Pelaksanaan

ini dilakukan oleh bidan dan perawat secara mandiri, kolaborasi dan rujukan di mana

pelaksanaanya secara aman dan efisien

3) Evaluasi

Pada langkah ini merupakan langkah penilaian terhadap asuhan yang telah dilakukan;

apakah asuhan yang telah dilakukan mengarah pada perubahan yang lebih baik atau

sebaliknya. Kemudian apabilabelum menghasilkan perunbahan yang lebih baik,

asuhan dapat di ulang kembali sampai mewujudkan hasil yang lebih baik.

4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post

SC dengan indikasi pre eklamsia adalah:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan sekunder akibat pembedahan

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan tubuh terhadap

bakteri sekunder pembedahan

4. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam

pembedahan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan dan nyeri

6. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

7. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan tentang KB Q.

Fokus Intervensi dan Rasional Fokus


rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien post SC indikasi pre

eklamsia adalah

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitus

jaringan sekunder akibat pembedahan (Doenges, 2001).

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

KH : - Klien merasa nyeri berkurang /hilang - Klien dapat istirahat dengan tenang

Intervensi

a. Kaji skala nyeri dan karakteristik alokasi karakteristik termasuk kualitasnya

frekuensi, kwalitasnya Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri dan

menentukan tindakan selanjutnya

b. Monitor tanda –tanda vital Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah

serta tekanan darah dan nadi meningkat

c. Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi fowler ,miring Rasional :

Untuk mengurangi nyeri

d. Dorong penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam Rasional :

Merileksasikan otot, mengalihkan perhatian dan sensori nyeri

e. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang Rasional : Untuk mengurangi

nyeri

f. Kolaborasi pemberian anal getik sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan

2.Gangguan mobilitas fisik aktivitas berhubungan dengan adanya insisi resmi

pembedahan dan nyeri (Doenges,2001).

Tujuan : klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa

di sertai nyeri
KH.: Klien dapat mengidentivikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktvitas

21 Intervensi :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas Rasional : Untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelemahan, keletihen yang

berkenaan dengan aktivitas

b. Catat tipe anestesi yang di berikan pada saat intra partus pada waktu klien

sadar Rasional : Pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktivitas klien

c. Anjurkan klien untuk istirahat Rasional : Dengan istirahat dapat

mempercepat pemulihan tenega untuk beraktivitas, klien dapat rileks

d. Bantu dalam pemenuhan aktivitas sesuai kebutuhan Rasional : Dapat

memberikan rasa tenang dan aman pada klien karena kebutuhan klien

terpenuhi

e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional : Dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping

emosional
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN NY. K SECTIO CAESAREA DI RUANG IRNA I

RSU MITRA DELIMA KAB. MALANG

Tanggal / Jam MRS : 05/05/2021 (12:11 WIB)

Pengkajian

Tanggal : 05/05/2021

Jam : 14:15 WIB

Tempat :Ruang kamar bersalin

A. DATA SUBYEKTIF

1. IDENTITAS

Nama :Ny.K Nama Suami :Tn. S

Umur :29 Thn. Umur :34

Agama : Islam Agama :Islam

Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Wiraswasta Pekerjaan :Wiraswasta

Penghasilan :Tidak terkaji Penghasilan :Tidak Terkaji

Alamat : Jl.Sidodadi 2 Wandanpuro Bululawang

No Reg : 119787

Diagnosa Medis : G11 P1 Ab0 Uk 39-40 Minggu T/N/1 leopod g BSC+PRM 12 Jam

R/IUD
2. KELUHAN

a. Saat MRS

Ny K mengatakan sedikit nyeri perut , kenceng- kenceng

b. Saat Pengkajian (Keluhan Utama)

Ny.K mengatakan sedikit nyeri perut bagian bawah

3. RIWAYAT KESEHATAN

3.1 Penyakit yang lalu

Ny. K mengatakan sebelumnya juga sudah pernah melakukan operasi SC.

