Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASKEP IBU NIFAS POST PARTUM DENGAN MELAHIRKAN SC

Nama Dosen Pembimbing : Ns. Cut Mutiya Bunsal, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Natasya Talaki ( 2001033 )


Fatria Y. Didipu ( 2001043 )
Astuti Tauhid ( 2001045 )
Farman Lakamutu ( 1601098 )
Julia Handayani Damanik ( 2001044 )

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 KEPERAWATAN
BAB I
Laporan Pendahuluan
1. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2001). Terdapat dua
cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau
alami dan persalinan dengan operasi caesar (Sectio Caesarea), yaitu bayi dikeluarkan lewat
pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Sectio Caesarea (SC) merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito, 2001). Menurut Christine (2005)
dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi caesar meningkat dengan pesat.
Di Australia dan Inggris, operasi caesar sekitar 10 sampai 15%. Di Amerika Serikat,
sekitar 16% sampai 20%. Brasil merupakan salah satu negara dengan tingkat operasi
caesar tertinggi di dunia. Tingkat kelahiran melalui operasi di Brasil saat ini sudah
mencapai 44 persen dimana menurut World Health Organization (WHO) standar rata-
rata operasi caesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia persentase
operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di
rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%.
Berbagai faktor yang dapat menjadi indikasi dilakukan tindakan SC antara lain faktor ibu
dan janin. Salah satu faktor yang berasal dari ibu adalah Disproporsi Kepala Panggul
(DKP). DKP atau Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Cunningham, 2005). Ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami (Kasdu, 2003).
Penatalaksanaan klien post sectio caesarea mempunyai karakteristik yang
berbeda, dimana penatalaksanaannya merupakan kombinasi antara penatalaksanaan post
operasi dan post partum. Uraian di atas membuat penulis tertarik dalam menyusun dan
memberikan asuhan keperawatan post partum pada klien post sectio caesarea atas
indikasi disproporsi kepala panggul di Ruang Edelweis RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.

2. Devinisi
Periode postnatal/postpartum atau masa nifas adalah interval 6 minggu antara
kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke keadaan normal sebelum hamil
(Rustam,1998). Nifas / puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat-alat reproduksi yang lamanya kurang lebih sekitar 6
minggu (Hanifa,1999).
Masa postnatal dibagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Periode immedietelly postnatal / kala IV (dalam 24 jam pertama).
b. Periode early postnatal (minggu pertama).
c. Periode late postnatal (minggu kedua sampai keenam) atau perubahan bertahap.
Potensial bahaya sering terjadi pada periode immedietelly dan early postnatal
yaitu kejadian perdarahan dan syok hipovolemik. Pada jam dan hari pertama sesudah
persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis. Berat
badan akan mengalami penurunan sebanyak 9-10 kg, yaitu 5,5-6 kg karena fetus dan
plasenta, cairan amnion, dan kehilangan darah saat melahirkan serta 2,5 kg karena
keringat dan diuresis selama seminggu postnatal, sedangkan 1 kg karena involusio
uterus dan pengeluaran lokhea.

3. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum


Adaptasi atau perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum sectio
cesaria antara lain:
a. Perubahan pada Korpus Uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi
tersebut disebut involusi. Dalam 12 jam setelah persalinan fundus uteri berada
kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari setelah persalinan fundus uteri berada kira-
kira 2 jari di bawah pusat dan uterus tidak berada pada abdomen setelah 10-12
hari post partum. Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang
merupakan respon untuk mengurangi volume intra uteri.
Pada uteri terdapat pelepasan plasenta sekeras telapak tangan regenerasi
tempat pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6 minggu post partum. Uterus
mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut lokhea. Pada hari pertama dan
kedua cairan berwarna merah disebut lokhea rubra. Setelah satu minggu lokhea
serosa dan setelah dua minggu cairan berwarna putih disebut lokhea alba.

b. Perubahan pada Serviks


Post sectio caesaria bagian atas serviks sampai segmen bawah uteri
menjadi sedikit oedema, indoserviks menjadi lembut dan terlihat memar yang
memungkinkan terjadinya infeksi.
c. Vagina dan perineum
Post sectio caesaria dinding vagina yang licin secara berangsur-angsur
ukurannya akan kembali normal dalam waktu 6 sampai 8 minggu post portum.
d. Payudara
Bayi yang lahir secara sectio caesaria dengan pembiusan umum, rawat
gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak mengantuk), missal 4-6
jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu masih mendapat
infus. Bantuan petugas kesehatan untuk memegang bayi atau menaruh pada posisi
yang nyaman bagi ibu sangat diperlukan sampai ibu dapat duduk dan aktif
kembali. Bila pembiusan spinal bayi dapat diberi ke ibu segera setelah selesai
operasi.
e. Sistem Kardiovaskuler
Post sectio caesaria volume darah cenderung menurun akibat perdarahan
post operasi. Suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6 sampai 8 jam
pertama setelah persalinan umumnya.
ditemukan bradikardi, keadaan pernafasan berubah akibat dari anastesi.
f. Sistem Urinari
Post sectio caesaria fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan
setelah persalinan karena adanya peregangan dinding abdomen pada vesika
urinaria yang merupakan hasil filtrasi dari ginjal, sehingga pasien yang terpasang
kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran kemih.

g. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa nifas yaitu hor-
mon plasenta. Hormon ini menurun dengan cepat setelah persalinan. Keadaan Hu-
mal Placental Lactogen (HPL) merupakan keadaan yang tidak terdeteksi dalam 24
jam. Keadaan esterogen dalam plasenta menurun sampai 10% dari nilai ketika
hamil dalam waktu 3 jam. Setelah persalinan pada hari ke-7 keadaan progesteron
dalam plasma menurun, luteal pertama pada hormon pituitary keadaan prolaktin
pada darah meninggi dengan cepat pada kehamilan mencapai keadaan seperti se-
belum kehamilan dalam waktu 2 minggu.
h. Sistem Integumen
Striae yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen mungkin akan
tetap bertahan lama setelah kelahiran tetapi akan menghilang menjadi bayangan
yang lebih terang. Bila klien terdapat linea nigra atau topeng kehamilan (kloasma)
biasanya akan memutih dan kelamaan akan menghilang.
i. Sistem Gastrointestinal
Post sectio caesaria gangguan nutrisi terjadi setelah terjadi 24 jam post
partum sebagai akibat dari pembedahan dengan anastesi general yang diakibatkan
tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga mobilitas makanan akan
lebih lama berada dalam saluran makanan akibat pembesaran rahim.

4. Adaptasi Pisiologi Ibu Porspatum


Adaptasi psikologis ibu post partum yaitu:
a. Fase Taking In (Dependent)
Terjadi pada satu sampai dua hari post partum ibu sangat tergantung pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk merawat anaknya. Pada
klien post operasi sectio caesaria beberapa hari pertama klien lebih berfokus pada
dirinya, timbul rasa nyeri pada daerah insisi dan gastrointestinal, klien memerlukan
bantuan untuk mengatasi nyeri, timbul rasa kecemasan dan ketakutan adanya
luka, berhati-hati dalam melakukan gerakan.
b. Fase Taking Hold (Dependent-Indendent)
Terjadi pada tiga hari post partum ibu mulai bisa makan, minum, merawat
diri serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk penyuluhan. Pada post
sectio caesaria klien masih adanya nyeri, klien masih memerlukan bantuan
orang lain, bertindak hati-hati dalam melakukan gerakan dan klien sudah bisa
turun dari tempat tidur.
c. Fase Leting Go (Independent)
Fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap
interaksi antara anggota keluarga, fase ini berlangsung pada hari terakhir minggu
pertama masa post partum.
5. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesarea, memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis sectio
caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

6. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


 Keadaan Umum. Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu
dalam keadaan segar. Hal ini akan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta
kemampuan ibu dalam menyusui dan mengasuh bayi.
 Jam pertama. Krisis setelah melahirkan, secara cermat kaji perdarahan dengan
melakukan palpasi fundus uteri dengan sering (interval 15 menit), inspeksi perineum
terhadap perdarahan yang tampak dan evaluasi tanda-tanda vital.
 Kaji suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah setiap 4-8 jam selama hari pertama
postpartum. Catat khususnya :
a) Peningkatan suhu yang bisa disebabkan dehidrasi, awitan laktasi atau
leukositosis
b) Hipotensi dengan nadi yang cepat dan lemah (>100x/menit) yang dapat
menunjukkan perdarahan dan syok.
c) Hipotensi ortostatik karena penyesuaian kembali kardiovaskuler ke
dalam keadaan sebelum hamil.
d) Peningkatan tekanan darah.
e) Nadi yang meningkat menunjukkan adanya perdarahan.
a. Kepala dan Wajah
1) Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena perdarahan saat
persalinan.
2) Hidung
Tanyakan pada ibu apakah ibu pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
3) Telinga
Kaji pendengarannya telinga kanan dan kiri, adakah riwayat otitis media,
kebersihan daun telinga atau lubang telinga.
b. Mulut dan Gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis atau gigi yang berlubang.
Gigi yang berlubang dapat menjadi port de entree bagi mikroorgasme dan bisa
beredar secara sistemik.
c. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di bawah telinga dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar menunjukkan adanya infeksi,
ditunjang dengan tanda yang lain seperti hipertermi, nyeri, bengkak.
d. Payudara
1) Kesan Umum
Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah simetris antara
kanan dan kiri, keras, ada nyeri tekan dan hangat. Kaji apakah terdapat
bendungan ASI (breast engorgement) yang menimbulkan rasa nyeri bagi
ibu atau massa, dengan palpasi. Bahkan dapat ditemukan mastitis dengan
tanda-tanda merah, bengkak, panas, nyeri.
2) Puting Susu
Kaji apakah ASI atau kolustrum sudah keluar dengan memencet puting
ibu. Kaji juga kebersihan puting. Kaji puting susu apakah mengalami
pecah-pecah, fisura dan perdarahan.
3) Pengkajian Menyusui
Kriteria untuk mengevaluasi cara menyusui adalah hubungan keterikatan
ibu dan bayi, cara menyusu bayi, posisi pada saat menyusui, let-down,
kondisi putting susu, respon bayi dan respon ibu.
e. Abdomen
1) Keadaan
Kaji apakah terdapat striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukkan kontraksi uterus
bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukkan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2) Diastasis rektus abdominis
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rectus abdominis
akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi regangan ini menyerupai celah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilicus sehingga dapat diukur
panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk senam
nifas.
Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu
untuk tidur telentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal.
Kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus xiphoideus ke umbilikus
kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
3) Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus
uteri (contoh : 1 jari di atas pusat, 2 jari di atas pusat, dll), posisi fundus,
apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh bladder
yang penuh. Kontraksi juga perlu diperiksa, kontraksi lemah atau perut
teraba lunak menunjukkan kontraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadi perdarahan.
Kaji fundus uteri setiap hari yakni kekuatan dan lokasinya, pastikan bahwa
klien mengosongkan kandung kemih sebelum palpasi dilakukan.
a) Uterus tidak secara progresif menurun ukurannya atau kembali ke
pelviks bagian bawah.
b) Uterus tetap kendur atau kontraksinya buruk
c) Sakit pinggang atau nyeri pelvis yang persisten
d) Perdarahan vagina hebat
4) Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih
yang bulat dan lembut menunjukkan urine yang tertampung banyak dan
dalam hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus
dikeluarkan.
Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam 8 jam pertama
setelah melahirkan, ukur haluaran urin, berkemih dalam jumlah sedikit dan
sering berkemih yang berturut-turut menandakan adanya gangguan urin.
f. Perineum
Kaji tanda dan karakter lokhea setiap hari meliputi jumlah, warna, konsistensi
dan bau lokhea ibu postpartum untuk memberikan indeks essensial pemulihan
endometrium. Perubahan warna lokhea harus sesuai, misal ibu postpartum 7
hari harus memiliki lokhea yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.
Jika ditemukan hasil yang abnormal, misalnya perdarahan segar,
lokhea rubra yang banyak, persisten dan berbau busuk maka ibu mengalami
komplikasi postpartum. Segera laporkan karena lokhea yang berbau busuk me-
nunjukkan adanya infeksi di saluran reproduksi dan harus segera ditangani.
Inspeksi perineum, catat apakah utuh,terdapat luka episiotomi, ruptur.
Kaji juga adanya tanda-tanda REEDA (Redness Ekimosisi Edema Discharge
Approximation), nyeri tekan, pembengkakan, memar dan hematoma. Kaji
daerah anal dari adanya hemoroid dan fisura. Kebersihan perineum menunjang
proses penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu
hamil dan pasca persalinan.
Kondisi luka
Luka episiotomi harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi.
Kecepatan penyembuhan pada episiotomy tergantung pada letak dan kedalam
insisi. Kebanyakan episiotomy sembuh sebelum minggu keenam postpartum.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian perawatan perineum,
mandi berendam, penghangatan dengan cahay lampu, dan obat-obatan topical
meningkatkan penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan luka
episiotomy. Jika ada harus dilaporkan segera mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
g. Ekstremitas
Kaji sirkulasi perifer, catat adanya varises, edema dan kesimetrisan ukuran dan
bentuk, suhu warna dan rentang gerak sendi. Catat khususnya tanda
tromboflebitis dan tanda homan. Tanda homan yang positif menunjukkan
adanya tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal.
Cara memeriksa tanda homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan
tungkai ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu
mengalami nyeri di betis. Jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus
dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar sehingga tromboflebitis
bisa diabsorbsi.
h. Kaji status eliminasi fekal dan kembali ke pola sebelum melahirkan. Lakukan
aktivitas sehari-hari.
i. Evaluasi status nutrisi, meliputi kemampuan mengunyah, menelan makanan,
serta keadekuatan cairan dan diet untuk mendukung involusio laktasi.
j. Evaluasi tingkat pengetahuan klien tentang cara menyusui bayi baru lahir (ASI
atau dengan botol susu).
k. Riwayat kesehatan. Seharusnya berfokus pada riwayat medis keluarga, riwayat
genetik, dan reproduksi.
l. Kaji adapatasi psikososial
1. Tanda dan gejala kesedihan postpartum (postpartum blues), seperti
menangis, putus asa, kehilangan selera makan, konsentrasi buruk, sulit
tidur dan cemas.
2. Evaluasi integritas bayi baru lahir dengan keluarganya.
3. Observasi interaksi ibu baru dan anggota keluarga lainnya dengan bayi
baru lahir.