3.2 Penyakit sekarang

Ny. K mengatakan tidak sedang sakit apapun untuk saat ini

3.3 Penyakit Keluarga

Ny. K mempunyai riwayat penyakit keluarga yaitu hipertensi.

4. RIWAYAT OBSTETRI / KEBIDANAN

4.1 Riwayat Menstruasi

Amenorhea :Ny.K mengatakan Amenorhea teratur

Menarche : Tidak terkaji

Dismenorhea:

Lama : Ny. K mengatakan paling lama 7 hari

Banyak : Ny. K mengatakan tidak pernah menghitung tetapi sehari ganti pembalut

2x

Siklus : Ny. K mengatakan siklus teratur 1 bulan sekali.

5. RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

No Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas Usia Hidup/
(Gravida) Persalinan Kehamilan Persalinan Persalinan JK BB PB anak Mati
Tidak Tdk terkaji SC Dokter Tidak - - - 1 6 thn Hidup
terkaji terkaji Minggu
Tidak 15-04-2021 39-40 RSU Mitra SC Widiyanti, Tidak L 3,2 49 Tidak 1 Hari Hidup
terkaji minggu Delima Sp.OG terkaji kg cm terkaji
6. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

6.1 Riwayat Kehamilan ini : G2 P1001 Ab000

6.2 HPHT : 10/ 07/ 2020 HPL : 15/04/2021

6.3 Usia Kehamilan :39-40 minggu

6.4 Keluhan hamil muda : mual muntah < selama 2 bulan

6.5 Kapan terasa gerakan awal : usia kandungan 5 bulan awal

6.6 ANC 5 x, di bidan

6.7 Status TT: Tidak pernah

6.8 Terapi yang pernah diberikan :vitamin dan zat besi

7. Penyuluhan yg pernah didapat: pemberian ASI eksklusif

8. RIWAYAT KB

Ny. K mengatakan sebelumnya menggunakan KB SUNTIK 3 Bulan

9. RIWAYAT PERNIKAHAN

Ny. K mengatakan Menikah pada usia 23 thn menikah 1x

Jarak perkawinan & kehamilan pertama 6 bulan

10. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL & KELUARGA

Ny. S mengatakan bahwasannya keluarga sangat mendukung dan memberi suport, selalu

menjalankan sholat berjamaah ketika malam hari sepulang kerja.

11. POLA AKTIFITAS

Kebutuhan Dasar Sebelum Hamil Saat Hamil


1. Cairan & Minum 3 kali sehari, makan 3 kali
Minum 8 gelas per hari, makan 3 kali sehari
Makanan sehari

2. Eliminasi BAK 3 kali sehari, BAB 1 kali sehari BAK 5 kali sehari, BAB 1 kali sehari

3. Istirahat & Tidak pernah tidur siang, malam tidur


Tidak pernah tidur siang, malam tidur 8 jam
Tidur 5 jam

4. Personal Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

hygiene keramas seminggu 3 kali sehari, keramas seminggu 4 kali

Setiap hari bekerja sebagai karyawan


5. Aktivitas Setiap hari bekerja sebagai karyawan pabrik
pabrik

6. Pola Sexualitas Tidak terkaji Tidak terkaji

12.GENOGRAM
X X X

? ?
KETERANGAN

= Laki-laki

= Perempuan

= Klien

X = Meninggal

= Garis Perkawinan

= Garis Keturunan

= Garis Serumah

B. DATA OBJEKTIF

1. KEADAAN UMUM :

- Kesadaran :cukup

- TTV :111/72

- TB : 155 cm

- BB (sebelum & saat hamil) :sebelum 50 kg sesudah 60 kg

- Lila :tidak terkaji

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Kepala ( Inspeksi, Palpasi)

- Rambut : rambut pendek sebahu, warna hitam, lebat, bersih, lurus

- Wajah

- Mata :
o Kelengkapan dan Kesimetrisan (+)Kelengkapan dan kesimetrisan

mata( + ), Kelopak mata cekung ( + ), peradangan ( - ), luka ( - ),

benjolan ( - ), Bulu mata rontok (-)

o Konjungtiva dan selera : Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + ),