1. Pemeriksaan Kebutuhan Dasar


a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b. Integritas Ego
Klien dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri.
c. Eliminasi
Karakter urine, urine jernih, pucat.
d. Nutrisi/Cairan
1) Abdomen lunak dengan tidak ada distensi.
2) Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
e. Neurosensori
Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural.
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya :
trauma bedah / insisi, distensi kandung kemih / abdomen.
g. Pernapasan
Bunyi paru jelas.
h. Keamanan
Balutan abdomen tampak kering dan utuh.
i. Seksualitas
1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di ambilikus.
2) Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan.
j. Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan un-
tuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Tempat : Ruangan KB IGD RSUD Achmad Mochtar Bukit tinggi


Tanggal Masuk : 16 Oktober 2018 Pukul : 23.00 WIB
Pengkajian :
Tanggal pengkajian : 17 Oktober 2018
Pukul : 11.00 WIB
A. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
a) Nama : Ny.N
b) Umur : 23 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : Minang/Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT
g) Alamat : Garegeh

2) Identitas penanggung jawab


a) Nama : Tn.R
b) Umur : 27 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : Minang/Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : Wiraswasta
g) Alamat : Garegeh
h) Hub dg klien : Suami klien
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan episiotomi.
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Psien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan episiotomi dan
perut terasa mules serta saat ini tidak sedang seperti batuk, pilek dan demam.
 Riwayat Kesehatan yang lalu
a) Jantung : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh dadanya berdebar-
debar saat melakukan aktivitas.
b) Ginjal : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri di perut bagian
bawah dan sakit buang air kecil.
c) Asma / TBC : Pasien mengatakan tidak pernah sesak nafas secara tiba-tiba
dan batuk lebih dari 3 bulan.
d) Hepatitis : Pasien mengatakan pada mata dan ujung jari tidak terlihat
kuning, BAB lembek, BAK kuning.
e) Diabetes Melitus: Pasien mengatakan tidak pernah banyak makan, minum
dan BAK tidak pernah lebih dari 7 kali pada malam hari.
f) Hipertensi : Pasien mengatakan tekanan darahnya setiap diperiksa tidak
pernah melebihi 140/90 mmHg.
g) Epilepsi : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan kejang-kejang yang
disertai dengan mengeluarkan busa dari mulutnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak suami tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi, jantung
dan riwayat penyakit menular seperti asma / TBC dan HIV / AIDS dan pasien
juga belum pernah mempunyai riwayat operasi.
 Riwayat Menstruasi
 Menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur 12 tahun.
 Siklus : Pasien mengatakan siklus haidnya 28 – 30hari.
 Lama : Pasien mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
 Banyaknya : Pasien mengatakan 2 – 3 x ganti pembalut perhari.
 Teratur/tidak teratur : Pasien mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
 Sifat darah : Pasien mengatakan sifat darahnya encer berwarna merah
kecoklatan.
 Dismenorhoe : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri saat
menstruasi.

 Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sah. Kawin 1 kali pada umur 21 tahun, dengan suami umur
25 tahun. Lamanya perkawinan 2 tahun, dan belum mempunyai anak. f. Riwayat
Kehamilan, persalinan dan nifas Pasien mengatakan ini kehamilan, persalinan dan
nifas yang pertama.
 Riwayat Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum pernah memakai KB. Rencana setelah kelahiran anak
pertama ini pasien akan menggunakan KB, tetapi pasien belum mengetahui KB
apa yang akan di pakai setelah melahirkan anak pertamnya.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
 HPHT : 22 Januari 2018
 HPL : 29 Oktober 2018
 Keluhan-keluhan pada
Trimester I : Pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah setiap pagi
hari.
Trimester II : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Pasien mengatakan sering pegal-pegal di sekitar pinggang.
 ANC : 6 kali, Teratur, di bidan
Trimester I : Pasien mengatakan 1 x pada umur kehamilan 1 bulan.
Trimester II : Pasien mengatakan 2 x pada umur kehamilan 3 bulan dan 6 bulan.
Trimester III : Pasien mengatakan 3 x pada umur kehamilan 7 bulan, 8 bulan dan
9 bulan.
 Penyuluhan yang didapat
Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil dan tanda
bahaya kehamilan.
 Imunisasi TT
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT pada saat akan menikah.
 Pergerakan Janin
Pasien mengatakan merasakan pergerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan.
c. Riwayat Persalinan Sekarang
 Tempat Persalinan : Ruangan KB IGD RSUD Achmad Mochtar
 Penolong : Bidan
 Tanggal/Jam Persalinan: 17 Oktober 2018 Pukul : 05.00 WIB
 Jenis persalinan : Spontan
 Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Tidak Ada
 Plasenta
Ukuran : ± 450 gram, panjang tali pusat : ±50 cm
Kelainan : Tidak Ada
 Perineum
a) Ruptur / tidak : Ya, meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit
jaringan perineum, dan otot perineum. Episiotomi mediolateralis.
b) Dijahit / tidak : Ya, dengan Teknik jelujur
 Perdarahan
a) Kala I : 50 ml
b) Kala II : 40 ml
c) Kala III : 30 ml
d) Kala IV : 30 ml
Jumlah : 150 ml
 Tindakan Lain : Tidak Ada
 Lama Persalinan
a) Kala I : 3 Jam-menit
b) Kala II : 1 jam 30 menit
c) Kala III : - jam 30 menit
d) Kala IV : 1 jam – menit
Jumlah : 6 jam- menit
 Keadaan Bayi
BB : 3700 gram
PB : 49 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Apgar Score : 8/10
Cacat Bawaan : Tidak ada Masa
Gestasi : 40 Minggu
d. Pola kebiasaan selama post partum
No Aktivitas Sebelum di Rawat Saat di Rawat
1. Pola Nutrisi Pasien makan 3 kali sehari dengan Pasien makan 1 kali
porsi sedang, nafsu makan baik. sebelum melahirkan pada
Pasien minum sehari 7-8 gelas air jam 21.00 WIB tanggal 16
putih dan diselingi minum susu, Oktober 2018 dengan porsi
pasien tidak menyukai teh ataupun makan sedikit dan nafsu
kopi. Pasien mengatakan tidak ada makan yang kurang. Pasien
keluhan. minum 2 gelas teh.

2. Pola Eliminasi Pasien mengatakan BAB 1 kali Pasien mengatakan belum


sehari dengan konsistensi kadang ada BAB setelah
lunak kadang keras, warna kuning melahirkan. Pasien
dan bau yang khas. Pasien mengatakan setelah
mengatakan selama hamil BAK melahirkan BAK sudah 2
lebih sering terutama pada kali setelah melahirkan
trisemester ke 3 yaitu 7-9 kali pukul 06.00 WIB dan
dalam sehari dengan warna kuning 09.WIB pada tanggal 17
jernih dan bau yang khas. Oktober 2018.
3. Pola Aktivitas Selama hamil pasien mengatakan Klien dibantu sepenuhnya
masih bekerja dalam mengurus oleh keluarga karena
rumah tapi dengan hati-hati dan merasa letih dan lemah.
tidak terlalu capek. Klien juga mengatakan
tidak banyak bergerak
karena masih takut dengan
luka jahitannya dan klien
masih merasakan nyeri
pada luka jahitannya.
4. Pola Istirahat dan Tidur malam lebih kurang 8 jam Pasien mengatakn baru
Tidur dari jam 21:00 – 04:30 wib, tidur tidur 2 jam setelah
siang lebih kurang 3 jam dari jam melahirkan.
14:00 – 16:00 wib.

5. Pola Personal Hygine Mandi 2 kali sehari, mandi secara Pemenuhan kebersihan diri
menyeluruh dari ujung rambut dibantu oleh keluarga.
sampai ujung kaki. Keramas hanya
4 kali seminggu.

e. Pasien Psikologis dan Spiritual


Pasien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak pertama nya ini,
pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang sekali dengan kelahiran anak
pertamanya ini, pasien beragama islam dan rajin menunaikan sholat 5 waktu dan rajin
berdoa. Pasien masuk kedalam fase Taking In (Dependent) dimana pasien masuk hari ke satu
setelah melahirkan pada saat pengkajian tanggal 17 Oktober 2018. Fase ini pasien membutuhkan
perlindungan dan pelayanan karena pada tahap ini pasien sangat ketergantungan.
I. Riwayat Sosial Budaya
a) Dukungan keluarga Pasien mengatakan suami dan keluarganya sangat
mendukung dengan kelahiran anaknya yang pertama ini.
b) Keluarga lain yang tinggal serumah Pasien mengatakan hanya tinggal dengan
suami.
c) Pantangan makanan Pasien mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun
saat hamil maupun setelah melahirkan.
d) Kebiasaan adat istiadat Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat
selama hamil atau sesudah melahirkan.
e) Penggunaan obat-obatan/rokok Pasien mengatakan hanya minum obat dari bidan
dan pasien tidak pernah merokok. Pasien mengatakan ayah kandung dan
suaminya merokok.

f. Pengetahuan Ibu
Pasien mengatakan setelah melahirkan harus memperbanyak makan sayuran hijau
seperti daun katu untuk mempelancar pengeluaran ASI, pasien mengatakan ASI sangat
baik untuk bayinya, untuk pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan juga untuk
kekebalan tubuh bayinya, pasien mengatakan sedikit paham tentang makanan untuk
bayinya, pasien mengatakan belum paham cara perawatan setelah melahirkan, pasien
mengatakan kurang begitu paham tentang cara perawatan payudara yang benar, pasien
mengatakan dalam perawatan bayinya masih dibantu oleh keluarganya.

B. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)


1). Status Generalis
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD =110/70 mmHg N = 92 x/menit S = 36,8 OC P = 22 x/menit
d) Tinggi Badan : 155 cm
e) Berat Badan : 65 kg
f) LILA : 26,5 cm
2). Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

bersih, hitam gelombang, ada rontok dan tidak ada


Rambut
massa,benjolan dan nyeri tekan.

Wajah tidak ada oedema dan tidak ada kloasma gravidarum (binti-
bintik) pigmen kecoklatan diwajah

kongjungtiva pucat, sklera putih tidak ikterik, tidak ada nyeri


Mata tekan , fungsi penglihatan baik dan tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.

tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan,


Telinga
tidak ada benjolan.

tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak ada nyeri
Hidung
tekan

Mulut/gigi/gusi bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi bersih

Terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan, ada striae


Abdomen
gravidarum, , kontraksi kuat, perkusi tympani

Lochea rubra, warna merah kecoklatan, jumlah pembalut 2


Genetalia
kali dalam 1 hari

Terdapat 5 jahitan pada perineum, keadaan luka basah, tidak


Perineum dan ada tanda radang. Tanda REEDA: tidak ada kemerahan,
anus ekimosis, terdapat darah, kerekatan jahitan: kuat pada area
perineum.
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang infuse RL 20 tetes/menit, kuku
pendek, bersih, turgor kulit baik, tidak ada kelainan , akral
teraba hangat
Bawah : turgor kulit baik, kuku pendek, bersih, tidak ada
varices, tidak ada kelainan, akral teraba hangat

b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada tumor,
Leher tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Tidak ada pembengkakan pada mamae, tidak ada tumor,


simetris kanan dan kiri, areola hiperpigmentasi, putting susu
Dada
bersih dan menonjol, kolostrum/ASI sudah keluar.

Abdomen Kontraksi keras, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat


Ekstremitas Tidak ada varices, tidak ada oedema

3). Therapy
 Infuse RL 20 tetes/menit
 Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet
 Sf 3 kali 1 tablet
 Antalgin 500 mg 3 kali 1 tablet
 Injeksi Vit. K 3x1 (IV)
 Injeksi Vit. C 3x1 (IV)
 Asam mefenamat 3x1 tablet (peroral)
4). Pemeriksaan Penunjang
 Hasil Labor
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 9,6 gr % 12,00 - 15,00 gr %
Hematokrit 36,70 % 35,00 – 47,00 gr %
Trombosit 213.000 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Leukosit 7.800 mm3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosis 2,76 mm3 4,5 – 6 juta/ mm3
C. Analisis Data
Data Masalah Etiologi
DS : Nyeri akut Trauma jahitan luka
o Pasien mengatakan episiotomy
nyeri pada luka
jahitan
o Pasien mengatakan
nyeri bertambah
saat bergerak
o Pasien mengatakan
skala nyeri 4
DO :
o Klien tampak
meringis
o Klien tampak tidak
bebas saat
bergerak
o Skala nyeri 4 yaitu
sedang
o TD: 110/70 mmHg
o N: 92 x/i
o S : 36,8 ºC
o Terdapat luka
jahitan di
perineum: 5
jahitan
o Episiotomi
mediolateralis
DS : Resiko Infeksi Trauma
o Pasien mengatakan
takut untuk
berjalan
o Pasien mengatakan
mengganti
pembalut 2x/hari

DO :
o Kesadaran :
compos mentis
o TTV : TD :
110/70 mmHg N :
92 x/i S :36,8OC
R : 22 x/i
o Tidak ada
kemerahan
o Kerekatan jahitan
kuat
o Terdapat darah
warna terang
o Lochea rubra
o Ekimosis
o Bau : seperti darah
biasa dan tidak
busuk.
o Leukosit : 7.800
mm3
DS : Kurang pengetahuan Kurangnya informasi
o Klien mengatakan tentang perawatan post
belum mengetahui partum.
tentang cara
perawatan post
partum
o Klien mengatakan
belum mengetahui
tentang cara
perawatan
payudara
o Klien mengatakan
ingin mengetahui
manfaat lebih dari
ASI.
o Klien mengatakan
belum tahu akan
memakai KB apa
setelah melahirkan
ank pertamanya.

DO :
o Klien tampak
bingung
o Klien tampak
banyak bertanya
o Klien banyak
menggeleng saat di
Tanya

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi.
b) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan post partum.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1. Nyeri akut b/d trauma NOC : Pain Management
jahitan luka Pain Level 1. Lakukan pengkajian
episiotomi. Pain control nyeri secara komprehensif
Comfort level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari 3. Gunakan teknik
bantuan). komunikasi terapeutik
2. Melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan menggunakan pengalaman nyeri pasien
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan 5. Evaluasi pengalaman
tanda nyeri) nyeri masa lampau
4. Menyatakan rasa nyaman 6. Evaluasi bersama pasien
setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
5. Tanda vital dalam rentang tentang ketidakefektifan
normal kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Resiko infeksi b/d NOC : NIC :
trauma jaringan atau Immune Status Infection Control (Kontrol
kerusakan kulit. Knowledge : Infection infeksi)
control 1. Bersihkan lingkungan
Risk control setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik
1. Klien bebas dari tanda dan isolasi
gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila
2. Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, factor yang 4. Instruksikan pada
mempengaruhi penularan serta pengunjung untuk mencuci
penatalaksanaannya tangan saat berkunjung dan
3. Menunjukkan kemampuan setelah berkunjung
untuk mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun
4. Jumlah leukosit dalam batas antimikrobia untuk cuci
normal tangan
5. Menunjukkan perilaku hidup 6. Cuci tangan setiap
sehat sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing 11.
Tingktkan intake nutrisi 12.
Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
3. Kurang pengetahuan NOC : NIC :
b/d kurangnya Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
informasi tentang Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang
perawatan post Kriteria Hasil : tingkat pengetahuan pasien
partum. 1. Pasien dan keluarga tentang proses penyakit
menyatakan pemahaman tentang yang spesifik
penyakit, kondisi, prognosis dan 2. Jelaskan patofisiologi
program pengobatan dari penyakit dan
2. Pasien dan keluarga mampu bagaimana hal ini
melaksanakan prosedur yang berhubungan dengan
dijelaskan secara benar anatomi dan fisiologi,
3. Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat.
menjelaskan kembali apa yang 3. Gambarkan tanda dan
dijelaskan perawat/tim gejala yang biasa muncul
kesehatan lainnya pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara yang
tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara
yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

4. Implementasi Keperawatan
No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Rabu / 17 Nyeri akut b/d 1. Melakukan S:
Oktober 2018 trauma jahitan pengkajian skal nyeri - Pasien mengatakan
luka episiotomi. 2. Membantu pasien masih merasakan
dan keluarga untuk nyeri pada luka jahitan
mencari dan dan pada saat
menemukan dukungan bergerak.
3. Mengontrol - Pasien mengatakan
lingkungan yang dapat skala nyeri berkurang
mempengaruhi nyeri yaitu skala nyeri 3
seperti suhu ruangan, - Pasien mengatakan
pencahayaan dan masih sulit bergerak
kebisingan karena takut jahitan
4. Mengajarkan akan terbuka
tentang teknik non - Pasien mengatakan
farmakologi dengan merasakan nyaman
mengompres dingin saat dilakukan
perineum untuk kompres dingin NaCL
mengurangi nyeri 0,9 % pada area
dengan menggunakan perineum.
cairan NaCL 0,9 %.
5. Meningkatkan O:
istirahat - Saat pemeriksaan
6. Mengkolaborasikan tampak pasien masih
dengan dokter jika ada meringis
keluhan dan tindakan - Tampak masih
nyeri tidak berhasil membatasi gerakan
7. Memonitor TTV :
penerimaan pasien TD : 110/70 mmHg
tentang manajemen N : 92x/menit
nyeri. S : 36,8OC
R : 20x/menit

A: Masalah belum
teratasi
I : Membantu aktivitas
pasien

Resiko infeksi 1. Memantau suhu S:


b/d trauma tubuh - Pasien mengatakan
jaringan atau 2. Membersihkan nyeri pada luka jahitan
kerusakan kulit. lingkungan setelah - Pasien mengatakan
dipakai pasien lain masih tampak takut
3. Mempertahankan membersihkan area
teknik isolasi organ intim nya.
4. Membatasi - Pasien tampak hanya
pengunjung bila perlu menyiram dengan air
5. Menginstruksikan pada saat melakukan
pada pengunjung vulva hygiene.
untuk mencuci tangan O:
saat berkunjung dan - Tanda-tanda REEDA
setelah berkunjung (-)
meninggalkan pasien - Keadaan luka basah
6. Menggunakan - Tampak ada 5 jahitan
sabun antimikrobia - Tidak ada kemerahan
untuk cuci tangan - Lochea rubra
7. Mencuci tangan - Jahitan kuat merekat
setiap sebelum dan di perineum
sesudah tindakan - Terdapat darah
kperawatan merah terang
8. Menggunakan baju, TTV :
sarung tangan sebagai TD : 110/70 mmHg
alat pelindung N : 92x/menit
9. Mempertahankan S : 36,8OC
lingkungan aseptik R : 20x/menit
selama pemasangan
alat A: Masalah belum
10. Meningktkan teratasi
intake nutrisi I : Mengontrol infeksi
11. Memberikan terapi - Mengobservasi luka
antibiotik bila perlu episiotomi
12. Memonitor tanda - Menganjurkan
dan gejala infeksi pasien untuk ambulasi
sistemik dan lokal
13. Melakukan
perawatan perineum
untuk mengurangi
resiko infeksi
14. Melihat kondisi
luka/ insisi bedah.
15. Mengajarkan cara
menghindari infeksi
dengan cara melukan
perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
Kurang 1. Memberikan S:
pengetahuan b/d penilaian tentang - Pasien mengatakan
kurangnya tingkat pengetahuan masih belum paham
informasi pasien tentang proses cara mengenai cara
tentang penyakit yang spesifik perawatan post
perawatan post 2. Menyediakan partum. - Pasien
partum. informasi pada pasien mengatakan belum
tentang kondisi, paham tentang cara
dengan cara yang perawatan payudara.
tepat yaitu dengan - Pasien sudah
memberikan informasi mengetahui sedikit
kepada pasien cara perawat perineum
mengenai cara dengan benar
perawatan post - Pasien mengatakan
partum, cara ingin mengetahui
perawatan payudara, manfaat lebih tentang
manfaat asi, macam- ASI
macam kb.
3. Mendukung pasien O:
untuk mengeksplorasi - Pasien tampak
atau mendapatkan memperhatikan
second opinion - Pasien tampak
dengan cara yang mempraktekkan
tepat atau caranya
diindikasikan
4. Menyakan ke A: Masalah belum
pasien pasien teratasi
mengenai tanda dan I : Meningkatkan
gejala yang belum di pengetahuan pasien
ketahui untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
2. Kamis / 18 Nyeri akut b/d 1. Melakukan S:
Oktober 2018 trauma jahitan pengkajian skala nyeri - Pasien mengatakan
luka episiotomi. 2. Membantu pasien nyeri pada luka jahitan
dan keluarga untuk nya tak menentu dan
mencari dan pada saat bergerak.
menemukan dukungan - Pasien mengatakan
3. Mengontrol perutnya masih mules
lingkungan yang dapat - Pasien sudah tahu
mempengaruhi nyeri hasil pemeriksaannya
seperti suhu ruangan, - Pasien mengatakan
pencahayaan dan skala nyeri 2
kebisingan - Pasien mengatakan
4. Mengajarkan belum BAB
tentang teknik non - Pasien mengatakan
farmakologi dengan sudah bisa miring ke
mengompres dingin kanan dan ke kiri,
perineum untuk pasien dapat
mengurangi nyeri merapatkan pantat dan
dengan menggunakan paha pada saat bangun
cairan NaCL 0,9%. tidur untuk duduk.
5. Meningkatkan - Pasien bersedia
istirahat dilakukan kompres
6. Mengkolaborasikan dingin kembali.
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan O:
nyeri tidak berhasil - Saat pemeriksaan
7. Memonitor tampak pasien masih
penerimaan pasien meringis
tentang manajemen - Pasien tampak sudah
nyeri. bisa duduk dan
merapatkan paha.
- Kontraksi uterus
kuat - Tinggi fundus
uteri : 2 jari di bawah
pusat TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6OC
R : 20x/menit

A: Masalah belum
teratasi
I : Mengobservasi
keadaan umum dan
tanda-tanda vital
Resiko infeksi 1. Memantau suhu S:
b/d trauma tubuh - Pasien mengatakan
jaringan atau 2. Membersihkan nyeri pada luka jahitan
kerusakan kulit. lingkungan setelah - Pasien mengatakan
dipakai pasien lain bersedia dilakukan
3. Mempertahankan perawatan perineum
teknik isolasi -
4. Membatasi
pengunjung bila perlu O:
5. Menginstruksikan - Luka jahitan
pada pengunjung episiotomi sudah
untuk mencuci tangan dibersihkan dan sudah
saat berkunjung dan di kompres dingin
setelah berkunjung dengan NaCl
meninggalkan pasien - Keadaan luka basah
6. Menggunakan - Tampak ada 5 jahitan
sabun antimikrobia - Tidak ada kemerahan
untuk cuci tangan - Lochea rubra
7. Mencuci tangan - Jahitan kuat merekat
setiap sebelum dan di perineum
sesudah tindakan - Terdapat darah
kperawatan TTV :
8. Menggunakan baju, TD : 110/80 mmHg
sarung tangan sebagai N : 86x/menit
alat pelindung S :36,6OC
9. Mempertahankan R : 22x/menit
lingkungan aseptik
selama pemasangan A: Masalah belum
alat teratasi
10. Meningktkan I : Mengontrol infeksi
intake nutrisi
11. Memberikan terapi
antibiotik bila perlu
12. Memonitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
13. Melakukan
perawatan perineum
untuk mengurangi
resiko infeksi
14. Melihat kondisi
luka/ insisi bedah.
15. Mengajarkan cara
menghindari infeksi
dengan cara melukan
perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
Kurang 1. Memberikan S:
pengetahuan b/d penilaian tentang - Pasien mengatakan
kurangnya tingkat pengetahuan bersedia menyusui
informasi pasien tentang proses bayinya, bayinya
tentang penyakit yang spesifik sudah bisa menyusu
perawatan post 2. Menyediakan namun teknik ibu
partum. informasi pada pasien kurang benar.
tentang kondisi, - Pasien mengatakan
dengan cara yang sudah minum obat
tepat yaitu dengan yang diberikan
memberikan informasi perawat - Pasien
kepada pasien mengatakan sudah
mengenai cara tahu akan
perawatan post menggunakan kb
partum, cara suntik.
perawatan payudara, - Pasien mengatakan
manfaat asi, macam- belum paham tentang
macam kb. cara perawatan
3. Mendukung pasien perineum dengan
untuk mengeksplorasi benar.
atau mendapatkan
second opinion O:
dengan cara yang - Pasien tampak
tepat atau menyusui bayinya
diindikasikan - Teknik menyusui
4. Menyakan ke pasien tampak kurang
pasien pasien benar.
mengenai tanda dan
gejala yang belum di A: Masalah belum
ketahui untuk teratasi
melaporkan pada I : Meningkatkan
pemberi perawatan pengetahuan pasien
kesehatan, dengan
cara yang tepat.

3. Jumat / 19 Nyeri akut b/d 1. Melakukan S:


Oktober 2018 trauma jahitan pengkajian skal nyeri - Pasien mengatakan
luka episiotomi. 2. Membantu pasien nyeri pada luka jahitan
dan keluarga untuk berkurang
mencari dan - Pasien mengatakan
menemukan dukungan sudah BAB
3. Mengontrol - Pasien bersedia
lingkungan yang dapat untuk dilakukan
mempengaruhi nyeri kompres dingin
seperti suhu ruangan, - Pasien mengatakan
pencahayaan dan sebelumnya belum
kebisingan pernah dilakukan
4. Mengajarkan kompres dingin pada
tentang teknik non perawatan perineum
farmakologi dengan
mengompres dingin O:
perineum untuk - Saat pemeriksaan
mengurangi nyeri tampak pasien tidak
dengan menggunakan pucat dan kelelahan
cairan NaCL 0,9 %. - Skala nyeri 1 =
5. Meningkatkan ringan - Ekpresi wajah
istirahat klien tampak rileks
6. Mengkolaborasikan - Sudah dilakukan
dengan dokter jika ada perawatan perineum
keluhan dan tindakan dengan kompres
nyeri tidak berhasil dingin TTV :
7. Memonitor TD : 120/80 mmHg
penerimaan pasien N : 82x/menit
tentang manajemen S : 36,6OC
nyeri. R : 20x/menit

A: Masalah sudah
teratasi
I : intervensi
dihentikan
Resiko infeksi 1. Membersihkan S:
b/d trauma lingkungan setelah - Pasien mengatakan
jaringan atau dipakai pasien lain nyeri pada luka jahitan
kerusakan kulit. 2. Mempertahankan - Pasien mengatakan
teknik isolasi mau dilakukan
3. Membatasi perawatan perineum
pengunjung bila perlu - Pasien mengatakan
4. Menginstruksikan sudah tahu cara
pada pengunjung perawatan vulva
untuk mencuci tangan hygiene
saat berkunjung dan - Pasien tampak sudah
setelah berkunjung tahu cara perawatan
meninggalkan pasien luka episiotomi
5. Menggunakan dengan benar
sabun antimikrobia
untuk cuci tangan O:
6. Mencuci tangan - Keadaan luka basah
setiap sebelum dan - Tampak ada 5 jahitan
sesudah tindakan - Tidak ada tanda-
kperawatan tanda infeksi
7. Menggunakan baju, - Lochea rubra
sarung tangan sebagai - Jahitan kuat merekat
alat pelindung di perineum
8. Mempertahankan - Terdapat darah
lingkungan aseptik - Tidak ada kemerahan
selama pemasangan - Tidak ada bintik
alat kebiruan pada
9. Meningktkan intake perineum
nutrisi - Tidak ada pus/nanah
10. Memberikan terapi TTV :
antibiotik bila perlu TD : 120/80 mmHg
11. Memonitor tanda N : 82x/menit
dan gejala infeksi S :36,6OC
sistemik dan lokal R : 20x/menit
12. Melakukan
perawatan perineum A: Masalah teratasi
untuk mengurangi sebagian
resiko infeksi I : - Mengontrol
13. Melihat kondisi infeksi
luka/ insisi bedah. - menjelaskan
14. Mengajarkan cara perawatan luka
menghindari infeksi episiotomy
dengan cara melukan - menganjurkan
perawatan pada mobilisasi
perineum dengan - menganjurkan
sering mengganti personal hygiene
pembalut dan cara dengan baik
membersihkan dari - makan obat secara
depan ke belakang teratur
Kurang 1. Memberikan S:
pengetahuan b/d penilaian tentang - Pasien mengatakan
kurangnya tingkat pengetahuan sudah tahu cara
informasi pasien tentang proses perawatan vulva
tentang penyakit yang spesifik hygiene/perineum
perawatan post 2. Menyediakan dengan benar yaitu
partum. informasi pada pasien dengan embersihkan
tentang kondisi, dari depan
dengan cara yang kebelakang. - Pasien
tepat yaitu dengan sudah tahu cara
memberikan informasi menyusui dengan
kepada pasien benar
mengenai cara - Pasien mengatakan
perawatan post sudah tahu tentang
partum, cara cara perawatan
perawatan payudara, payudara.
manfaat asi, macam- - Pasien mengatakan
macam kb. sudah mengetahui
3. Mendukung pasien manfaat lebih tentang
untuk mengeksplorasi ASI
atau mendapatkan
second opinion O:
dengan cara yang - Pasien tampak
tepat atau menyusui bayinya
diindikasikan dengan benar
4. Menyakan ke
pasien pasien A: Masalah teratasi
mengenai tanda dan I : intervensi
gejala yang belum di dihentikan
ketahui untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat.

BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

A. Pengertian
Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau
adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
persalinan sectio caesarea.

B. Tujuan
 Mempercepat penyembuhan luka
 Mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene ibu dan bayi
 Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
 Mengurangi lama rawat di Rumah sakit

C. Indikasi
Pasien dengan post sectio caesarea

D. Persiapan Alat
Tidak ada

E. Persiapan Pasien
 Berikan salam, panggil klien dengan namanya
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga
 Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien / keluarga
 Minta persetujuan pasien
 Jaga privacy klien

F. Prosedur

a. Tahap pra interaksi

 Menyiapkan SOP mobilisasi yang akan digunakan


 Melihat data atau riwayat SC pasien
 Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
 Mengkaji kesiapan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
 Mencuci tangan

b. Tahap orientasi

 Memberikan salam dan memperkenalkan diri


 Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak waktu
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

c. Tahap kerja
Pada 6 jam pertama post SC
a) Menjaga privasi pasien
b) Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan lingkungan yang tenang
c) Anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam dengan tarik nafas perlahan-lahan lewat
hidung dan keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali
kurang lebih selama 1 menit

d) Latihan gerak tangan, lakukan gerakan abduksi dan adduksi pada jari tangan, lengan dan
siku selama setengah menit.

e) Tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan diluruskan diatas kepala dengan telapak
tangan menghadap ke atas

f) Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian sebanyak 5-10 kali

g) Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan adduksi, rotasi pada seluruh
bagian kaki

Pada 6-10 jam berikutnya


 Latihan miring kanan dan kiri
 Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian terlebih dahulu, bagian lutut
fleksi keduanya selama setengah menit, turunkan salah satu kaki, anjurkan ibu
berpegangan pada pelindung tempat tidur dengan menarik badan kearah
berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan selama 1 menit dan lakukan hal yang sama
ke sisi yang lain

Pada 24 jam post SC


 Posisikan semi fowler 30-400 secara perlahan selama 1-2 jam sambil
mengobservasi nadi, jika mengeluh pusing turunkan tempat tidur secara perlahan
 Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan ubah posisi pasien sampai
posisi duduk

Pada hari ke 2 post SC


 Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing, perlahan kaki diturunkan
Pada hari ke 3 post SC
Pasien duduk dan menurunkan kaki kearah lantai
Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara mandiri, atau dengan
posisi dipapah dengan kedua tangan pegangan pada perawat atau
keluarga, jika pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan
disekitar tempat tidur
G. Evaluasi dan Tindak Lanjut

 Melakukan evaluasi tindakan


 Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan
keluarga
 Salam terapeutik dengan klien
 Mencuci tangan

H. Dokumentasi

Dokumentasikan : nama klien, tanggal dan jam perekaman, dan respon pasien
Paraf dan nama jelas dicantumkan pada catatan pasien

Gerakan 6 jam pertama post sectio caesarea :

Menggerakan pergelangan kaki ke depan kebelakang dan gerakan memutar setelah itu
memindahkan/ menggeser kaki dari posisi yang semula.

Gerakan 6 -10 jam pertama post sectiocaesarea :

Ibu berlatih miring kanan dan miring


kiri yang kemudian dilanjutkan ibu
berlatih menyusui bayi dengan posisi
miring sama seperti dengan gambar
disamping
Gerakan pada 24 jam pertama post sectio caesarea :

Menganjurkan ibu untuk duduk semi


fowler dan menyusui bayi dengan
posisi semi fowler

Gerakan pada 2-5 hari post sectio caesarea :

Mengajarkan ibu untuk latihan berjalan dan mengajarkan menyusui dengan posisi duduk
tegak.

REVERENSI : https://id.scribd.com/document/447774770/lamp-4-SOP-pdf

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/294210300/ASKEP-POST-PARTUM-SC-Ny-M-docx
http://repo.stikesperintis.ac.id/940/1/43%20FIVI%20NOVITA.pdf

Anda mungkin juga menyukai