Kelopak mata/palpebra oedem ( - ), peradangan ( - ), luka( - ), benjolan

( - ), Bulu mata rontok (-), Konjunctiva dan sclera perubahan warna

(anemis), Warna iris (hitam)

o Pupil :Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor)

- Hidung :

- Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : :Tulang hidung simetris dan posisi

septum nasi di tengah

- Lubang Hidung : Perdarahan (- ), Kotoran (- ), Pembengkakan ( - ),

pembesaran / polip (- )

- Cuping Hidung : Pernapasan tidak menggunakan cuping hidung

a. Mulut dan faring : Keadaan Bibir : Mukosa kering ( + ), simetris

b. Keadaan Gusi dan Gigi : baik, lengkap

- Telinga : bersih, simetris, lesi ( - ), struktur lengkap

1. Pemeriksaan Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid meupun

peningkatan vena jugularis

2. Pemeriksaan Thorax (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi)

- Payudara : Simetris, lesi (-)

- Jantung : tidak terkaji

- Paru : tidak terkaji

a. Pemeriksaan Abdomen (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi)


Inspeksi : tidak terkaji

Palpasi : tidak terkaji

- Leopold I :

TFU :27 cm

TBJ :Tidak terkaji

- Leopold II :

DJJ : 187

Leopold III : tidak terkaji

- Leopold IV :tidak terkaji

b. Pemeriksaan Ekstremitas

c. Pemeriksaan Genetalia

d. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Dilakukan oleh dokter Tanggal 15/04/2020

Jam15.00 WIB

Hasil :tidak terkaji

e. Pemeriksaan Integumen

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,0 g/dl 11,4 - 15,1
Hematokrit 33,2 % 35 - 42
Lekosit 8,600 Sel/uL 4.700 -11.300
Eritrosit 3,5 10^6/uL 3.5 - 5.5
Trombosit 287,000 /uL 150000 - 450000
Index eritrosit
MCV 94,0 fL 82 - 92
MCH 31,1 pg 27.0 - 31.0
MCHC 33,0 % 23.0 - 37.0
RDW-CV 13,2 % 11.0 - 17.0
Hitung Jenis
Granulosit 69 % 43 - 76
Limfosit 26,4 % 15.0 - 45.0
Monosit 5,0 % 4.0 - 12.0
HEMOSTASIS
PT Pasien 17,2 Detik 11 - 18
INR 1,00 Detik 0.8 - 1.2
APTT Pasen 29,3 Detik 4.0 - 12.0
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 96 mg/dl <200
IMUNOSEROLOGI
SARS-CoV 2 Antigen Negatif

2. TERAPI

- Infus RL

- Venin

- Bloodset

- USD

- Cefliase

- Pirate

- Ranitidin

- cerifi

- folicej latet

- unes

- needle,

3. KESIMPULAN

G2 P1001 Ab000 Usia Kehamilan 39-40 minggu dan akan di lakukan sc pada tanggal

05/05/2021
4. ANALISA DATA

No Data Penunjang Masalah Etiologi

1 Ds: Adanya sectio caesarea Gangguan rasa

- Klien mengatakan nyeri pada myaman nyeri


Terputusnya
bekas luka operasi di dalam inkontinuitas jaringan

abdomen
Merangsang tubuh
- Klien mengatakan nyeri dirasakan mengeluarkan
prostaglandin,
secara hilang timbul histamin,srotonin

Do:
Implus dikirim ke
- Ekspresi wajah tampak meringis talamus,korteks, selebri

- Nyeri pada luka bekas operasi


Nyeri dipersepsikan
Ttv:

- Td: 121/72

- N: 82/menit

- P: 24x per menit

- S: 37,0ºc

2 Ds: Adanya sectio Gangguan

- Klien tidak mampu melakukan caessarea mobilitas fisik

aktivitas seperti biasa

- Klien mengatakan belum mampu Terputusnya

berjalan dan duduk inkontinuitas

- Nyeri saat bergerak

Do: Merangsang tubuh


mengeluarkan
- Klien tampak lemah prostaglandin,
histamine, serotonin
- Klien tampak dibantu keluarga
dalam bergerak Implus dikirim ke
talamus korteks selebri
- Tampak aktivitas klien berbatas

Ttv: Nyeri

- Td: 121/72
Kelemahan fisik
- N: 82/menit

- P: 24x per menit Gangguan mobilitas


fisik
- S: 37,0ºc

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek samping terapi dihubungkan

dengan mengeluh tidak nyaman.

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dihubungkan

dengan rentang gerak (ROM) menurun.

6. INTERVENSI

No Diaknosa keperawatan Tujuan, kritria hasil (SLKI) Rasional

1. Gangguan rasa nyaman Tujuan: - Kemampuan

nyeri berhubungan Selama diberikan tindakan menuntaskan

dengan efek samping keperawatan 1x24 jam rasas aktivitas

terapi dihubungkan gangguan rasa nyaman nyeri meningkat

dengan mengeluh tidak berkurang - Keluhan nyeri

nyaman. Kh: berkurang

- Kemampuan - Meringis

menuntaskan aktivitas berkurang

- Keluhan nyeri - Gelisah berkurang

- Meringis - Kesulitan tidur


- Gelisah berkurang

- Kesulitan tidur - Perasaan takut

- Perasaan takut mengalami cidera

mengalami cidera berulang

berulang berkurang

2 Gangguan mobilitas Tujuan: - Pergerakan

fisik berhubungan Selama diberikan tindakan ekstermitas

dengan penurunan keperawatan selama 1x24 jam meningkat

kekuatan otot rasa gangguan mobilitas fisik - Kekuatan otot

dihubungkan dengan berkurang meningkat

rentang gerak (ROM) Kh: - Rentang gerak

menurun. - Pergerakan ekstermitas (ROM) menurun

- Kekuatan otot - Nyeri menurun

- Rentang gerak (ROM) - Gerak tidak

- Nyeri terkoordinasi

- Gerak tidak menurun

terkoordinasi - Gerak terbatas

- Gerak terbatas menurun

- Kelemahan fisik - Kelemahan fisik

menurun
7.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/ No IMPLEMENTASI (SIKI) EVALUASI

tanggal Dx

1 06-05- 1 Observasi S: pasien mengatakan masih

2021 - Mengidentifikasi lokasi, merasakan nyeri di abdomen

karakteristik, durasu, bekas operasi

frekwensi, kualitas, intensitas 0:

nyeri - Td: 110/70 mmHg

- Mengidentifikasi skala nyeri - RR: 20x per menit

- Mengdentifikasi nyeri non - N: 78x per menit

verbal - S: 36,7ºC

Terapiutik: Skala nyeri

- Memberikan tehnik non P: luka operasi/trauma

farmakologis pembedahan sectio caesarea

- Mengontrol lingkungan yang Q: nyeri seperti brdenyut-

memperburuk keadaan nyeri denyut

- Memfasilitasi istirahat dan R:luka operasi klien berada

tidur di abdomen suprapublik

Edukasi : (perut bawah tengah.

- Menjelaskan penyebab, S: skala nyeri 4 (sedang)

periode, dan pemicu nyeri T: hilang timbul

- Menjelaskan strategi A: masalah belum teratasi

meredakan nyeri P: intrvensi dilanjutkan

- Menganjurkan mnggunakan kolaborasi dengan dokter

analesik yang benar vpemberian analgesik,


- Menganjurkan tehnik non ajarkan tehnik tarik nafas

farmakologis dalam.

Kolaborasi

- Mengolaborasi pemberian

analgessik

2 06-05- 2 Observasi: S:

2021 - Mengidentifikasi adanya nyeri Pasien mengatakan sudah

atau keluhan fisik lainnya bisa duduk

- Mengidentifikasi toleransi fisik O:

melakukan ambulansi Klien dibantu duduk oleh

- Memonitor frekwensi jantung keluarga

dan tekanan darah sebelum A: masalah teratasi sebagian

memulai ambulansi P:

- Memonitor kondisi umum - Lanjutkan intervensi

selama melakukan ambulansi - Ajarkan posisi berdiri

Terapiutik dari duduk

- Memfasilitasi aktivitas - Ajarkan berjalan

ambulansi dengan alat bantu sedikit demi sedikit

- Memfasilitasi mobilitas fisik sesuai dengan

jika perlu kemampuan pasien.

- Melibatkan keluarga untuk

membantu pasien nalam

meningkatkan ambulansi

Edukasi

- Menjelaskan prosedur dan


ambulansi

No Hari/ No IMPLEMENTASI (SIKI) EVALUASI

tanggal Dx

1 07-05- 1 Observasi S: pasien mengatakan masih

2021 - Mengidentifikasi lokasi, merasakan nyeri berkurang di

karakteristik, durasu, perut bagian bekas operasi

frekwensi, kualitas, intensitas 0:

nyeri - Td: 116/76 mmHg

- Mengidentifikasi skala nyeri - RR: 19x per menit

- Mengdentifikasi nyeri non - N: 78x per menit

verbal - S: 36,7ºC

Terapiutik: Skala nyeri

- Memberikan tehnik non P: luka operasi/trauma

farmakologis pembedahan sectio caesarea

- Mengontrol lingkungan yang Q: nyeri seperti brdenyut-

memperburuk keadaan nyeri denyut

- Memfasilitasi istirahat dan R:luka operasi klien berada

tidur di abdomen suprapublik

Edukasi : (perut bawah tengah.

- Menjelaskan penyebab, S: skala nyeri 4 (sedang)

periode, dan pemicu nyeri T: hilang timbul

- Menjelaskan strategi A: masalah belum teratasi

meredakan nyeri P: intrvensi dilanjutkan

- Menganjurkan mnggunakan kolaborasi dengan dokter

analesik yang benar pemberian analgesik, ajarkan


- Menganjurkan tehnik non tehnik tarik nafas dalam.

farmakologis

Kolaborasi

- Mengolaborasi pemberian

analgessik

2 06-05- 2 Observasi: S:

2021 - Mengidentifikasi adanya nyeri Pasien mengatakan sudah

atau keluhan fisik lainnya bisa sedikit beraktifitas

- Mengidentifikasi toleransi fisik seperti berdiri,ke kamar

melakukan ambulansi mmandi serta duduk

- Memonitor frekwensi jantung O:

dan tekanan darah sebelum Klien dibantu duduk oleh

memulai ambulansi keluarga

- Memonitor kondisi umum A: masalah teratasi sebagian

selama melakukan ambulansi P:

Terapiutik - Lanjutkan intervensi

- Memfasilitasi aktivitas - Ajarkan posisi berdiri

ambulansi dengan alat bantu dari duduk

- Memfasilitasi mobilitas fisik - Ajarkan berjalan

jika perlu sedikit demi sedikit

- Melibatkan keluarga untuk sesuai dengan

membantu pasien nalam kemampuan pasien.

meningkatkan ambulansi

Edukasi

- Menjelaskan prosedur dan


ambulansi
DAFTAR RUSTAKA

Bopak. L. J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A. Wijayarini

S.Kep, MSN, dr. Peter I. Anugrah. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Terjemahan). Edisi10.

Jakarta : EGC

Chapman. 2006. Asuahan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta : EGC

Cunningham, F. Gary. 2013. Obstetri William Edisi 23. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

Green,C.J and J. M. Wilkinson. 2012.Rencana Asuhan Keperawatan Maternal & Bayi Baru

Lahir. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. 2009. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta: Media Ausculapius

Manuaba, I Bagus.2005. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC

Marlitalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan nifas dan menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai